Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


1
Kualitas sudah selalu menjadi bagian yang terintegrasi pada semua
produk dan jasa. Walau demikian, kesadaran kita dari pentingnya kualitas dan
pengenalan dari metode formal untuk pengendalian kualitas dan perbaikan sudah
secara evolusi terbangun. Metode statistik dan penerapannya dalam perbaikan
kualitas memiliki sejarah panjang. Pada tahun 1924, Walter A. Sewhrt dari bell
telephone laboratories mengembangkan konsep diagram pengendalian kualitas
statistic yang sering dianggap sebagai awal mula pengendalian kualitas statistic.
Pengendalian kualitas (quality control) adalah mengembangkan,
mendesain, memproduksi dan memberikan layanan produk bermutu yang paling
ekonomis, paling berguna, dan selalu memuaskan pelangannya. Pengendalian
kualitas perlu dilakukan agar produk yang ditawarkan sesuai dengan keinginan
konsumen dan penting dalam mempertahankan produk dalam persaingan industri
ini. Six sigma merupakan pendekatan organisasi untuk menghilangkan
penyimpangan dan mengurangi pemborosan pada proses dengan menggunakan
pendekatan ilmu statistik. Six sigma didefinisikan sebagai strategi perbaikan bisnis
untuk menghilangkan pemborosan, mengurangi biaya karena kualitas yang buruk,
dan memperbaiki efektivitas semua kegiatan operasi, sehingga dapat memenuhi
kebutuhan dan harapan customer. Six sigma adalah pendekatan disiplin yang
berdasarkan pada lima tahap DMAIC, yaitu Define, Measure, Analyze, Improve,
dan Control.
Produk yang digunakan pada Praktikum Teknik Industri Terintegrasi II
Modul Quality Control ini adalah 2 buah ragum yang dibagi menjadi 14
subgroup, dimana setiap subgroup terdiri atas 12 part ragum. Adapun kriteria
dalam cacat atribut yaitu karat, sompel, dan tidak rata. Dari 168 ragum tersebut
terdapat 23 cacat atribut karat, sompel, dan tidak rata. Sedangkan cacat variabel

1
Amin Syukron ST,. MT dan Ir. Muhammad Kholil, MT. 2012. Six sigma Quality For
Bussiness Improvement. Hlm 8-9
pada ragum diklasifikasikan kedalam 2 macam cacat variabel yaitu panjang dan
lebar.
Pada praktikum Laboratorium Pengukuran dan Statitik, berisi tentang
modul Quality Control dimana kegiatan praktikum ini dilakukan menggunakan
pendekatan Six Sigma untuk mencari solusi dan memperbaiki kualitas produk.
Pengamatan yang dilakukan terhadap kecacatan atribut dalam data produk, yang
meliputi cacat karat, sompel, dan tidak rata. Pengukuran dilakukan terhadap
dimensi panjang dan lebar pada produk dengan menggunakan alat ukur penggaris
30 cm. Hasil pengamatan dan pengukuran tersebut selanjutnya di input dalam
check sheet. Kemudian data yang di dapat dari hasil pengukuran akan dilakukan
pembangkitan angka melalui software FlexSim dan Minitab untuk subgroup 2
sampai 14.

1.2. Tujuan Praktikum


Tujuan praktikum pada modul Quality Control antara lain sebagai berikut.
1. Memahami penerapan teknik pengambilan sampel dan penentuan jumlah
sampel.
2. Memahami sistem pengendalian kualitas dengan metode Six sigma untuk
melakukan perbaikan proses produksi.
3. Menganalisa kualitas suatu produk manufaktur yang ada di pasar.

1.3. Asumsi dan Batasan Masalah


Asumsi yang digunakan dalam Quality Control ini, adalah sebagai tingkat
ketelitian yang digunakan 0,05 dan tingkat kepercayaan 95%.
Batasan masalah yang digunakan dalam Quality Control ini, adalah
sebagai berikut:
1. Cacat atribut yang diamati adalah dimensi pada ragum.
2. Cacat variabel yang diukur adalah panjang dan lebar ragum.
3. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 14 subgroup
dengan masing-masing 12 part, dengan total sampel yang digunakan
sebanyak 168 ragum.
4. Alat ukur yang digunakan adalah penggaris 30 cm.

1.4. Landasan Teori


Landasan teori dalam praktikum modul Quality Control adalah sebagai
berikut.
1. Kualitas dan Pengendalian Kualitas
2
Pengendalian dan pengawasan adalah kegiatan yang dilakukan untuk
menjamin agar kegiatan produksi dan operasi yang dilaksanakan sesuai
dengan apa yang direncanakan dan apabila terjadi penyimpangan, maka
penyimpangan tersebut dapat dikoreksi sehingga apa yang diharapkan dapat
tercapai. Pengendalian kualitas adalah proses yang digunakan untuk
menjamin tingkat kualitas dalam produk atau jasa. Mendefinisikan
pengendalian kualitas tidak terlepas dari apa yang telah didefinisikan bahwa
pengendalian kualitas adalah aktivitas keteknikan dan manajemen, yang
dengan aktivitas itu kita ukur ciri-ciri kualitas produk, membandingkannya
dengan spesifikasi atau persyaratan dan mengambil tindakan penyehatan yang
sesuai apabila ada perbedaan antara penampilan yang sebenarnya dan yang
standar. 3
Statistical Quality Control (SQC) atau pengendalian kualitas
statistik adalah suatu sistem yang dikembangkan untuk menjaga standar yang
seragam dari kualitas hasil produksi, pada tingkat biaya yang minimum dan
merupakan bantuan untuk mencapai efisiensi perusahaan pabrik. Pada
dasarnya SQC merupakan penggunaan metode statistik untuk mengumpulkan
dan menganalisis data dalam menentukan dan mengawasi kualitas hasil
produksi. Pengendalian kualitas statistik merupakan teknik penyelesaian
masalah yang digunakan untuk memonitor, mengendalikan, menganalisis,
mengelola, dan memperbaiki produk dan proses menggunakan metode-
metode statistik. Statistical quality control merupakan metode statistik yang
menerapkan teori probabilitas dalam pengujian atau pemeriksaan sampel pada

2
Munir, Misbach. 2021. Analisis Risk Priority Number Cacat Produk Cup Air Mineral dengan
Pendekatan Seven Tools di PT. XYZ. Jurnal Sketsa Bisnis. Vol. 8, No.1. Hlm 66
3
Amrina Elita dan Nofriani Fajrah. 2015. Analisis Ketidaksesuaian Produk Air Minum dalam
Kemasan di Pt Amanah Insanillahia. Jurnal Optimasi Sistem Industri. Vol. 14 No.1. Hlm 89.
kegiatan pengawasan kualitas suatu produk. Cara pengawasan kualitas secara
SQC mengandung dua penggunaan umum yaitu :
a. Mengawasi pelaksanaan kerja sebagai operasi-operasi individual selama
pekerjaan sedang berlangsung.
b. Memutuskan apakah diterima atau ditolak sejumlah produk yang telah
diproduksi.
2. 4
Teknik sampling dalam Pengendalian Kualitas
Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel untuk menentukan
sampel yang akan digunakan dalam penelitian. Teknik sampling pada
dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu probability sampling dan
nonprobability sampling. Probability sampling meliputi simple random,
proportionate stratified random, disproportionate stratified random, dan
area random. Nonprobability sampling meliputi sampling sistematis,
sampling kuota, sampling aksidental, purposive sampling, sistem jenuh, dan
snowball sampling.
a. Probability sampling adalah teknik sampling (teknik pengambilan
sampel) yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur
(anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik ini
meliputi simple random sampling, proportionate stratified random
sampling, disproportionate stratified random sampling, cluster sampling.
b. Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak
memberi peluang yang sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih
menjadi anggota sampel. Teknik sampel ini meliputi sampling sistematis,
sampling kuota, sampling aksidental, sampling purpasive, sampling
jenuh, snowball sampling
3. Variasi, Jenis Variasi serta Penyebab Variasi
5
Penyebab dari variasi dapat diklasifikasikan ke dalam penyebab umum
(common cause) dan penyebab khusus (special causes) :

4
Dr. Garaika dan Darmanah, S.E., MM. 2019. Metodologi Penelitian. Hlm. 59
5
Loc.cit. Hlm 89
a. Penyebab umum (common causes), faktor- faktor di dalam sistem atau
yang melekat pada proses operasi yang menyebabkan timbulnya variasi
dalam sistem serta hasil- hasilnya. Penyebab umum yang menimbulkan
variasi acak (random variation) dalam batas-batas yang dapat
diperkirakan dan sering disebut juga sebagai penyebab acak (random
causes) atau penyebab sistem (system causes).
b. Penyebab khusus (special causes), kejadian-kejadian di luar sistem yang
mempengaruhi variasi dalam sistem. Penyebab khusus dapat bersumber
dari faktor manusia, peralatan, material, lingkungan, metode kerja, dan
lain- lain. Penyebab khusus dapat diidentifikasi atau ditemukan, sebab
tidak selalu aktif dalam proses tetapi memiliki pengaruh yang lebih kuat
pada proses sehingga menimbulkan variasi.
4. Six sigma
6
Six sigma adalah konsep statistik yang mengukur suatu proses yang berkaitan
dengan cacat pada level enam (six) sigma yaitu hanya ada 3,4 cacat dari
sejuta peluang. Six sigma juga merupakan falsafah manajemen yang berfokus
untuk menghapus cacat dengan cara menekankan pemahaman , pengukuran,
dan perbaikan proses. Dalam Six sigma ada 5 (lima) fase DMAIC (Define,
Measure, Analyze, Improve, Control) yaitu proses peningkatan terus menerus
menuju target six sigma. DMAIC dilakukan secara sistematik berdasarkan
pengetahuan dan fakta. DMAIC merupakan suatu proses closed–loop yang
menghilangkan langkah–langkah proses yang tidak produktif, sering berfokus
pada pengukuran–pengukuran baru dan menerapkan teknologi untuk
peningkatan kualitas menuju target six sigma. Six sigma adalah sebuah
metode atau teknik baru dalam hal pengendalian dan peningkatan produk di
mana sistem ini sangat komprehensif dan fleksibel untuk mencapai,
mempertahankan, dan memaksimalkan kesuksesan suatu usaha, di mana
metode ini dipengaruhi oleh kebutuhan pelanggan dan penggunaan fakta serta
data dan memperhatikan secara cermat sistem pengelolaan, perbaikan, dan
6
Sirine Hani dan Elisabeth Penti Kurniawati. 2017. Pengendalian Kualitas Menggunakan
Metode Six Sigma (Studi Kasus Pada PT Diras Concept Sukoharjo). Jurnal AJIE. Vol. 02, No.
03. Hlm 258-258
penanaman kembali suatu proses. Pengendalian kualitas menggunakan
metode six sigma di dalam pengaplikasian pengendalian kualitas
menggunakan metode six sigma, dengan 5 (lima) tahap yang harus dilalui
yaitu tahap define, measure, analyze, improve, control.
a. Tahap define, penentuan proses apa yang akan dievaluasi ditentukan pada
tahap ini. Pertimbangan proses yang akan dievaluasi adalah tahapan
proses yang secara signifikan mempengaruhi penciptaan laba bagi
perusahaan. Namun pada proses tersebut, banyak ditemukan kegagalan
dan kecacatan produk yang akan mempengaruhi pada tahap proses
selanjutnya.
b. Tahap measure, yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut :
1) Menentukan karakteristik kualitas Critical to Quality (CTQ) yang
terkait langsung dengan kebutuhan spesifik dari pelanggan.
2) Rencana pengumpulan data pada tingkat proses. Data yang
dikumpulkan dan dibutuhkan adalah data yang digunakan untuk
melakukan pengukuran baseline performance dan capability process
pada tingkat proses dan output.
3) Menghitung kapabilitas proses yaitu melakukan pengukuran pada
data yang dijadikan sampel sesuai dengan jenis data untuk kemudian
dikonversikan dengan nilai sigmanya.
c. Tahap analyze, hal-hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut.
1) Mendeteksi variabel utama yang mempengaruhi kecacatan agar
dapat membantu mempermudah upaya penurunan tingkat kecacatan
tersebut.
2) Konversi biaya kualitas.
3) Mengkonversikan banyaknya kegagalan ke dalam biaya kegagalan
kualitas (cost of poor quality).
d. Tahap improve, melakukan identifikasi dan deskripsi tindakan atau
kegiatan perbaikan yang merupakan rekomendasi bagi pemecahan
masalah pada tahap proses sehingga diperoleh cara-cara baru untuk
meningkatkan kualitas (berdasarkan target perusahaan) agar lebih baik
dan efisien. Efektivitas dari rencana tindakan dapat dilihat dari
penurunan persentase biaya kegagalan kualitas atau cost of poor quality
(COPQ) terhadap nilai penjualan total sejalan dengan meningkatnya
kapabilitas sigma.
e. Tahap control, memantau seluruh perbaikan tindakan atau kegiatan agar
tetap stabil dan sesuai dengan batas spesifikasi yang diinginkan oleh
pelanggan. Hasil-hasil peningkatan didokumentasikan dan dijadikan
standar, prosedur-prosedur yang dianggap berhasil disebarluaskan kepada
seluruh karyawan.
Manfaat Six sigma bagi perusahaan yaitu :
a. Menghasilkan sukses berkelanjutan, cara untuk melanjutkan
pertumbuhan dan tetap menguasai pertumbuhan sebuah pasar yang aman
adalah dengan terus-menerus berinovasi dan membuat kembali
organisasi. Six sigma menciptakan keahlian dan budaya untuk terus-
menerus bangkit kembali.
b. Mengatur tujuan kinerja bagi setiap orang dalam sebuah perusahaan,
membuat setiap orang bekerja dalam arah yang sama dan berfokus pada
tujuan bersama. Masing-masing fungsi, unit bisnis, dan individu
mempunyai sasaran dan target yang berbeda-beda.
c. Memperkuat nilai pada pelanggan dengan persaingan yang ketat di setiap
industri hanya pengiriman produk dan jasa yang bermutu atau bebas
cacat tidaklah menjamin sukses.
d. Mempercepat tingkat perbaikan dengan teknologi informasi yang
menentukan kecepatan langkah, harapan pelanggan terhadap perbaikan
semakin nyata.
e. Mempromosikan pembelajaran dan “cross-pollination” Six sigma
merupakan sebuah pendekatan yang dapat meningkatkan dan
mempercepat pengembangan dan penyebaran ide-ide baru di sebuah
organisasi keseluruhan.
f. Melakukan perubahan strategi, memperkenalkan produk baru,
meluncurkan kerjasama baru, dan memasuki pasar baru merupakan
aktivitas-aktivitas bisnis sehari-hari yang biasa dilakukan oleh
perusahaan.
5. Capability Analysis Process , Nilai Six Sigma dan DPOM
Kapabilitas proses adalah salah satu metode dalam statistik yang sangat
7

penting pada pengendalian kualitas. Kapabilitas proses dapat membantu


untuk menganalisis kondisi pada suatu proses yang terus berubah terhadap
spesifikasi produk yang digunakan, serta membantu dalam mengembangkan
atau menghilangkan kondisi yang terus berubah tersebut. Perhitungan
kapabilitas proses harus dilakukan pada proses yang sudah berada dalam
batas kontrol statistik. Kegunaan dari diterapkannya kapabilitas proses yaitu
membantu dalam pemantauan proses dengan ditetapkannya interval antara
pengambilan sampel, dan mengurangi variabilitas dalam proses produksi
8
Sigma merupakan sebuah abjad Yunani yang menunjukkan standar deviasi
dari suatu proses. Standar deviasi mengukur variasi atau jumlah persebaran
suatu rata-rata proses. Nilai sigma dapat diartikan seberapa sering cacat yang
mungkin terjadi. Jika semakin tinggi tingkat sigma maka semakin kecil
toleransi yang diberikan pada kecacatan sehingga semakin tinggi kapabilitas
proses, dan hal itu dikatakan semakin baik. Six sigma menganjurkan bahwa
terdapat hubungan yang kuat antara cacat produk dan produk yang dihasilkan,
reliability, costs, cycle time, inventory, schedule, dan lainnya. Bila jumlah
cacat yang meningkat, maka jumlah sigma akan menurun. Dengan kata lain,
dengan nilai sigma yang lebih besar maka kualitas produk akan lebih baik. Six
sigma merupakan suatu visi peningkatan kualitas menuju target 3.4 kegagalan
per sejuta kesempatan (DPMO) untuk setiap transaksi produk (barang dan
jasa), upaya giat menuju kesempurnaan zero defect ( kegagalan nol).
Sehingga six sigma adalah sebuah sistem yang komprehensif dan fleksibel
untuk mencapai, mempertahankan, dan memaksimalkan sukses bisnis. Six
sigma secara unik dikendalikan oleh pemahaman yang kuat terhadap

7
Eka Deviana Putrid an Dino Rimantho. 2022. Analisis Pengendalian Kualitas Menggunakan
Kapabilitas Proses Produksi Kantong Semen. Jurnal INTECH. Vol 8 No 1. Hlm 36
8
Fithri Prima dan Chairunnisa. 2019. Six Sigma Sebagai Alat Pengendalian Mutu Pada Hasil
Produksi Kain Mentah Pt Unitex, Tbk. Jurnal Teknik Industri. Vol. 14, No. 1. Hlm 44
kebutuhan pelanggan, pemakaian yang disiplin terhadap fakta, data, analisis
statistik, dan perhatian yang cermat untuk mengelola, memperbaiki, dan
menanamkan kembali proses bisnis. Six sigma menggunakan alat statistik
untuk mengidentifikasi beberapa faktor permasalahan yang terjadi, siklus
DMAIC merupakan proses kunci untuk peningkatan secara kontinyu menuju
target Six sigma. DMAIC dilakukan secara sistematik berdasarkan ilmu
pengetahuan dan fakta (systematic, scientific, and fact based).
6. Seven Tools
9
Alat alat yang digunakan untuk mengadakan perbaikan kualitas yang antara
lain adalah sebagai berikut:
a. Stratifikasi Masalah, merupakan suatu usaha untuk mengelompokkan
usaha (data kerusakan, fenomena, sebab akibat) kedalam kelompok yang
mempunyai karakteristik yang sama. Dasar pengelompokkan stratifikasi
sangat bergantung pada tujuan pengelompokkan sehingga dasar
pengelompokkan dapat berbeda-beda tergantung pada permasalahan
sumber daya dan hasil.
b. Lembar Periksa (check sheet), alat ini berupa lembar pencatatan data
secara mudah dan sederhana, sehingga menghindari kesalahan-kesalahan
yang mungkin terjadi, dalam pengumpulan data tersebut. Umumnya
check sheet ini berisi pertanyaan-pertanyaan yang dibuat sedemikian
rupa, sehingga pencatat cukup memberikan tanda kolom yang telah
tersedia, dan memberikan keterangan seperlunya.
c. Histogram, merupakan diagram batang yang berfungsi untuk
menggambarkan bentuk distribusi sekumpulan data yang biasanya berupa
karakteristik mutu. Histogram ini dapat dibuat dengan cara membentuk
terlebih dahulu tabel frekuensinya, kemudian diikuti dengan perhitungan
statistis, baru kemudian mem-plot data ke dalam histogram. Hasil plot
data akan memudahkan dalam menganalisis kecenderungan sekelompok
data.
9
Harahap Bonar, dkk. 2018. Analisis Pengendalian Kualitas dengan Menggunakan Metode Six
Sigma (Studi Kasus : PT. Growth Sumatra Industry). Buletin Utama Teknik. Vol. 13, No. 3.
Hlm 213-214
d. Diagram Tebar, suatu diagram yang menggambarkan hubungan antara
dua faktor dengan memplot data dari kedua faktor tersebut dari suatu
grafik. Dengan diagram ini kita dapat menentukan korelasi antara suatu
sebab dengan akibatnya. Perhitungan korelasi dapat dilakukan dengan
menggunakan regresi atau dengan menggunakan metode nilai tengah.
e. Diagram Pareto, menunjukkan masalah apa yang pertama harus kita
pecahkan untuk menghilangkan kerusakan dan memperbaiki operasi.
Item cacat yang paling sering muncul ditangani terlebih dahulu kemudian
dilanjutkan dengan item cacat tertinggi kedua dan seterusnya. Walaupun
diagram ini sangat sederhana, grafik balok ini sangat berguna dalam
pengendalian mutu pabrik, kita dapat lebih mudah melihat kerusakan
mana yang paling penting dengan grafik balok dari pada dengan
menggunakan sebuah tabel bilangan saja.
f. Grafik dan Peta Kendali, grafik adalah suatu bentuk penyajian data yang
terdiri dari garis-garis yang menghubungkan dua besaran tertentu. Grafik
terdiri dari tiga jenis yaitu garis, batang dan lingkaran. Peta kendali
adalah merupakan grafik dengan mencantumkan batas maksimum dan
batas minimum yang merupakan batas daerah pengendalian. Tujuan
menggambarkan peta kendali adalah untuk menetapkan apakah setiap
titik pada grafik normal atau tidak normal, dan dapat mengetahui
perubahan dalam proses dari mana data dikumpulkan, sehingga setiap
titik pada grafik harus mengindikasikan dengan cepat dari proses mana
data diambil. Peta ini menunjukkan perubahan dari waktu ke waktu tetapi
tidak menunjukkan penyebab penyimpangan, meskipun adanya
penyimpangan itu akan terlihat pada peta kendali tersebut.
g. Diagram Tulang Ikan (fishbone diagram), diagram ini merupakan suatu
diagram yang digunakan untuk mencari unsur penyebab yang diduga
dapat menimbulkan masalah tersebut. Diagram ini sering disebut dengan
diagram tulang ikan karena menyerupai bentuk susunan tulang ikan.
Bagian kanan dari diagram biasanya menggambarkan akibat atau
permasalahan sedangkan cabang-cabang tulang ikannya menggambarkan
penyebabnya. Pada umumnya bagian akibat pada diagram ini berkaitan
dengan masalah kualitas. Sedangkan unsur-unsur penyebab biasanya
terdiri dari faktor-faktor manusia, material, mesin, metode, dan
lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai