Anda di halaman 1dari 3

DI GAZA TAHUN TIDAK BERGANTI

Bulan mati
langit merah penuh kembang api
atau bunga api
aku menyaksikannya dengan senang hati
telah kulewati tahun-tahun ngeri
tanpa buah-buah segar,
daging sapi,
atau roti.

Tapi di mana Ismail yang telah berjanji


membikinkanku boneka dan hiasan lilin
seperti Paman Sam menghadiahi kado
kepada Anne di natal yang suci.
Atau Ismail akan menjadi Sinterklas
Berpura-pura tua dan menghadiahiku boneka?

Masjid lebur
jadi tanah
juga rumah
Yasin ada di sana,
kata ayah sambil menyambar tubuhku
ibu menangis di balik pintu menutup telingaku
kututup kupingmu,
kututup kupingmu,
kuhentikan iblis kebencian masuk pada tubuhmu.
Hentikan tangismu ibu,
tahun akan berganti baru
Ismail akan memberiku boneka, lilin, dan baju.
Mobil remuk dekat pintu
Kepala terlontar menghantam jendela
ayah janggutmu bergetar
darah tipis ngalir di pelipis
pergilah ke ruang bawah tanah
kata ayah
tidurlah
bermimpilah
Rasul akan membawamu tamasya di surga
memberimu apel
boneka
dan segala cinta.

Di ruang bawah tanah


udara telah jadi pengap
tak bisa kutatap mata ibu
namun telah kucium pipinya yang murni
ayah tak tidur di rumah
juga Ismail
mereka pergi ke entah
sejak itu aku tahu
di Gaza tahun tidak berganti baru.

PEMBUNUHAN

Kumasuki rumahmu: buku-buku bergetar dan jatuh


Dari rak. Seekor kucing bertengger di atasnya.
Matanya merah mengisyaratkan maut: seorang tua mengumandangkan
Azan di luaran; suaranya parau dan lenyap.
Dor! Peluru terbang ke udara atau mendarat di kepala.
Udara seperti mati di ruang pengap ini.
Di sinilah seorang lelaki pernah menyerahkan tubuhnya
Pada panjang temali. Lehernya yang jenjang berubah menjadi
Biru pias, lidahnya menjulur seperti meledek dunia
Juga keimanan yang dipercaya orang-orang. Lelaki itu tak dikuburkan
Namun malam telah menjemputnya dan menyembunyikan
Tubuh rapuh di hutan mengambang di antara bumi dan langit.

Kumasuki rumahmu. Kucari rahasia tersembunyi


Di balik mushaf-mushaf puisi, namun hanya kutemukan sketsa-sketsa tak usai
Tentang penciptaan perempuan dan bumi, catatan perjalanan yang menemui berbagai kesedihan
dan orang-orang tanpa roti dan nasi. Bumi adalah perempuan
Yang melahirkan malaikat penyelamat sekaligus iblis pemurung
Dengan taring yang ganas melahap bayi dan ibu berkerudung. Ujarmu dalam tulisan
Tangan di halaman belakang buku tanpa judul
Sekarang kau lihat para pembunuh telah datang lagi menerobos perbatasan,
Atas ijin langit mereka menembaki anak-anak yang sedang bermain, meledakkan masjid dan
rumah sakit. Sekarang mereka akan membakar seluruh puisi, mengenyahkan buku-buku.
Menyempitkan batas-batas tanah, membikin patung para pemimpin tanda kemenangan.
Setelah itu mereka akan menangis dan tertawa sambil mengucap syukur pada langit
Yang masih bisa dipercaya.
Semmi Ikra Anggara, Penyair dan Aktor. Tinggal di Kampung Pahlawan, di kaki Gunung
Salak Bogor. Sekarang sedang belajar teater di Jurusan Teater STSI Bandung. Pendiri Black
Rose Theatre dan Majalah Daunjati.

Anda mungkin juga menyukai