Anda di halaman 1dari 5

Perjamuan Kudus, Apa Artinya Untukku?

Lukas 22:7-20
7 Maka tibalah hari raya Roti Tidak Beragi, yaitu hari di mana orang harus menyembelih domba Paskah.
8 Lalu Yesus menyuruh Petrus dan Yohanes, kata-Nya: "Pergilah, persiapkanlah perjamuan Paskah bagi kita
supaya kita makan."
9 Kata mereka kepada-Nya: "Di manakah Engkau kehendaki kami mempersiapkannya?"
10 Jawab-Nya: "Apabila kamu masuk ke dalam kota, kamu akan bertemu dengan seorang yang membawa
kendi berisi air. Ikutilah dia ke dalam rumah yang dimasukinya,
11 dan katakanlah kepada tuan rumah itu: Guru bertanya kepadamu: di manakah ruangan tempat Aku
bersama-sama dengan murid-murid-Ku akan makan Paskah?
12 Lalu orang itu akan menunjukkan kepadamu sebuah ruangan atas yang besar yang sudah lengkap, di
situlah kamu harus mempersiapkannya."
13 Maka berangkatlah mereka dan mereka mendapati semua seperti yang dikatakan Yesus kepada mereka.
Lalu mereka mempersiapkan Paskah.
14 Ketika tiba saatnya, Yesus duduk makan bersama-sama dengan rasul-rasul-Nya.
15 Kata-Nya kepada mereka: "Aku sangat rindu makan Paskah ini bersama-sama dengan kamu, sebelum Aku
menderita.
16 Sebab Aku berkata kepadamu: Aku tidak akan memakannya lagi sampai ia beroleh kegenapannya dalam
Kerajaan Allah."
17 Kemudian Ia mengambil sebuah cawan, mengucap syukur, lalu berkata: "Ambillah ini dan bagikanlah di
antara kamu.
18 Sebab Aku berkata kepada kamu: mulai dari sekarang ini Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur
sampai Kerajaan Allah telah datang."
19 Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka,
kata-Nya: "Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku."
20 Demikian juga dibuat-Nya dengan cawan sesudah makan; Ia berkata: "Cawan ini adalah perjanjian baru
oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu.

Pendahuluan

Apa hubungan (korelasi) tema hari ini “Perjamuan Kudus” dengan kita? Dengan melakukannya, apa
dampaknya dalam hidup kita? Dalam perjalanan hidup bergereja dan melayani (baik sebagai jemaat maupun
hamba Tuhan), ada beberapa pemahaman yang dilakukan oleh gereja (jemaat Tuhan) terhadap perjamuan
kudus. 3 contoh di antaranya :

1. Saat melakukan perjamuan kudus, ada gereja Protestan yang hanya menyelenggarakan perjamuan kudus
setahun 4 kali yaitu di Jumat Agung, momen Juli (perjamuan kudus se-Indonesia?), Oktober (perjamuan
kudus sedunia) dan tutup tahun (buka tahun). Jemaat yang mengikuti perjamuan kudus ini antusias sekali
sehingga gereja-gereja yang menyelenggarakan hanya 4 kali setahun ini sampai harus buka tenda karena
jemaat yang mungkin tertulis 500 orang meskipun tiap Minggu hanya hadir 100 orang, tetapi saat
perjamuan kudus hadir semua. Kalau ditanya ,”Mengapa kamu hadir di perjamuan kudus?”
Dijawab,”Karena perjamuan kudus hanya diadakan 4 kali setahun dan itu adalah momen yang sangat
penting karena pada perjamuan kudus diingatkan bahwa Tuhan mati untuk saya.” Pernyataan itu benar,
tetapi dalam kehidupan bergereja setelah perjamuan kudus banyak yang tidak ke gereja lagi. Jadi tiap kali
perjamuan kudus jemaatnya dengan antusias menghadirinya.
2. Ada gereja yang mengadakan perjamuan kudus setiap bulan seperti di GKKK. Karena diadakan tiap buan,
menjadi biasa. Akhirnya perjamuan kudus tidak dianggap spesial. Kalau hari ini tidak hadir , maka masih ada
bulan depan. Di gereja yang hanya mengadakan 4 kali di atas, bila tidak hadir sekali maka tinggal 3 kali.
Kalau tidak hadir 2 kali, tinggal 2 kali. Kalau 3 kali tidak hadir, tinggal 1 kali. Kalau tidak hadir 4 kali,
kebangetan. Kalau tiap bulan diadakan karena dianggap biasa saja, maka banyak jemaat tidak begitu
antusias terhadap perjamuan kudus.
3. Ada juga gereja yang mengadakan perjamuan kudus hingga jemaatnya berebutan untuk mengambil roti
dan anggur perjamuan kudusnya untuk dibawa pulang. Suatu kali saya ikut kebaktian pernikahan di suatu
gereja karena ada pernikahan dari anak jemaat saya yang dinikahkan di gereja tempat pasangannya dan
saya hadir di sana. Rupanya dalam pemberkatan nikah ada perjamuan kudus. Saya duduk agak di belakang.
Saat majelis (petugas yang membawa perjamuan kudus) menghampi, di depan saya ada seorang ibu-ibu
yang mengambil beberapa cawan anggur seperti jelly dan dikantongi. Juga hostinya diambil banyak-
banyak. Petugasnya membiarkan saja. Saya terdiam bingung. Selesai ibadah, saya bertanya ke ibu
tersebut,” Ibu, mengapa ambil banyak-banyak, bukankah Ibu hanya sendiri?”. Dijawab, “Untuk orang-orang
di rumah yang tidak bisa ikut karena sakit. Kalau makan perjamuan kudus akan sembuh.” Sampai
sedemikian hebatnya sehingga bersifat magis dan percaya bahwa roti dan anggur perjamuan kudus akan
menyembuhkan orang yang memakan dan meminumnya. Maka ia mengambil seraup hosti sehingga
hikmatnya dan wIbawanya sudah tidak ada lagi.

Waktu berpikir seperti itu, pemahaman kita tentang perjamuan kudus apa? Hari ini kita belajar dari Injil Lukas.
Yohanes, Markus dan Matius mencatat tetapi Lukas memberikan kepada kita suatu pemaparan yang lebih detil
tentang momen perjamuan kudus ini. Kita akan belajar 2 hal :

1. Allah yang menyediakan , mengerjakan dan menuntaskan keselamatan melalui karya Yesus Kristus.

Lukas 22:7 Maka tibalah hari raya Roti Tidak Beragi, yaitu hari di mana orang harus menyembelih
domba Paskah. Kalau kita memperhatikan cerita dari penulis-penulis Injil, perjamuan kudus berkaitan
dengan peristiwa besar dalam keagamaan orang Yahudi yaitu peristiwa Paskah. Peristiwa Paskah menjadi
peristiwa penting bagi orang Israel. Ini menjadi perayaan yang tidak boleh diabaikan oleh mereka. Perayaan
yang harus dilakukan terus-menerus dari generasi ke generasi berikutnya tidak boleh terputus. Peristiwa ini
untuk mengingat suatu kejadian yang sungguh-sungguh luar biasa dalam kehidupan orang-orang Israel.
Mengapa? Karena peristiwa Paskah adalah peristiwa di mana Allah membawa umatNya keluar dari Mesir.
Allah membawa orang-orang Israel ,umat pilihanNya, untuk masuk ke dalam negeri yang Tuhan sudah
janjikan. Orang Israel yang dijajah selama 420 tahun sekarang merdeka sebagai bangsa dalam pimpinan
Allah melalui Musa keluar dari tanah perbudakan. Peristiwa Paskah Ini menjadi peristiwa yang sangat kuat
dalam kehidupan ritual keagamaan orang-orang Yahudi. Mereka meyakini bahwa peristiwa Paskah adalah
peristiwa di mana Allah telah membawa mereka keluar dalam keselamatan. Sehingga kalau kita berbicara
perjamuan kudus maka peristiwa ini berkaitan dengan peristiwa Paskah. Maka poin pertama bahwa karya
keselamatan yang Kristus lakukan sungguh-sungguh dikerjakan, disiapkan oleh Allah dan Allah lah yang
menggenapiNya. Allah yang menyediakan , mengerjakan dan menuntaskan keselamatan melalui karya
Yesus Kristus.
Dalam peristiwa Paskah, saya membaca sebuah tafsiran yang sangat bagus dari seorang teolog
Perjanjian Lama bernama Walter Brueggeman (lahir 1933, 88 tahun). Ia mengatakan bahwa peristiwa
Paskah orang Israel keluar dari Mesir itu adalah sebuah peristiwa yang membalikkan satu proses tentang
penciptaan yang dilakukan di dalam Kejadian pasal 1. Waktu Tuhan menciptakan langit, bumi, lautan dan
daratan beserta isinya pada Kejadian pasal 1 ada sebuah proses yang terjadi. Pada mulanya Allah
menciptakan langit dan bumi. Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya,
dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air. Berfirmanlah Allah: "Jadilah terang." Lalu terang
itu jadi. Allah melihat bahwa terang itu baik, lalu dipisahkan-Nyalah terang itu dari gelap. (Kej 1:1-4)
Itulah awal penciptaan. Ada kekacauan dan gelap-gulita, kosong dan penuh air. Tetapi pada waktu Allah
berfirman, maka kekacauan itu menjadi keteraturan. Kekosongan itu menjadi limpah ruah karena Allah
menumbuhkan berbagai jenis tanaman , ikan dll. Lalu gelap menjadi terang pada waktu Allah berfirman
jadilah terang maka terang pun jadi. Sehingga Walter Brueggeman berkata bahwa dalam proses
penciptaan, Allah mempunyai proses yang luar biasa sampai pada kesempurnaan. Dari yang tidak
sempurna menjadi sempurna adanya. Sehingga peristiwa penciptaan adalah peristiwa untuk menunjukkan
Allah yang maha besar, Allah yang mampu untuk melakukan pekerjaan besar. Tetapi dalam peristiwa
Paskah yang pertama waktu mereka dibawa keluar dari Mesir oleh Tuhan, justru peristiwa ini adalah
peristiwa yang pembalikan dari proses penciptaan. Mesir yang teratur dibuat kacau balau oleh Tuhan.
Mesir yang terang benderang dibuat gelap gulita oleh Tuhan. Pada masa di mana mereka keluar adalah
masa di mana 10 tulah telah Tuhan timpakan kepada bangsa Mesir. Ke-10 tulah itu membuat bangsa yang
merasa besar dan heabat, sempurna sekarang dikacau-balaukan oleh Allah sehingga pada waktu mereka
keluar suasananya sangat mencekam sekali. Benar-benar kekacauan sedang terjadi bahwa mereka harus
mengalami hal-hal yang luar biasa mengerikan. Walter Brueggeman mengatakan, “Perhatikan pada waktu
mereka keluar , kekacauan itu sedang sungguh-sungguh menimpa orang Mesir. Orang Mesir sedang
berteriak dengan kengerian bahwa mereka ada dalam suasana yang sangat mencekam. Maka pada tengah
malam TUHAN membunuh tiap-tiap anak sulung di tanah Mesir, dari anak sulung Firaun yang duduk di
takhtanya sampai kepada anak sulung orang tawanan, yang ada dalam liang tutupan, beserta segala anak
sulung hewan. Lalu bangunlah Firaun pada malam itu, bersama semua pegawainya dan semua orang
Mesir; dan kedengaranlah seruan yang hebat di Mesir, sebab tidak ada rumah yang tidak kematian.
(Keluaran 12:29-30). Mereka berteriak dan merasa kepedihan yang luar biasa karena pada waktu itu
Tuhan membuat kekacauan yang luar bisa di Mesir.
Kalau kita perhatikan di cerita Musa, waktu Musa dibesarkan dengan hikmat Mesir, kita melihat
seluruh proses bernegara Mesir yang teratur. Baik pertanian dan pembangunan teratur, Mesir adalah
negara adi daya saat itu. Keteraturan, kemakmuran dan kehidupan yang sejahtera mereka hari di mana
orang Israel dibawa keluar , semuanya diputar-balikan. Jadi peristiwa terbalik dari proses penciptaan dari
yang tidak sempurna menjadi sempurna lalu proses orang Israel keluar dari yang teratur menjadi tidak
teratur. Dalam kekacauan itu, Tuhan sanggup mengeluarkan 1 bangsa yaitu Israel. Dari sini kita mencatat
hal yang penting. Allah adalah Allah yang sanggup di dalam menolong umatNya. Entah dalam peristiwa
yang paling menakutkan sekalipun. Entah dalam peristiwa di mana kita kehilangan daya, Tuhan hadir. Ini
peristiwa yang hebat. Allah mampu mengatasi kekacauan yang merupakan hal yang paling menakutkan,
tetapi Tuhan bisa mengeluarkan dari perkara ini. Kalau kita ada dalam masa susah, peristiwa Paskah adalah
Allah sanggup menolong dalam segala kondisi. Waktu orang Israel keluar Tuhan berkata, “Kamu siapkan
binatang domba. Nanti binatang itu harus disembelih supaya darah yang keluar dioleskan di pintu sehingga
tidak mengalami kematian dan keluar dari Mesir”.
Sebab pada malam ini Aku akan menjalani tanah Mesir, dan semua anak sulung, dari anak manusia
sampai anak binatang, akan Kubunuh, dan kepada semua allah di Mesir akan Kujatuhkan hukuman,
Akulah, TUHAN. Dan darah itu menjadi tanda bagimu pada rumah-rumah di mana kamu tinggal: Apabila
Aku melihat darah itu, maka Aku akan lewat dari pada kamu. Jadi tidak akan ada tulah kemusnahan di
tengah-tengah kamu, apabila Aku menghukum tanah Mesir (Keluaran 12:12-13). Peristiwa penebusan anak
domba melambangkan orang Israel tidak mati tetapi orang Mesir yang mati karena Allah mau menghukum
mereka. Orang Israel diselematkan karena semata-mata Allah memberi keselamatan melalui penebusan
anak domba itu. Jadi Allah-lah yang sudah menyediakan keselamatan bagi orang Israel sehingga mereka
tidak dihukum, bukan karena mereka baik atau lebih benar dari orang Mesir. Karena orang Israel dan Mesir
sama-sama menjadi bangsa yang sudah satu di dalam kepercayaan yang salah terhadap dewa-dewa.
Kehidupan orang Israel di Mesir sudah kacau-balau. Bahkan kehidupan mereka secara hari lepas hari tidak
beda dengan orang Mesir. Tetapi Allah memberikan keselamatan karena anugerah dengan menyediakan
pertolongan pada mereka. Sehingga peristiwa Paskah menjadi peristiwa penting untuk menyatakan bahwa
Allah sudah menyiapkan keselamatan itu, Allah sudah mengerjakan dan menuntaskan keselamatan itu.
Sehingga waktu kita membaca Injil Lukas, Lukas memberikan catatan yang detil alurnya. Dikatakan Petrus
dan Yohanes diminta pergi untuk menyiapkan suatu ruangan. Kata mereka kepada-Nya: "Di manakah
Engkau kehendaki kami mempersiapkannya?" Jawab-Nya: "Apabila kamu masuk ke dalam kota, kamu
akan bertemu dengan seorang yang membawa kendi berisi air. Ikutilah dia ke dalam rumah yang
dimasukinya, dan katakanlah kepada tuan rumah itu: Guru bertanya kepadamu: di manakah ruangan
tempat Aku bersama-sama dengan murid-murid-Ku akan makan Paskah? Lalu orang itu akan
menunjukkan kepadamu sebuah ruangan atas yang besar yang sudah lengkap, di situlah kamu harus
mempersiapkannya." (Lukas 22:9-22). Di sini Lukas memberikan kepada kita suatu sinyal yang kuat dari apa
yang Perjanjian Lama sudah lakukan. Yesus mempersiapkan semuanya. Ia mempersiapkan apa yang Dia
lakukan , mempersiapkan apa yang nanti akan Dia kerjakan. Dan perjamuan malam itulah menjadi
perjamuan kudus di mana Ia memberikan kepada murid-muridNya suatu kesiapan bahwa bahwa “Aku akan
melakukan karyaKu dan Aku mempersiapakannya dan mengerjakannya untuk kamu. Aku menuntaskannya
buat kamu”.
Perjamuan kudus yang dilakukan oleh Tuhan, malam sebelum Ia disalib adalah sebuah peristiwa
yang seharusnya membuat kita selalu melihat satu karya yang begitu agung dan mulia yang seharusnya
menyentak kehidupan rohani kita dan seharusnya membangunkan kita kalau kehidupan rohani kita sudah
redup yaitu Allah lah ynag mempersiapkan , mengerjakan dan menuntaskan keselamatan yang kita miliki di
dalam Yesus Kristus saat kita percaya kepada Yesus Kristus. Dia yang siapkan, kerjakan dan tuntaskan buat
kita. Sehingga kalau ditanya , perjamuan kudus itu apa korelasi-nya dengan saya? Disitulah kita harus
berkata pada diri kita,”Aku telah ditebus oleh Allah dengan satu rencana yang sangat rinci dan sempurna,
satu rencana rencana agung yang Dia kerjakan buat kita, orang yang berdosa”. Sehingga waktu kita hadir
dalam perjamuan kudus, saya diingatkan bahwa Allah begitu mengasihi saya sehingga Dia benar-benar
menyiapkan, mengerjakan dan menuntaskanNya untuk saya. Ini harusnya ada dalam hati kita yang
terdalam sehingga benar-benar kita masuk perjamuan kudus dengan satu penghayatan yang hebat bahwa
aku benar-benar spesial di mata Allah. Aku benar-benar orang yang diperhitungkan Allah karena
berdasarkan kasihNya dan keputusanNya, Dia mau menyelamatkan saya. Sekali lagi Israel keluar dari Mesir
bukan karena Israel lebih bersih dari Mesir, mereka sama kotornya secara moral dan spiritual (mereka
semua tidak beda dengan orang Mesir). Tetapi Allah berbelaskasihan kepada Israel sehingga Dia memanggil
mereka dan menyelamatkan mereka sehingga perjamuan kudus adalah peristiwa di mana Yesus kembali
kepada Perjanjian Lama tentang kasih Allah yang tidak berkesudahan dan sekarang kasih Allah di-
manifestasikan dan dikonkritkan dalam diriNya karena Dia akan menuju Golgota.
2. Allah ingin berelasi dengan kita secara pribadi

Ayat 14-15 Ketika tiba saatnya, Yesus duduk makan bersama-sama dengan rasul-rasul-Nya. Kata-
Nya kepada mereka: "Aku sangat rindu makan Paskah ini bersama-sama dengan kamu, sebelum Aku
menderita. Lukas yang mencatat bagian ini. Matius, Markus dan Yohanes tidak mencatatnya. Lukas dikasih
Tuhan kalimat ini untuk dituliskan. Ini adalah kalimat yang sangat mengharukan sekali karena Tuhan ingin
berelasi dengan umatNya. Aku rindu makan bersama-sama denganmu. Pernyataan ini keluar dari seorang
yang akan meninggal. Menurut tradisi orang Yahudi , kalau orang mau meninggal dan ia tahu bahwa ia
akan meninggal, maka ia akan menyampaikan perkataan atau pesan yang disampaikan ke orang yang
masih hidup. Contoh pada kisah Abraham yang sudah mulai tua , lalu ia punya Ishak yang harus dicarikan
calon istri. Ini seorang bapak (orang tua) yang baik. Ia terlibat dalam proses perjodohan anaknya. Kalau
orang tua sekarang bisa sangat intervensi (mengatur sampai anaknya sendiri tidak punya pilihan) atau ada
juga yang lepas kendali sama sekali (terserah mau kawin dengan siapa yang penting laki dengan
perempuan). Bagaimana dengan Abraham? Berkatalah Abraham kepada hambanya yang paling tua dalam
rumahnya, yang menjadi kuasa atas segala kepunyaannya, katanya: "Baiklah letakkan tanganmu di bawah
pangkal pahaku, supaya aku mengambil sumpahmu demi TUHAN, Allah yang empunya langit dan yang
empunya bumi, bahwa engkau tidak akan mengambil untuk anakku seorang isteri dari antara perempuan
Kanaan yang di antaranya aku diam. Tetapi engkau harus pergi ke negeriku dan kepada sanak saudaraku
untuk mengambil seorang isteri bagi Ishak, anakku." (Kejadian 24:1-4). Jadi sebelum mati, ia ingin
mencarikan pendamping anaknya.
Waktu Yakub mau mati, ia berkata bahwa ia punya kerinduan untuk bertemu dengan Yusuf. Itu
sebuah kerinduan yang sangat dalam sekali dan kerinduan itu Tuhan genapkan dalam perjumpaannya
dengan Yusuf. Tokoh -tokoh di kitab suci menyampaikan pesan seperti itu dan pesan itu adalah pesan yang
sangat mengharukan karena itulah pesan terakhir. Tuhan Yesus juga menyampaikan pesan terakhir yaitu Ia
sangat rindu untuk makan bersama dalam satu meja perjamuan. Jadi Allah ingin berelasi dengan kita secara
personal. Ini adalah berita yang sangat mengharukan sekaligus menguatkan kita bahwa Allah mau
berhubungan (berelasi) dengan kita. Relasi itu berbicara bahwa saya ingin memberikan kasih saya. Relasi
berbicara saya ingin menyatakan kehadiran saya kepada kamu. Sehingga waktu Yesus berkata,”Aku rindu
makan perjamuan terakhir ini dengan kamu karena setelah itu Aku tidak akan makan dan minum lagi
sampai kegenapannya nanti. Sebelum itu terjadi Aku sangat rindu malam ini makan bersama dengan
kamu.” Kerinduan Allah ialah kerinduan berelasi karena dalam relasi itu, Ia menyatakan kerinduan dan
kehadiranNya dengan kita. Alasan mengapa gereja tetap mempunyai penekanan bahwa gereja tidak
mungkin dan tidak bisa dilakukan dalam ibadah online selamanya karena konsep relasi adalah konsep di
mana saya hadir untuk orang lain. Tidak mungkin saya berelasi , tetapi saya tidak hadir. Waktu istri saya di
Fuzhou memang saya bisa berelasi tetapi terbatas melalui telpon, tetapi itu bukan relasi yang sempurna.
Relasi yang utuh adalah relasi di mana saya membagikan kehadiran saya dengan orang yang saya kasihi.
Sehingga Yesus katakan kepada murid-muridNya,”Aku rindu berelasi dengan kamu. Aku rindu membagikan
kasihKu kepada engkau. Aku rindu membagikan diriKu hadir bersama denganmu”. Itu sebabnya mengapa
persekutuan orang percaya dalam gereja adalah persekutuan bersama-sama dengan jemaat yang hadir. Ini
yang seringkali miskin dalam kehidupan kita. Setelah ibadah pulang dan tidak menyapa satu dengan lain. Ini
bukan relasi. Relasi adalah “aku membagikan kasihku dan kehadiranku kepada engkau”. Sehingga di situlah
terjadi keutuhan kasih yang Tuhan adakan. Perjamuan kudus ini adalah sebuah momen yang Tuhan mau
katakan,”Aku sungguh-sungguh mencintaimu, dan karena Aku mencintaimu maka aku ingin selalu berelasi
dengamu”. Apakah kita punya kerinduan yang kuat berelasi dengan Tuhan? Kalau kita tidak punya
kekuatan berelasi dengan Allah sungguh menyedihkan karena Allah sangat ingin berelasi dengan kita, Dia
datang kepada milik kepunyaanNya tetapi milik kepunyaanNya tidak melihat satu hal yang besar bahwa Ia
ingin berelasi.

Penutup

Dalam momentum masuk ke minggu pra Paskah ke-6 dan Jumat Agung kita akan mengadakan
perjamuan kudus , kita dibawa kepada satu momentum yang sangat mengharukan dan sangat indah luar
biasa : Allah ingin berelasi dengan kita secara pribadi. Kiranya Tuhan membawa kita di dalam satu kekuatan
kebenaran firman untuk kita menikmati setiap perjamuan kudus dari waktu ke waktu di dalam kekuatan yang
Tuhan sudah nyatakan melalui firmanNya yang kita pelajari pada pagi ini.

Pdt. Hery Kwok

Anda mungkin juga menyukai