Referensi 7 - Mody
Referensi 7 - Mody
Mody Armlianto
Teknik Industri, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
Modyarmlianto@rocketmail.com
ABSTRAK
UD. Royyan Collection merupakan penghasil batik di Tuban, yang dimana proses
produksi dimulai dari pembelian kain yang diproses sampai menjadi kain batik. Kapasitas
produksi yang minim dan peningkatan pemesanan konsumen, maka perusahaan
mengalami tingkat pemesanan yang sangat tinggi. Dalam menjaga kualitas yang
dihasilkan, perusahaan masih kurang teliti dalam menjaga kualitas pada saat proses
produksi. Oleh karena itu kualitas harus dijaga dan untuk meminimalkan kecacatan pada
produk, salah satunya dengan menerapkan metode Statistik proses control (SPC), hal yang
pertama dilakukan adalah menduga kecacatan dan mengujinya menggunakan uji statistik.
Selanjutnya membuat rencana perbaikan yang dikumpulkan untuk mengolah data
menggunakan peta kontrol p data yang digunakan adalah data produksi dan produk cacat
dan dugaan cacat.. Dari hasil pengolahan tersebut menunjukan bahwa tidak ada produk
cacat yang keluar dari batas kontrol, data yang tidak keluar batas menunjukan bahwa hasil
perbaikan terlaksana dengan baik, Pembuatan usulan perbaikan adalah hasil akhir dari
pengolahan data yang dilakukan, pengendalian kualitas produksi disarankan agar lebih
baik dari batas kendali.Dan dari hasil analisis biaya menyimpulkan bahwa biaya sebelum
ada perbaikan sebesar Rp.7.887.500unit/bulan dan sesudah perbaikan sebesar Rp.
5.366.000unit/bulan jadi cacat sebelum perbaikan dan sesudah perbaikan mengalami
penurunan sebesar Rp. 2.521.500 unit/ bulan.
ABSTRACT
UD. Royyan Collection is a producer of batik in Tuban, where the production process
starts from the purchase of fabric that is processed to batik cloth. Insufficient production
capacity and an increase in customer bookings, the Company is experiencing very high
order rates. in maintaining the quality produced, the company is still less thorough in
maintaining quality during the production process. Therefore, the quality must be
maintained and to minimize defects in the product, one of them by applying the method of
Statistical control process (SPC), the first thing to do is to suspect the disability and test it
using statistical tests. Next make a repair plan that is collected to process data using
control map p data which used is data of production and product of defect and alleged
defect .. From result of processing show that there is no defect product out of control limit,
data not out of border indicate that the results of improvements performed well, Making
the proposed improvement is the end result of data processing done, production quality
control is suggested to be better than the limit of control. And from the cost analysis results
concluded that the cost before there is improvement of Rp. 7.887.500unit / month and after
the improvement of Rp.5.366.000unit / month so flawed before repair and after repair
decreased by Rp. 2,521,500 units / month
PENDAHULUAN
Pertumbuhan industri batik pada saat ini telah mengalami perkembangan sangat
pesat, terutama pada perusahaan batik di Indonesia. Batik di Indonesia merupakan salah
satu kekayaan seni warisan budaya, yang telah menjadikan Negara Indonesia memiliki ciri
yang khas di kalangan mancanegara. Pada kerajinan batik ini proses pembuatannya
menggunakan bahan baku kain yang selanjutnya dikerjakan dengan dua cara yaitu dengan
cara membatik tulis atau cap untuk pembuatan pola yang di inginkan. Setiap pembuatan
batik mempunyai ciri khas corak yang berbeda – beda untuk menyesuaikan keinginan
konsumen. UD. Royyan Collection merupakan penghasil batik di Tuban dimana produk
yang diproduksi oleh perusahaan tersebut sangat diminati oleh pelanggan karena kualitas
yang dihasilkan baik, akan tetapi perusahaan masih kesulitan dalam menjaga kualitas
produk yang diproduksi, Dikarenakan masih ada kecacatan pada produk batik tersebut,
produk yang sering terjadi kecacatan dalam produk batik yaitu pada warna yang tidak
sesuai dan gambar motif yang meluber, maka dari itu peneliti tertarik utnuk meneliti
bagaimana menjaga kualitas produk agar meminimalkan terjadinya kecacatan produk yang
sangat berdampak merugikan pada konsumen. Penenlitian ini menggunakan metode SPC
agar dapat diketahui penyebab apa saja yang berdampak pada cacat produk dan usulan
perbaikan agar cacat berkurang. Sehingga peneliti mengharapkan hasil akhir ini menjadi
bahan pertimbangan kepada perusahaan agar dapat meningkatkan kualitas dan
meminimalkan produk cacat.
Ho : μ = 0,05
Ha : μ ≠ 0,05
Uji Uji Hipotesis Beda Dua Rata-Rata :
Langkah pengujiannya adalah sebagai berikut :
Rumus yang digunakan adalah :
̅ ̅
thitung = √( ) ()
Menentukan Ho dan Ha
Ho :U1 – U2= 0
Ha : U1 – U2 ≠ 0(pengujian dua sisi)
U1 – U2 > 0 (pengujian satu sis kanan)
U1 – U2 < 0 (pengujian satu sisi kiri)
Setelah selesai melakukan pengujianlangkah selanjutnya adalah melihat apa
pengendalian melebihi batas kontrol atau tidak dengan cara Diagram Kendali Atribut,
Atribut didefinisikan sebagai persyaratan kualitas yang diberikan kepada suatu barang,
yang hanya menunjukkan apakah barang/produk tersebut diterima atau di tolak, biasanya
digunakan untuk analisa pengukuran yang bersifat diskrit. Diagram kendali atribut terdiri
dari:
a. Diagram p
Diagram p digunakan untuk memperlihatkan persentase yang tidak sesuai. Diagram p
dapat disusun dengan jumlah sampel tetap atau bervariasi. Formula untuk batas kendali
atas dan kendali bawah dari grafik p:
UC = ̅ + z LC
= ̅ - z Di mana:
̅ = rata-rata bagian (persen) kecacatan dalam sampel
Z = jumlah standar deviasi z = 2
= standar deviasi atas distribusi sampel
̅=
Dengan menggunakan diagram batas kendali selanjutnya adalah menganalisis
biaya perbandingan sebelum peraikan dan sesudah perbaikan dengan cara menganalisis
biaya, apakah biaya tersebut mengalami penurunan.
Metode penelitian langkah – langkahnya adalah melakukan pemecahan
permasalahan melalui proses pengumpulan data terlebih dahulu selanjutnya mengolah data.
Sehingga didapatkan gambaran dalam proses penelitian. berikut langkah – langkah metode
penelitian yang dilakukan oleh peneliti :
Frekuensi Cacat
Berikut merupakan data – data frekuensi mengenai produk cacat yang terjadi pada batik :
Tabel 2. Data produksi dan jumlah cacat produk batik
Jumlah Jenis Cacat (Unit) Jumlah
NO. Tanggal Produksi warna mblobor kotor Cacat
(Unit) (Unit)
1 4 Januari 420 12 8 21 41
2 11 Januari 492 15 7 16 38
3 18 Januari 462 15 12 20 47
4 25 Januari 520 8 7 19 42
5 1 Februari 488 13 8 23 47
6 8 Februari 400 10 19 16 45
7 15 Februari 692 12 8 22 42
8 22Februari 630 12 4 24 40
9 1Maret 420 14 6 17 37
10 8Maret 610 8 6 21 35
11 15Maret 540 8 8 15 31
12 22Maret 570 8 10 24 42
13 29Maret 460 15 7 18 40
Jumlah 6704 150 110 256 527
300
200
Series1
100
0
warna mblobor kotor
Material
Kualitas Kain
Cacat warna
Pengalaman kerja Pekerja Kurang terampil
Metode
Gambar 3. Diagram sebab –akibat pada cacat warna
Faktor yang menyebabkan terjadinya cacat warna pada batik adalah sebagai berikut :
a. Material :
- kain yang tidak berkualitas tidak mudah menyerap pewarna
b. Metode :
- Pekerja kurang terampil sehingga hasilnya tidak sesuai yang diharapkan
- Perbandingan obat pewarna yang kurang sesuai dapat mempengaruhi cerah atau
tidaknya warna
- Perbandingan air yang kurang sesuai dapat mempengaruhi cerah atau tidaknya
warna
2. Mblobor
Dugaan
Material
Cacat Mblobor
Menekan alat cap yang kurang
keras Pekerja Kurang terampil
Metode
Gambar 4. Diagram sebab –akibat pada cacat Mblobor
Faktor yang menyebabkan terjadinya cacat warna pada batik adalah sebagai berikut :
a. Material :
- malam yang tidak sesuai menyebabkan hasil pengerjaan pembuatan pola
(mblobor)
b. Metode :
- Pekerja kurang terampil sehingga hasilnya tidak sesuai yang diharapkan
- Menekan alat cap terlalu keras menyebabkan cairan meluber
- Perendaman yang terlalu lama mengakibatkan malam mengelupas sehingga
warna masuk area yang tertutup
3. Kotor
Dugaan
Cacat Kotor
Metode
Perendaman Diterima :
terlalu cepat artinya pekerja
melakukan -
3 Kotor
perendaman yang
terlalu cepat
Pencucian kain Diterima : Menambah pemahaman
terlalu cepat artinya pekerja tentang cara mencuci
melakukan pencucian kain dan dilakukannya
kain terlalu cepat pemeriksaan kembali
supaya hasil lebih
maksimal
Dari hasil lembar periksa diatas menunjukan total produksi sebesar 7600 unit dari 5
april sampai dengan 28 juni. Dengan total produk cacat warna 92 unit, cacat mblobor 89
unit dan cacat kotor 183 unit dan jumlah total cacat adalah 364 unit. Selanjutnya adalah
membuat diagram P yang berfungsi sebagai pengendalian kualitas pada perusahaan apakah
sudah terkendali atau belum.
UC = 0,040476
c. Batas kendali bawah(LCL)
LC = ̅ – 3( ̅ ( ̅)
)
()
LC = - 3( )
LC = 0,021815
Setelah membuat menghitung batas batas – batas kendali ,langkah selanjutnya adalah
membuat peta kendali. Berikut adalah penyajian gambar peta kendali berdasarkan hasil
analisis diatas :
Y 0,1
Proporsi
0,05 UCL
CL
0 LCL
1 3 5 7 9 11 13
Keterangan : X
X = Jumlah Pengamatan
Y = Batas Kendali
Gambar 6. Grafik Peta kendali (P-Chart)
Setelah melakukan pengukuran dengan peta kendali (P-Chart), maka dapat dilihat
bahwa pada 3 bulan produksi terlaksana dengan baik. Hal ini ditunjukan karena tidak
adayang keluar dari batas kendali yang telah ditentukan.
Hasil analisis diagram pareto
Prosentase jenis produk cacat :
Cacat warna sebanyak : 92
%Cacat = x 100%
%Cacat = 25,2%
Cacat mblobor sebanyak : 89
%Cacat = x 100%
%Cacat = 24,4%
Cacat kotor sebanyak : 183
%Cacat = x 100%
%Cacat = 50,2%
Y 120,00%
100,00%
80,00%
60,00% %
40,00% Komulatif
20,00%
0,00%
kotor warna mbolor X
Gambar 7. diagram pareto jenis produk cacat
Dari gambar diatas presentase cacat terbanyak mencapai 50,20% pada cacat kotor,
cacat warna 25,20 % serta cacat yang terkecil terdapat pada cacat blobor sebesar 24,40%
Analisis Biaya
Setelah melakukan perbaikan langkah selanjutnya adalah membuat perbandingan
dengan menggunakan analisis biaya sebelum dan sesudah perbaikan dengan menggunakan
Uji Hipotesis beda dua rata – rata. Salah satu hasil analisis sesudah perbaikan pada
penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut :
Perhitungan Uji Hipotesis Beda Dua Rata-Rata dalam bulan ke 1
Hipotesa
H0 = total cacat pada bulan ke 1 setelah perbaikan = total cacat sebelum perbaikan
H1 = total cacat pada bulan ke 1 setelah perbaikan < total cacat sebelum perbaikan
Diketahui : α = 10 % db = 11
Maka, ttabel = 1,3634
Diketahui : n1 = 473,5 ̅ s1 = 47,733
n2 = 508,75 ̅ s2 = 46,330
̅ ̅
thitung = √( ) ()
= 1,536221563
Kesimpulan : thitung > ttabel maka H0 ditolak, artinya total cacat bulan ke 1 setelah perbaikan
< total cacat sebelum perbaikan.
Perhitungan Uji Hipotesis Beda Dua Rata-Rata dalam bulan 1 sampai dengan bulan
ke 3 dapat disimpulkan bahwa total cacat perbaikan lebih kecil dari total cacat sebelum
perbaikan dan dinyatakan berkurang setelah melakukan perbaikan. Setelah melakukan uji
Hipotesis Beda Dua Rata-Rata langkah selanjutnya adalah membandingkan hasil
pengendalian dengan hasil sebelum pengendalian cara menganalisis biaya, berikut hasil
data sebelum perbaikan dan sesudah perbaikan :
Adam, Fitriayani (2015). “Analisis Efisiensi Pengendalian Kualitas Biaya Pada Aksan
Bakery Manado” ,Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi,
Manado
Haryanto, Titus. (2006). “Analisis Pengendalian Kualitas Produk Dengan metode SPC
pada PT. Top Union Widya Box Industries”, Fakultas Ekonomi Manajemen
Universitas Bina Nusantara, Jakarta.
Nasution, M. Nur (2015). Manajemen Mutu Terpadu. Edisi Ketiga. Jakarta : Penerbit
Ghalia Indonesia.
Sofjan Assausi. (1998). Manajemen Operasi Dan Produksi. Jakarta :LP FE UL.
Yuri M.Z, T dan Nurcahyo, Rahmat (2013). TQM Manajemen Kualitas Total Dalam
Perspektif Teknik Industri. Jakarta : Penerbit PT Indeks.