Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kualitas adalah karakteristik produk (barang atau jasa) yang mendukung
kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan tertentu. Kualitas sering didefinisikan
sebagai memuaskan pelanggan atau memenuhi persyaratan atau kebutuhan.
Kualitas produk memegang peranan penting dalam pemilihan produk oleh
konsumen dan dapat menarik pelanggan. Kualitas produk sering dilihat dalam
berbagai cara oleh konsumen, dan hanya penilaian kualitas produk yang mengarah
pada kepuasan pelanggan.
Pengendalian kualitas adalah suatu teknik dan aktivitas atau tindakan yang
terencana yang dilakukan untuk mencapai, mempertahankan, dan meningkatkan
kualitas suatu produk dan jasa agar sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dan
dapat memenuhi kepuasan konsumen. Six sigma didefinisikan sebagai suatu
metodologi yang menyediakan alat-alat untuk peningkatan proses bisnis dengan
tujuan untuk memperbaiki proses produksi yang difokuskan pada usaha
mengurangi variasi proses sekaligus mengurangi cacat. Dalam Six Sigma ada siklus
5 fase DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control) yaitu proses
peningkatan terus menerus menuju target six sigma.
Produk ragum yang digunakan dalam penelitian dibagi menjadi 14
subgrup dengan jumlah produk disetiap subgrup 12 dan 15 produk serta total
produk sebanyak 189 produk dan dengan total cacat produk sebanyak 22 produk.
Penelitian dilakukan dengan mengamati cacat atribut dan cacat variabel pada
produk. Cacat atribut dilakukan dengan mengamati kecacatan yang sompel,
bergerigi dan gores. Sedangkan cacat variabel dilakukan dengan pengukuran
panjang dan lebar produk.
Pada praktikum Laboratorium Pengukuran dan Statistika dilakukan
penjelasan praktikum oleh asisten, kemudian dilakukan pengamatan dan
pengukuran kecacatan pada ragum. Berdasarkan pengamatan, diperoleh bahwa

I-1
I-2

cacat yang terdapat pada ragum adalah sompel, bergerigi dan gores. Pengukuran
dilakukan oleh 3 orang operator, dimana operator satu dan dua mengukur dua kali
panjang ragum dan satu kali lebar ragum oleh operator tiga. Kemudian data
kecacatan ragum yang diperoleh dilakukan pengujian distribusi data menggunakan
software Flexsim dan pembangkitan data ragum dilakukan dengan software
Minitab.

1.2. Tujuan Praktikum


Tujuan praktikum modul Quality Control antara lain sebagai berikut.
1. Memahami penerapan teknik pengambilan sampel dan penentuan jumlah
sampel.
2. Memahami sistem pengendalian kualitas dengan metode Six Sigma untuk
melakukan perbaikan proses produksi.
3. Menganalisa kualitas suatu produk manufaktur yang ada di pasar.

1.3. Asumsi dan Batasan Masalah


Asumsi yang digunakan pada penelitian ini adalah nilai 𝛼 atau taraf
signifikan yang digunakan yaitu 0,05%.
Batasan-batasan masalah yang digunakan pada penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Cacat atribut yang diamati pada ragum, yaitu sompel, bergerigi, dan gores.
2. Cacat variabel yang diukur adalah panjang dan lebar pada ragum.
3. Sampel yang digunakan pada penelitian berjumlah 189 ragum dengan 14
subgrup dan jumlah setiap sub grup adalah 12 dan 15 produk.
4. Alat ukur yang digunakan adalah penggaris 30cm.
I-3

1.4. Landasan Teori


1. Kualitas dan Pengendalian Kualitas
1
Kualitas produk adalah segala sesuatu yang ditawarkan kepada pasar
untuk memuaskan suatu keinginan atau kebutuhan, termasuk barang fisik yang
ditawarkan kepada pasar untuk memuaskan suatu keinginan atau kebutuhan,
termasuk barang fisik, jasa, pengalaman, acara, orang, tempat, properti, organisasi,
informasi dan ide.
2
Pengendalian merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menjamin agar
kegiatan produksi dan operasi yang dilaksanakan sesuai dengan apa yang telah
direncanakan sehingga apabila terjadi penyimpangan maka penyimpangan tersebut
dapat dikoreksi dan harapan yang ditentukan bisa tercapai. Pengendalian
kualitas adalah alat bagi manajemen untuk mempertahankan, memperbaiki, dan
menjaga kualitas dengan cara mengurangi jumlah produk yang rusak sehingga
memberi manfaat dan memuaskan keinginan pelanggan.
2. Teknik Sampling dalam Pengendalian Kualitas
3
Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk
menentukan sampel dalam penelitian, terdapat berbagai macam teknik
sampling yang digunakan.
1) Probability Sampling
Probability sampling ialah teknik pengambilan sampel yang memberikan
peluang yang sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih sebagai sampel.
a. Simple Random Sampling
Simple random sampling merupakan teknik pengambilan sampel
secara sederhana, sebab dalam proses pengambilan sampel, teknik
ini dilakukan secara acak tanpa mempertimbangkan strata yang ada
dalam sebuah populasi.

1
Ummah, Nur Aini Ariqoh dan Bayu Wijayanti. 2022. Pengaruh Kualitas Produk, Harga dan
Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Konsumen Café Madani Bumdes Rambipuji. Jurnal
Manajemen. Vol. 16, No. 01. Hlm 175.
2
Sirine,Hani dan Elisabeth Penti Kurniawati. Pengendalian Kualitas Dengan Menggunakan
Metode Six Sigma (Studi Kasus pada PT Diras Concept Sukoharjo), Vol. 02, No. 03, September
2017. Hlm 256.
3
Hanief, Yulingga Nanda. 2017. Statistika Pendidikan. Yogyakarta: Deepublish. Hlm 41-43.
I-4

b. Proportionate Stratified Random Sampling


Proportionate stratified random sampling merupakan teknik pengambilan
sampel yang digunakan apabila populasi mempunyai anggota yang tidak
homogen dan berstrata secara proporsional.
c. Disproportionate Stratified Random Sampling
Disproportionate stratified random sampling merupakan teknik
pengambilan sampel yang digunakan apabila populasi berstrata namun
kurang proporsional.
d. Area (Cluster) Sampling
Area (cluster) sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang
digunakan apabila objek yang akan diteliti sangat banyak atau
sumber data luas.
2) Non Probability Sampling
Non probability sampling ialah teknik pengambilan sampel yang tidak
memberikan peluang yang sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih
sebagai sampel.
a. Sampling Sistematis
Teknik sampling ini digunakan berdasarkan urutan dari anggota populasi
yang telah diberi nomor urut.
b. Sampling Kuota
Merupakan teknik pengambilan sampel dari populasi yang memiliki
karakteristik tertentu sampai kuota (jumlah) yang diinginkan.
c. Sampling Isidental
Merupakan teknik pengambilan sampel karena adanya faktor kebetulan,
yaitu siapa saja yang ditemui oleh peneliti akan dijadikan sebagai sampel.
d. Purposive Sampling
Merupakan teknik pengambilan sampel karena adanya suatu tujuan atau
suatu pertimbangan tertentu.
e. Snowball Sampling
Teknik penentuan sampel yang semula jumlah sampel yang diambil
kecil, kemudian membesar. Hal ini dapat diibaratkan seperti bola
I-5

salju yang menggelinding, lama kelamaan bola salju tersebut akan


membesar. Teknik ini ditempuh apabila sampel semula yang diambil
merasa belum lengkap data yang diinginkan, maka peneliti mencari sumber
data lain dari seseorang yang akan dijadikan sampel tambahan.
3. Variasi, Jenis Variasi dan Penyebab Variasi
4
Variasi adalah ketidakseragaman dalam sistem, sehingga menimbulkan
perbedaan dalam kualitas pada produk yang sama. 5Ketidakkonsistenan yang
ditunjukkan data, menyimpulkan bahwa meskipun bahwa meskipun dalam setiap
proses selalu dihasilkan variasi, ada proses yang menghasilkan variasi yang
terkendali (controlled variation) dan ada proses yang menghasilkan proses tak
terkendali (uncontrolled variation).
1) Variasi Terkendali (Controlled Variation)
Suatu variasi yang terkendali (controlled) atau variasi karena sebab-sebab biasa
(common-cause) adalah variasi yang terjadi secara alamiah merupakan suatu
hal yang inheren dan terkirakan dalam setiap proses yang stabil yang
menghasilkan barang-barang produksi atau jasa. Variasi yang dapat diterima
dan diizinkan seperti itu dapat dikaitkan dengan sebab-sebab yang acak atau
“kebetulan”.
2) Variasi Tak Terkendali (Uncontrolled Variation)
Suatu variasi yang tak terkendali (uncontrolled) atau variasi karena sebab-
sebab khusus (special-cause) adalah variasi yang terjadi bila suatu kejadian
tidak normal masuk ke dalam suatu proses dan menghasilkan perubahan yang
tidak diharapkan dan tidak diperkirakan sebelumnya. Variasi ini tidak dapat
lagi dikaitkan dengan sebab-sebab yang acak atau “kebetulan”.
Penyebab dapat diklasifikasikan ke dalam penyebab umum (common
cause) dan penyebab khusus (special causes).

4
Dr. Ahmad. 2020. Manajemen Mutu Terpadu. Makasar: Penerbit Nas Media Pustaka. Hlm 193.
5
Harinaldi. 2009. Prinsip-Prinsip Statistika untuk Teknik dan Sains. Jakarta:Erlangga. Hlm 250.
I-6

1) Penyebab Umum (Common Causes)


6
Faktor- faktor di dalam sistem atau yang melekat pada proses operasi yang
menyebabkan timbulnya variasi dalam sistem serta hasil- hasilnya. Penyebab
umum menimbulkan variasi acak (random variation) dalam batas-batas yang
dapat diperkirakan dan sering disebut juga sebagai penyebab acak (random
causes) atau penyebab sistem (system causes).
2) Penyebab Khusus (Special Causes)
Kejadian-kejadian di luar sistem yang mempengaruhi variasi dalam sistem.
Penyebab khusus dapat bersumber dari faktor manusia, peralatan, material,
lingkungan, metode kerja, dan lain- lain. Penyebab khusus dapat
diidentifikasi atau ditemukan, sebab tidak selalu aktif dalam proses tetapi
memiliki pengaruh yang lebih kuat pada proses sehingga menimbulkan variasi.
4. Six Sigma
7
Six Sigma adalah sebuah metode atau teknik baru dalam hal pengendalian
dan peningkatan produk di mana sistem ini sangat komprehensif dan fleksibel untuk
mencapai, mempertahankan, dan memaksimalkan kesuksesan suatu usaha, di mana
metode ini dipengaruhi oleh kebutuhan pelanggan dan penggunaan fakta serta data
dan memperhatikan secara cermat sistem pengelolaan, perbaikan, dan penanaman
kembali suatu proses.
Didalam pengaplikasian pengendalian kualitas menggunakan metode six
sigma, ada 5 (lima) tahap yang harus dilalui yaitu tahap define, measure, analyze,
improve, control.
1) Tahap Define
Penentuan proses apa yang akan dievaluasi ditentukan pada tahap ini.
Pertimbangan proses yang akan dievaluasi adalah tahapan proses yang secara
signifikan mempengaruhi penciptaan laba bagi perusahaan. Namun
pada proses tersebut, banyak ditemukan kegagalan dan kecacatan produk yang
akan mempengaruhi pada tahap proses selanjutnya.

6
Alita, Emrina dan Nofriani Fajrah. 2015. Analisis Ketidaksesuaian Produk Air Minum dalam
Kemasan di PT. Amanah Insanillahia. Jurnal Optimasi Sistem Industri. Vol 14, No. 01. Hlm
103.
7
Hani. Op.Cit. Hlm 256-258.
I-7

2) Tahap Measure
Yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut :
a. Menentukan karakteristik kualitas Critical to Quality (CTQ) yang
terkait langsung dengan kebutuhan spesifik dari pelanggan.
b. Rencana pengumpulan data pada tingkat proses. Data yang dikumpulkan
dan dibutuhkan adalah data yang digunakan untuk melakukan pengukuran
baseline performance dan capability process pada tingkat proses dan
output.
c. Menghitung kapabilitas proses yaitu melakukan pengukuran pada data
yang dijadikan sampel sesuai dengan jenis data untuk kemudian
dikonversikan dengan nilai sigmanya.
3) Tahap Analyze
Hal-hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :
a. Mendeteksi variabel utama yang mempengaruhi kecacatan agar dapat
membantu mempermudah upaya penurunan tingkat kecacatan tersebut.
b. Konversi biaya kualitas.
c. Mengkonversikan banyaknya kegagalan ke dalam biaya kegagalan
kualitas (cost of poor quality).
4) Tahap Improve
Melakukan identifikasi dan deskripsi tindakan atau kegiatan perbaikan yang
merupakan rekomendasi bagi pemecahan masalah pada tahap proses sehingga
diperoleh cara-cara baru untuk meningkatkan kualitas (berdasarkan target
perusahaan) agar lebih baik dan efisien.
5) Tahap Control
Memantau seluruh perbaikan tindakan atau kegiatan agar tetap stabil dan sesuai
dengan batas spesifikasi yang diinginkan oleh pelanggan. Hasil-hasil
peningkatan di dokumentasikan dan di jadikan standar, prosedur-prosedur yang
dianggap berhasil disebarluaskan kepada seluruh karyawan.
I-8

5. Process Capability, Nilai Six Sigma dan DPMO


8
Suatu proses disebut mempunyai kapabilitas jika proses tersebut
mempunyai kemampuan untuk menghasilkan output yang berada dalam batas
spesifikasi yang diharapkan. Dimana nilai rata-rata dari proses sama dengan nilai
target yang diharapkan dan besar rentang spesifikasi yang diinginkan perusahan
lebih besar dari rentang batas terkontrol pada produk yang dihasilkan. Proses
kapabilitas dapat digolongkan dalam tiga kondisi, yaitu:
1) Proses yang memiliki nilai kapabilitas tinggi. Proses tersebut terjadi jika
rentang proses berada di dalam rentang spesifikasi.
2) Proses yang memiliki nilai kapabilitas hampir tidak cukup. Proses tersebut
terjadi jika rentang proses sama dengan rentang spesifikasi.
3) Proses yang tidak memiliki kapabilitas. Proses tersebut terjadi jika rentang
proses lebih besar dibandingkan rentang spesifikasi.
9
DPMO (Defect Per Million Opportunities) merupakan ukuran kegagalan
yang menunjukkan kecacatan dalam suatu produk dalam satu juta produk yang
dihasilkan. Setelah menghitung DPMO, maka dapat dihitung pula sigma level
dengan cara mengkonversi nilai DPMO menggunakan tabel konversi six sigma.
Sigma level adalah ukuran dari kinerja perusahaan yang menggambarkan
kapabilitas dalam mengurangi kecacatan produk. Rumus untuk menghitung DPMO
adalah sebagai berikut.
Jumlah produk cacat
DPU = Unit yang diperiksa × CTQ potensial

DPMO = DPU × 100.000

8
Putra, Tri Alit Tresna, dkk. 2017. Penerapan Metode Six Sigma dalam Analisis Kualitas Produk
(Studi Kasus Produk Batik Handprint pada PT XYZ di Bali. Jurnal Matematika. Vol 06, No. 02.
Hlm 125.
9
Saputri, Rochmadita, dkk. 2022. Identifikasi Timbulnya Produk Cacat dengan Metode CTQ dan
DPMO pada Home Industri Keripik Tempe Sari Rasa. Jurnal Valtech. Vol 05, No. 01. Hlm 96.
I-9

6. Seven Tools
10
Dalam pengolahan data untuk pemecahan masalah dengan mengunakan
prinsisp dan teknik pengendalian kualitas , berdasarkan prosedurnya dalam teknik
seven tools, sebagai berikut :
1) Stratifikasi
Stratifikasi merupakan suatu usaha untuk mengelompokkan usaha (data
kerusakan, fenomena, sebab akibat) kedalam kelompok yang mempunyai
karakteristik yang sama.
2) Lembar Pemeriksaan (Check sheet)
Check sheet merupakan alat pengumpul dan penganalisis data yang
disajikan dalam bentuk tabel yang berisi data jumlah barang yang
diproduksi dan jenis ketidaksesuaian beserta dengan jumlah yang
dihasilkanya.
3) Histogram
Histogram adalah suatu alat yang membantu untuk menetukan variasi dalam
proses. Berbentuk diagram batang yang menunjukan tabulasi dari data yang
diatur berdasaarkan ukurannya.
4) Diagram Pencar (Scatter Diagram)
Diagram sebar adalah grafik yang menampilkan hubungan antara dua variabel
apakah hubungan antara dua variabel tersebut kuat atau tidak yaitu antara
faktor proses yang mempengaruhi proses dengan kualitas produk.
5) Diagram Pareto
Diagram pareto adalah grafik balok dan garis baris yang mengambarkan
perbandingan masing-masing jenis data terhadap keseluruhan.
6) Peta Kendali (Peta Kontrol)
Peta kendali adalah suatu alat yang secara grafis digunakan untuk memonitor
dan mengevaluasi apakah suatu aktivitas / proses berada dalam pengendalian

10
Butanil, Afwan. 2019. Usulan Pengendalian Kualitas Produk dengan Metode Seven Tools dan
Kaizen sebagai Upaya Mengendalikan Tingkat Kerusakan Produk di PT. Pri Adhi Husada.
Jurnal Rekavasi. Vol. 07, No. 02. Hlm 42-43.
I-10

kualitas secara statistika atau tidak sehingga dapat memecahkan masalah dan
menghasilkan perbaikan kualitas.
7) Diagram Sebab Akibat (Fishbone Diagram)
Diagram ini disebut juga diagram tulang ikan dan berguna untuk
memperlihatkan faktor-faktor utama yang berpengaruh pada kualitas dan
mempunyai akibat pada masalah yang kita pelajari.

Anda mungkin juga menyukai