Anda di halaman 1dari 4

Monyet yang Rakus

Dongeng Katak dan Si Monyet yang Rakus – Pada zaman dahulu, ada seekor
katak dan monyet yang bersahabat. Tapi hubungan mereka sering hanya
menguntungkan sebelah pihak. Katak yang baik hati sering di kelabuhi dan di
manfaatkan oleh si monyet demi kepentingan pribadinya. Tapi si katak selalu
dapat memaafkan si monyet karena menganggapnya sebagai sahabat.

Berbeda dengan sifat si katak, sifat si monyet sangat berlawanan. Monyet itu
sangat licik, banyak akal, dan sangat rakus. Tak jarang dia di jauhi oleh teman-
temanya karena sifatnya tersebut. Tapi memang sudah dasar dari wataknya, hal
tersebut tidak membuat monyet itu sadar akan kesalahanya.

Sebagaimana julukan yang di sandangnya sebagai monyet yang rakus, monyet itu
sangat senang sekali makan. Buah pisang adalah makanan favoritnya. Dia sering
mencuri buah pisang di kebun pak tani. Tapi terahir kali dia mencuri buah pisang,
dia hampir tewas karena di kejar-kejar oleh pak tani yang ingin menangkapnya
karena ulah nakalnya.

Hingga pada suatu hari saat monyet itu tengah melamun sendiri, dia teringat pada
katak sahabatnya. Dia berniat untuk mengajak sahabatnya tersebut untuk
menanam buah pisang sendiri. Jika dia punya buah pisang sendiri, tentu dia tak
harus repot membahayakan dirinya hanya untuk mencuri buah pisang milik pak
tani yang sangat galak.

Akhirnya, dia pun menemui si katak yang tinggal di pinggir sebuah sungai. Ketika
mendengar ide dari si monyet untuk mengajaknya menanam pohon pisang sendiri,
si katak sangat senang dan menyambutnya dengan antusias.
“hai katak sahabat ku, jika kita memiliki pohon pisang sendiri.. tentu kita bisa tiap
hari makan enak. Bayangkan lezatnya buah pisang yang sangat manis dan
menggiurkan itu”. Kata si monyet merayu.
“wah, benar sekali ide mu itu. Aku juga ingin sekali dapat memakan buah pisang.
Tapi karena aku tak bias memanjat, aku tak pernah bias memakannya”. Kata si
katak.

“Kau tak usah hawatir sahabat ku, jika kau tak bias memanjat.. maka aku yang
akan memanjat dan mengambilkanya untuk mu”. Kata si monyet lagi.
“Baik lah.. kalau begitu mari kita mencari pohon pisang. Kita tunggu saja di tepi
sungai ini, karena biasanya ada pohon pisang yang hanyut terbawa arus”. Kata si
katak.

Ahirnya mereka pun menunggu ada pohon pisang yang hanyut terbawa arus
sungai. Beberapa saat kemudian, mereka melihat ada sebatang pohon pisang yang
terlihat mengambang terbawa arus.
“Hai katak sahabat ku, itu ada pohon pisang yang hanyut. Cepatlah kau berenang
ke sana dan seret pohon itu ke pinggir sungai. Aku tak bisa mengambilnya karena
aku tak bisa berenang”. Kata si monyet.

Si katak pun mengikuti saran monyet temannya itu. Dia berenang ke tengah
sungai dan menyeret pohon pisang itu ke pinggir sungai.
“sekarang kita tunggu lagi pohon pisang yang hanyut. Agar aku dan kamu sama-
sama memiliki satu pohon untuk di tanam”. Kata monyet.
“Baiklah.. kita tunggu saja di sini”. Kata si katak.

Tapi setelah lama mereka menunggu, tak ada satu pun pohon pisang yang dapat
mereka temukan lagi. Hingga sore menjelang, tak ada lagi pohon pisang yang
hanyut terbawa arus sungai.
“Sepertinya tak ada lagi pohon pisang yang hanyut hari ini. Kalau begitu pohon
ini biar aku bawa, dan kamu tunggu saja pohon pisang berikutnya esok hari”. Kata
si monyet.
“ah, tidak bisa. Kan aku yang mengambil pohon pisang ini dari sungai. Jadi pohon
pisang ini seharusnya menjadi milik ku”. Kata si katak sedikit protes.

Monyet pun mencari akal agar dia dapat menipu si katak demi ke untungan
dirinya sendiri.
“Baiklah kalau begitu. Agar lebih adil, bagai mana kalu pohon pisang ini kita bagi
dua”. Kata si monyet.
“Hmm.. ide yang bagus. Baiklah kalau begitu..’. jawab si katak.
“Aku dapat bagian atas, kamu dapat bagian bawah”. Kata si monyet. Dia berusaha
menipu si katak dengan memberinya bagian pangkal pohon. Karena dia berfikir,
pada pohon pisang yang berbuah adalah bagian atas. Jadi dia meminta bagian atas
agar cepat berbuah.

“Kok begitu? Kamu curang monyet. Yang berbuah kan bagian atas, bagaimana
aku dapat bagian pangkal pohon. Mana mungkin bias berbuah?”. Tanya si katak.
“Jangan hawatir sahabat ku. Walaupun bagian pangkal, jika kau rawat dengan
baik pasti juga dapat berbuah. Kan kita ini sahabat, mana mungkin aku menipu
mu”. Kata si monyet menjalankan siasatnya. Dan ahirnya si katak dengan berat
hati menerimanya. Karena dia yakin, bahwa sahabatnya itu tak mungkin menipu
dirinya.
Akhirnya, mereka berdua membawa bagian pohon pisang ke rumah masing-
masing untuk mereka tanam. Dalam beberapa hari, pohon pisang yang di tanam
oleh si monyet sudah layu dan mati. Tentu saja karena pohon pisang bagian atas
tak memiliki akar dan tak bisa hidup. Berbeda dengan pohon pisang milik si
katak, kini telah mulai bertunas dan keluar daunnya.

Satu minggu kemudian, si monyet berkunjung ke tempat si katak. Dia berniat


melihat tanaman pisang milik si katak, apakah mati seperti tanaman miliknya.
Tapi si monyet sangat kaget ketika melihat tanaman si katak tumbuh dengan
subur. Kini dia sadar bahwa dulu dia telah memilih bagian pohon yang salah, tapi
sesal pun kini tiada guna. Dia pun mulai mencari siasat untuk dapat menikmati
buah pisang milik si katak.

Setiap dua minggu sekali, si monyet berkunjung ke rumah si katak. Dia berdalih
bertamu dan melihat hasil kerja si katak. Apakah sesubur pohon pisangnya.
Padahal dia hanya berusaha melihat apakah buah pisang si katak sudah berbuah.
Sehingga dia dapat memetiknya. Hal tersebut dia lakukan secara berulang dan
terus menerus.

Hingga pada suatu hari, akhirnya pohon pisang milik si katak sudah masak dan
siap di panen.
“Hai kawan, bagai mana kabar pohon pisang mu kali ini? Apakah sudah masak?”.
Tanya si monyet.
“Wah.. tepat sekali kau datang. Pohon pisang ku sudah masak dan sudah
waktunya untuk di panen hari ini. Bagaimana dengan pohon pisang mu?’. Tanya
si katak.
“Sama, pohon pisang ku juga sudah masak dan sudah siap untuk di panen.
Rencananya besok mau aku petik”. Kata si monyet berbohong.

“Baguslah kalau begitu. Jika aku boleh minta tolong, maukah hari ini kau
memanjatkan pohon pisang ku? Karena aku tak bias memanjat”. Pinta si katak.
Mendengar permintaan dari si katak, si monyet sangat senang. Karena hari ini
adalah hari yang dia tunggu-tunggu selama ini. Dia dapat makan buah pisang
hingga puas.
“Tentu saja katak sahabat ku. Aku ke sini memang untuk menolong mu. Kalau
begitu, mari kita menuju pohon pisang milik mu”. Jawab si monyet yang licik itu.

Mereka berdua kemudian menuju pohon pisang milik si katak. Dan dengan cepat
si monyet yang rakus itu memanjat pohon pisang itu. Dan di atas pohon, monyet
itu mulai memetik satu persatu buah pisang. Bukan untuk di berikan pada si katak
yang dari tadi menunggu di bawahnya, melainkan dia makan sendiri di atas
pohon.
“Wah.. kau memang pandai menanam pisang kawan. Pisang mu ini terasa sangat
manis dan lezat”. Teriak si monyet dari atas pohon.
“Hai monyet, kenapa kau memakan pisang ku? Jatuhkan beberapa pisang untuk
ku. Jangan kau makan sendiri di atas pohon..!!”. teriak si katak dari bawah.

“Hai katak kawan ku. Kau ini sangat bodoh. Kau ini katak, kau tidak makan buah.
Tapi kau makan serangga. Lebih baik kau pergi saja mencari nyamuk untuk kau
santap. Biar buah pisang yang lezat ini aku saja yang memakanya. Karena buah
selezat ini sayang sekali bila harus di bagi dengan mu. Hahahaha..”. jawab si
monyet. (visit dongengterbaru.blogspot.com)
Mendengar jawaban monyet yang seperti itu, si katak merasa sangat marah. Dia
sangat kecewa pada si monyet yang selama ini dia aggap sebagai sahabat, ternyata
monyet itu sangat egois. Akhirnya si katak pun masuk ke dalam rumah dan
mengambil alat untuk menebang pohon pisang itu.
“Baiklah monyet rakus, habiskan saja semuanya. Aku tak butuh lagi pisang ini,
maka pohon pisang ini akan segera ku tebang dan ku buang ke sungai”. Kata si
katak kemudian mulai menebang pohon pisang itu.
Mendengar perkataan si katak, si monyet pun mempercepat makanya. Di berfikir
sangat sayang jika buah pisang yang lezat itu di buang begitu sja di sungai.
Dengan sekuat tenaga si monyet mempercepat makanya. Tapi karena
kekenyangan, si monyet tak sanggup lagi memakan semua buah pisang itu. Tapi
karena sifatnya yang rakus, dia tetap memaksakan diri untuk terus memakanya.

Tapi sayang, sebelum dia selesai memakan semua buah pisang itu, pohon pisang
sudah mulai oleng dan mulai roboh. Si monyet berusaha melompat untuk
menghindar agar tak ikut jatuh dengan pohon pisang tersebut. Tapi sayang..
karena kekenyangan dan kebanyakan makan, tubuhnya menjadi berat dan sulit
untuk bergerak. Ahirnya, monyet itupun terjatuh ke tanah bersama pohon pisang
itu. Monyet itu pingsan karena tertimpa pohon pisang. Dan si katak
meninggalkanya begitu saja tanpa mau menolong monyet yang serakah dan rakus
tersebut.

TAMAT

Hikmah yang dapat kita petik dari cerita fabel dongeng anak katak dan monyet
yang rakus di atas adalah.. sifat rakus dan serakah bukanlah hal yang baik. Karena
sifat tersebut akan merugikan diri sendiri di kemudian hari. Karena sifat tersebut
dapat membuat diri kita suka menipu orang lain dan bersikap egois, sehingga
banyak teman-teman yang akan menjauhi kita sehingga kita tak lagi memiliki
teman di kala kita membutuhkan mereka.

Anda mungkin juga menyukai