Anda di halaman 1dari 3

Dongeng Fabel Monyet dan Buaya

Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Kisah
Dongeng Fabel Monyet dan Buaya, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat dan Legenda
Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Dongeng Asal
Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar,
Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.

Dahulu kala, di sebuah hutan rimba hiduplah seekor monyet di sebatang pohon jamblang di
tepi sungai. Ia bahagia walaupun tinggal sendiri . Pohon itu sangat ranum dengan buah yang
manis dan memberinya tempat untuk berteduh pada saat hari panas atau hujan, tempat
tinggal yang sangat edeal bagi si Monyet.

Pada suatu hari seekor buaya naik ke tepian sungai dan hendak beristirahat di bawah pohon
tempat tinggal Monyet. Sang monyet yang ramah menyapanya, “Hai Buaya, apa kabar?.”
“Hai juga monyet, kabar saya baik. Cuman saya sedang ada masalah dengan bahan makanan
disini,” jawab buaya. “Apakah kau tahu dimana aku dapat menemukan makanan?
Tampaknya sudah tidak ada ikan lagi di sungai ini.” “Aku tidak tahu dimana ada ikan, tapi
aku mempunyai banyak buah jamblang yang masak di pohon ini. Ini, cobalah... rasanya
sangat manis!” kata monyet sambil memetik beberapa buah jamblang dan melemparkannya
kepada buaya yang ada di bawahnya. Buaya memakan semua buah yang diberikan monyet.
Ia suka rasanya yang manis. Ia minta monyet memetik buah jamblang lagi untuknya.
Sejak saat itu buaya datang setiap hari. Mereka pun menjadi sahabat. Mereka mengobrol
sambil makan buah jamblang. Pada suatu hari buaya bercerita tentang isteri dan
keluarganya.”Mengapa baru sekarang kau bilang bahwa kau punya isteri? Bawalah jamblang
ini untuk isterimu.” Isteri buaya menyukai buah jamblang pemberian si Monyet. Ia belum
pernah makan sesuatu yang begitu manis. Ia berpikir betapa manisnya daging monyet yang
sepanjang hidupnya makan buah jamblang setiap hari. Air liurnya menetes membayangkan
daging si Monyet sahabat suaminya.

“Suamiku,” kata isteri buaya, “ajaklah monyet kemari untuk makan malam.Lalu kita makan
dia. Pasti dagungnya lezat dan manis.” Buaya terperanjat. Bagaimana ia dapat memakan
sahabatnya? Ia menjelaskan kepada isterinya, “Monyet satu-satunya temanku disini, “
katanya. Sang buaya tetap menolak membawa monyet kepada isterinya. Sementara isterinya
pun tetap membujuknya. Ketika buaya tetap tidak mau menuruti keinginannya, isteri buaya
pura-pura sakit keras. “Suamiku,” katanya, “Hanya jantung monyet yang dapat
menyembuhkanku. Kalau kau mencintaiku, kau ajak monyet temanmu kemari. Setelah
makan jantungnya aku pasti segera sembuh.”

Buaya kebingungan, di satu sisi monyet adalah sahabatnya yang baik hati. Namun di sisi
lain, bila isterinya tidak memakan jantung monyet, mungkin ia akan meninggal. Akhirnya, ia
memutuskan untuk membawa monyet kepada isterinya untuk dijadikan obat.

“Teman,” kata buaya kepada monyet. “Isteriku sangat berterima kasih dengan buah
jamblang yang kaukirimkan tiap hari. Sekarang ia ingin mengundangmu makan malam.
Ikutlah denganku ke rumah kami.” Monyet sangat gembira dengan undangan itu namun ia
berkata bahwa ia tak mungkin ikut karena ia tak dapat berenang. “Aku akan
menggendongmu di atas punggungku. Kau tak usah khawatir,” kata buaya. Monyet pun
melompat ke punggung buaya dan berangkatlah mereka. Ketika mereka sudah cukup jauh
dari pohon jamblang, buaya berkata,”Isteriku sakit parah, hanya jantung monyet yang dapat
menyembuhkannya.” Monyet ketakutan. Ia berpikir keras, bagaimana ia dapat
menyelamatkan diri. “Buaya temanku, kasihan isterimu. Namun kau tak perlu cemas. Aku
senang bisa menolong isterimu dengan jantungku. Masalahnya, aku tadi meninggalkan
jantungku di atas dahan pohon jamblang. Ayo kita kembali dan mengambilnya.”

Buaya percaya kepada monyet. Ia berbalik dan berenang kembali ke pohon jamblang.
Monyet segera melompat turun dari punggung buaya dan segera naik ke dahan pohon.
“Temanku yang bodoh. Tidak tahukah kau, bahwa kita selalu membawa-bawa jantung kita?
Aku tak akan mempercayaimu lagi. Pergilah dan jangan pernah kembali ke sini lagi.” Monyet
pun membalikkan badannya, tak mau lagi melihat sang buaya. Buaya sangat menyesal. Ia
kehilangan satu-satunya sahabatnya. Ia juga tak akan dapat makan buah jamblang yang
manis itu lagi. Monyet lolos dari bahaya karena berpikir dengan cepat dan cerdik. Ia
menyadari bahwa monyet dan buaya tidak mungkin berteman. Buaya lebih suka makan
monyet daripada berteman dengannya. 
Pesan Moral Cerita Dongeng Fabel Monyet dan Buaya adalah : Jangan nodai
persahabatan dengan perbuatan yang tidak baik. Menuruti orang yang kita sayang adalah
mulia, namun jangan merugikan orang lain.

Cerita Dongeng Indonesia memuat dengan lengkap unsur-unsur dan kaidah baku dalam
menyajikan cerita dan dongeng, meliputi unsur Intrinsik yaitu meliputi Tema,
Amanat/Pesan Moral, Alur Cerita/Plot, Perwatakan/Penokohan, Latar/Setting, dan Sudut
pandang. dan kadang disertai unsur Ekstrinsik Cerita.

Edi Warsono at August 17, 2015


Share



Home
View web version
Pages Menu
 Home Dongeng Fabel Indonesia Kisah Para Nabi Kisah Sembilan Wali Hikayat Abu Nawas Sejarah
Kerajaan Nusantara Indonesia Kisah Dongeng  ▼

Powered by Blogger.

Anda mungkin juga menyukai