Anda di halaman 1dari 4

Dongeng ini menceritakan dua orang sahabat yang bernama Bodi dan Budi sedang

melakukan perjalanan. Saat di perjalanan mereka terlibat pertikaian yang membuat


Ani menampar Budi. Budi hanya terdiam dan menuliskan kejahatan Bodi di atas pasir.
Walaupun sedang bertengkar, mereka tetap melanjutkan perjalanan. Di tengah
perjalanan, Budi tergelincir dan masuk ke sungai. Bodi pun menolong Budi yang
tenggelam di sungai. Melihat itu, Budi menuliskan kebaikan Bodi pada batu.
Bodi terheran mengapa kejahatannya ditulis pada pasir, sedangkan kebaikannya diukir
pada batu. Budi pun menjawab bahwa tulisan pada pasir bisa dihempaskan oleh angin.
Hal ini menunjukan bahwa kejahatan bisa dimaafkan.
Sedangkan kebaikan diukir pada batu tidak akan mudah dihapus oleh pasir. Sama
halnya dengan kebaikan yang harus selalu diingat. Pesan dari dongeng ini selalu
ingatlah kebaikan orang-orang dan segera maafkan kejahatan orang lain.

6. Badu si anak rajin

Youtube.com/Riza Dwi Yuliana


Dongeng ini menceritakan tentang seorang anak laki-laki bernama Badu yang tinggal
bersama ibunya. Suatu hari, seorang kakek tua menghampiri Badu ketika ia
menggembalakan kambing-kambingnya di padang rumput.
Kakek tersebut ingin menumpang duduk di bawah pohon rindang tempat Badu
membaca buku sembari menunggu kambing-kambingnya makan.
Badu mengizinkan kakek untuk duduk bersamanya, ia juga menawarkan minum yang
ia bawa kepada kakek. Kakek memperhatikan Badu yang terlihat asyik membaca
buku, kemudian kakek menanyakan apakah Badu tidak sekolah.
Badu menjawab kalau ia tidak memiliki uang untuk sekolah dengan raut sedih. Badu
menceritakan impiannya kepada kakek. Ia ingin sukses suatu hari nanti sehingga bisa
membahagiakan ibunya. Hal itu membuat kakek tersebut terharu.
Keesokan harinya ketika Badu ingin pergi menggembalakan kambingnya, ibunya
berteriak. Ibunya mengatakan bahwa Badu diterima di sebuah sekolah untuk belajar.
Badu dan ibunya bergegas pergi ke sekolah tersebut. Ternyata kakek yang ditemui
Badu di padang rumput kemarin adalah kepala sekolah. Pesan dari dongeng ini adalah
untuk tetap tekun dan semangat menggapai cita-cita.

DONGENG MONYET DAN KERBAU

Pada suatu hari, ada seekor monyet yang sangat nakal sekali, selain nakal monyet tersebut rakus dan
suka mencuri buah-buahan para petani.

Perbuatannya membuat para petani resah dan para petani pun menjaga ladang mereka dengan ketat.

Dan tentu saja hal itu membuat si monyet kebingungan, karena jika sampai tertangkap, nyawanya bisa
melayang.

Suatu hari si monyet meringis menahan lapar, dia melihat burung gagak sedang membawa buah anggur.
Melihat itu air liur si monyet mulai berjatuhan.

Si monyet berteriak kepada si gagak, "Hai gagak,"


Merasa di panggil gagak pun berhenti dan bertengger didekat monyet.

"Gagak, dari mana kau dapat buah anggur yang ranum itu?" tanya si monyet

"Aku mendapatkan buah ini dari kebun diseberang sungai, para petaninya baik hati, mereka tidak akan
mengusir dan melukai jika hanya mengambil buah yang sudah terjatuh ke tanah. Asal jangan makan
buah-buahan yang masih ada dipohonnya." jawab si gagak.

Mendengar jawaban si gagak, monyet pun menjadi sangat girang. Dia pun segera menuju kebun
diseberang sungai yang diceritakan si gagak.

Tapi sial, ia tidak bisa menyebrangi sungai karena airnya sedang meluap. Hal tersebut membuat si
Monyet menjadi kebingungan, karena ia tidak bisa berenang untuk menyebrangi sungai.

Monyet pun terdiam berfikir untuk bisa menyebrangi sungai tersebut. Akhirnya si monyet teringat kepada
sahabatnya si kerbau. Si monyet pun segera mencari si kerbau.

"Hai, kerbau sahabatku," sapa si monyet

"Ada apa monyet? wah monyet kau sekarang terlihat gemuk," kata si kerbau.

"Hehe... bagaimana aku tidak gemuk kerbau, aku makan enak setiap hari, petani disebrang sungai sana
selalu memberikan makanan enak kepada ku. Dan aku diperbolehkan menghabiskan buah-buahan di
kebunnya," kata si monyet mulai merayu dan berbohong kepada si kerbau.

"Waahh... benarkah itu monyet? beruntung sekali kau, pantas saja kau terlihat tambah gemuk." kata
sikerbau tanpa sedikit pun curiga kepada si monyet.

"Apakah kau mau ikut dengan ku sahabatku, kita makan sama-sama disana...!" monyet mulai menipu si
kerbau.

"Kau baik sekali monyet, baiklah aku ikut dengan mu, ayo kita kesana monyet," kata kerbau sangat
girang.

"Tapi tunggu sebentar kerbau sahabatku, saat ini untuk kesana agak susah karena air sungai sedang
meluap dan aku tidak bisa berenang," kata si monyet.

"Itu masalah gampang monyet, aku bisa berenang. Nanti kau bisa naik kepunggung ku," jawab si kerbau
tanpa curiga.

Merasa rayu tipunya berhasil, si monyet merasa sanagt senang, akhirnya si monyet dan si kerbau pun
segera pergi menuju kebun di sebrang sungai. Dan saat menyebrangi sungai si monyet naik di punggung
si kerbau.

Setelah sampai di kebun, monyet pun si monyet yang rakus segera makan buah-buahan dengan
lahapnya. Ia tidak memperdulikan buah yang masih ada di pohon, semuanya di makan.

Begitu pula si kerbau, ia pun makan dengan lahap. Karena si kerbau merasa buah-buahan memang
sengaja diberikan kepada si monyet.

Tanpa mereka sadari, gerak-gerik mereka telah diperhatikan oleh para petani. Setelah si kerbau dan si
monyet tengah kekenyangan, para petani langsung menyergap monyet dan kerbau.

Monyet yang sadar akan bahaya yang datang, segera berlari menyelamatkan diri meninggalkan kerbau
yang kebingungan karena tidak tahu masalah yang sebenarnya.

Para petani melempari batu dan mengusir mereka, si kerbau pun berlari menyelamatkan diri dan tubuh
sikerbau pun penuh dengan luka. Sedangkan si monyet sudah tidak kelihatan batang hidung nya. Si
kerbau mulai sadar bahwa dirinya telah di tipu oleh monyet.

Akhirnya setelah berlari dari kejaran para petani, si kerbau pun sampai ditepi sungai. Dengan segera si
kerbau terjun ke sungai untuk menyebrang.

Tiba-tiba si monyet muncul, "Hai... kerbau sahabatku, tunggu aku... Apa kau tega meninggalkan sahabat
mu disini," teriak si monyet memanggil si kerbau.

Melihat kemunculan si monyet, si kerbau sebenarnya sangat dongkol, "Jika kau mau ikut menyebrang,
cepatlah kau melompat ke punggung ku," jawab si kerbau dengan nada ketus.

Si monyet pun berlari dengan sekuat tenaga, monyet semakin takut dan panik ketika mendengar suara
para petani yang mengejar ada dibelakangnya.

Setelah sampai di pinggir sungai si monyet pun segera melompat ke punggung si kerbau. Tapi naas,
karena perut si monyet terlalu kenyang, membuat tubuhnya bertambah berat dan kurang lincah.

Lompatan si monyet tidak sampai di punggung si kerbau, dan akhirnya si monyet pun tercebur ke sungai
dan hanyut terbawa arus.

Anda mungkin juga menyukai