Tesis S-2
Program Magister Manajemen
Diajukan Oleh:
NIRWANAMAS Y. TABOMBONG
2019MM12231
Oleh :
NIRWANAMAS Y. TABOMBONG
2019MM12231
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
Ketua, Anggota
Dr.Muhammad Idris, SE, M.Si Dr. Sylvia Sjarlis, S.E., M.Si., Ak., C.A
Mengetahui :
Dr. Maryadi, S.E., M.M Dr. Sylvia Sjarlis, S.E., M.Si., Ak., C.A
iii
Apabila ternyata didalam naskah Tesis ini dapat dibukitkan terdapat unsur-unsur
jiplakan, saya bersedia Tesis (MAGISTER MANAJEMEN) ini dibatalkan,
serta diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
(Undang – Undang Nomor 20 2003 pasal 25 ayat 2 dan pasal 70)
Materai 10000
Nirwanamas Y. Tabombong
2019MM12231
iv
ABSTRAK
Abstract
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Segala puji dan Syukur kehadirat Allah SWT, adalah ungkapan pertama
yang penulis dapat ucapkan sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis ini
dengan baik. Tesis ini disusun sebagai tugas akhir dan syarat guna memperoleh
gelar Magister pada Program Studi Magister Manajemen PPS STIE Nobel
Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Satuan Polisi Pamong Praja dan
beserta keluarganya, para sahabat, dan pengikut setianya hingga akhir zaman.
ucapan terima kasih kepada Bapak Dr.Muhammad Idris, SE, M.Si selaku
pembimbing I dan Ibu Dr. Sylvia Sjarlis, S.E., M.Si., Ak., C.A selaku
selama penyusunan Tesis ini. Penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima
dari banyak pihak atas selesainya penyusunan maupun penyajian Tesis ini,
kepada:
1. Dr. H. Mashur Rasak, S.E., M.M, Ketua STIE Nobel Indonesia Makassar,
Hormat yang mendalam dan terima kasih tak terhingga atas segala arahan,
motivasi, bimbingan dan nasehat baik pada saat memberikan materi kuliah
2. Dr. Maryadi, S.E., M.M, Direktur PPS STIE Nobel Indonesia Makassar yang
3. Dr. Sylvia Sjahrils, S.E., M.Si, AK., CA, selaku Ketua Prodi Magister
Manajemen PPS STIE NOBEL, atas bimbingan, arahan dan motivasi yang
Indonesia Makassar.
4. Dr. Muhammad Idris, S.E., M.Si Selaku Penjaminan Mutu Prodi Magister
5. Bapak/Ibu Dosen dan staf yang telah mengajar dan membina mahasiswa
Tesis ini.
satu-persatu.
menyadari bahwa Tesis ini masih belum sempurna. Oleh sebab itu, penulis
dengan senang hati, menerima segala bentuk kritik maupun saran yang sifatnya
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
PENGESAHAN SEMINAR HASIL ............................................................... ii
PERSETUJUAN PROPOSAL......................................................................... iii
PERNYATAAN ORISINALITAS TESIS ...................................................... iv
ABSTRAK ...................................................................................................... v
ABSTRACT .................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................. 5
1.3. Tujuan Penelitian .................................................................. 6
1.4. Manfaat Penelitian ................................................................ 6
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
5.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ........... 65
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
BAB I
PENDAHULUAN
Kinerja adalah sebagai hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang
dapat diartikan sebagai suatu hasil dan usaha seseorang yang dicapai dengan
lapangan diemban oleh Satuan Polisi Pamong Praja atau disingkat SatPol
menciptakan suatu kondisi daerah yang tentram, tertib dan teratur sehingga
kewenangan Kota dan Tugas Pembantuan yang diberikan kepada Kota. Dan
hakekatnya bersifat sosiologis), yang melibatkan dua orang atau lebih yang
dalam Kaswan, 2016). Hal ini berarti bahwa efektivitas kepemimpinan seseorang
adalah hubungan dimana orang mempengaruhi perilaku atau tindakan orang lain
(Prasdja Ricardianto, 2018). Ini berarti bahwa proses kepemimpinan tidak dapat
organisasi dan norma sosial yang berlaku (Hasibuan, 2017). Selain itu, berbagai
aturan yang ditetapkan oleh suatu lembaga memiliki peran yang sangat penting
melaksanakan peraturan yang berlaku. Peraturan itu biasanya diikuti sanksi yang
diberikan bila terjadi pelanggaran. Sanksi tersebut bisa berupa teguran baik lisan
disiplin dan bertanggung jawab atas pekerjaannya. Ukuran yang dipakai dalam
menilai apakah pegawai tersebut disiplin atau tidak, dapat terlihat dari ketepatan
waktu dalam bekerja, etika berpakaian, serta penggunaan sarana kantor secara
efektif dan efisien. Melalui disiplin yang tinggi kinerja pegawai pada dasarnya
dapat ditingkatkan. Oleh sebab itu perlu penegasan disiplin kerja kepada setiap
faktor, baik yang bersifat internal maupun yang bersifat eksternal. Salah satu
kurangnya penghargaan atas prestasi yang dicapai, situasi lingkungan kerja yang
kondusif, sarana, dan prasarana kerja yang tidak memadai, kurangnya kesempatan
4
mengikuti pendidikan dan latihan, promosi jenjang jabatan yang tidak jelas serta
dan sejauh mana loyalitas mereka terhadap apa yang mereka kerjakan. Akan
tetapi, apa yang harus dilakukan untuk memotivasi orang lain dan selanjutnya
Pamong Praja dan Damkar Provinsi Sulawesi Barat masih perlu ditingkatkan, hal
ini menunjukkan bahwa kinerja yang telah dicapai masih sering menuai kritikan
dan keluhan dari masyarakat atas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi pegawai
yang ada di sekitar para para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam
menjalankan tugas-tugas yang dibebankan. Dalam hal ini segala sesuatu yang ada
di sekitar lingkungan pekerja dapat berupa bentuk fisik dan bentuk non fisik yang
tempat kerja yang nyaman, adanya program pelayanan karyawan, dan hubungan
kerjasama yang baik akan mendorong kinerja seorang karyawan untuk lebih baik,
sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai dan target perusahaan dapat terus
ditingkatkan.
5
dengan latar belakang yang dimiliki, serta rendahnya inisiatif pegawai dalam
pengaruh yang cukup signifikan terhadap kinerja pegawai yaitu faktor motivasi
berprestasi dan disiplin kerja. Tingginya motivasi berprestasi dan disiplin kerja
suatu dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan atau mengerjakan suatu
Sulastri (2017),
judul dalam penelitian ini adalah Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Disiplin dan
secara Parsial terhadap kinerja pegawai pada kantor Satuan Polisi Pamong
secara simultan terhadap kinerja pegawai pada kantor Satuan Polisi Pamong
kantor Satuan Polisi Pamong Praja dan Damkar Provinsi Sulawesi Barat?
kinerja pegawai pada kantor Satuan Polisi Pamong Praja dan Damkar
kinerja pegawai pada kantor Satuan Polisi Pamong Praja dan Damkar
terhadap kinerja pegawai pada kantor Satuan Polisi Pamong Praja dan
kinerja pegawai khususnya pada pegawai Pada Satuan Polisi Pamong Praja
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1.Penelitian Terdahulu
1. Johanes Eliezer Ayer Lyndon R.J. Pangemanan Yolanda P.I. Rori (2016).
Dinas Pertanian Kabupaten Supiori. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan
instrumen berupa kuesioner. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai
sampel dengan cara teknik sampling jenuh atau sensus. Sampel dalam penelitian
ini adalah dengan mengambil populasi atau sebanyak 80 sampel. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh melalui
Kuesioner dan data sekunder yang diperoleh instansi dan jurnal terkait untuk
Alat ukur terbukti valid dan reliabel untuk instrumen penelitian. Analisis regresi
berganda digunakan untuk uji hipotesis penelitian ini. Hasil penelitian menunjukan
pegawai Dinas Pertanian Kabupaten Supiori sebesar (β) 0,413 dengan signikansi
sebesar 0,01. Disiplin kerja (X2) berpengaruh positif dan signifikan terhadap
9
kinerja pegawai Dinas Pertanian Kabupaten Supiori sebesar (β) 0,741 dengan
signifikansi sebesar 0.00. Dan berdasarkan hasil uji kedua variable independent
yang diuji secara individual yang paling dominan dalam mempengaruhi kinerja
koefisien 0,489). Maka dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini disiplin kerja
(X2) secara parsial merupakan factor yang berpengaruh nyata terhadap Kinerja
(Y).
2. Yahya Rikaro Utomo, Nina Widowati (2017). Analisis Kinerja Satuan Polisi
berjalan baik. Dimensi kualitas layanan cukup baik dimana layanan yang
koordinasi dengan pihak terkait sudah berjalan baik. Aspirasi PKL untuk
menjadi tidak baik. Responsibilitas cukup baik dilihat dari penegakan perda
belum maksimal dalam menangani PKL karena dari 5 dimensi yang dijadikan
tolak ukur masih lebih banyak terdapat dimensi yang belum berjalan baik.
3. Edi Sofiantho (2013). Dengan judul "Pengaruh Motivasi dan Prestasi Kerja
Motivasi dan lingkungan Kerja terhadap Kinerja Karyawan pada PT. Triview
responden. Analisis data menggunakan SPSS Versi 21. Teknik Analisa data
diantaranya uji validitas, uji reliabilitas, uji asumsi klasik dan uji regresi linear
atau 63,80% variabel terikat dipengaruhi oleh ketiga variabel bebas tersebut.
karyawan;
diperoleh dari penelitian ini adalah gaya kepemimpinan dan gaya komunikasi
2.2.Gaya Kepemimpinan
karena karena tanpa kepemimpinan yang baik akan sulit mencapai tujuan
seseorang pemimpin pada saat mencoba mempengaruhi perilaku orang lain atau
bawahan. Dalam hal ini usaha penyelarasan persepsi diantara orang yang akan
dengan keinginannya.
untuk bisa melakukan sesuatu pekerjaan atas kesadarannya dan sukarela dalam
e. Iklim organisasi dan kebijakan, ini akan mempengaruhi harapan dan perilaku
f. Perilaku dan harapan rekan, rekan sekerja manajer merupakan kelompok acuan
yang peting. Segala pendapat yang diberikan oleh rekan-rekan manajer sangat
1. Pendekatan Sifat
Pendekatan ini terfokus pada karakteristik sifat yang dimiliki oleh seorang
1) Kepemimpinan Otoriter
besar mutlak tetap berada pada pimpinan atau kalau pmpinan itu
2) Kepemimpinan partisipatif
3) Kepemimpinan Delegatif
Dimensi tugas, berpusat pada tugas, (job centered) pada hasil (result
oriented). Dimeni kedua ini membawa pemimpin akan lebih menjalin hubungan
baik dengan bawahan, menghargai ide dan perasaan bawahan dan berusaha
tergantung pada situasi yang dihadapi dan tidak ada satu gaya kepemimpian yang
sebelumnya, atau dengan kata lain menggabungkan unsur kekuasaan , sifat dan
atasan dan bawahan terikat dalam suatu transaksi atau pertkaran kepentingan.
17
transformasional.
2.3. Disiplin
semua peraturan organisasi dan norma sosial yang berlaku (Hasibuan, 2017).
Selain itu, berbagai aturan yang ditetapkan oleh suatu lembaga memiliki peran
yang sangat penting dalam menciptakan kedisiplinan agar para pegawai dapat
diikuti sanksi yang diberikan bila terjadi pelanggaran. Sanksi tersebut bisa berupa
teguran baik lisan maupun tertulis, skorsing, penurunan pangkat bahkan sampai
pegawai yang bersangkutan. Hal tersebut dimaksudkan agar para pegawai bekerja
Ukuran yang dipakai dalam menilai apakah pegawai tersebut disiplin atau
tidak, dapat terlihat dari ketepatan waktu dalam bekerja, etika berpakaian, serta
penggunaan sarana kantor secara efektif dan efisien. Melalui disiplin yang tinggi
kinerja pegawai pada dasarnya dapat ditingkatkan. Oleh sebab itu perlu penegasan
mental yang tercermin dalam perbuatan atau tingkah laku perorangan, kelompok
18
atau ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah atau etika, norma dan kaidah
yang berlaku dalam masyarakat untuk suatu tujuan tertentu. Disiplin dapat juga
unsur penting dalam kegiatan tertentu, baik itu kegiatan belajar maupun kegiatan
kerja, karena hal tersebut akan merupakan sistem pengawasan bagi dirinya.
Disiplin kerja yang demikian merupakan disiplin yang tidak dirasakan sebagai
suatu yang dipaksakan dari luar, tetapi timbul didalam diri individu itu sendiri.
Menurut Sinungan (2014: 58), ada beberapa ciri disiplin sebagai pola tingkah laku
yaitu: 1) Adanya hasrat yang kuat untuk melaksanakan sepenuhnya apa yang
sudah menjadi norma, etik dan kaidah yang berlaku dalam masyarakat, 2) Adanya
seseorang, untuk memahami arti dari disiplin maka Heidjrachman dan Husnan
pegawai tersebut secara sukarela bekerja secara kooperatif dengan pegawai yang
yang bersifat spesifik terhadap pegawai yang tidak mau merubah sifat dan
pengetahuan sikap dan perilaku pegawai sehingga ada kemauan pada diri pegawai
Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil telah diatur secara jelas bahwa kewajiban
yang harus ditaati oleh setiap pegawai negeri sipil merupakan bentuk disiplin yang
positif luar biasa yang dapat dirasakan dalam lingkungan bekerja. Terutama bagi
bentuk yaitu :
20
organisasi, jika system organisasi baik, maka diharapkan akan lebih mudah
dengan disiplin preventif. Begitu pula pegawai harus dan wajib mengetahui,
aparat/pegawai.
peraturan sesuai dengan pedoman yang berlaku pada organisasi. Pada disiplin
diartikan sebagai sikap mental yang tercermin dalam perbuatan atau tingkah laku
21
sekolah.
Dilihat dari jam masuk kerja, jam pulang, dan jam istirahat yang tepat waktu
Peraturan dasar tentang cara berpakaian dan bertingkah laku dalam pekerjaan.
jabatan, tugas, dan tanggung jawab serta cara berhubungan dengan unit kerja
lain.
Aturan tentang apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh para
diwujudkan dalam bentuk ketaatan terhadap peraturan dan ada manfaat yang
kedinasan dan ada manfaat yang diperoleh karena patuh terhadap perintah
kedinasan
3. Ketaatan terhadap jam kerja, yaitu memahami bahwa ketaatan terhadap jam
diwujudkan dalam bentuk ketaatan terhadap jam kerja dan ada manfaat yang
kepatuhan menggunakan sarana dan ada manfaat yang diperoleh karena taat
memelihara sarana.
parubahan sehingga, organisasi atau perusahaan yang bisa bertahan hidup adalah
sehingga waktu kerja dipergunakan secara efektif. Produktifitas akan tinggi dan
2014) bahwa lingkungan kerja adalah keseluruhan alat perkakas dan bahan yang
luar organisasi tersebut dan secara potensial memengaruhi kinerja organisasi itu
(Budiyono dan Amirullah Haris, 2014:51). Lingkungan kerja adalah proses kerja
memiliki karakteristik dan/ atau nilainilai tertentu mengenai organisasi yang tidak
akan lepas dari pada lingkungan dimana organisasi itu berada, dan manusianya
pada lembaga atau kekuatan yang berinteraksi langsung maupun tidak langsung
menurut pola tertentu mengenai organisasi atau perusahaan yang tidak akan lepas
Lingkungan kerja fisik dapat diartikan semua keadaan yang ada di sekitar
tempat kerja, yang dapat memengaruhi kinerja karyawan. lingkungan kerja fisik
yaitu semua keadaan berbentuk fisik yang terdapat disekitar tempat kerja dimana
dapat memengaruhi kerja karyawan baik secara langsung maupun tidak langsung
Lingkungan kerja fisik adalah salah satu unsur yang harus digunakan
(Setiawan, 2018:83).
kebisingan, getaran mekanis dan keamanan. lingkungan kerja non fisik adalah
semua keadaan yang terjadi yang berkaitan dengan hubungan kerja, baik dengan
(Sedermayanti, 2014)
yang baik pula agar suasana kerja yang tercipta akan lebih nyaman dan harmonis
kerja adalah segala sesuatu yang dapat memengaruhi kegiatan produksi, sehingga
sesuai dengan kebutuhan, tidak terlalu terang tetapi juga tidak terlalu gelap,
dapat diperkecil.
2. Suhu udara. Temperatur udara atau suhu udara terlalu panas bagi karyawan
produksi.
26
bergerak dengan baik, terlalu sempitnya ruang gerak yang tersedia akan
yang diperhatikan oleh perusahaan. Kondisi kerja yang aman akan membuat
karyawan.
sumber daya manusia dalam organisasi, baik unsur pimpinan maupun pekerja.
Banyak sekali faktor yang dapat memengaruhi sumber daya manusia dalam
1. Lingkungan Internal
Ada banyak faktor yang memengaruhi kinerja atau prestasi kerja karyawan.
27
Karyawan akan bekerja dengan produktif atau tidak tergantung pada kondisi
pekerjaan yang secara langsung ataupun tidak langsung akan berdampak pada
a) Kompetensi
atau tugas yang dilandasi atas keterampilan dan pengetahuan serta didukung
oleh sikap pekerja yang dituntut oleh pekerjaan tersebut. Terdapat 5 (lima)
2) Sifat adalah karakteristik fisik dan respon yang konsisten terhadap situasi
atau informasi.
tertentu.
b) Kepuasan Kerja
c) Stress Karyawan
Berbagai bentuk kekuatiran dan masalah selalu dihadapi para karawan. Sterss
adalah suatu kondisi ketegangan yang memengaruhi emosi, proses berfikir dan
kondisi kerja yang sering menyebabkan stress bagi para karyawan. Diantara
5) Kemenduaan peranan
6) Frustasi
d) Kompensasi
pengganti atau jasa yang diberikan kepada karyawan. Adapun faktor yang
adalah:
5) Produktivitas
6) Biaya hidup
7) Pemerintah
2. Lingkungan Eksternal
adaptif, selalu mengikuti dan menyesuaikan diri dengan lingkungan yang selalu
a) Sektor Sosial
Ekonomi Setiap segi sosial ekonomi dapat membantu atau menghambat upaya
1) Masalah keluarga
3) Masalah finansial
b) Sektor Teknologi
karyawan.
31
c) Sektor Pemerintah
pemerintah, maka akan berdampak pada perusahaan dan akan berimbas pada
d) Pesaing
sebagai masukan atau hasil kerja yang lebih baik sehingga perusahaan dapat
lain merupakan manifestasi kerja yang dilakukan oleh pegawai atau organisasi
yang biasanya digunakan sebagai dasar penilaian atas pekerjaan atau organisasi
sesuatu yang dikerjakan atau produk/jasa yang dihasilkan atau diberikan oleh
kinerja sebagai kuantitas dan kualitas pekerjaan yang dihasilkan oleh individu,
kriteria atau standar mutu. Dengan demikian, kinerja terdapat dua dimensi baik
atau buruk, artinya apabila perilaku seseorang memberikan hasil pekerjaan yang
sesuai dengan standar atau kriteria yang telah dibakukan oleh organisasi, maka
kinerja yang dimiliki orang tersebut tergolong baik. Jika sebaliknya berarti kinerja
buruk.
kelompok yang menurut Siagian (2009) bahwa ditinjau dari segi perilaku,
kinerja adalah hasil yang dicapai seseorang menurut ukuran yang berlaku untuk
Kinerja yang berbeda antara pegawai satu dengan pegawai yang lain
33
secara garis besar menurut Marat (dalam Susiati 2012) dipengaruhi oleh dua hal
yaitu : a) faktor individu, dan b) faktor situasi. Dijelaskan bahwa kinerja yang
dihasilkan oleh para pegawai tersebut berbeda karena adanya faktor - faktor
dicapai seseorang, situasi yang mendukung misalnya adanya kondisi sarana usaha
yang baik, ruangan yang tenang, pengakuan atas pendapat rekan kerja yang lain,
pemimpin yang mengerti kebutuhan pegawai dan tidak otoriter tetapi demokratis.
Sistem kerja yang mendukung tentunya akan mendorong pencapaian kinerja yang
tinggi daripada kondisi kerja yang tidak mendukung karena terdapat pemimpin
kerja yang otoriter, pelayanan yang kurang memuaskan, tekanan terhadap peranan
mempunyai daya tahan tubuh yang tinggi yang pada gilirannya tercermin pada
samping itu, kinerja individu juga berhubungan dengan kemampuan yang hanya
Menurut Mitchell dan Larson (2014, dalam Susiati 2012) kinerja bisa
waktu
34
d. Kinerja bisa didefinisikan dalam istilah yang umum yang menunjukkan sifat -
perilaku individual.
ukuran kerja secara umum yang diterjemahkan dalam penilaian perilaku secara
3. Ketepatan atau kesesuaian waktu, yaitu sesuai tidaknya dengan waktu yang
direncanakan.
antara hasil intrinsik dan hasil ekstrinsik penting untuk memahami reaksi para
pegawai terhadap pekerjaan mereka. Secara umum hasil intrinsik adalah objek
atau kejadian yang timbul dari usaha pegawai sendiri dan tidak menuntut
keterlibatan orang lain. Secara lebih sederhana, ia adalah hasil yang jelas
35
berhubungan dengan tindakan yang dilakukan pegawai (Brief dan Aldag, 2012,
dalam Susianti 2012) hasil semacam ini dianggap khas yang hanya ada pada
pekerjaan profesional dan teknis, namun pada dasarnya semua pekerjaan dapat
tantangan dan pengakuan dan merupakan hasil dari ciri khas kerja seperti
objek atau kejadian yang mengikuti usaha pegawai sendiri sehubungan dengan
faktor - faktor lain yang tidak terlibat secara langsung dalam pekerjaan itu sendiri.
Potongan harga, bonus, kondisi kerja, rekan kerja, dan bahkan menyedia ialah ciri
khas tempat kerja yang merupakan bagian fundamental dari pekerjaan itu sendiri.
Salah satu yang sulit dalam analisis kinerja organisasi adalah memilih
berhubungan dengan kinerja organisasi, karena hal tersebut dirasakan oleh para
pelayanan publik sebagian muncul karena tujuan dan misi organisasi acap kali
tidak hanya sangat kabur akan tetapi juga sifat multi dimensional. Organisasi
menjadi berbeda-beda.
konsep yang dapat dijadikan sebagai acuan guna mengukur kinerja organisasi
program dan kegiatan pelayanan yang diberikan oleh organisasi publik dengan
implisit atau eksplisit. Semakin kegiatan organisasi publik itu dilaksanakan sesuai
besar pejabat publik dan kegiatan organisasi publik tunduk kepada pejabat politik
yang dipilih oleh rakyat, oleh karena itu, kinerja pada dasarnya merupakan hasil
kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam
hal ini pegawai bisa belajar seberapa besar kinerja yang mereka lakukan secara
dengan pekerjaan, perilaku dan hasil, termasuk tingkat kehadiran (Schuler, 2013).
pegawai apakah ia bisa berkinerja sama atau lebih efektif pada masa yang akan
datang.
37
dan Keeps, 2014). Kinerja merujuk kepada suatu pencapaian pegawai atas tugas
yang diberikan (Cascio, 2014). Kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan
yang jelas tentang apa yang akan dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya
Kinerja adalah sebagai fungsi dari interaksi antara kemampuan atau ability
(A), motivasi atau motivation (M) dan kesempatan atau opportunity (O); yaitu
kemampuan, motivasi dan kesempatan. Dengan kata lain, kinerja ditentukan oleh
kinerja pada suatu tingkat yang seharusnya dia mampu, maka perlu diperiksa
pelaksanaan pekerjaannya. Jadi kinerja yang optimal selain didorong oleh kuatnya
motivasi seseorang dan tingkat kemampuan yang memadai, juga didukung oleh
karakteristik pegawai yang mempunyai kinerja tinggi, yaitu : (1) Berorientasi pada
membangun sebuah mimpi tentang apa yang mereka inginkan untuk dirinya, (2)
Percaya diri, Pegawai yang kinerjanya tinggi memiliki sikap mental positif yang
mengarahkan untuk bertindak dengan tingkat percaya diri yang tinggi, (3)
Pengendalian diri. Pegawai yang kinerjanya tinggi mempunyai rasa disiplin diri
pilihan mereka, (5) Presisten. Pegawai yang kinerjanya tinggi mempunyai piranti
pekerjaan didukung oleh suasana psikologis, dan bekerja keras terus menerus
Kinerja merupakan salah satu alat ukur bagi pencapaian tujuan organisasi.
Kinerja dapat dipandang sebagai 'thing done" Widodo (2014) dalam satuan
organisasi dikemukakan, bahwa kinerja hakikatnya suatu hasil kerja yang dapat
dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai
tujuan organisasi secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral
suatu organisasi ditentukan oleh kinerja yang dicapainya selama kurun waktu
tertentu.
dari dua model normative, yaitu political performance dan services delivery.
Political performance merujuk pada pilihan kolektif dan keadilan yang dapat
digunakan untuk membuat desain pilihan institusi politik. Sedangkan model kedua
merujuk pada upaya untuk memperbaiki tingkat efektivitas dan efisiensi. Bagi
pejabat fungsional pegawai yang berada dalam satuan lembaga pelayanan publik,
maka model kedua sangat relevan sebagai struktur mediasi untuk mengukur
peningkatan suatu kemajuan atau perubahan ke arah yang lebih baik yaitu
apabila data itu dianalisis secara tepat akan memberikan informasi yang akurat
sehingga informasi itu akan berguna bagi peningkatan pengetahuan para pimpinan
unsur-unsur (a) biaya yang dikeluarkan untuk pengukuran seyogyanya tidak lebih
besar dari manfaat yang diterima (b) dimulai dari permulaan program (c) terkait
langsung dengan tujuan strategis (d) sederhana serta memunculkan data yang
mudah untuk digunakan (e) dapat diulang secara terus menerus sepanjang waktu,
sehingga dapat diperbandingkan antara pengukuran pada satu titik waktu dengan
waktu lainnya (f) dilakukan pada sistem secara keseluruhan yang menjadi lingkup
kinerja mendatang (h) ukuran kinerja harus dipahami secara jelas oleh setiap
individu yang terlibat (i) pelibatan setiap individu dalam setiap pengukuran
validitas dan (k) pengukuran harus berfokus pada tindakan korektif dan
perilaku seseorang yang dapat diamati, yaitu : (1) ia tidak diam tetapi bertindak;
mengarah pada hasil yang hendak dicapai sehingga kinerja sesungguhnya bersifat
penampilan, kecakapan melalui proses atau prosedur tertentu yang berfokus pada
tujuan yang hendak dicapai, serta dengan terpenuhinya standar pelaksanaan dan
Dari beberapa pendapat di atas konsep yang dapat dijadikan sebagai acuan
1. Faktor kualitas kerja, yang dilihat dari segi ketelitian dan kerapian bekerja,
membutuhkannya.
6. Faktor kerja sama, melihat bagaimana pegawai bekerja dengan orang lain
yang tercermin dalam perbuatan atau tingkah laku perorangan, kelompok atau
ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah atau etika, norma dan kaidah yang
berlaku dalam masyarakat untuk suatu tujuan tertentu. Disiplin dapat juga
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
bawahannya.
pekerjaan
kedisiplinan. Disiplin menurut Sinungan (2012), adalah sebagai sikap mental yang
ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah atau etika, norma dan kaidah yang
43
berlaku dalam masyarakat untuk suatu tujuan tertentu. Disiplin dapat juga
positif bagi karyawan dalam meningkatkan prestasi kerja karyawan. Hal itu
merupakan salah satu cara yang dapat ditempuh agar karyawan dapat
sesuatu yang ada di sekitar karyawan pada saat bekerja, baik yang berbentuk fisik
ataupun non fisik, langsung atau tidak langsung, yang dapat mempengaruhi
dirinya dan pekerjaanya saat bekerja. Linkungan kerja yang kondusif mampu
dan peraturan kerja. Kondisi tersebut pada akhirnya akan meningkatkan kinerja
pegawai.
Kinerja merupakan hasil atau output dari suatu proses, kinerja mempunyai
organisasi. Kinerja adalah fungsi dari motivasi dan kemampuan. Kinerja merujuk
tujuan yang telah ditetapkan. Jika tujuan yang diinginkan tercapai dengan baik,
44
Dalam penelitian ini akan dikaji pengaruh gaya kepemimpinan dan disiplin
kerja dan lingkungan kerja terhadap kinerja dengan kerangka konsep penelitian
Disiplin (X2)
Indikator : KINERJA (Y)
- Mematuhi Aturan Yang Ada Indikator
1. Kualitas
- Kehadiran dan Ketepatan Waktu
2. Kuantitas
- Tanggung jawab
3. Kreativitas
Sutrisno, 2017) (Soedarmayanti,
2013)
3.2. Hipotesis
yaitu :
kerja secara Parsial terhadap kinerja pegawai pada kantor Satuan Polisi
kerja secara simultan terhadap kinerja pegawai pada kantor Satuan Polisi
pada kantor Satuan Polisi Pamong Praja dan Damkar Provinsi Sulawesi Barat
untuk bisa melakukan sesuatu pekerjaan atas kesadaranya dan suka rela dala
semua peraturan organisasi dan norma social yang berlaku. Variabel disiplin
diukur dengan indikator yaitu: Tepat waktu, teliti dalam bekerja, taat pada
aturan.
46
a. Tepat Waktu adalah melakukan pekerjaan dan tugas secara tepat waktu,
tepat.
3. Lingkungan kerja (X3) dalam suatu perusahaan termasuk salah satu hal yang
a. Lingkungan kerja fisik adalah salah satu unsur yang harus digunakan
2015:83).
b. Lingkungan kerja non fisik adalah semua keadaan yang terjadi yang
47
4. Kinerja (Y) secara umum adalah sebuah perwujudan kerja yang dilakukan
oleh pegawai yang biasanya digunakan sebagai dasar atau acuan penilaian
suatu langkah untuk menuju tercapainya tujuan organisasi oleh karena itu,
BAB IV
METODE PENELITIAN
sampel dari satu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul
kuantitatif yang digunakan untuk meneliti gejala suatu kelompok atau perilaku
Penelitian ini dilakukan pada kantor Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi
Sulawesi Barat dengan pertimbangan bahwa data dan informasi yang dibutuhkan
lebih mudah diperoleh dan akurat serta sangat relevan dengan pokok
permasalahan yang menjadi objek penelitian ini. Adapun waktu yang dibutuhkan
dalam penelitian selama 1 bulan yaitu bulan Juli 2021 sampai Agustus 2021.
a. Populasi
ini adalah meliputi seluruh Pegawai pada Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi
dan Damkar Sulawesi Barat antara lain berjumlah 222 ASN orang Pegawai Satpol
PP yang terdiri dari 21 wanita dan 201 laki-laki , dan 12 Orang ASN Damkar
b. Sampel
n= ( )( )
Dimana :
n = Sampel
N = Populasi
Provinsi Sulbar sebanyak 234 orang, maka dengan rumus di atas dapat ditarik
n= ( )
= 70,05
= 70 orang
dengan instrumen angket yang disebar kepada responden. Proses yang dilakukan
1. Angket sebagai instrumen utama dalam penelitian ini berisi sejumlah item
pernyataan bersifat tertutup yang disusun berdasarkan hasil kajian teoritis dan
teknik yang lain; (4) aplikatif pada berbagai situasi. Pengolahan data, skala Likert
termasuk dalam skala interval. Penentuan skala Likert dalam penelitian ini dari
dengan suatu kriteria sebagai berikut: Sangat Baik/Sangat Setuju (skor 5):
Baik/Setuju (skor 4); Cukup baik/ Netral (skor 3); Tidak Baik/Tidak Setuju (skor
51
2): Sangat Tidak Baik/Sangat Tidak Setuju (skor 1) (Malhotra, 2010; Cooper &
Sehindler, 2009).
memenuhi dua uji instrumen yaitu tingkat validitas dan realibilitas. Pengujian
digunakan dalam penelitian ini memenuhi syarat-syarat alat ukur yang baik atau
dalam penelitian. Keabsahan atau kesahihan data hasil penelitian sosial sangat
(1) valid atau shahi; (2) reliabel atau andal; dan (3) praktis (Cooper dan
Sehindler.,2009). Bilamana alat ukur yang digunakan tidak valid atau tidak dapat
dipercaya dan tidak andal atau reliabel, maka hasil penelitian tidak akan
korelasi lebih besar dari 0,30 pada semua item pernyataan setiap indikator.
52
Kemudian nilai koefisien korelasi cronbach alpha lebih besar dari 0.60
dan realibilitas angket, maka pengumpulan data dilapangan sudah tepat dilakukan.
mengukur konstruk yang akan di ukur dan dapat mengungkapkan data serta
berhubungan dengan tingkat akurasi yang dicapai oleh sebuah indikator dalam
mengukur konstruk yang seharusnya di ukur. Uji validitas adalah ketepatan skala
bahwa alat ukur yang digunakan, dalam hal ini pernyataan pada kuesioner sesuai
dengan obyek yang diukur. Instrumen dapat dikatakan mempunyai validitas tinggi
skor item dan skor totalnya dalam taraf signifikansi 95% atau α=0,05. Instrumen
dikatakan valid mempunyai nilai signifikansi korelasi ≤ dari 95% atau α = 0,05
yang dikatakan valid jika nilai r ≥ 0.30 (cut 0f point) (Sugiono, 2010).
jauh sebuah alat ukur dapat diandalkan atau dipercaya. Kehandalan berkaitan
53
dengan estimasi sejauh mana suatu alat ukur, apabila dilihat dari stabilitas atau
secara berulang. Apabila suatu alat ukur digunakan berulang dan hasil yang
diperoleh relatif konsisten maka alat ukur tersebut dianggap handal (reliabilitas).
Pengujian dilakukan secara parsial dan secara simultan variabel bebas terhadap
variabel tidak bebas dan diolah melalui program aplikasi komputer SPSS. 25.0.
Adapun model analisis dari Regresi Linear Berganda (Sugiyono, 2006) yang
Y = Kinerja pegawai
X2 = Disiplin
X3 = Lingkungan Kerja
e = Kesalahan Prediksi
kepemimpinan (X1), disiplin (X2), dan lingkungan kerja (X3), terhadap variable
terkait, yaitu kinerja pegawai (Y) secara bersama-sama, maka dilakukan uji F.
disiplin (X2), dan lingkungan kerja (X3) terhadap variabel terikat yaitu kinerja
F= ( )
Dimana:
R2 = R Square
n = Banyaknya Data
k = Banyaknya variabel independen
a) Jika F hitung > F tabel atau Sig. F < 5 % maka Ho ditolak dan Hi diterima
variabel dependen.
b) Jika F hitung < atau SigiF> 5% maka Ho diterima dan Hi ditolak yakni secara
dependen.
56
BAB V
Selatan. Provinsi yang dibentuk pada 5 Oktober 2004 ini berdasarkan UU No. 26
Tahun 2004. Ibu kotanya ialah Mamuju. Luas wilayahnya sekitar 16,796.19 km².
Suku-suku yang ada di provinsi ini terdiri dari Suku Mandar (49,15%), Toraja
(13,95%), Bugis (10,79%), Jawa (5,38%), Makassar (1,59%) dan suku lainnya
(19,15%). Sulawesi Barat dikenal memiliki banyak objek lokasi wisata. Selain
kakao, daerah ini juga penghasil kopi robusta ataupun kopi arabika, kelapa dan
bumi. Provinsi Sulawesi Barat yang terdiri atas 5 (lima) Kabupaten memiliki
jumlah penduduk berdasarkan hasil Sensus Penduduk BPS pada tahun 2010
langsung dengan Selat Makassar, merupakan salah satu jalur lalu lintas pelayaran
bagi pembangunan sosial ekonomi kedepan. Salah satu pelabuhan antar pulau
pengangkutan minyak CPO dan mangan, serta sejumlah Pelabuhan lain yang
ukuran Boeing 737 200 yang berpenumpang hingga 150 orang. Untuk sementara
Kondisi topografi Provinsi Sulawesi Barat yang terdiri dari laut dalam,
daratan rendah, dataran tinggi dan pegunungan dengan tingkat kesuburan yang
tinggi, disamping itu letaknya yang sangat strategis pada posisi silang segitiga
emas Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur, dan Sulawesi Tengah lewat pantai
barat dengan jarak 445 km dari Makassar Ibukota Provinsi Sulawesi Selatan, 447
Km dari Palu Ibukota Provinsi Sulawesi Tengah dan Selat Makassar/ Kalimantan
baik. Sehingga kekayaan yang terkandung di dalam alam Sulawesi Barat dapat
Mandar dalam perserikatan "Pitu Ba'bana Binanga dan Pitu Ulunna Salu" dalam
sehingga sekitar tahun 1960 oleh tokoh masyarakat Mandar yang ada di Makassar
yaitu antara lain : H. A. Depu, Abd. Rahman Tamma, Kapten Amir, H. A. Malik,
58
Baharuddin Lopa, SH. dan Abd. Rauf mencetuskan ide pendirian Provinsi Mandar
diri dari Provinsi Induk yang saat itu bernama Provinsi Sulawesi Selatan dan
Tenggara (Sulselra).
Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) dan ini tercetus di rumah H. A. Depu di Jl.
Bioskop Istana (Plaza) Jl. Sultan Hasanuddin Makassar dan perjuangan tetap
dilanjutkan sampai pada masa Orde Baru perjuangan tetap berjalan, namun selalu
menemui jalan buntu yang akhirnya perjuangan ini seakan dipeti-es-kan sampai
pada masa Reformasi barulah perjuangan ini kembali diupayakan oleh tokoh
pencetus awal hanya H. A. Malik yang masih hidup, namun juga telah wafat
dalam perjalanan perjuangan dan pada tahun 2000 yang lalu dideklarasikan di
Majene dengan mendapat persetujuan dan dukungan dari Bupati dan Ketua DPRD
Kab. Mamuju, Kab. Majene dan Kab. Polman. Pada masa penjajahan, wilayah
Provinsi Sulawesi Barat adalah bagian dari 7 wilayah pemerintahan yang dikenal
dengan nama Afdeling Mandar yang meliputi empat onder afdeling, yaitu Onder
beribukota Mamasa. Onder Afdeling Majene, Mamuju dan Polewali yang terletak
59
(Kesatuan Hukum Adat) yang dikenal dengan nama Pitu Baqbana Binanga (Tujuh
di tiga kabupaten, yakni Polewali Mamasa, Majene, dan Mamuju untuk menjadi
provinsi.
Mamasa) resmi terpisah dari Provinsi Sulawesi Selatan menjadi Provinsi Sulawesi
oleh H.Anwar Adnan Saleh sejak tanggal 14 Desember 2006 sampai dengan 14
Desember 2016 selama sepuluh tahun menjabat sebagai gubernur, setelah masa
60
setelah itu di gantikan lagi pejabat Gubernur Irjen Pol Carlo Brix Tewu sampai
Untuk jangka waktu cukup lama, daerah ini sempat menjadi salah satu
daerah yang paling terisolir atau „yang terlupakan‟ di Sulawesi Selatan. Ada
beberapa faktor penyebabnya, antara lain, yang terpenting yaitu jaraknya yang
penduduknya (etnis Mandar dan beberapa kelompok sub etnik kecil lainnya) yang
lebih egaliter, sehingga sering berbeda sikap dengan kelompok etnis mayoritas
dan dominan (Bugis dan Makassar) yang lebih hierarkis (atau bahkan feodal) pada
Lopa (Menteri Kehakiman dan Jaksa Agung pada masa pemerintahan Presiden
Abdurrahman Wahid, 1999 – 2000, dan sempat menjadi „aikon nasional‟ gerakan
politik Jakarta dan Makassar; serta fakta sejarah daerah ini sempat menjadi
pangkalan utama „tentara pembelot‟ (Batalion 310 pimpinan Kolonel Andi Selle),
pada tahun 1950-60an, yang kecewa terhadap beberapa kebijakan pemerintah dan
(TNI).
61
Selain sebagai daerah lintas gunung dan hutan untuk memperoleh pasokan
senjata selundupan melalui Selat Makassar oleh gerilyawan Darul Islam (DI)
wilayah Sulawesi Barat masih dalam proses dan dalam prosesnya masih sering
Provinsi Sulawesi Barat yang ada saat ini menuju kondisi ketentraman dan
masyarakat melalui Kantor Satuan Polisi Pamong Praja dan Pemadam Kebakaran
didambakan oleh semua pihak baik masyarakat serta aparatur, telah dilakukan
oleh Satuan Polisi Pamong Praja dan Pemadam Kebakaran Provinsi Sulawesi
Barat melalui berbagai upaya seperti Melakukan operasi penegakan Perda dan
pelaksanaan ketertiban umum serta penjagaan obyek vital dan fasilitas umum, pengawalan
mana disebut didalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 26 Tahun 2005
menyelenggarakan fungsi :
kebakaran;
i. Pengamanan dan pengawalan tamu VIP termasuk pejabat negara dan tamu
negara;
kebakaran; dan
65
Struktur Organisasi
1
Jumlah pegawai atau sumber daya manusia yang bertugas pada Satuan
Polisi Pamong Praja dan Damkar Provinsi Sulawesi Barat yang dijadikan sampel
menurut jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan dan masa kerja responden bekerja
1. Jenis Kelamin
kemauan yang dimiliki oleh pegawai itu sendiri. Hal mungkin terjadi adalah
kemauan dan kemampuan pegawai laki-laki lebih tinggi dari pada pegawai
perempuan.
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Persentase
No Jenis Kelamin Frekuensi
(%)
1 Laki-laki 54 77,1
2 Perempuan 16 22,9
Jumlah 70 100,00
Sumber : Hasil olah data primer 2021
2. Usia
pegawai pada sebuah instansi. Dengan tingkat usia yang masih produktif akan
dalam penelitian ini disajikan karakteristik responden yang menjadi subyek dalam
Tabel 5.2
Jumlah Persentase
No Usia
Responden (%)
1 20 – 30 Tahun 0 0
2 31 – 40 Tahun 34 48,6
3 41 – 50 Tahun 28 40,0
4 >50 Tahun 8 11,4
Jumlah 70 100
Sumber : Hasil olahan data primer, 2021
(48,6%) responden yang berusia antara 31–40 tahun, 28 (40,0%) responden yang
berusia antara 41– 50 tahun dan 8 (11,4%) responden yang berusia di atas 50
tahun. Hal ini menunjukkan bahwa komposisi usia responden terkonsentrasi pada
usia antara 31– 50 tahun atau masih dalam kategori usia produktif. Faktor usia
sebagaimana yang telah dipaparkan di atas, merupakan salah satu identitas yang
3
dapat menjadi petunjuk untuk mengetahui kemampuan fisik dan kemampuan daya
pikir seseorang. Semakin tua usia seseorang semakin tinggi tingkat kematangan
berpikirnya dalam proses pencapaian tujuan yang hendak dicapai, Kualitas dan
meningkatkan kinerjanya karena masih didukung oleh kekuatan fisik energi yang
3. Tingkat Pendidikan
formal adalah suatu indikator yang dapat mengukur kompetensi suatu pegawai
Untuk hal tersebut maka perlu diperhatikan adalah penempatan pegawai yang
harus disesuaikan dengan latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh pegawai
sehingga dapat melaksanakan tugas dengan baik. Untuk lebih jelasnya dapat
Tabel 5.3
Deskripsi Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan
No Pendidikan Jumlah Persentase (%)
1 S2 5 7,1
2 S1 42 60,0
3 Diploma Tiga (D3) 2 2,9
4 SMA 21 30,0
Jumlah 70 100,00
4
Satuan Polisi Pamong Praja dan Damkar Provinsi Sulawesi Barat menunjukkan
bahwa 5 orang (7,1%) adalah lulusan Magister (S2), 42 orang (60,0%) lulusan
Sarjana (S1), 2 orang (2,9%) adalah lulusan Diploma Tiga (D3), dan 21 orang
pada tingkat pendidikan Strata Satu pegawai Satuan Polisi Pamong Praja dan
rekrutmen pegawai dalam lingkup Satuan Polisi Pamong Praja dan Damkar
merupakan aset yang sangat baik dalam membimbing pegawai lainya dalam
Kinerja pegawai Satuan Polisi Pamong Praja dan Damkar Provinsi Sulawesi
diperolehnya atau dengan kata lain latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh
tugas pokok yang pada akhirnya sangat berpengaruh terhadap Kualitas kerja.
5
Berdasarkan data pendidikan formal Satuan Polisi Pamong Praja dan Damkar
sangat mendukung.
4. Masa Kerja
Kinerja pegawai pada Satuan Polisi Pamong Praja dan Damkar Provinsi
Sulawesi Barat dapat juga dipengaruhi oleh faktor masa kerja. Masa kerja adalah
Masa kerja ini berkaitan dengan proses belajar dengan rentang waktu
tertentu setiap aparatur belajar untuk lebih efisien dan efektif dalam melaksanakan
tugas serta belajar mengembangkan diri. Dalam penelitian ini diasumsikan bahwa
dalam rentang waktu tertentu setiap pegawai dalam lingkungan tertentu dapat
belajar dari keberhasilan dalam melaksanakan tugas, baik dirinya maupun orang
lain. Dengan demikian semakin lama masa kerja seorang pegawai, tentunya
kesempatan bagi mereka untuk menunjukkan kinerja yang lebih baik, demikian
pula sebaliknya. Dengan masa kerja yang relatif lama diharapkan pengalaman,
Tabel 5.4
Jumlah Persentase
No Masa Kerja
Pegawai (%)
1 < 5 Tahun 0 0
2 5 - 10 Tahun 2 2,9
3 10 - 20 Tahun 61 87,1
4 > 20 Tahun 7 10,0
Jumlah 70 100,00
Sumber : Hasil Olahan Data Primer, 2021
terdapat 2 orang (2,9%) responden yang memiliki masa kerja antara 5–10 tahun,
orang (10,0%) yang memiliki masa kerja diatas 20 tahun hal ini menunjukkan
bahwa komposisi masa kerja responden terkonsentrasi di atas 5 tahun. Kondisi ini
akan sangat menguntungkan karena masa kerja yang relatif lama akan melahirkan
pekerjaan atau kinerja. Selain itu masa kerja di atas 15 tahun memberikan
pengalaman kerja yang sangat tinggi sehingga diharapkan bahwa dengan masa
kerja yang relatif lama ini dapat meningkatkan Kepemimpinan Transaksional &
lamanya masa kerja seorang pegawai tidak menjadi jaminan bahwa kemampuan
data baik berupa tabel frekuensi, ukuran pemusatan dan ukuran penyebaran.
Tabel 5.5
41 21
5 3 70
X1_1 (58.6% (30.0% 0 3.69
(7.1%) (4.3%) (100%)
) )
31 20
14 5 70
X1_2 (44.3% (28.6% 0 3.77
(20.0%) (7.1%) (100%)
) )
37 28
5 70
X1_3 (52.9% (40.0% 0 0 3.67
(7.1%) (100%)
) )
46 18
4 2 70
X1_4 (65.7% (25.7% 0 3.74
(5.7%) (2.9%) (100%)
) )
Gaya
48 17
Kepemimpina 3 2 70
X1_5 (68.8% (24.3% 0 3.74
n (4.3%) (2.9%) (100%)
) )
(X1)
22 27
16 5 70
X1_6 (31.4% (38.6% 0 3.7
(22.9%) (7.1%) (100%)
) )
30 23
16 1 70
X1_7 (42.9% (32.9% 0 3.87
(22.9%) (1.4%) (100%)
) )
38 16 8
8 70
X1_8 (54.3% (22.9% (11.4% 0 3.66
(11.4%) (100%)
) ) )
33 18
15 4 70
X1_9 (47.1% (25.7% 0 3.84
(21.4%) (5.7%) (100%)
) )
Rata-rata Gaya Kepemimpinan 3.74
untuk satu tahun, pada umumnya responden mengemukakan setuju dan sangat
setuju dan sangat setuju dengan rata-rata 3.74. 6) Pemimpin menerima dan
kerja, pada umumnya responden mengemukakan setuju dan sangat setuju dengan
mengemukakan setuju dan sangat setuju dengan rata-rata 3.84. Sehingga dapat
2. Disiplin (X2)
Tabel 5.6
Kriteria Penilaian
Sangat Rata
Indikator Sangat Ragu- Tidak Total
Setuju tidak -rata
Setuju ragu setuju
setuju
11 37 19 70
2 1
X2_1 (15.7% (52.9% (27.1% (100% 3.79
(2.9%) (1.4%)
) ) ) )
7 42 11 70
10
X2_2 (10.0% (60.0% (15.7% 0 (100% 3.66
(14.3%)
) ) ) )
43 20 70
6 1
X2_3 (61.4% (28.6% 0 (100% 3.77
(8.6%) (1.4%)
) ) )
32 29 70
6 3
X2_4 (45.7% (41.4% 0 (100% 3.59
(8.6%) (4.3%)
) ) )
8 31 20 70
Disiplin 11
(X2) X2_5 (11.4% (44.3% (28.6% 0 (100% 3.51
(15.7%)
) ) ) )
32 26 70
6 6
X2_6 (45.7% (37.1% 0 (100% 3.54
(8.6%) (8.6%)
) ) )
13 33 19 70
5
X2_7 (18.6% (47.1% (27.1% 0 (100% 3.77
(7.1%)
) ) ) )
12 33 23 70
1 1
X2_8 (17.1% (47.1% (32.9% (100% 3.77
(1.4%) (1.4%)
) ) ) )
10 37 21 70
2
X2_9 (14.3% (52.9% (30.0% 0 (100% 3.79
(2.9%)
) ) ) )
Rata-rata Disiplin 3.69
dengan item Disiplin dapat diuraikan sebagai berikut 1) Saya selalu mematuhi
11
peraturan yang ada di kantor ini, pada umumnya responden mengemukakan setuju
dengan rata-rata 3,79. 2) Saya bekerja berdasarkan SOP yang sudah ditetapkan,
mengemukakan setuju dengan rata-rata 3,77. 4) Saya selalu hadir di kantor ini
sebelum jam 08.00, pada umumnya responden mengemukakan setuju dengan rata-
rata 3,59. 5) Saya selalu hadir di acara rapat dengan pimpinan, pada umumnya
waktu dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh kantor, pada umumnya responden
semua hasil kerja yang saya kerja, pada umumnya responden mengemukakan
dengan rata-rata 3,77. 9) Semua kegiatan yang diluar SOP saya berani
Tabel 5.7
Kriteria Penilaian
Sangat Rata
Indikator Sangat Ragu- Tidak Total
Setuju tidak -rata
Setuju ragu setuju
setuju
10 40 19 70
1
X3_1 (14.3% (57.1% (27.1% 0 (100% 3.83
(1.4%)
) ) ) )
8 41 17 70
4
X3_2 (11.4% (58.6% (24.3% 0 (100% 3.76
(5.7%)
) ) ) )
10 40 12 8 70
X3_3 (14.3% (57.1% (17.1% (11.4% 0 (100% 3.74
) ) ) ) )
7 33 27 70
3
X3_4 (10.0% (47.1% (38.6% 0 (100% 3.63
(4.3%)
) ) ) )
9 32 26 70
2 1
X3_5 (12.9% (45.7% (37.1% (100% 3.66
Lingkungan (2.9%) (1.4%)
) ) ) )
Kerja
(X3) 8 32 27 70
3
X3_6 (11.4% (45.7% (38.6% 0 (100% 3.64
(4.3%)
) ) ) )
8 30 16 16 70
X3_7 (11.4% (42.9% (22.9% (22.9% 0 (100% 3.43
) ) ) ) )
14 32 18 70
5 1
X3_8 (20.0% (45.7% (25.7% (100% 3.76
(7.1%) (1.4%)
) ) ) )
15 32 21 70
1 1
X3_9 (21.4% (45.7% (30.0% (100% 3.84
(1.4%) (1.4%)
) ) ) )
7 42 16 70
4 1
X3_10 (10.0% (60.0% (22.9% (100% 3.71
(5.7%) (1.4%)
) ) ) )
Rata-rata Lingkungan Kerja 3.70
kantor tertata rapi dan bersih, pada umumnya responden mengemukakan setuju
dengan rata-rata 3,83. 2) Sirkulasi udara di tiap ruangan cukup baik, pada
dengan rata-rata 3,74. 4) Setiap ruangan dilengkapi dengan AC, pada umumnya
cukup terjaga karena dijaga oleh beberapa security, pada umumnya responden
mengemukakan setuju dengan rata-rata 3,66. 6) Struktur kerja pada instansi ini
dengan rata-rata 3,64. 7) Setiap pegawai sudah mengetahui job deskripsi, pada
yang baik dan lancer antara sesame pegawai, pada umumnya responden
rata-rata 3,84. 10) Adanya kerjasama yang baik antara pegawai dalam organisasi,
4. Kinerja Pegawai
Tabel 5.8
Deskripsi Responden Terhadap Kinerja Pegawai
Kriteria Penilaian
Sangat Rata
Indikator Sangat Ragu- Tidak Total
Setuju tidak -rata
Setuju ragu setuju
setuju
45 19
5 1 70
Y_1 (64.3% (27.1% 0 3.77
(7.1%) (1.4%) (100%)
) )
48 18
4 70
Y_2 (68.6% (25.7% 0 0 3.80
(5.7%) (100%)
) )
13 32 17
8 70
Y_3 (18.6% (45.7% (24.3% 0 3.71
(11.4%) (100%)
) ) )
8 26 34
2 70
Y_4 (11.4% (37.1% (48.6% 0 3.57
(2.9%) (100%)
Kinerja ) ) )
Pega- 8 33 27
2 70
wai Y_5 (11.4% (47.1% (38.6% 0 3.67
(2.9%) (100%)
(Y) ) ) )
8 40 20
2 70
Y_6 (11.4% (57.1% (28.6% 0 3.77
(2.9%) (100%)
) ) )
15 32 20
3 70
Y_7 (21.4% (45.7% (28.6% 0 3.84
(4.3%) (100%)
) ) )
15 27 20
8 70
Y_8 (21.4% (38.6% (28.6% 0 3.70
(11.4%) (100%)
) ) )
44 14
6 6 70
Y _9 (62.9% (20.0% 0 3.71
(8.6%) (8.6%) (100%)
) )
Rata-rata Kinerja Pegawai 3.73
pencapaian volume kerja yang saya hasilkan telah sesuai dengan Tujuan Pokok
15
rata-rata 3,77. 2) Kuantitas kerja yang diberikan sudah sesuai dengan kemampuan
Saya mampu membantu rekan kerja yang lain dalam mengerjakan tugas diluar
cermat dan teliti, pada umumnya responden mengemukakan setuju dengan rata-
rata 3,57. 5) Skill yang saya miliki sesuai dengan pekerjaan dan tugas yang saya
kerjakan saat ini, pada umumnya responden mengemukakan setuju dengan rata-
rata 3,67. 6) Dengan pengetahuan yang saya miliki, saya dapat menguasai bidang
tugas yang saya kerjakan dengan hasil yang baik, pada umumnya responden
a. Uji Validitas
Tabel 5.9
Hasil Uji Validitas Variabel Gaya Kepemimpinan (X1)
Indikator r hit Sig Ket
X1_1 0.836 0.000 Valid
X1_2 0.850 0.000 Valid
X1_3 0.771 0.000 Valid
X1_4 0.817 0.000 Valid
X1 X1_5 0.807 0.000 Valid
X1_6 0.847 0.000 Valid
X1_7 0.907 0.000 Valid
X1_8 0.899 0.000 Valid
X1_9 0.898 0.000 Valid
Sumber : Data Primer yang diolah, 2021
Tabel 5.10
Hasil Uji Validitas Variabel Disiplin (X2)
Indikator r hit Sig Ket
X2_1 0.898 0.000 Valid
X2_2 0.874 0.000 Valid
X2_3 0.904 0.000 Valid
X2_4 0.888 0.000 Valid
X2 X2_5 0.867 0.000 Valid
X2_6 0.845 0.000 Valid
X2_7 0.922 0.000 Valid
X2_8 0.898 0.000 Valid
X2_9 0.869 0.000 Valid
Sumber : Data Primer yang diolah, 2021
Tabel 5.11
Hasil Uji Validitas Variabel Lingkungan Kerja (X3)
Indikator r hit Sig Ket
X3_1 0.879 0.000 Valid
X3_2 0.876 0.000 Valid
X3_3 0.891 0.000 Valid
X3_4 0.907 0.000 Valid
X3_5 0.848 0.000 Valid
X3
X3_6 0.863 0.000 Valid
X3_7 0.643 0.000 Valid
X3_8 0.878 0.000 Valid
X3_9 0.908 0.000 Valid
X3_10 0.898 0.000 Valid
Sumber : Data Primer yang diolah, 2021
18
Tabel 5.12
Hasil Uji Validitas Variabel Kinerja Pegawai (Y)
Indikator r hit Sig Ket
Y_1 0.868 0.000 Valid
Y_2 0.802 0.000 Valid
Y_3 0.899 0.000 Valid
Y_4 0.815 0.000 Valid
Y Y_5 0.873 0.000 Valid
Y_6 0.900 0.000 Valid
Y_7 0.894 0.000 Valid
Y_8 0.886 0.000 Valid
Y_9 0.858 0.000 Valid
Sumber : Data Primer yang diolah, 2021
b. Uji Realibilitas
tinggi, jika instrumen tersebut memberikan hasil yang tetap. Ini berarti bahwa
instrumen dikatakan reliabel apabila diujicobakan pada subyek lain dan dalam
waktu yang lain pula akan mempunyai hasil yang sama. Hasil uji realibilitas dari
Tabel 5.13
Hasil Uji Reliablitas
No. Nilai Alfha
Variabel Ket
Item Crombach‟s
1 Gaya Kepemimpinan (X1) 0.949 Realibel
2 Disiplin (X2) 0.964 Realibel
3 Lingkungan Kerja (X3) 0.958 Realibel
4 Kinerja Pegawai (Y) 0.955 Realibel
Sumber : Data Primer yang diolah, 2021
semua variabel realibel, karena nilai alfha crombachtnya melebihi dari 0,70.
c. Uji Normalitas
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak. Model
regresi yang baik adalah memiliki distribusi normal atau mendekati tidak. Cara
mendeteksi normalitas dilakukan dengan cara yaitu dengan analisis grafik. Salah
satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat
Gambar 2
Uji Normalitas Data
pola distribusi data mendekati normal. Hal tersebut terlihat dari sebaran titik-titik
d. Uji Multikolinearitas
adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen
multikolinearitas di dalam model regresi dapat dilihat dari nilai Tolerence dan
lawannya Variance Inflation Factor (VIF). Hasil uji multikolinearitas dilihat pada
Tabel 14 berikut.
21
Tabel 5.14
Hasil Uji Multikolinearitas Data
Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
1 X1 0,150 6.688
X2 0,269 3.722
X3 0,145 6.910
mempunyai nilai Tolerence dibawah 1 dan nilai VIF di bawah 10. Dari Tabel 70
berada di bawah 1 dan nilai VIF lebih kecil dari 10, yang berarti tidak terjadi
e. Uji Heteroskedastisitas
Gambar 3.
Hasil Uji Glejser
22
diperoleh bahwa data tersebar diatas dan dibawah titik nol pada sumbu Y. Maka
dapat dikatakan bahwa tidak terdapat heteroskedastisitas dan hasil uji dapat
dilanjutkan.
Tabel 5.15
P
Model B T
(sig)
2. Uji Statistik
statistik F. Uji statistik t digunakan untuk menguji signifikansi secara parsial yaitu
Kerja) berpengaruh signifikan atau tidak terhadap Kinerja pegawai dengan tingkat
Tabel 5.16
Hasil Uji F
Sum of Mean
Model Df F P
Squars square
Total 2309.271 69
nilai signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05, maka dapat diketahui bahwa secara
Lingkungan Kerja terhadap Kinerja pegawai pada Satuan Polisi Pamong Praja
ataukah tidak terhadap Kinerja pegawai pada Satuan Polisi Pamong Praja dan
Damkar Provinsi Sulawesi Barat pada tingkat signifikansi α=5 persen secara
Tabel 5.17
Hasil Uji Parsial
Model B T P
(sig)
Pamong Praja dan Damkar Provinsi Sulawesi Barat berdasarkan tabel di atas
pegawai pada Satuan Polisi Pamong Praja dan Damkar Provinsi Sulawesi
Barat
2) Pengaruh Disiplin terhadap Kinerja pegawai pada Satuan Polisi Pamong Praja
dan Damkar Provinsi Sulawesi Barat berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai
Pamong Praja dan Damkar Provinsi Sulawesi Barat berdasarkan tabel di atas
pegawai pada Satuan Polisi Pamong Praja dan Damkar Provinsi Sulawesi
Barat.
Tabel 5.18
Hasil Uji Beta
0.420 0.000
X1
X2 0.234 0.000
X3 0.371 0.000
Kepemimpinan (X1).
adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan
27
ke dalam model.
Pamong Praja dan Damkar Provinsi Sulawesi Barat dapat dilihat pada Tabel 5.19
berikut:
Tabel 5.19
Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi (R2)
Model Summaryb
Berdasarkan output SPSS pada tabel 19 di atas tampak bahwa dari hasil
perhitungan diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) pada sebesar 0,964, hal ini
(X2) dan Lingkungan Kerja (X3) terhadap Kinerja Pegawai (Y) sebesar 0,964
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa Kinerja pegawai pada Satuan Polisi
Pamong Praja dan Damkar Provinsi Sulawesi Barat dalam kategori tinggi, ini
28
menunjukkan bahwa pegawai telah bekerja dengan baik sesuai dengan tugas
signifikan antara Gaya Kepemimpinan (X1), Disiplin (X2) dan Lingkungan Kerja
(X3) terhadap kinerja pegawai pada Satuan Polisi Pamong Praja dan Damkar
dilakukan Johanes Eliezer Ayer Lyndon R.J. Pangemanan Yolanda P.I. Rori
(2016), Yahya Rikaro Utomo, Nina Widowati (2017), Edi Sofiantho (2013),
Bunga Astra Gracia (2019), Rusmawita (2016), Sulaiman Mukhlis Yunus dan
Amri (2014)
pengaruh signifikan terhadap Kinerja Pegawai, hal ini menunjukkan bahwa Gaya
penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Johanes Eliezer
Ayer Lyndon R.J. Pangemanan Yolanda P.I. Rori (2016), hasil penelitian
terhadap kinerja pegawai Dinas Pertanian Kabupaten Supiori sebesar (β) 0,413
dengan signikansi sebesar 0,01. Dan berdasarkan hasil uji kedua variable
29
disiplin kerja (dengan koefisien 0,489). Maka dapat disimpulkan bahwa pada
penelitian ini disiplin kerja (X2) secara parsial merupakan factor yang
berpengaruh nyata terhadap Kinerja (Y). Sulaiman Mukhlis Yunus dan Amri
(2014). Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah gaya kepemimpinan dan
kabupaten Pidie Jaya. Secara tidak langsung gaya kepemimpinan dan gaya
kepemimpinan.
Hasil penelitian ini relevan dengan apa yang dikemukakan oleh Robbins
adalah pengaruh antara pribadi yang dijalankan dalam situasi tertentu, serta
strategi sebagai hasil kombinasi dari falsafah, keterampilan, sifat, sikap, yang
30
perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba
mempengaruhi perilaku orang lain. Dalam teori jalur tujuan (Path Goal
bawahannya agar percaya bahwa hasil yang berharga bisa dicapai dengan usaha
kinerja dan kepuasan bawahan yang tinggi. Kepemimpinan yang efektif dapat
berpengaruh secara nyata terhadap kinerja pegawai . Hasil penelitian ini sejalan
dengan yang dilakukan oleh Johanes Eliezer Ayer Lyndon R.J. Pangemanan
Yolanda P.I. Rori (2016), Hasil penelitian menunjukan bahwa: Disiplin kerja (X2)
Kabupaten Supiori sebesar (β) 0,741 dengan signifikansi sebesar 0.00. Dan
berdasarkan hasil uji kedua variable independent yang diuji secara individual yang
mentaati semua peraturan organisasi dan norma social yang berlaku (Hasibuan,
2017). Selain itu, berbagai aturan yang ditetapkan oleh suatu lembaga memiliki
peran yang sangat penting dalam menciptakan kedisiplinan agar para pegawai
dapat mematuhi dan melaksanakan peraturan yang berlaku. Peraturan itu biasanya
diikuti sanksi yang diberikan bila terjadi pelanggaran. Sanksi tersebut bisa berupa
teguran baik lisan maupun tertulis, skorsing, penurunan pangkat bahkan sampai
pegawai yang bersangkutan. Hal tersebut dimaksudkan agar para pegawai bekerja
Ukuran yang dipakai dalam menilai apakah pegawai tersebut disiplin atau
tidak, dapat terlihat dari ketepatan waktu dalam bekerja, etika berpakaian, serta
penggunaan sarana kantor secara efektif dan efisien. Melalui disiplin yang tinggi
kinerja pegawai pada dasarnya dapat ditingkatkan. Oleh sebab itu perlu penegasan
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Bunga Astra Gracia
sebesar 20,1% sedang pengaruh secara simultan motivasi dan lingkungan kerja
dipergunakan secara efektif. Produktifitas akan tinggi dan prestasi kerja pegawai
juga tinggi.
33
tidak searah. Situasi ini akan menimbulkan keadaan dimana seorang karyawan
dan membantu orang lain untuk berkerja dan antusias mencapai tujuan yang
tepat agar semua pihak yang ada didalam sebuah organisasi/perusahaan dapat
kerja terutama tingkat kinerja suatu organisasi (Handoko & Hanny, 2013).
dengan orang lain, dan menciptakan hubungan yang yang menciptakan motivasi
dan moralitas dalam diri pemimpin dan pengikut. Untuk memilah kompleksitas
efektifitas dan efisiensi suatu pekerjaan yang dilakukan oleh sumber daya manusia
atau sumber daya lainnya dalam pencapaian tujuan atau sasaran perusahaan
dengan baik dan berdaya guna. Hal inilah yang menyebabkanantara perusahaan
yang satu dengan perusahaan yang lain akan bersaing dalam hal meningkatkan
kualitas, baik itu kualitas peningkatan sumber daya manusia maupun kualitas
Untuk dapat melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas tidak saja
diperlukan pekerja yang handal, melainkan juga perlu suatu proses yang
Seperti pada penetapan jaminan kerja sesuai dengan harapan ASN juga akan
35
institusi.
36
BAB VI
a. Simpulan
A. Saran
Satuan Polisi Pamong Praja dan Damkar Provinsi Sulawesi Barat, hasil
2. Perlu pengkatan disiplin pada indicator kehadiran dan ketepatan waktu, fakta
namun ketepatan waktu pegawai untuk hadir dan pulang masih rendah serta
dapat dikerja secara bersama-sama jika dalam suatu pekerjaan ada yang belum
mencapai target.
38
DAFTAR PUSTAKA
Bhima Nata Hadi Surya(2015). Pengaruh Motivasi Berprestasi Dan Disiplin Kerja
Terhadap Kinerja Pegawai Dengan Lingkungan Kerja Sebagai Variabel
Moderating (Studi Pada Kanwil Kementerian Agama Daerah Istimewa
Yogyakarta). Tesis. Uinversitas Islam Yogyakarta.
Brigita Ria Tumilaar. 2015. The Effect Of Discipline, Leadership, And Motivation
On Employee Performance At BPJS Ketenagakerjaan Sulut, Jurnal
EMBA, Vol 3, No 2. http://ejournal.unsrat.ac.id
Bunga Astra Gracia (2019). Pengaruh Motivasi dan Lingkungan Kerja Terhadap
Kinerja Karyawan pada PT. Triview Geospatial Mandiri Jakarta Selatan.
Jurnal Forkamma Vol 2 No. 2 tahun 2019.
Dale, Timpe. 2013. Seri Manajemen Sumber Daya Manusia Kinerja, cetakan
kelima. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Gibson, James, L; John. M. Ivancevich dan J.H. Donelly, 2013. Organisasi dan
Manajemen, Perilaku, Struktur, Proses. Terj. Djoerban Wahid. Jakarta :
Erlangga
Hadari Nawawi. 2017. Perencanaan SDM Untuk Organisasi Profit Yang. Page 2.
162. Kompetitif. Yogyakarta: UGM Press.
Handoko 2017 Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi Jakarta Bumi
Aksara.
Hasibuan, Malayu, SP. 2017. Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara,
Jakarta.
Hatch, M J., 2007.Organizational Theory: Modem Symbolic and Postmodern
Perspective. Oxford University Press. New York.
Hersey, Paul, & Kenneth H Blancard, 2006, Manajemen Perilaku Organisasi;
Pemberdayaan Sumber Daya Manusia,Terjemahan, Edisi 4, Erlangga,
Jakarta
Hestisani, Hindria, I Wayan Bagia dan I Wayan Suwendra. 2014. Pengaruh
Motivasi Berprestasi dan Disiplin Kerja terhadap Kinerja Pegawai pada
Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Buleleng. e-Journal Bisma
Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen. Volume 2 Tahun
2014. h. 1-
Hofstede G, 2006. The Cultural Relativity Organizational Practices and
Theories.Jurnal International Business Studies Fall.
Johnson, Richard A., Lewin E. Ronsenzweig. 2007. The Theory and Management
of System. McGraw-Hill. New York.
Johanes Eliezer Ayer Lyndon R.J. Pangemanan Yolanda P.I. Rori (2016).
Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja
Pegawai Pada Dinas Pertanian Kabupaten Supiori. gri-SosioEkonomi
Unsrat, ISSN 1907œ 4298, Volume 12 Nomor 3A, November 2016 : 27
– 46
L. Mathis, Robert & H. Jackson, John. 2015. Human Resource Management (edisi
10). Jakarta : Salemba Empat
Lilis, Sulastri. 2014. Manajemen Sebuah Pengantar Sejarah, Tokoh, Teori, dan
Praktik. Bandung: La Goods Publishing
40
Luthans, Fred, 2016. Perilaku Organisasi (Alih Bahasa V.A Yuwono, dkk), Edisi
Sepuluh, Penerbit ANDI, Yogyakarta
M. Abdul Azis. 2016. Pengaruh Motivasi Kerja, Disiplin Kerja Dan Lingkungan
Kerja Terhadap Kinerja Melalui Kepuasan Kerja Pada Pegawai
Puskesmas Kecamatan Balapulang Kabupaten Tegal. Jurnal
MULTIPLIER–Vol. I No. 1 November2016
Mondy, R. Wayne, Noe Robert M., 2016. Human Resource Management, Tenth
Edition, Jilid I, Penterjemah Bayu Airlangga, M.M., Jakarta: Erlangga
Wibowo (2016). Pengaruh Motivasi Kerja terhadap Kinerja Karyawan pada PT.
41
Yahya Rikaro Utomo, Nina Widowati (2017). Analisis Kinerja Satuan Polisi
Pamong Praja Kabupaten Blora Dalam Penanganan Pedagang Kaki
Lima. Jurnal Administrasi Publik Undip.
42
KUESIONER PENELITIAN
Kepada:
Yth, Bapak/Ibu
di
Tempat
Dengan Hormat,
Petunjuk Penelitian
1. Istilah identitas dengan benar dan lengkap pada tempat yang telah disediakan
2. Istilah semua nomor dalam angket ini dan jangan sampai ada yang terlewatkan
3. Berilah tanda checklist () pada jawaban yang menurut Bapak/Ibu paling dialami
4. Jawablah setiap bagian kuesioner sesuai dengan petunjuk pengisian yang ada
Hormat Saya,
Peneliti
NIRWANAMAS Y. TABOMBONG
43
IDENTITAS RESPONDEN
Mohon kesediaan Bapak/Ibu/Sdr (i) untuk mengisi data identitas berikut ini
sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
1 Nama : ................................
2 Bagian/Departemen : ................................
3 Instansi : ................................
5 Jabatan : ................................
a SD
b SMP
7 Pendidikan
c SMA
d Diploma
e Sarjana
f Magister
b Belum Nikah
B. Isilah jawaban berikut sesuai dengan apa yang Bapak/Ibu alami dengan cara
memberi tanda checklist() pada kolom yang tersedia. Adapun makna dari tanda
tersebut adalah sebagai berikut:
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
N = Netral
TS = Tidak Setuju
44
pimpinan
15. Saya selalu tepat waktu dalam kegiatan yang
dilaksanakan oleh kantor
Tanggung jawab
16. Saya bertanggung jawab terhadap semua hasil
kerja yang saya kerja
17. Saya berani mengambil resiko dalam
melaksanakan suatu pekerjaan
18. Semua kegiatan yang diluar SOP saya berani
pertanggungjawabkan
saya
Kualitas
35. Saya mengerjakan suatu pekerjaan dengan
penuh perhitungan, cermat dan teliti
36. Skill yang saya miliki sesuai dengan pekerjaan
dan tugas yang saya kerjakan saat ini
37. Dengan pengetahuan yang saya miliki, saya
dapat menguasai bidang tugas yang saya
kerjakan dengan hasil yang baik
Kreativitas
38. Saya mengetahui secara teknis cara
melaksanakan pekerjaan dengan tepat
39. Saya mempunyai kreativitas tersendiri dalam
melaksanakan suatu pekerjaan
40. Kreativitas saya mendapat pengakuan dari
pimpinan
Terima Kasih
47