Anda di halaman 1dari 47

ANALISIS EFISIENSI STEAM BOILER TIPE HORIZONTAL

DENGAN SIRIP PEMANAS

Skripsi

diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana


Pendidikan (S.Pd.)

oleh
Faadihilah Daffa Maulana
5201419032

JURUSAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2023
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Proyek skripsi berjudul “Analisis Efisiensi Steam Boiler Tipe Horizontal dengan

Sirip Pemanas” yang disusun oleh,

Nama : Faadihilah Daffa Maulana

NIM : 5201419032

Program Studi : Pendidikan Teknik Mesin

telah disetujui untuk diajukan ke sidang ujian proyek skripsi.

Semarang,

Pembimbing

Drs. Sunyoto, M.Si

NIP. 196511051991021001

i
DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING.........................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iv

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

1.1. Latar Belakang............................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah.......................................................................................3

1.3. Tujuan Penelitian........................................................................................4

1.4. Batasan Penelitian.......................................................................................4

1.5. Manfaat Penelitian......................................................................................5

BAB II.....................................................................................................................6

KAJIAN PUSTAKA..............................................................................................6

2.1 Tinjauan Pustaka........................................................................................6

2.2 Landasan Teori.........................................................................................10

2.2.1 Pengertian Boiler...................................................................................10

2.2.2 Fungsi steam boiler...............................................................................11

2.2.3 Jenis-jenis Boiler....................................................................................11

2.2.3.1. Boiler Pipa Api...................................................................................11

2.2.3.2. Boiler Pipa Air...................................................................................13

2.2.3.3. Boiler Jenis Stoker.............................................................................15

2.2.3.4. Boiler Jenis Pulverizer......................................................................17

2.2.3.5. Boiler Jenis CFB................................................................................19

2.2.4 Prinsip kerja boiler...............................................................................21

ii
2.2.5 Sirip pemanas (Heater Fins).................................................................22

2.2.6 Efisiensi boiler........................................................................................24

2.2.7 Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi boiler...........................27

2.2.8 Perhitungan efisiensi boiler dengan metode langsung.......................29

2.2.9 Perhitungan efisiensi boiler dengan metode tidak langsung.............30

2.2.10 Pengaruh sirip pemanas pada efisiensi boiler....................................31

BAB III..................................................................................................................33

METODE PENELITIAN....................................................................................33

3.1. Pendekatan dan Desain Penelitian..........................................................33

3.2. Lokasi Penelitian.......................................................................................34

3.3. Fokus Penelitian........................................................................................34

3.4. Variabel Penelitian....................................................................................35

3.5. Data dan Sumber Data.............................................................................36

3.6. Teknik Pengumpulan Data......................................................................36

3.7. Teknik Keabsahan Data...........................................................................37

3.8. Teknik Analisis Data.................................................................................38

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................40

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Boiler Pipa Api......................................................................................12

Gambar 2 Boiler Pipa Air......................................................................................14

Gambar 3 Boiler Jenis Stoker................................................................................16

Gambar 4 Boiler Jenis Pulverizer..........................................................................18

Gambar 5 Boiler tipe CFB.....................................................................................20

Gambar 6 Sirip Pemanas (Heater Fins)..................................................................23

Gambar 7 Efisiensi Thermal Boiler.......................................................................25

Gambar 8 Range Excess Air Pada Beberapa Jenis Bahan Bakar Pada Boiler.......27

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ketel uap (steam boiler) merupakan suatu alat/mesin yang digunakan

untuk menghasilkan uap. Ketel uap sendiri diaplikasikan dalam berbagai proses

produksi, mulai dari pembangkit listrik hingga pengolahan makanan dan minuman

pada industri berskala kecil, menengah, maupun besar. Ukuran ketel uap pun

beraneka ragam yang disesuaikan dengan kebutuhan serta budget dari industri itu

sendiri. Terdapat beberapa jenis ketel uap (steam boiler) yang biasa digunakan

dalam dunia industri seperti ketel uap horizontal dan ketel uap vertikal (Purba,

2016).

Pada industri kecil menengah seperti pembuatan tempe, ketel uap (steam

boiler) sangat membantu dalam serangkaian proses yang dilakukan. Ketel uap

difungsikan sebagai sumber energi untuk memproduksi uap air panas dalam

proses pembuatan tempe. Terdapat dua cara yang dapat digunakan untuk

memproduksi tempe, diantaranya adalah cara tradisional dan cara baru (Alvina &

Hamdani, 2019).

Secara tradisional, proses pembuatan tempe diawali dengan memisahkan

kedelai dari kotoran seperti batu dan sebagainya, kemudian kedelai dicuci

menggunakan air bersih. Selanjutnya letakkan kedelai dalam panci, kemudian

tuangkan air yang telah direbus hingga mendidih ke dalam panci sampai seluruh

biji kedelai terendam dan diamkan selama 12 jam. Bilas kembali menggunakan air

dingin serta aduk dengan tangan sampai semua kulit kedelai terkelupas dan

1
bijinya terbelah. Kukus kedelai yang sudah bersih selama 30 menit hingga terlihat

empuk, kemudian letakkan kedelai ke dalam tampah atau tempat yang sudah

disediakan secara merata. Selanjutnya, tambahkan satu sendok tepung tapioka

untuk satu kilogram kedelai dan aduk secara merata, lalu dinginkan sampai suhu

kamar sekitar 30°C. Kemudian taburi dengan ragi tape (Rhizopus Oligosporus)

sesuai kebutuhan, yaitu 10 gram per-satu kilogram kedelai. Kemas kedelai dengan

menggunakan pembungkus seperti plastik, daun pisang, dan daun jati, jika plastik

yang digunakan, maka tusuk-tusuk plastik dengan menggunakan jarum hingga

merata. Seteleh itu simpan dan susun posisinya pada permukaan datar dan lapisi

bagian atasnya dengan mengguakan daun atau karbon. Lakukan inkubasi pada

suhu kamar selama 2 sampai 3 kali selama 24 jam. Sedangkan cara pembuatan

tempe baru diawali dengan mengupas biji kedelai menggunakan mesin pengupas

(burr mill), kemudian direbus hingga mendidih. Rendam dalam air mendidih

selama 22 jam, bilas hingga hilang kulitnya dan rebus kembali selama 40 menit.

Tiriskan hingga bagian luarnya kering, olesi cetakan tempe secara merata di

atasnya dan masukkan ke dalam kantong plastik 200 g. Kantong plastik dibuat

lubang berukuran 4 cm2 dan didiamkan (difermentasi) selama 14-16 jam (Alvina

& Hamdani, 2019).

Dari Ketel uap (steam boiler) bisa dikatakan efisien jika biaya operasional

dan dampak penggunaannya terhadap lingkungan bisa ditekan seminimal

mungkin. Efisiensi ketel uap (steam boiler) merupakan faktor penting yang harus

diperhatikan dalam pengoperasian mesin ini dimana semakin efisien steam boiler

maka semakin sedikit pula bahan bakar dan waktu yang digunakan untuk

menghasilkan jumlah uap yang sama, sehingga biaya operasional dapat ditekan.

2
Selain itu, efisiensi yang tinggi juga dapat mengurangi emisi gas rumah kaca yang

dihasilkan oleh mesin karena penggunaan bahan bakar seperti oli bekas (Harlin &

Darius, 2018).

Maka dari itu, efisiensi pada mesin ketel uap (steam boiler) sangat

diperlukan. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan efisiensi

steam boiler adalah dengan menggunakan sirip pemanas yang menempel pada

dinding permukaan ketel uap (steam boiler).

Proses perpindahan panas yang terjadi juga dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor seperti perbedaan jenis bahan bakar yang digunakan, efisiensi dari

burner pada mesin ketel uap, serta volume air yang dipanaskan. Akan tetapi, pada

penelitian yang akan dilakukan ini lebih merujuk pada efisiensi dari penggunaan

sirip pemanas (heater fins).

Sirip pemanas (heater fins) juga digunakan pada aplikasi pemanasan fluida

seperti air dan minyak di dalam tangki atau sistem pipa. Dalam aplikasi ini, sirip

pemanas digunakan untuk meningkatkan laju penguncian panas dari pipa pemanas

ke cairan yang mengalir di sekitarnya, sehingga mempercepat proses pemanasan

atau pemanasan homogen. Secara keseluruhan, pemanas sirip merupakan

komponen penting dalam sistem pemanas dan penukar panas yang membantu

meningkatkan efisiensi dan kinerja sistem (Fachrudin dkk, 2019)

Jadi, berdasarkan beberapa opini di atas diperoleh permasalahan yang akan

penulis teliti mengenai ketel uap (steam boiler) dengan judul “Analisis Efisiensi

Steam Boiler Tipe Horizontal dengan Sirip Pemanas”.

3
1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas,

maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.2.1 Bagaimana analisis perbandingan efisiensi antara ketel uap (steam boiler)

tipe horizontal dengan sirip pemanas (heater fins) dan ketel uap (steam

boiler) tanpa sirip pemanas (heater fins) yang ditinjau dari segi biaya?

1.2.2 Bagaimana analisis perbandingan efisiensi antara ketel uap (steam boiler)

tipe horizontal dengan sirip pemanas (heater fins) dan ketel uap (steam

boiler) tanpa sirip pemanas (heater fins) yang ditinjau dari segi waktu?

1.2.3 Bagaimana efisiensi penggunaan sirip pemanas (heater fins) pada ketel uap

(steam boiler) tipe horizontal?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian di atas, maka diperoleh tujuan

dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.3.1 Mengetahui perbandingan efisiensi antara ketel uap (steam boiler) tipe

horizontal dengan sirip pemanas (heater fins) dan ketel uap (steam boiler)

tanpa sirip pemanas (heater fins) yang ditinjau dari segi biaya.

1.3.2 Mengetahui perbandingan efisiensi antara ketel uap (steam boiler) tipe

horizontal dengan sirip pemanas (heater fins) dan ketel uap (steam boiler)

tanpa sirip pemanas (heater fins) yang ditinjau dari segi waktu.

1.3.3 Mengetahui efisiensi penggunaan sirip pemanas (heater fins) pada ketel

uap (steam boiler) tipe horizontal.

4
1.4. Batasan Penelitian

Dalam penelitian ini perlu dilakukan pembatasan masalah untuk

mengantisipasi terjadinya peluasan permasalahan yang dikaji, sehingga pokok

permasalahan dapat dikaji secara mendalam. Adapun batasan penelitiannya adalah

sebagai berikut:

1.4.1 Mesin yang digunakan adalah ketel uap (steam boiler) tipe horizontal.

1.4.2 Komponen tambahan yang digunakan adalah sirip pemanas (heater fins).

1.4.3 Analisis mencakup biaya dan waktu dalam pembuatan tempe.

1.5. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1.5.1 Bagi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

Penelitian mengenai penggunaan ketel uap (steam boiler) tipe horizontal

dengan sirip pemanas (heater fins) akan membuka peluang riset lebih lanjut

dimana teknologi mengenai ketel uap (steam boiler) serta sirip pemanas (heater

fins) akan dapat dikembangkan kembali, sehingga dapat dihasilkan efisiensi yang

lebih efektif dan efisien dari penelitian yang peneliti lakukan.

1.5.2 Bagi Masyarakat

Manyarakat dapat mengetahui potensi serta manfaat penggunaan ketel uap

(steam boiler) dengan sirip pemanas (heater fins) dalam bidang industri baik

berskala kecil, sedang, maupun besar seperti mengurangi biaya produksi tetapi

kualitas dari produk meningkat.

5
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

Penelitian yang telah dilaksanakan sebelumnya dapat menjadi acuan bagi

penelitian yang akan datang. Di bawah ini terdapat hasil penelitian yang telah

dilakukan sebelumnya.

Sahda dkk (2022) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa faktor yang

mengurangi efisiensi boiler di PLTSa Bantargebang antara lain karena limbah

yang merupakan bahan bakar utama yang masih mengandung kadar air,

kebersihan permukaan tabung boiler, dan kualitas air.

Pratama dkk (2021) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa nilai efisiensi

boiler selalu menurun sejak mulai awal beroperasi setiap harinya, hal ini terjadi

karena pengaruh dari steam flow yang nilainya selalu berubah, dan dipepengaruhi

bahan bakar yang digunakan selalu meningkat sehingga boiler beroperasi kurang

optimal.

Sugiharto (2020) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa dengan semakin

efisiennya boiler, akan berdampak secara langsung terhadap biaya proses,

meminimalkan polusi lingkungan dan pelepasan gas berbahaya kedalam

lingkungan. Untuk menaikkan nilai dari efisiensi boiler bisa dilakukan dengan

perbaikan kinerja boiler dengan memasang peralatan seperti economizer dan air

preheater.

Hernawan (2020) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa perhitungan

terhadap efisiensi boiler biasanya dilakukan dengan menggunakan metode

6
langsung dan metode tidak langsung. Metode langsung merupakan perhitungan

efisiensi boiler secara cepat, hanya membandingkan energy output dengan energy

input, sedangkan metode tidak langsung merupakan perhitungan efisiensi boiler

dengan memperhitungan rugi rugi atau energy panas yang hilang. Berdasarkan

hasil pengukuran dan perhitungan didapatkan efisiensi dengan metode langsung

sebesar 80,35%, sedangkan berdasarkan metode tidak langsung didapatkan

efisiensi sebesar 79,68%. Jika nilai efisiensi tersebut dibandingkan dengan

spesifikasi efesiensi boiler sebesar 86,3% maka performansi /efisiensi boiler

tesebut sudah mengalami penurunan.

Dwiaji & Utama (2020) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa pola

pengoperasian sootblower mempengaruhi nilai dari efisiensi boiler yang akan

memberikan gambaran tentang seberapa besar efisiensi dari boiler ketika

beroperasi. Sebagaimana berdasarkan analisis perhitungan yang dilakukan di

dapatkan hasil efisiensi boiler mengalami penurunan ketika dilakukan kegiatan

sootblower. Kehilangan efisiensi boiler terbesar selama jelaga adalah 2,22%,

kehilangan efisiensi boiler terendah selama jelaga adalah 1,08 dan rata-rata

pengurangan selama jelaga bertiup adalah 1,73%. Sedangkan pengaruh

pengoperasian soot blower, efisiensi boiler menurun 11 kali lipat dan meningkat 8

kali lipat, hal ini menunjukkan bahwa mode pengoperasian soot blower di PLTU

Suralaya tidak efisien.

Muzaki & Mursadin (2019) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa salah

satu faktor yang menganalisa penurunan efisiensi boiler sangat mempengaruhi

proses perpindahan panas, karena jika terdapat kotoran atau kerak pada pipa boiler

dan adanya fouling maka akan mengakibatkan proses perpindahan panas akan

7
berkurang sehingga perpindahan panas akan berkurang, rate akan menurun, dan

juga akan mempengaruhi jumlah kehilangan panas di boiler.

Nuriyadi & Faldian (2019) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa

kinerja sistem boiler telah dievaluasi dengan variasi pengaturan temperatur air

panas masing-masing adalah 50°C, 60°C, 70°C, dan 80°C. Rata-rata konsumsi

energi pembakaran pada boiler adalah sebesar 50,23 kJ/s. Rata-rata energi yang

ditransfer terhadap air panas sebesar 39,82 kJ/s. Secara keseluruhan efisiensi

tertinggi sistem boiler dicapai pada setting temperature 80°C, yakni sebesar

71,5%.

Fachrudin dkk (2019) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa Semakin

banyak jumlah sirip maka temperatur fluida yang keluar dari tube akan semakin

menurun. Temperatur terbesar fluida yang keluar dari tube pada jumlah sirip 0,

yaitu 470 C dan temperatur terkecilnya pada sirip berjumlah 9 yaitu 34,70C.

Kunarto (2018) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa Bahan bakar

boiler dan jumlah bahan bakar yang dipakai sangat berpengaruh terhadap efisiensi

boiler itu sendiri. Semakin tinggi nilai LHV suatu bahan bakar boiler semakin

rendah pula jumlah konsumsi bahan bakar yang dipakai untuk menggerakan boiler

itu sendiri, begitupun sebaliknya jika diketahui nilai LHV suatu bahan bakar

boiler rendah maka jumlah konsumsi bahan bakar yang dipakai akan semakin

tinggi.

Pravitasari dkk (2017) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa penurunan

nilai efisiensi boiler dikarenakan kandungan karbon, hidrogen, belerang dalam

bahan bakar yang tidak terbakar sempurna.

8
Nugroho (2015) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa analisa teknis

pada boiler sangat diperlukan, sebagai upaya peningkatan efisiensi dan

mengetahui banyaknya energi yang terbuang sebagai kerugian. Faktorfaktor

penyebab kehilangan panas/heat loss terbesar pada boiler antara lain: “kehilangan

panas akibat gas buang kering, kandungan steam dalam gas buang, kandungan air

dalam bahan bakar, kandungan air dalam suplai udara dan lain-lain”.

Sudarman dkk (2015) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa telah

dihasilkan satu set ketel uap (Steam Boiler) untuk industri tahu yang diterapkan

pada industri mitra (Ibu Widari) dan telah berfungsi dengan baik; Ketel uap yang

dihasilkan terbukti lebih efisien dan mempunyai banyak kelebihan, antara lain

lebih hemat waktu (lebih singkat), hemat biaya (bahan bakar lebih sedikit) dan

hemat tenaga dan kapasitas produksi lebih banyak; Tahu yang diproduksi dengan

ban tuan ketel uap terbukti lebih berkualitas, yaitu rasa tahu lebih enak (tidak

sangit) dan lebih higienis; Biaya produksi tahu dengan bantuan ketel uap lebih

rendah, maka untuk jumlah produksi yang sama akan diperoleh keuntungan yang

lebih besar.

Nuryanti dkk (2013) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa penerapan

sirip dalam pada generator superheat dapat meningkatkan temperatur uap hingga

60.2% dengan efisiensi design sirip 40.8% dan laju aliran kalor dari 10 buah sirip

ke uap jenuh 344.55 W.

Hendaryati (2012) menjelaskan bahwa penelitiannya bertujuan untuk

mengetahui efisiensi boiler yang digunakan dan mengkaji konservasi energi pada

boiler. Penelitian menunjukkan efisiensi termal rata-rata dengan metode neraca

9
panas untuk Boiler Yoshimine H-2700 adalah 74,8% dan Boiler Yoshimine H-

3500 adalah 73,9%.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pengertian Boiler

Boiler merupakan suatu perangkat dengan bentuk bejana tertutup yang

digunakan dalam pemanasan air hingga menghasilkan uap, panas yang

dihasilkan dari pembakaran bahan bakar akan ditransfer ke media air yang

mengalir pada pipa-pipa boiler, ketika suhu air telah mencapai temperatur

tertentu, maka penguapan akan terjadi. Dalam bukunya yang berjudul “Boilers

for Power and Process”, Rayaprolu (2009: 3) menjelaskan bahwa boiler

merupakan suatu tempat penampung yang dapat menahan tekanan dan

menghasilkan uap dengan tekanan yang umumnya mencapai 2 bar atau

bahkan lebih tinggi. Menurut Sugiharto (2020: 51-57), boiler merupakan suatu

wadah tertutup yang digunakan untuk memproduksi uap bertekanan dimana

uap bertekanan tersebut digunakan di luar boiler itu sendiri. Menurut Priyanto

& Wilastari (2022: 60-66), ketel uap (boiler) merupakan sebuah perangkat

yang berfungsi untuk menciptakan uap, di mana terdiri dari dua komponen

yang sangat penting yaitu pemanas dapur yang didapat dari pembakaran bahan

bakar di dalam ruang bakar dan boiler utama yang mengubah udara menjadi

uap panas. Sehingga dapat disimpulkan bahwa boiler merupakan suatu

alat/mesin yang digunakan untuk menghasilkan uap. Uap yang dihasilkan dari

boiler biasanya dihasilkan melalui proses pembakaran yang memanfaatkan

berbagai jenis bahan bakar, baik itu gas, cairan, maupun padatan.

10
2.2.2 Fungsi steam boiler

Bioler sendiri memiliki fungsi untuk menghasilkan uap yang

digunakan dalam kebutuhan proses industri, dan dengan adanya pengaruh

pengotoran baik yang ditimbulkan dari bahan bakar maupun air umpan sangat

mempengaruhi efisiensi dari steam boiler itu sendiri.

Fungsi dari boiler adalah menghasilkan uap yang digunakan untuk

kebutuhan proses pabrik, dan membangkitkan listrik untuk kebutuhan pabrik

maupun perumahan karyawan di sekitar pabrik. Adanya pengaruh pengotoran

baik yang ditimbulkan dari bahan bakar maupun air umpan sangat

berpengaruh terhadap efisiensi boiler (Putri, 2020).

Secara umum, klasifikasi boiler dibagi menjadi dua macam yang

terdiri dari boiler pipa api dan boiler pipa air. Untuk boiler pipa api sendiri

banyak digunakan oleh industri yang memerlukan tekanan uap relatif rendah,

sedangkan boiler pipa air sering digunakan pada industri dengan tekanan uap

yang relatif tinggi.

2.2.3 Jenis-jenis Boiler

2.2.3.1. Boiler Pipa Api

Boiler pipa api merupakan salah satu jenis boiler yang paling sering

dipakai. Boiler ini mempergunakan pipa silinder sebagai sarana memanaskan

air. Air yang mau dipanaskan di dalam boiler tabung api mengalir melalui

pipa-pipa ini sementara gas panas yang dihasilkan dari pembakaran bahan

bakar mengalir di luar pipa-pipa tersebut.

11
Pada jenis fire tube boiler, gas panas hasil pembakaran (exhaust gas)

bersirkulasi dalam tabung-tabung yang tertutup air di bagian luarnya, sehingga

terjadi perpindahan panas dari hot gas ke air dan air berubah menjadi steam

(Yendri, 2017). Foto boiler pipa api bisa dilihat pada gambar berikut.

Gambar 1 Boiler Pipa Api

Pembakaran pada boiler fire tube dilakukan di dalam tungku

pembakaran yang terletak di bawah pipa-pipa. Material bakar yang digunakan

umumnya berupa batubara, minyak, gas, atau jenis bahan bakar cair lainnya.

Ketika material bakar terbakar, panas yang tercipta mengalir ke atas dan

melewati pipa-pipa, yang memanaskan air yang mengalir di dalamnya.

Batasan dari fire tube boiler adalah tekanan steam tidak boleh terlalu

tinggi karena ketebalan drum akan sangat tebal sehingga tidak ekonomis.

Boiler seperti ini banyak digunakan di pabrik gula karena tidak memerlukan

tekanan uap yang tinggi.

Boiler yang tergolong dalam jenis boiler pipa api ialah boiler kecil

sederhana dengan kapasitas 10 ton/jam dengan tekanan 16 kg/cm2, sehingga

12
tergolong boiler bertekanan rendah karena kapasitas, tekanan dan

temperaturnya. boiler tabung jarang digunakan untuk pemrosesan modern.

Kerugiannya adalah lambat mencapai tekanan operasi pada awal operasi dan

keuntungan menggunakan boiler ini adalah fleksibilitas untuk mengubah

beban dengan cepat (Putri, 2020).

Manfaat dari boiler fire tube ialah kemudahan pengoperasiannya serta

memiliki desain yang simpel, sehingga biaya produksinya cukup terjangkau.

Selain itu, boiler fire tube dapat digunakan pada kapasitas yang kecil hingga

menengah dan memiliki ketahanan yang tinggi. Sedangkan, kekurangan pada

boiler fire tube terletak pada efisiensi termalnya yang cukup rendah. Hal ini

disebabkan oleh adanya gas buang yang mengalir melalui pipa-pipa tanpa

memberikan kontribusi dalam memanaskan air. Selain itu, penggunaan boiler

fire tube tidak disarankan untuk kapasitas besar karena sulit untuk

memperpanjang pipa-pipa dan meningkatkan luas permukaan pemanasan.

2.2.3.2. Boiler Pipa Air

Water tube boiler merupakan ketel uap dengan air atau uap yang

terletak di dalam pipa atau tabung dengan api atau asap di luar. Pada water

tube boiler, air umpan boiler mengalir melalui pipa-pipa menuju drum. Uap

dibentuk oleh sirkulasi air yang dipanaskan dengan gas yang terjadi di zona

uap drum. Sebagai jenis boiler yang sangat modern, biasanya boiler tabung air

didesain dengan tekanan yang sangat tinggi dan memiliki kapasitas uap dari

4.500 hingga 12.000 kg/jam (Putri, 2020).

Proses penghangatan pada boiler jenis water tube dilakukan di dalam

tungku pembakaran yang terletak di sekitar atau di bawah pipa-pipa. Bahan

13
bakar yang umumnya digunakan pada boiler water tube adalah batu bara,

minyak, gas, atau bahan bakar cair lainnya. Ketika bahan bakar terbakar,

panas yang dihasilkan mengalir ke pipa-pipa dan menyerap ke air yang

mengalir di dalamnya untuk dipanaskan.

Pada boiler jenis ini, air berada di dalam pipa dan udara panas berada

di luar pipa. Boiler tabung air dapat beroperasi pada tekanan yang sangat

tinggi (di atas 100 bar).

Gambar 2 Boiler Pipa Air

Umumnya, boiler tabung air terdiri dari beberapa gelembung (biasanya

2 atau 4) dengan tabung luar. Biasanya ujung pipa dihubungkan atau langsung

dihubungkan ke drum dengan cara digulung atau dilebarkan, jika kapasitas

ketel lebih dari 20 MW atau tekanan kerja ketel lebih dari 24 bar. Oleh karena

itu, boiler dianggap cocok untuk produksi steam dalam jumlah besar dalam

skala industri dengan steam produksi superheated (Putri, 2020). Penggunaan

boiler tabung air diakui lebih menguntungkan karena responnya yang cepat

14
terhadap beban dan kelembaban termal yang relatif rendah. Banyak unit

proses modern menggunakan boiler tabung air sebagai pilihan, karena dapat

menghasilkan uap dengan daya, suhu, dan tekanan tinggi sesuai kebutuhan.

Kelebihan boiler water tube terletak pada efisiensi termal yang lebih

tinggi dibandingkan dengan boiler fire tube. Hal ini terjadi karena permukaan

pemanasan yang lebih luas pada boiler water tube akibat air yang mengalir di

dalam banyak pipa secara vertikal atau horizontal. Selain itu, boiler water tube

cocok untuk digunakan pada kapasitas besar dan memiliki ketahanan yang

baik. Sedangkan, kekurangan dari boiler water tube terletak pada

rancangannya yang kompleks dan biaya produksinya yang cukup tinggi.

Tambahan pula, boiler water tube juga lebih sulit dalam pengoperasiannya

karena menuntut pengontrolan yang lebih ketat pada arus air dan gas, serta

membutuhkan perawatan yang lebih intensif.

2.2.3.3. Boiler Jenis Stoker

Boiler stoker merupakan perangkat mekanis yang berfungsi untuk

mengisi bahan bakar, seperti batu bara atau biomassa, ke dalam tungku boiler.

Stoker memastikan bahan bakar disebar dengan merata dan terbakar dengan

baik, sehingga membantu meningkatkan efisiensi boiler. Boiler jenis stoker

bekerja dengan memanfaatkan sistem pengumpan bahan bakar otomatis

melalui mekanisme stoker. Mekanisme stoker pada boiler ini terdiri dari

sejumlah ruang di bawah tungku pembakaran yang terhubung dengan sistem

pengumpanan bahan bakar.

Bahan penggerak yang digunakan pada sistem stoker umumnya terdiri

dari batubara, kayu, ataupun sumber daya biomassa lainnya. Pemasukan bahan

15
bakar dilakukan dengan cara otomatis dan terus menerus melalui ruang-ruang

pada sistem stoker, sehingga proses pembakaran dapat berjalan secara stabil.

Di dalam boiler tipe Stocker, sistem pembakarannya diletakkan di atas

rantai yang bergerak seperti tangki berjalan, dan dapat dimodifikasi dalam

berbagai bentuk. Tingkat efisiensi boiler jenis ini berkisar antara 80% hingga

85%.

Gambar 3 Boiler Jenis Stoker

Terdapat beberapa variasi boiler stoker, termasuk stoker underfeed,

stoker overfeed, dan stoker penyebar. Stoker underfeed memanfaatkan sabuk

konveyor untuk memindahkan bahan bakar ke dalam tungku dari bawah zona

pembakaran. Sedangkan stoker overfeed, melemparkan bahan bakar ke bagian

atas zona pembakaran. Sementara itu, stoker penyebar menggunakan roda

pemintal atau alat lain untuk menyebarkan bahan bakar secara merata ke

seluruh zona pembakaran.

Umumnya boiler stoker dipakai dalam pengaturan industri dan

komersial seperti pembangkit listrik dan fasilitas produksi, yang memerlukan

16
panas dalam jumlah besar. Pentingnya pengoperasian dan pemeliharaan stoker

yang akurat untuk menjamin efisiensi dan keandalan kinerja boiler.

Kelebihan dari boiler stoker terletak pada kemampuan termalnya yang

tinggi dan pengoperasiannya yang lebih sederhana dibandingkan dengan jenis

boiler lainnya. Selain itu, boiler stoker sangat cocok untuk digunakan pada

kapasitas besar dan memiliki ketahanan yang kuat. Sedangkan, kekurangan

dari boiler stoker terletak pada biaya produksinya yang cukup tinggi karena

membutuhkan sistem pengumpanan bahan bakar yang rumit. Selain itu, boiler

stoker juga lebih susah untuk menangani perubahan bahan bakar dan sulit

untuk mengontrol suhu pembakarannya, sehingga bisa menghasilkan emisi

gas buang yang lebih besar.

2.2.3.4. Boiler Jenis Pulverizer

Boiler jenis pulverizeer atau sering juga disebut boiler batubara

terpulverisasi adalah jenis boiler yang menggunakan batubara dalam bentuk

butiran halus (pulverized coal) sebagai bahan bakar. Sebelum dimasukkan ke

dalam ruang bakar, batubara dihamparkan terlebih dahulu dan kemudian

disemprotkan agar dapat terbakar dengan sempurna di tengah-tengah ruang

bakar. Jenis boiler ini memiliki tingkat efisiensi sekitar 90%.

17
Gambar 4 Boiler Jenis Pulverizer

Proses penghangusan pada jenis boiler pulverizer melibatkan

penggunaan udara tambahan yang ditiupkan ke dalam tungku pembakaran.

Batubara yang sudah diubah menjadi serbuk halus dicampurkan dengan udara

utama dan disemprotkan ke dalam tungku melalui nozzle. Proses ini lebih

dikenal dengan sebutan "pembakaran batubara terpulverisasi".

Kelebihan dari penggunaan boiler tipe pulverizer ini terletak pada

kemampuannya dalam menciptakan suhu dan tekanan yang lebih tinggi

daripada jenis boiler lainnya, sehingga mampu mencapai efisiensi termal yang

lebih tinggi. Selain itu, penggunaan batubara dalam bentuk serbuk halus juga

dapat mengurangi emisi gas buang yang dihasilkan. Sedangkan, kekurangan

18
dari tipe boiler pulverizer terletak pada biaya pembuatan yang lebih mahal

dibandingkan dengan tipe boiler lainnya, karena memerlukan peralatan khusus

untuk mengubah batubara menjadi serbuk halus. Selain itu, penggunaan

batubara dalam bentuk serbuk halus juga memerlukan pengawasan yang lebih

ketat dalam hal persediaan, penyimpanan, dan pengangkutan batubara.

2.2.3.5. Boiler Jenis CFB

Boiler tipe CFB atau Circulating Fluidized Bed Boiler yaitu tipe boiler

yang memanfaatkan udara sebagai penghantar panas dan batubara ataupun

biomassa sebagai bahan bakar. Pada boiler tipe CFB, bahan bakar

dicampurkan dengan bahan penambah (contohnya batu gamping) dan

diinjeksikan ke dalam tungku pembakaran bentuk silinder berongga.

Boiler ini memiliki dimensi batubara dengan diameter sekitar 30 mm

dan dilengkapi dengan pemisah Cyclon di antara kamar pembakaran dan

saluran keluar asapnya. Cyclon berfungsi sebagai separator gas yang akan

dibuang melalui cerobong asap dan partikel yang tidak terbakar akan

dikembalikan ke kamar pembakaran. Jenis boiler ini memiliki efisiensi sekitar

92%.

19
Gambar 5 Boiler tipe CFB

Pada jenis boiler CFB, proses pembakaran berlangsung bersamaan dan

berkesinambungan. Udara mengalir melalui tungku yang membawa bahan

bakar dan bahan tambahan. Selama proses ini, partikel bahan bakar dan bahan

tambahan terbakar di udara dan gas buang yang dihasilkan mengalir ke atas

melalui area yang luas dan berongga di dalam tungku. Udara tambahan

kemudian dimasukkan ke dalam area tersebut untuk membantu mengangkut

partikel yang belum terbakar kembali ke zona pembakaran agar dapat terbakar

secara sempurna.

Keunggulan dari tipe boiler CFB ini terletak pada kapasitasnya untuk

mengolah beragam jenis bahan bakar, termasuk batubara yang sulit terbakar,

sampah biomassa, dan bahan bakar alternatif lainnya. Selain itu, jenis boiler

CFB juga menghasilkan emisi yang lebih sedikit dan memiliki efisiensi

20
pembakaran yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis boiler konvensional.

Sedangkan, kekurangan dari tipe boiler CFB ini terletak pada biaya

pembuatan yang lebih mahal dan kompleksitas sistem yang lebih tinggi

dibandingkan dengan jenis boiler lainnya. Selain itu, pengaturan mutu bahan

bakar dan persiapan awal bahan bakar yang lebih rumit juga menjadi

tantangan bagi pemilik dan pengelola boiler tipe CFB.

2.2.4 Prinsip kerja boiler

Prinsip kerja boiler adalah memanaskan air hingga mencapai titik

didih, sehingga terjadi perubahan fasa air menjadi fasa uap (steam). Uap panas

itulah yang digunakan untuk berbagai keperluan seperti untuk produksi tempe.

Berikut merupakan prinsip kerja boiler secara umum,

1. Air dimasukkan ke dalam boiler dan dilakukan proses pemanasan hingga

mencapai suhu tinggi.

2. Setelah suhu mencapai angka yang ditentukan, air akan berubah menjadi

uap.

3. Uap yang dihasilkan akan mengalir melalui pipa menuju turbin atau mesin

penggerak lainnya.

4. Di dalam mesin penggerak, energi yang terkandung dalam uap akan

diubah menjadi energi mekanik.

5. Energi mekanik tersebut dapat berguna untuk menggerakkan generator

listrik atau mesin lainnya.

Prinsip kerja boiler dapat disederhanakan menjadi tiga tahap,

diantaranya adalah pemrosesan udara, pembakaran bahan bakar, dan transfer

panas. Pada langkah awal, udara dimasukkan ke dalam drum atau cangkang

21
dan dipanaskan hingga mencapai suhu spesifik. Pada tahap kedua, bahan

bakar di bakar dalam tungku atau ruang bakar hingga memanaskan permukaan

dalam drum atau cangkang. Pada langkah ketiga, panas dari permukaan drum

atau cangkang dipindahkan ke udara di dalamnya, sehingga udara tersebut

mengalami perubahan wujud menjadi uap dan siap digunakan dalam berbagai

aplikasi industri.

Dalam prinsip kerja boiler, ada beberapa faktor yang mempengaruhi

kinerja boiler, seperti tekanan, temperatur, laju aliran dan jenis bahan bakar

yang digunakan. Oleh karena itu, perlu dilakukan kalibrasi dan perawatan

secara berkala untuk menjaga kinerja operasi boiler secara optimal dan aman

selama digunakan.

2.2.5 Sirip pemanas (Heater Fins)

Sirip pemanas (heater fins) merupakan suatu komonen penukar panas

yang terdiri atas beberapa sirip kecil yang menonjol dari permukaan pipa atau

tabung pemanas. Desain dari sirip-sirip ini dirancang dengan tujuan untuk

memperluas wilayah kontak permukaan antara pemanas pipa dan media yang

dipanaskan, sehingga dapat meningkatkan efektivitas penggunaan panas.

22
Gambar 6 Sirip Pemanas (Heater Fins)

Umumnya, Pemanas Sirip terdiri dari logam, seperti aluminium atau

tembaga, yang memiliki kemampuan konduktivitas panas yang unggul. Sirip-

sirip tersebut ditempatkan pada pipa atau tabung pemanas dengan cara

disambung atau ditempelkan dengan lem atau perekat khusus.

Fungsi utama dari sirip pemanas adalah untuk meningkatkan

efektivitas pemanasan dengan mempercepat penghentian panas dari

permukaan pemanas ke media yang dipanaskan. Pemanas Sirip sering

digunakan dalam aplikasi industri dan mesin untuk memanaskan dan

mendinginkan udara dalam sistem pendingin.

Pemanas sirip juga dipakai untuk memanaskan fluida seperti air dan

minyak di dalam tangki atau jaringan pipa. Di dalam hal ini, pemanas sirip

bertujuan untuk memulai keluarnya panas dari pipa pemanas ke cairan yang

melewatinya, sehingga mempercepat proses pemanasan atau pemerataan

pemanasan.

23
Secara keseluruhan, pemanas sirip merupakan unsur penting dalam

sistem pemanas dan penukar panas, yang membantu meningkatkan efisiensi

dan kinerja sistem.

2.2.6 Efisiensi boiler

Efisiensi boiler adalah besaran yang menyatakan hubungan antara

energi input yang masuk ke boiler dan energi output yang dihasilkan oleh

boiler. Perhitungan efisiensi pembakaran boiler dilakukan dengan rumus di

bawah ini, dimana jumlah total panas yang dilepaskan selama pembakaran

dikurangi dengan energi panas yang dikeluarkan melalui cerobong asap

(chimney), dibagi dengan jumlah total energi panas.

Qin−Qlosses
ηcombustion= ×100 %
Qin

dimana:

ηcombustion : Efisiensi pembakaran boiler (%)

Qin : Energi panas total hasil pembakaran (kalori; Joule)

Qlosses : Energi panas lolos melewati cerobong asap (kalori; Joule)

24
Gambar 7 Efisiensi Thermal Boiler

Satu-satunya kesulitan dari efisiensi pembakaran adalah bagaimana

mendapatkan angka yang paling optimal, efisiensi pembakaran ditandai

dengan membakar semua bahan bakar di dalam ruang bakar. Selama ini,

parameter kontrol yang digunakan untuk memastikan semua bahan bakar

terbakar adalah udara berlebih yang keluar melalui cerobong asap. Semakin

banyak udara berlebih keluar dari cerobong asap, semakin sedikit bahan bakar

yang tidak terbakar yang dapat melewati cerobong asap. Namun, semakin

banyak udara berlebih melewati cerobong asap, semakin besar jumlah energi

panas yang dilepaskan oleh udara yang tersisa. Oleh karena itu, terdapat

jumlah udara sisa yang optimal, guna mencapai efisiensi pembakaran boiler

yang paling optimal.

25
Dari ilustrasi grafik pada Gambar 7 di atas terlihat bahwa semakin

banyak udara (oksigen) yang melewati cerobong asap, semakin lemah bahan

bakar, termasuk karbon monoksida, yang tidak terbakar sempurna. Namun

seperti yang kami sebutkan di atas, semakin banyak udara berlebih, semakin

rendah grafik efisiensi pembakaran, tidak lebih dari panas yang dilepaskan

dengan udara yang tersisa. Dengan demikian, dimungkinkan untuk

memastikan bahwa nilai udara berlebih yang optimal diperoleh untuk efisiensi

pembakaran terbaik. Secara umum, nilai udara sisa yang optimal untuk

pembakaran gas alam (LPG dan LNG) adalah 3 sampai 15%, bahan bakar cair

3 sampai 15%, dan 15 sampai 40% untuk pembakaran arang. Oleh karena itu,

penggunaan gas bumi relatif jauh lebih bersih dibandingkan dengan

penggunaan bahan bakar lainnya. Menurut Babcox & Wilcox, a McDermott

Company nilai dari excess air bisa dilihat pada gambar 3 dibawah ini.

26
Gambar 8 Range Excess Air Pada Beberapa Jenis Bahan Bakar Pada Boiler

2.2.7 Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi boiler

Berikut merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi efisiensi

boiler:

a. Volume air pengisian

Volime air pengisian jika terlalu sedikit akan mengakibatkan

penurunan kinerja secara berkala pada boiler. Air pengisian boiler yang

terlalu sedikit dapat disebabkan oleh tangki yang bocor karena faktor

korosi dari air pengisian yang kotor, kurang baiknya penginjeksian

chemical dosing, dan air tawar yang tidak memenuhi standar. Gangguan

FWG juga menyebabkan tercampurnya air penyulingan dengan air tawar,

air tawar terpaksa digunakan untuk proses penguapan yang berdampak

pada penurunan kinerja dari boiler. Kondisi air tawar yang tidak

27
memenuhi terjadi karena kurangnya perawatan khusus pada pipa sehingga

dapat terjadi kebocoran.

b. Karat pada pipa

Kurangnya perawatan yang berakibat pada rusaknya pipa dapat

disebabkan oleh air pengisi ketel yang tidak sesuai ketentuan dan dapat

menyebabkan berbagai kerugian pada boiler seperti korosi, kerak atau

deposit, dan keretakan.

c. Kualitas bahan bakar

Pembakaran yang baik selalu membutuhkan kombinasi bahan

bakar dan oksigen yang tepat. Secara teori, ada pengaturan proses

pembakaran yang spesifik untuk menentukan rasio oksigen dan bahan

bakar agar terjadi proses pembakaran yang sempurna, namun dalam

prakteknya hal ini tidak pernah ideal. Jadi agar bahan bakar dapat terbakar

secara sempurna, dibutuhkan lebih banyak udara (udara berlebih) daripada

udara ideal (udara teoritis).

d. Kualitas air pengisi ketel

Air yang biasa digunakan untuk mengisi boiler umumnya

mengandung padatan dan gas larut yang menyebabkan terjadinya korosi.

Korosi sendiri merupakan suatu kerusakan yang timbul pada logam karena

terjadi reksi kimia antara permukaan logam dan media di sekitarnya

seperti misalnya oksigen yang terlarut, endapan pada permukaan, senyawa

asam, gabungan logam yang tidak sesuai seperti baja dan tembaga, serta

electrolytes.

28
2.2.8 Perhitungan efisiensi boiler dengan metode langsung

Metode langsung juga dikenal sebagai metode input/output, adalah

metode yang secara langsung membandingkan energi panas (energi keluaran)

yang diserap air dan diubah menjadi uap, dan energi panas yang dihasilkan

oleh pembakaran bahan bakar di ruang bakar suatu ketel (energi masukan).

Efisiensi ketel uap dinyatakan sebagai rasio panas aktual yang

digunakan untuk memanaskan air untuk menghasilkan uap dan panas yang

dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar di dapur. Mengetahui kinerja boiler

saja tidak memberi tahu Anda seberapa efisiennya. Mengetahui efisiensi

boiler, kami hanya dapat mengetahui apakah boiler yang dievaluasi masih

berfungsi dengan baik, atau jika efisiensi boiler telah menurun, dan apakah

masih dalam batas yang wajar. Oleh karena itu jelas bahwa efisiensi hanya

menunjukkan kemampuan untuk menyerap panas dari pembakaran.

Berikut merupakan perhitungan efisiensi boiler dengan metode

langsung,

Qsteam
ηfuel= ×100 %
Qfuel

Q×(h g−hf )
ηfuel= ×100 %
q ×GCV

dimana:

ηfuel : Efisiensi bahan bakar boiler (%)

Qsteam : Energi panas total yang diserap uap air (kalori; Joule)

Q : Debit uap air keluar boiler (kg/jam)

hg : Entalpi uap keluar boiler (kcal/kg)

hf : Entalpi air masuk boiler (kcal/kg)

29
Qfuel : Energi panas yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar

(kalori; Joule)

q : Debut kebutuhan bahan bakar (kg/jam)

GCV : Gross Calorific Value atau nilai kalor spesifik bahan bakar

(kcal/kg)

Menurut Sugiharto (2020), terdapat beberapa parameter yang harus

diukur dengan presisi agar mendapatkan hasil perhitungan yang akurat dalam

metode langsung ini yang terdiri dari:

a. Feedwater (debit air) masuk ke boiler

b. Tekanan dan temperatur keseluruhan aliran fluida air umpan (feed

water) yang masuk kedalam boiler.

c. Debit kebutuhan bahan bakar yang digunakan (kg/jam)

d. Nilai kalor (heating value) bahan bakar (kcal/kg)

e. Energi masuk lainnya

2.2.9 Perhitungan efisiensi boiler dengan metode tidak langsung

Metode perhitungan efisiensi boiler secara tidak langsung dapat

diartikan sebagai perhitungan yang tidak langsung melibatkan rumusan

efisiensi boiler (energi input dan output), tetapi menghitung kerugian (losses)

yang ada. Efisiensi dapat dihitung dengan menggunakan persamaan di bawah

ini,

η = 100 – (A+B+C+D+E+F)

dimana:

η : Efisiensi boiler (%)

A : nilai panas yang hilang karena gas cerobong kering

30
B : nilai panas yang hilang karena penguapan air dalam bahan bakar

C : nilai panas yang hilang karena penguapan kadar air

D : nilai bahan bakar yang tidak terbakar dalam abu terbang

E : nilai bahan bakar yang tidak terbakar dalam abu bawah

F : nilai radiasi dan kehilangan lain

Menurut Gumelar dkk (2022), pembakaran hidrogen yang terjadi pada

bahan bakar mengakibatkan bahan bakar kehilangan kadar air dan perancang

tidak dapat mengendalikannya. Berikut merupakan data yang digunakan pada

perhitungan efisiensi boiler metode tidak langsung:

a. Analisis ultimate bahan bakar (H2, O2, S, C, kadar air dan kadar abu)

b. Persentase oksigen atau CO2 dalam gas buang

c. Suhu gas buang, °C (Tf)

d. Suhu ambien, °C (Ta)

e. Kelembaban udara, kg/kg udara kering.

f. GCV bahan bakar, kkal/kg

g. Persentase bahan yang dapat terbakar dalam abu (untuk bahan bakar

padat)

h. GCV abu, kkal/kg (untuk bahan bakar padat)

2.2.10 Pengaruh sirip pemanas pada efisiensi boiler

Menempatkan pemanas tambahan pada pipa boiler dapat

meningkatkan efisiensi boiler dengan mengoptimalkan transfer panas dari

pembakaran gas ke air di dalam pipa. Sirip pemanas berfungsi sebagai elemen

pemanas tambahan pada pipa boiler, sehingga permukaan yang dipanaskan

31
menjadi lebih besar dan penyerapan panas menjadi lebih efektif. Sirip-sirip

tersebut dapat meningkatkan luas permukaan pipa sehingga panas dapat

ditransfer dengan lebih efektif dan efisien dari gas pembakaran ke air yang

berada dalam ketel uap (steam boiler). Dengan meningkatkan pemanasan

permukaan, sirip pemanas juga dapat mengurangi suhu gas buang yang keluar

dari boiler, sehingga kehilangan panas melalui saluran pembuangan dapat

ditekan.

Di samping itu, sirip pemanas juga dapat membantu meningkatkan

sirkulasi udara pada ketel uap. Aliran udara yang lancar akan memungkinkan

bahan bakar terbakar dengan optimal dan produktif, sehingga menghasilkan

panas yang lebih besar untuk memproduksi uap.

Dengan memanfaatkan sirip pemanas pada boiler, efisiensi boiler dapat

ditingkatkan dengan meningkatkan efisiensi perubahan bahan bakar menjadi

energi panas. Tingkat efisiensi yang lebih tinggi pada boiler akan mengurangi

kebutuhan bahan bakar dan mengurangi emisi gas buangan, sehingga

membantu mengurangi dampak lingkungan serta biaya operasional.

32
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Pendekatan dan Desain Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

eksperimen, dimana dengan pendekaran ini peneliti dapat mengukur serta menilai

efisiensi boiler dengan dan tanpa sirip pemanas. Menurut Hardani (2020: 340),

pendekatan eksperimen pada umumnya menitikberatkan pada validitas internal,

dengan cara mengontrol faktor-faktor di luar metode penelitian. Biasanya,

pendekatan ini digunakan dalam penelitian laboratorium, meskipun juga dapat

diterapkan dalam penelitian sosial, termasuk pendidikan. Sejarah awal penelitian

eksperimen yang berbasis positivistik banyak diterapkan dalam ilmu-ilmu keras

seperti kacamata dan biologi, kemudian diadopsi untuk bidang-bidang lain seperti

sosial dan pendidikan. Kemudian dalam bukunya yang berjudul “Educational

Research. Third Edition”, Borg & Gall (1998) menyatakan bahwa penelitian

eksperimen merupakan penelitian yang paling dapat diandalkan keilmiahannya

(paling valid), karena dilakukan dengan pengontrolan secara ketat terhadap

variabel-variabel pengganggu di luar yang dieksperimenkan. Sedangkan menurut

Sugiyono (2013:7), penelitian dengan pendekatan eksperimen adalah suatu

penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel

yang lain dalam kondisi yang terkontrol secara ketat.

Desain penelitian yang dapat digunakan dalam penelitian ini adalah pretest

posttest with control group design, desain yang diambil ini sejalan dengan

pendapat Sugiyono (2012: 112) yang menyatakan “desain penelitian eksperimen

33
diantaranya adalah Pretest Posttest Control Group Design”. Pada desain ini,

eksperimen akan dilakukan dengan memberikan perlakuan sirip pada boiler dan

perhitungan efisiensi boiler akan dihitung sebelum dan sesudah penambahan sirip.

Data yang didapat nantinya akan dibandingkan dengan mengetahui efisiensi

penggunaan sirip pemanas mampu meningkatkan efisiensi pada boiler.

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di industri tempe yang berada di Kabupaten

Ungaran dan Kota Salatiga. Penelitian ini akan dilaksanakan dalam kurun waktu

empat minggu atau empat kali pertemuan.

3.3. Fokus Penelitian

Dalam penelitian ini, fokus tertuju pada dampak penggunaan sirip

pemanas terhadap efisiensi boiler. Oleh karena itu, parameter yang akan diukur

adalah efisiensi boiler dengan dan tanpa menggunakan pemanas sirip.

Sampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah steam boiler tipe

horizontal yang memiliki kemampuan produksi tertentu. Sampel dipilih melalui

teknik purposive sampling dengan mempertimbangkan boiler yang tersedia di

lokasi penelitian dan memenuhi kriteria inklusi penelitian. Alasan digunakannya

teknik purposive sampling ini karena sesuai untuk digunakan untuk penelitian

kuantitatif, atau penelitian-penelitian yang tidak melakukan generalisasi menurut

Sugiyono (2016: 85).

Populasi pada penelitian ini adalah steam boiler tipe horizontal yang

digunakan pada industri tempe. Kemudian, karena adanya keterbatasan waktu

serta sumber daya, penelitian ini hanya dilakukan pada steam boiler tertentu. Oleh

34
sebab itu, hasil penelitian hanya dapat diterapkan pada sampel yang diuji, dan

tidak dapat diterapkan pada seluruh populasi.

3.4. Variabel Penelitian

Variabel penelitian merupakan sifat, ciri atau apapun yang terbentuk atau

menjadi fokus dalam suatu penelitian sehingga memiliki perbedaan antara satu

subjek dengan subjek lain dalam satu kelompok tertentu dan kemudian diambil

kesimpulannya (Riadi, 2020). Berikut merupakan variabel yang digunakan dalam

penelitian ini:

a. Variabel independen

Penggunaan sirip pemanas pada steam boiler tipe horizontal.

b. Variabel dependen

Efisiensi boiler dihitung dengan membandingkan jumlah panas

yang dihasilkan dengan jumlah bahan bakar yang digunakan untuk

memproduksi uap. Efisiensi diukur dalam persen.

c. Kontrol variabel

Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi efisiensi boiler seperti

jenis bahan bakar yang digunakan, suhu lingkungan, tekanan uap,

kelembaban, dan laju aliran udara. Faktor-faktor ini harus dijaga konstan

dalam penelitian ini agar tidak mempengaruhi hasil penelitian.

Dengan digunakannya variabel tersebut, peneliti akan melakukan analisis

mengenai pengaruh penggunaan sirip pemanas terhadap efisiensi boiler kemudian

membandingkannya dengan efisiensi boiler tanpa menggunakan sirip pemanas.

35
3.5. Data dan Sumber Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data mengenai efisiensi

boiler dengan dan tanpa menggunakan penambahan sirip pemanas. Data ini akan

diperoleh melalui pengukuran secara langsung di lapangan menggunakan alat

ukur yang sesuai. Kemudian, sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini

adalah steam boiler tipe horizontal dengan dan tanpa penambahan sirip pemanas

pada industri tempe.

Di samping itu, peneliti juga bisa mendapatkan informasi dari wawancara

dengan pakar boiler atau teknisi perawatan yang bertugas menjaga dan

mengoperasikan boiler. Wawancara yang dilakukan ini dapat memberikan

pengetahuan lebih lanjut tentang faktor-faktor lain yang memengaruhi efisiensi

boiler dan alasan penggunaan sirip pemanas dapat meningkatkan efisiensi boiler.

3.6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah suatu metode atau teknik yang

digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan informasi yang terkait dengan isu

penelitian yang sedang dijalankan. Berikut merupakan teknik pengumpulan data

yang digunakan dalam penelitian ini:

a. Pengukuran langsung

Peneliti akan melakukan pengukuran efisiensi boiler secara

langsung dengan dan tanpa menggunakan pemanas sirip. Pengukuran ini

akan dilakukan di lokasi menggunakan alat pengukur yang sesuai.

Informasi yang terkumpul akan dicatat dan dievaluasi.

b. Pengamatan

36
Di samping pengukuran secara langsung, peneliti juga akan

melakukan pengamatan terhadap kondisi boiler, lingkungan sekitar boiler,

dan faktor-faktor lain yang berdampak pada efisiensi boiler. Observasi ini

dapat menyediakan informasi tambahan yang akan bermanfaat untuk

menganalisis data.

c. Wawancara

Peneliti akan melakukan wawancara dengan ahli boiler atau

petugas maintenance yang bertugas merawat dan mengoperasikan boiler.

Wawancara ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tambahan

mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi boiler dan

bagaimana penggunaan pemanas sirip dapat meningkatkan efisiensi boiler.

d. Studi literatur

Peneliti akan mengumpulkan informasi dari sumber-sumber

literatur seperti buku, jurnal, dan artikel terkait yang berisi informasi

mengenai teknologi penghematan energi pada boiler, spesifikasi boiler,

dan prosedur pengukuran efisiensi boiler.

3.7. Teknik Keabsahan Data

Teknik keabsahan data pada penelitian ini penting adanya guna

memastikan data yang diperoleh dari penelitian dilakukan secara valid atau dapat

dipercaya. Berikut merupakan beberapa teknik keabsahan data yang dilakukan:

a. Validitas alat ukur

Alat ukur yang digunakan harus valid dan akurat dalam

pengukuran variabel yang diteliti. Untuk memastikan validitas instrumen,

37
peneliti dapat melakukan uji validitas instrumen seperti uji validitas isi

atau uji validitas konstruk.

b. Keandalan instrumen pengukuran

Instrumen pengukuran yang digunakan harus dapat menghasilkan

hasil pengukuran yang konsisten dalam pengukuran yang berulang. Untuk

memastikan kebenaran instrumen, peneliti dapat melakukan uji reliabilitas

instrumen.

c. Pengambilan sampel yang tepat

Pengambilan sampel yang tepat harus dipilih untuk memastikan

bahwa sampel yang digunakan dalam penelitian mewakili populasi yang

lebih besar dan generalisasi hasil penelitian dapat dilakukan. Sampel yang

dipilih harus dipilih secara acak atau purposive sampling.

d. Pengukuran ulang

Pengukuran ulang dapat dilakukan untuk memastikan bahwa hasil

pengukuran yang diperoleh dari pengukuran instrumen sama konsisten dan

dapat dipercaya.

e. Kredibilitas peneliti

Kredibilitas peneliti harus dipertimbangkan dalam penelitian ini.

Peneliti harus memiliki kualifikasi yang cukup dalam bidang teknik mesin,

mengukur efisiensi boiler, dan penggunaan pemanas sirip.

3.8. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini merupakan tindak lanjut dari

tahap pengumpulan data, dimana data yang didapat dari hasil pengumpulan akan

38
diolah dan dinyatakan dalam bentuk prosentase yang dihitung menggunakan

metode langsung dengan rumus sebagai berikut:

Qsteam
ηfuel= ×100 %
Qfuel

Q×(h g−hf )
ηfuel= ×100 %
q ×GCV

dimana:

ηfuel : Efisiensi bahan bakar boiler (%)

Qsteam : Energi panas total yang diserap uap air (kalori; Joule)

Q : Debit uap air keluar boiler (kg/jam)

hg : Entalpi uap keluar boiler (kcal/kg)

hf : Entalpi air masuk boiler (kcal/kg)

Qfuel : Energi panas yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar

(kalori; Joule)

q : Debut kebutuhan bahan bakar (kg/jam)

GCV : Gross Calorific Value atau nilai kalor spesifik bahan bakar

(kcal/kg)

Kemudian akan dilakukan juga analisis data menggunakan uji hipotesis,

dalam penelitian ini uji hipotesis digunakan untuk menguji hipotesa yang telah

dibuat sebelumnya dimana akan dibandingkan efisiensi boiler dengan dan tanpa

sirip pemanas (heater fins).

39
DAFTAR PUSTAKA

Alvina, A., & Hamdani, D. (2019). PROSES PEMBUATAN TEMPE


TRADISIONAL. Jurnal Pangan Halal, 1(1), 9-12.

Borg, W. R., & Gall, M. D. (1988). Educational Research.

Deepublish, S. (2023). Teknik Pengumpulan Data, Pengertian dan Jenis.


Retrieved from https://deepublishstore.com/blog/teknik-pengumpulan-
data/

Dwiaji, Y. C., & Utama, D. M. (2020). ANALISIS EFISIENSI BOILER


TERHADAP POLA PENGOPERASIAN SOOTBLOWER DI PLTU
SURALAYA. JURNAL SIMETRIK, 10(1), 308.

Eonchemicals. (2021). Prinsip Kerja Boiler. Retrieved from Eonchemical


Solution: https://www.eonchemicals.com/artikel/prinsip-kerja-boiler/

Fachrudin, A. R., Gumono, & Nugroho, R. H. (2019). PENGARUH JUMLAH


SIRIP TERHADAP PERPINDAHAN PANAS PADA DOUBLE PIPE
HEAT EXCHANGER. Jurnal Teknik Mesin, 2(2), 68-71.

Hardani, Auliya, N. H., Andriani, H., Fardani, R. A., Ustiawati, J., Utami, E. F., . .
. Istiqomah, R. R. (2020). Buku Metode Penelitian Kualitatif &
Kuantitatif. (A. Husnu , Ed.) Yogyakarta: CV. Pustaka Ilmu Group
Yogyakarta. Retrieved from
https://www.researchgate.net/publication/340021548_Buku_Metode_Pene
litian_Kualitatif_Kuantitatif

Hendaryati, H. (2012). ANALISIS EFISIENSI TERMAL PADA KETEL UAP DI


PABRIK GULA KEBONAGUNG MALANG. Jurnal Gamma, 8(1), 148-
153. Retrieved from
https://ejournal.umm.ac.id/index.php/gamma/article/view/1960

Hernawan, K. (2021). Peluang Penghematan Energi pada Boiler di PT Indo


Bharat Rayon. Jurnal Teknik Energi, 10(1), 19-23.

Kunarto. (2018). Analisa Efisiensi Boiler Pabrik Kelapa Sawit dengan


Menggunakan Bahan Bakar Fibre dan Cangkang. Penelitian Mandiri
Universitas Bandar Lampung.

Muchlisin, R. (2020). Pengertian dan Jenis-jenis Variabel Penelitian. Retrieved


from https://www.kajianpustaka.com/2020/09/pengertian-dan-jenis-
variabel-penelitian.html

40
Mursadin, A. (2019). ANALISIS EFISIENSI BOILER DENGAN METODE
INPUT– OUTPUT DI PT. JAPFA COMFEED INDONESIA Tbk. UNIT
BANJARMASIN. SJME KINEMAIKA`, 4(1), 37-46.

Nugroho, A. P. (2015). ANALISA KEHILANGAN ENERGI PADA FIRE TUBE


BOILER KAPASITAS 10 TON. Jurnal Teknik Mesin, 4(2), 38-43.

Nuriyadi, M., & Faldian. (2019). Optimasi Sistem Boiler dengan Variasi
Pengaturan Temperatur (Boiler System Optimation by Temperature
Setting Variation). Jurnal Engine: Energi, Manufaktur, dan Material,
3(2), 60-65.

Nuryanti, S, A. S., & Suyono. (2013). Pengaruh Penerapan Sirip Dalam (Internal
Fin) untuk Menghasilkan Uap Superheat pada Pembangkit Uap. Jurnal
Teknik Mesin, 14(1), 35-39.

Pratama, N. M., Danial, & Taufiqurrahman, M. (2021). ANALISA EFISIENSI


WATER TUBE BOILER DENGAN MENGGUNAKAN METODE
LANGSUNG. Jurnal Teknologi Rekayasa Teknik Mesin (JTRAIN), 2(2),
105-110.

Pravitasari, Y., Malino, M. B., & Maraa, M. N. (2017). Analisis Efisiensi Boiler
Menggunakan Metode Langsung. Prisma Fisika, 5(1), 9-12.

Priyanto, & Wilastari, S. (2022). FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB


MENURUNNYA KINERJA BOILER DI PT PAPERTECH
INDONESIA. Majalah Ilmiah Gema Maritim, 24(1), 60-66.

Putri, Z. Z. (2020). ANALISIS SISTEM THERMAL DITINJAU DARI


PENGARUH RASIO UDARA BAHAN BAKAR SOLAR TERHADAP
PRODUKSI SATURATED STEAM PADA CROSS SECTION WATER
TUBE BOILER.

Rayaprolu, K. (2009). Boilers for Power and Process. Boca Raton: CRC Press.
Retrieved from
https://cloudflare-ipfs.com/ipfs/bafykbzacec6s552v4sxvaxeb7bqxkuyv5dq
y7ngcm452ukmzvmcgs47koxazk?filename=Kumar%20Rayaprolu%20-
%20Boilers%20for%20Power%20and%20Process-CRC%20Press
%20(2009).pdf

Sahda, N. T., Sentosa, J. M., & Adhani, L. (2022). Analisis Efisiensi Boiler
menggunakan Metode Langsung di Pembangkit Listrik Tenaga Sampah
(PLTSa) Bantargebang. Journal of Engineering Environtmental Energy
and Science, 1(1), 39-48.

41
Sugianto. (2019). UJI FUNGSI PEMBANGKIT UAP BERTEKANAN
(BOILER) SEBAGAI PENDUKUNG PENGOLAHAN LIMBAH
RADIOAKTIF CAIR DENGAN EVAPORASI. PTLR-BATAN, 289-295.

Sugiharto, A. (2020). Perhitungan Efisiensi Boiler Dengan Metode Secara


Langsung pada Boiler Pipa Api. Majalah Ilmiah Swara Patra, 10(2), 51-
57.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitarif, dan R&D. Bandung:


ALFABETA.

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


ALFABETA.

Suknia, S. L., & Rahmani, T. P. (2020). PROSES PEMBUATAN TEMPE HOME


INDUSTRY BERBAHAN DASAR KEDELAI (Glycine max (L.) Merr)
DAN KACANG MERAH(Phaseolus vulgaris L.) DI CANDIWESI,
SALATIGA. Southeast Asian Journal of Islamic Education, 3(1), 59-76.
doi:https://doi.org/10.21093/sajie.v3i1.2780

Yendri, E. (2017). Boiler (3 ed.). PLN Corporate University. Retrieved from


https://www.scribd.com/doc/265432785/Buku-3-Boiler#

42

Anda mungkin juga menyukai