Anda di halaman 1dari 16

TOKSIKOLOGI KLINIK

UJI NARKOTIKA

DISUSUN

OLEH :

NAMA : AGNES GRACIA PURBA

NIM : P07534022144

TINGKAT :2-D

POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN

JURUSAN D-III TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada saya sehingga saya berhasil menyelesaikan makalah ini
yang berjudul “UJI NARKOTIKA” selesai pada waktunya. Adapun maksud dari penyusunan
makalah ini untuk memenuhi dan menyelesaikan tugas Toksikologi Klinik. Adapun maksud
lain dari penyusunan makalah ini agar para pembaca lebih mengetahui penjelasan lengkap
mengenai uji narkotika melalui metode kuantitatif dan kualitatif..

Dalam penyusunan makalah, saya ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada:


1. Orangtua saya yang saya kasihi, yang selalu memotivasi, menyemangati dan
mendukung saya dalam menyusun makalah ini.
2. Dosen Mata Kuliah Toksikologi Klinik, Sri Bulan Nasution, ST, M.Kes Yang telah
membantu, membimbing, mengarahkan saya dengan penuh kesabaran. Sehingga saya dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan lancar tanpa ada kesulitan sedikit pun.

Harapan saya sebagai penyusun bahwa makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang Uji Narkotika. Saya menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik dari segi penyusunan, bahasa, maupun
penulisannya. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari semua pembaca guna menjadi acuan agar makalah ini bisa menjadi lebih baik lagi ke
depannya.

Medan, 24 Maret 2024


Penyusun

( Agnes Gracia Purba )


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

A. BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah 1
1.2. Rumusan Masalah 2
1.3. Tujuan 2

B. BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Definisi Narkotika dan Psikotropika 3
2.2. Jenis-Jenis Narkotika dan Psikotropika 5
2.3. Zat Lainnya dari Narkotika 6
2.4. Metode Yang Digunakan dalam Pemeriksaan Narkotika 7

C. BAB III. METODE ANALISA

3.1. Metode Immunochromatography 8


3.2. Metode Confirmation Test 9

D. BAB IV PENUTUP

4.1. Kesimpulan 10
4.2. Saran 10

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah


Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya. Selain
narkoba, istilah yang di perkenalkan khususnya oleh Departemen Kesehatan
Republik Indonesia adalah Napza yang merupakan singkatan dari Narkotika
Psikotropika dan Zat Adiktif. Semua istilah ini baik narkoba atau napza mengacu
pada sekelompok zat yang umumnya mempunyai resiko kecanduan bagi
penggunanya. Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya
(NAPZA) atau istilah yang populer dikenal masyarakat sebagai Narkoba
(Narkotika, Psikotropika, dan Obat Berbahaya) semakin banyak terjadi.

Menurut Rahmadona, E & Agustin, H. (2014) ketergantungan tersebut terjadi


karena sifat-sifat narkoba yang dapat menyebabkan keinginan yang tidak
tertahankan (an over powering desire) terhadap zat yang dimaksud dan jika perlu
dengan jalan apapun untuk memperolehnya, kecenderungan untuk menambahkan
takaran atau dosis dengan toleransi tubuh, ketergantungan psikologis yaitu apabila
pemakaian zat dihentikan akan menimbulkan gejala-gejala kejiwaan sperti
kegelisahan, kecemasan, depresi, dan sejenisnya, ketergantungan fisik yaitu
apabila pemakaian zat dihentikan akan menimbulkan gejala fisik yang dinamakan
gejala putus obat (withdrawal symptoms).

Urin sering digunakan sebagai pemeriksaan skrining karena bersifat non


infasif, mudah, murah dan metabolit suatu obat lebih banyak terdapat pada urin
dibandingkan dengan darah. Beberapa spesimen lain yang dapat digunakan seperti
darah, saliva, rambut, kuku, dan keringat. Meskipun demikian, pemeriksaan urin
tidak bisa digunakan untuk menunjukkan suatu kondisi ketergantungan atau
intoksikasi. Interpretasi hasil pemeriksaan narkoba membutuhkan pengetahuan
yang mendalam karena ada kemungkinan hasil positif palsu atau negatif palsu.
Belum ada tes narkoba yang 100% akurat. Hasil pemeriksaan skrining sebaiknya
dilanjutkan dengan pemeriksaan konfirmasi dalam laboratorium.

1
1.2. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas, dapat diambil rumusan masalah yaitu
sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari Narkotika?
2. Apa jenis-jenis dari Narkotika?
3. Apa zat adiktif lainnya dari Narkotika?
4. Apa saja metode yang digunakan pada pemeriksaan Narkotika?

1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian dari Narkotika dan Psikotropika
2. Untuk mengetahui jenis-jenis Narkotika dan Psikotropika
3. Untuk mengetahui zat adiktif lainnya dari Narkotika?
4. Untuk mengetahui metode yang digunakan pada pemeriksaan Narkotika.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Narkotika dan Psikotropika


A. Pengertian Narkotika
Narkotika adalah bahan atau zat yang dapat memengaruhi kondisi kejiwaan psikologi
seseorang, serta dapat menimblkan ketergantungan secara fisik dan psikologi. Menurut UU
RI No. 35/2009, Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintesis maupun semisintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan
dapat menimbulkan ketergantungan.

B. Pengertian Psikotropika
Menurut UU RI No. 35/2009, Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun
sintesis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan
saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.

2.2. Jenis-Jenis Narkotika dan Psikotropika


1. Jenis Narkotika
a. Golongan I
Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan dan tidak digunkan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi
mengakibatkan ketergantungan. Contohnya sebagai berikut :
 Heroin  Heroin ini merupakan turunan morfin yang sudah mengalami proses kimiawi.
Pada mulanya heroin ini digunakan untuk pengobatan ketergantungan morfin, tetapi
kemudian terbukti bahwa kecanduan heroin justru lebih hebat. Morfin atau heroin disebut
juga putaw. Bentuknya seperti serbuk putih tidak berbau.

3
 Kokain  Efek dari penggunaan kokain dapat meyebabkan paranoid, halusinasi serta
berkurang rasa percaya diri. Pemakaian obat ini akan merusak syaraf di otak. Selain
memperburuk sistem pernafasan, penggunaan yang berlebihan sangat membahayakan dan
bisa membawa kematian. Kokain yang turunannya putaw sangat berbahaya bagi kesehatan
manusia.
 Ganja  Ganja yang dikenal juga dengan nama cannabis sativa pada mulanya banyak
digunakan sebagai obat relaksan untuk mengatasi intoksikasi (keracunan ringan). Bahan yang
digunakan dapat berupa daun, batang dan biji, namun kemudian disalahgunakan
pemakaiannya. Ganja dapat membuat ketagihan secara mental dan berfikir menjadi lamban
dan pecandunya nampak bodoh karena zat tersebut dapat mempengaruhi konsentrasi dan
ingatan serta kemampuan berfikir menjadi menurun.
b. Golongan II
Narkotika yang berkhasiat pengobatan, digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat
digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contohnya adalah :
 Morfin  Morfin merupakan turunan opium yang dibuat dari hasil pencampuran
getah poppy (papaver somary ferum) dengan bahan kimia lain, sifatnya jadi semi
sintetik. Morfin merupakan zat aktif dari opium. Di dalam dunia kedokteran, zat ini
diguanakan untuk mengurangi rasa sakit pada waktu dilakukan pembedahan atau
operasi.
c. Golongan III
Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalma terapi dan atau tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
ketergantungan. Contohnya sebagai berikut :
 Kodein  Kodein adalah sejenis obat yang digunakan untuk mengobati nyeri sedang
hingga berat. Efek sampingnya dapat mengecam jiwa, seperti halnya senyawa opiat
lainnya adalah depresi saluran pernapasan.

4
2. Jenis Psikotropika
a. Golongan I
Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak
digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindrom
ketergantungan. Contohnya sebagai berikut :
 Ekstasi Dari sekian banyak jenis narkoba yang beredar maka ekstasi mungil inilah
yang paling banyak dikonsumsi di dalam negeri. Selain dari bahan bakunya mudah di
dapat, harga jualnya pun bervariasi. Mulai dari harga golongan “high class
eksekutif”selebritis, diatas Rp.100.000 hingga harga banting di warung kafe
Rp.10.000/butir
b. Golongan II
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan atau
tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindrom
ketergantungan. Contohnya sebagai berikut :
 Amphetamine  Memiliki nama jalanan : seed, meth, crystal, whiz. Bentuknya ada
yang berbentuk bubuk warna putih dan keabuan, dan ada juga yang berbentuk tablet.
Cara penggunaan denga cara dihirup. Sedangkan yang berbentuk tablet diminum
dengan air.

c. Golongan III
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan atau
tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindrom
ketergantungan. Contohnya sebagai berikut :
 Phenobarbital  Phenobarbital merupakan antikonvulsan turunan babiturat yang
efektif dalam mengatasi epilepsi. Phenobarbital menekan korteks sensor, menurunkan
aktivitas motorik, menyebabkan kantuk, efek sedasi, dan hipnotik.

5
2.3. Zat Adiktif Lainnya dari Narkotika
Zat adiktif lainnya dari Narkotika ini merupakan bahan atau zat yang
berpengaruh psikoaktif di luar narkotika dan psikotropika, yang meliputi :
1. Minuman alkohol yang mengandung etanot etil alkohol, yang berpengaruh
menekan susuna saraf pusat, dan sering menjadi bagian dari kehisdupan manusia
sehari-hari dalam kebudayaan tertentu. Jika digunakan bersamaan dengan narkotika
atau psikotropika akan memperkuat pengaruh obat atau zat itu di dalam tubuh
manusia. Ada tiga golongan minuman beralkohol,yaitu: :
 Golongan A dengan kadar alkohol 1-5% (Bir)
 Golongan B dengan kadar etanol 5-20% (Berbagai minuman anggur)
 Golongan C dengan kadar etanol 20-45% (Whisky, Vodca, Manson
House, Johny Walker)
2. Inhalasi (gas yang dihirup) dan solven (zat pelarut) mudah menguap berupa
senyawa organik, yang terdapat pada berbagai barang keperluan rumah tangga,
kantor, dan sebagai pelumas mesin. Beberapa yang sering disalahgunakan adalah lem,
tiner, penghapus cat kuku, dan bensin.
3. Tembakau. Pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat luas di
masyarakat. Rokok dan alkohol sering menjadi pintu masuk penyalahgunaan NAPZA

6
2.4. Metode Yang Digunakan Dalam Pemeriksaan Narkotika

Pada pengujian laboratorium dalam identifikasi penyalahgunaan obat terlarang dapat


menggunakan beberapa jenis spesimen tubuh, namun sampel urin merupakan salah satu jenis
spesimen yang paling direkomendasi, karena bisa diperoleh dalam volume yang banyak,
konsentrasi tinggi untuk banyak racun dan merupakan sampel standar untuk penyalahgunaan
obat terlarang. Strip Test NAPZA (Amphetamin, Marijuana, dan Morphin) merupakan strip
test yang terdiri dari 3 parameter.

Pada pemeriksaan narkotika dengan spesimen urine digunakan metode


imunokromatografi kompetitif kualitatif. Pada pemeriksaan urin, umumnya teknik yang
dilakukan adalah dengan mengumpulkan urine pada wadah berupa pot urine steril. Hasil
positif ditandai dengan terbentuk hanya 1 garis yaitu pada area control, dan hasil negatif
dengan terbentuk 2 garis pada area control dan test, dan invalid apabila terbentuk garis pada
test atau tidak terbentuk sama sekali

Pemeriksaan narkotika tidak hanya dapat digunakan dengan metode


immunokromatografi saja, melainkan dapat dilakukan dengan metode uji konfirmasi
(Confirmatory Test) yang bertujuan memastikan identittas analit serta menetapkan kadarnya,
uji konfirmasi ini harus lebih spesifik.

7
BAB III

METODE ANALISA

3.1. Metode Immunochromatography

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode imunoassay dengan
menggunakan alat strip test NAPZA dengan 3 parameter (Amphetamin, Marijuana, dan
Morphin). Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Strip test NAPZA 3 parameter
(Amphetamine, Marijuana, dan Morphin), pot urine, handscoon, masker, dan kertas label.
Bahan yang digunakan adalah: spesimen urine. Prosedur penelitian dilakukan dengan 3 tahap
yaitu Tahap Pra-Analitik, Tahap Analitik dan Tahap Post Analitik.

A. Prosedur Tahap Pra-Analitk :


 Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan.
 Mencuci tangan dan menggunakan APD.
 Menjelaskan kepada responden atas tindakan yang akan dilakukan.
 Menginformasikan prosedur untuk menampung urine kepada pasien
 Memberi label pada pot urine.

B. Prosedur Tahap Analitik :


 Membuka strip test, kemudian celupkan strip test secara vertikal ke dalam sampel urine
selama 10-15 detik
 Strip test dicelupkan ke dalam urine tidak melewati batas garis maksimum
 Tempatkan strip test pada bidang datar, lalu baca hasil yang diperoleh.

C. Prosedur Tahap Post Analitik :


 Mencatat dan mengumpulkan data hasil pemeriksaan NAPZA yang telah didapat untuk
diteliti lebih lanjut. Hasil positif (+) ditandai dengan terbentuknya 1 garis merah pada control.
Hasil negatif (-) ditandai dengan terbentuknya 2 garis merah pada control dan test
 Melepaskan APD.

8
3.2. Metode Confirmation Test

Uji Konfirmasi “confirmatory test” Uji ini bertujuan untuk memastikan identitas
analit dan menetapkan kadarnya. Konfirmatori test tidak sesensitif uji penapisan, namun
harus lebih spesifik. Umumnya uji pemastian menggunakan teknik kromatografi yang
dikombinasi denganteknik detektor lainnya, seperti: kromatografi gas - spektrofotometri
massa (GC-MS),kromatografi cair kenerja tinggi (HPLC) dengan diode-array detektor,
kromatograficair - spektrofotometri massa (LC-MS), KLT, Spektrofotodensitometri, dan
teknik lainnya.

Meningkatnya derajat spesifisitas pada uji ini akan sangat memungkinkan mengenali
identitas analit, sehingga dapat menentukan secara spesifik toksikan yangada (Wirasuta,
Gelgel, 2009). Disamping melakukan uji indentifikasi potensial positif analit (hasil uji
penapisan), pada uji ini juga dilakukan penetapan kadar dari analit. Data analisis kuantitatif
analit akan sangat berguna bagi toksikolog forensik dalam menginterpretasikan hasil analisis.
Misal analisis toksikologi forensik ditegakkan bertujuan untuk memastikan dugaan kasus
kematian akibat keracunan atau diracuni (Wirasuta, Gelgel, 2009).

9
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan
1. Narkotika adalah bahan atau zat yang dapat memengaruhi kondisi kejiwaan psikologi
seseorang, serta dapat menimblkan ketergantungan secara fisik dan psikologi. Menurut UU
RI No. 35/2009, Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintesis maupun semisintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan
dapat menimbulkan ketergantungan.
2. Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika,
yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku
3. Jenis-Jens Narkotika yaitu Heroin, Kokain, Ganja, Morfin dan Kodein. Jenis-Jenis
Psikotropka yaitu ekstasi, Amphetamine, dan Phenobarbital.
4. Zat Adiktif lain yang terdapat dalam narkotika yaitu Minuman Alkohol, Inhalasi (gas
yang dihirup) dan solven (zat pelarut) contohnya, lem, bensin, tiner dan penghapus cat kuku.
5. Metode yang digunakan dalam pemeriksaan narkotika ini yaitu menggunakan
Metode Immunochromatography dan Metode Confirmation Test.

4.2. Saran
1. Narkoba dapat merusak mental dan kesehatan fisik para penggunanya, karena
narkoba dapat merusak sistem saraf dan beberapa organ tubuh.
2. Masyarakat harus lebih waspada dan berhati-hati terhadap penyalahgunaan narkoba
di lingkungan sekitar agar terhindar dari bahaya narkoba.

10
DAFTAR PUSTAKA

Alesana. (2009). Makalah Tentang Narkoba dan Macam-Macam Narkoba

Rahmita Andareza. (2013). Makalah Bahaya Narkoba

Adrian Prasetio. Tes Narkoba. 2021. https://www.alomedika.com/tindakan-medis/tes-narkoba

Food and Drug Administration. Drugs of Abuse Home Use Test. 2018.
https://www.fda.gov/medical-devices/drugs-abuse-tests/drugs-abuse-home-use-test

https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/2245/pemeriksaan-narkoba-dari-spesimen-urin
menggunakan-metode-imunokromatografi Diakses pada 24 Maret 2024.
PRTANYAAN DAN PEMBAHASAN

1. Zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif
melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada
aktivitas mental dan perilaku. Penjelasan tersebut merupakan definisi dari ...
Jawab : Merupakan definisi dari psikotropika, karena psikotropika adalah zat atau obat, baik
alamiah maupun sintesis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh
selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental
dan perilaku.

2. Zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun
semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan menimbulkan ketergantungan. Penjelasan
tersebut merupakan definisi dari ...
Jawab : Merupakan definisi dari Narkotika, karena pengertian dari Narkotika adalah :
 Bahan atau zat yang dapat memengaruhi kondisi kejiwaan psikologi seseorang, serta
dapat menimbulkan ketergantungan secara fisik dan psikologi
 Narkotika zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintesis
maupun semisintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan.

3. Fulan adalah anak yang remaja yang sedang duduk dikelas XI di sebuah sekolah ternama.
Suatu ketika Fulan ditemukan tidak sadarkan diri dengan sebuah barang temuan berbentuk
serbuk putih seperti terigu. Berdasarkan bentuk barangnya, jenis narkoba apa yang Fulan
disalahgunakan adalah ...
Jawab : Jenis Narkotika yang digunakan oleh Fulan adalah narkotika Heroin atau bisa juga
disebut Putaw. Heroin atau Putaw merupakan obat obatan yang dapat membuat menimbulkan
efek tidak sadarkan diri, mood tidak menentu, mengantuk serta menimbulkan sakaw bagi
pengguna nya, ciri dari heroin atau putaw ini berbentuk seperti serbuk berwarna putih dan
tidak berbau.

4. Mengapa minuman beralkohol dikatakan mengandung zat adiktif lainnya dari Narkotika?
Jawab : Minuman alkohol yang mengandung etanot etil alkohol, yang berpengaruh menekan
susuna saraf pusat, dan sering menjadi bagian dari kehisdupan manusia sehari-hari dalam
kebudayaan tertentu. Jika digunakan bersamaan dengan narkotika atau psikotropika akan
memperkuat pengaruh obat atau zat itu di dalam tubuh manusia. Ada tiga golongan minuman
beralkohol, yaitu :
 Golongan A dengan kadar alkohol 1-5% (Bir)
 Golongan B dengan kadar etanol 5-20% (Berbagai minuman anggur)
 Golongan C dengan kadar etanol 20-45% (Whisky, Vodca, Manson House, Johny
Walker)

5. Bagaimana prosedur dari pemeriksaan narkotika dengan menggunakan Metode Rapid


Test? Jelaskan!
Jawab : Berikut prosedur kerja pemeriksaan narkotika menggunakan metode rapid test :
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. jelaskan kepada pasien akan tindakan yang akan dilakukan.
3. Informasikan prosedur untuk menampung urine kepada pasien
4. Beri label pada pot urine.
5. Setelah sampel urine diambl buka strip test dan celupkan strip test secara vertikal
ke dalam sampel urine selama 10-15 detik
6. Celupkan strip test ke dalam urine dengan tidak melewati batas garis maksimum
7. Tempatkan strip test pada bidang datar, lalu baca hasil yang diperoleh.
8. Jika hasil positif (+) maka ditandai dengan terbentuknya 1 garis merah pada
control. Jika hasil negatif (-) ditandai dengan terbentuknya 2 garis merah pada control
dan test.

Anda mungkin juga menyukai