Anda di halaman 1dari 19

PROPOSAL

PENDIRIAN LEMBAGA PENDIDIKAN PELATIHAN


TERAKREDITASI LEMBAGA AKREDITASI FASILITAS
KESEHATAN PRIMER
(( DIKLAT LAFKESPRI ))

Alamat
Rukan Exclusive Radin Inten, Jl. Radin Inten II No.80, Duren Sawit, Kec. Duren Sawit,
Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 13440
2024
PROPOSAL PENDIRIAN LEMBAGA PELATIHAN TERAKREDITASI
LEMBAGA AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN PRIMER
LAFKESPRI

LATAR BELAKANG
Tenaga Medis dan Kesehatan yang profesional merupakan faktor penting untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Tenaga Kesehatan yang profesional harus
meningkatkan kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan jabatan untuk menunjang kinerjanya.
Salah satu upaya meningkatkan kompetensi tenaga kesehatan adalah melalui program pelatihan.
Pelatihan bidang kesehatan merupakan program pengembangan pendidikan keprofesian
berkelanjutan (P2KB) sebagai upaya pembinaan bagi profesional tenaga kesehatan dalam
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, serta mengembangkan sikap agar tenaga kesehatan
senantiasa menjalankan profesinya dengan baik.
Salah satu kunci keberhasilan dalam mencapai pembangunan kesehatan yang optimal
adalah Tenaga Medis dan Tenaga kesehatan. Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan memiliki
peranan penting untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang maksimal kepada
masyarakat. Agar dapat memberikan pelayanan yang optimal, maka tenaga kesehatan harus
memiliki kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan jabatan untuk menunjang kinerjanya.
Undang Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan menyatakan bahwa
Penyelenggaraan Kesehatan bertujuan: meningkatkan perilaku hidup sehat; meningkatkan akses
dan mutu Pelayanan Kesehatan dan Sumber Daya Kesehatan; meningkatkan pengelolaan sumber
daya manusia yang efektif dan efisien; memenuhi kebutuhan masyarakat akan Pelayanan
Kesehatan; meningkatkan ketahanan Kesehatan dalam menghadapi KLB atau Wabah; menjamin
ketersediaan pendanaan Kesehatan yang berkesinambungan dan berkeadilan serta dikelola secara
transparan, efektif, dan efisien; mewujudkan pengembangan dan pemanfaatan Teknologi
Kesehatan yang berkelanjutan; dan memberikan pelindungan dan kepastian hukum bagi Pasien,
Sumber Daya Manusia Kesehatan, dan masyarakat nondiskriminatif; pertimbangan moral dan
nilai-nilai agama; partisipatif;
Upaya Kesehatan adalah segala bentuk kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang
dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat
Kesehatan masyarakat dalam bentuk promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, dan/ atau paliatif
oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat.
Upaya meningkatkan kualitas dan keselamatan pasien di fasilitas kesehatan primer,
termasuk Puskesmas, Klinik, Laboratorium, Unit Transfusi Darah, serta Praktek Mandiri Dokter
dan Dokter Umum, menjadi prioritas utama dalam sistem kesehatan yang berkualitas.
Peningkatan ini tidak hanya membutuhkan infrastruktur dan teknologi yang memadai tetapi juga
system yang ditunjang oleh konsep mutu yang baik dan standar. Dalam konteks ini, proses
akreditasi fasilitas kesehatan (Fasyankes) yang diselenggarakan oleh Lembaga Akreditasi
Fasilitas Kesehatan Primer (LAFKESPRI) memegang peranan penting.
Dalam penyelenggaraan akreditasi oleh LAFKESPRI, sumber daya manusia yang terlibat
memainkan berbagai peran kritikal, mulai dari pendampingan, pembimbingan, pengajaran,
hingga penilaian atau survei akreditasi. SDM ini harus memiliki pemahaman yang mendalam
tentang standar-standar akreditasi yang ditetapkan, kebijakan kesehatan terkini, serta praktik-
praktik terbaik dalam peningkatan mutu dan keselamatan pasien. Peran mereka tidak hanya vital
dalam mempersiapkan fasilitas kesehatan untuk mendapatkan akreditasi tetapi juga dalam
memastikan bahwa fasilitas tersebut terus memenuhi standar tersebut setelah akreditasi
diberikan.
Mengingat kompleksitas dan pentingnya peran yang dimainkan oleh SDM dalam proses
akreditasi, menjadi jelas bahwa diperlukan pelatihan khusus yang tidak hanya komprehensif
tetapi juga sesuai dengan standar tertinggi. Oleh karena itu, lembaga pelatihan di bawah naungan
LAFKESPRI yang menyediakan pendidikan dan pelatihan bagi SDM tersebut harus
terakreditasi. Akreditasi lembaga pelatihan ini menjamin bahwa pelatihan yang diselenggarakan
telah memenuhi standar kualitas yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan RI, memastikan
bahwa peserta didik menerima pengajaran, pembimbingan, dan pelatihan yang relevan dengan
kebutuhan fasilitas kesehatan primer serta sesuai dengan standar akreditasi yang berlaku.
Pelaksanaan pelatihan bidang kesehatan ini juga merupakan salah satu jenis program
pengembangan pendidikan keprofesian berkelanjutan atau program continuing professional
development yang merupakan upaya pembinaan bersistem bagi profesional tenaga kesehatan,
yang bertujuan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, serta mengembangkan sikap agar
tenaga kesehatan senantiasa dapat menjalankan profesinya dengan baik. Pelatihan bidang
kesehatan masuk kedalam ranah pembelajaran yang nantinya dapat difasilitasi untuk perolehan
nilai Satuan Kredit Profesi (SKP) untuk perpanjangan SIP (Surat Izin Praktik) bagi tenaga medis
dan tenaga kesehatan.
Pelatihan bidang kesehatan bertujuan untuk menjamin tersedianya tenaga kesehatan yang
berkualitas sesuai standar dalam rangka mengembangkan karier serta meningkatkan kinerja
pelayanan kesehatan dan/atau organisasi. Pelatihan bidang kesehatan diselenggarakan dengan
memperhatikan manajemen pelatihan yang merupakan siklus integral dan dilakukan secara
sistematis, terencana, dan terarah. Manajemen pelatihan bidang kesehatan meliputi perencanaan
pelatihan, penyelenggaraan pelatihan dan evaluasi pelatihan.
Akreditasi menjamin bahwa lembaga pelatihan mematuhi standar kualitas yang ketat,
memastikan bahwa semua materi pelatihan, metode pengajaran, dan tenaga pengajar memenuhi
atau melampaui persyaratan yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan dan LAFKESPRI.
Lembaga pelatihan yang terakreditasi mempersiapkan SDM untuk berbagai peran dalam proses
akreditasi Fasyankes, dari menjadi pendamping dan pembimbing hingga surveior, dengan
memberikan mereka pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menilai dan
meningkatkan standar layanan kesehatan. Dengan memastikan bahwa fasilitas kesehatan primer
dilayani oleh SDM yang terlatih dan kompeten, lembaga pelatihan terakreditasi berkontribusi
langsung terhadap peningkatan kualitas dan keselamatan pasien.

DASAR HUKUM
Dasar hukum pendirian lembaga pelatihan ini mengacu pada regulasi pemerintah dan
kebijakan kesehatan nasional yang mendukung peningkatan kualitas layanan kesehatan primer,
termasuk Peraturan Menteri Kesehatan yang relevan, undang-undang tentang pelayanan
kesehatan, serta standar akreditasi fasilitas kesehatan :
1. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2003 tentang Cipta Kerja
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
3. Undang Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan
4. Peraturan Pemerintah No. 31 Tahun 2006 tentang Sistem Latihan Kerja Nasional;
5. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2018 Tentang Pelayanan Perizinan Berusaha
Terintegrasi Secara Elektronik;
6. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI Nomor 17 Tahun 2016 tentang Tata Cara Perizinan
dan Pendaftaran Lembaga Pelatihan Kerja;
7. Peraturan Menteri Kesehatan No. 34 Tahun 2022 tentang Akreditasi Pusat Kesehatan
Masyarakat, Klinik, Laboratorium Kesehatan, Unit Transfusi Darah, Tempat Praktik Mandiri
Dokter, dan Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi
8. Peraturan Menteri Kesehatan No. 30 Tahun 2022 tentang Indikator Nasional Mutu Pelayanan
Kesehatan Tempat Praktik Mandiri Dokter dan Dokter Gigi, Klinik, Pusat Kesehatan
Masyarakat, Rumah Sakit, Laboratorium Kesehatan, dan Unit Transfusi Darah
9. Peraturan Menteri Kesehatan No. 33 Tahun 2015 tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan
Kebutuhan Sumber Daya Manusia Kesehatan
10. Peraturan Menteri Kesehatan No. 37 Tahun 2018 tentang Klasifikasi Unit Pelaksana
Teknis Bidang Pelatihan Kesehatan Di Lingkungan Badan Pengembangan Dan Pemberdayaan
Sumber Daya Manusia Kesehatan Kementerian Kesehatan

TUJUAN
Tujuan dari pendirian lembaga pelatihan ini adalah untuk meningkatkan kompetensi
profesional para tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan primer, meningkatkan mutu dan
keselamatan pasien, serta mempersiapkan fasilitas-fasilitas tersebut dalam memenuhi standar
akreditasi dan terselenggaranya pelatihan terakreditasi bidang kesehatan dalam penetapan nilai
Satuan Kredit Profesi (SKP) dan angka kredit pada e-Sertifikat pelatihan bidang kesehatan
terakreditasi yang diselenggarakan.

SASARAN
Lembaga pelatihan terakreditasi yang berada di bawah naungan Lembaga Akreditasi
Fasilitas Kesehatan Primer (LAFKESPRI) ditujukan untuk memperkuat kapasitas dan
kompetensi sumber daya manusia (SDM) yang terlibat langsung dalam peningkatan kualitas dan
keselamatan pasien di fasilitas pelayanan kesehatan. Sasaran dari lembaga pelatihan ini
mencakup beberapa peran kunci dalam proses akreditasi dan pengembangan kualitas layanan
kesehatan, yakni:
1. Pendamping: SDM yang memberikan dukungan langsung kepada fasilitas kesehatan dalam
proses persiapan dan implementasi standar akreditasi. Mereka bertugas memberikan arahan,
saran, dan umpan balik praktis untuk memastikan fasilitas kesehatan dapat memenuhi
persyaratan akreditasi.
2. Pembimbing: Profesional yang memberikan bimbingan khusus terkait aspek-aspek tertentu
dari peningkatan mutu dan keselamatan pasien. Pembimbing ini sering kali fokus pada area
spesifik seperti manajemen risiko, kontrol infeksi, manajemen kasus, dan lain-lain,
menyediakan pelatihan dan bimbingan yang diperlukan untuk mencapai standar yang
diharapkan.
3. Surveior Akreditasi: Individu yang dilatih khusus untuk melakukan evaluasi dan penilaian
terhadap fasilitas kesehatan dalam konteks akreditasi. Surveior akreditasi memeriksa berbagai
aspek operasional dan layanan kesehatan untuk memastikan kesesuaian dengan standar
akreditasi yang telah ditetapkan oleh LAFKESPRI.
4. Fasilitator Pelatihan: SDM yang memiliki peran krusial dalam menyampaikan materi
pelatihan kepada tenaga kesehatan dan staf administratif di fasilitas pelayanan kesehatan.
Fasilitator pelatihan bertanggung jawab untuk mengembangkan dan menyajikan modul
pelatihan yang menarik dan informatif, yang dirancang untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan staf dalam aspek peningkatan mutu dan keselamatan pasien.

GAMBARAN KEADAAN DAN POTENSI MARKET


Sistem kesehatan di Indonesia, terutama pada level fasilitas kesehatan primer,
menunjukkan kebutuhan mendesak untuk peningkatan kapasitas dan kapabilitas sumber daya
manusia (SDM) dalam peran sebagai pendamping, pembimbing, surveior, dan fasilitator.
Kebutuhan ini timbul dari beberapa faktor kunci yang mempengaruhi kualitas layanan kesehatan
dan kepatuhan terhadap standar akreditasi yang diatur oleh lembaga akreditasi nasional seperti
Lembaga Akreditasi Fasilitas Kesehatan Primer (LAFKESPRI).
Kebutuhan Spesifik pada Lembaga penyelenggaraan pelatihan mencakup :
1. Institusi Penyelenggara Pelatihan yang terakreditasi adalah LAFKESPRI yang mempunyai
tugas, fungsi serta wewenang menyelenggarakan pelatihan bidang kesehatan dan sudah
ditetapkan oleh kementerian kesehatan sebagai institusi terakreditasi.
2. Pelatihan bidang kesehatan adalah Proses pembelajaran dalam rangka meningkatkan kinerja,
profesionalisme dan atau menunjang pengembangan karir bagi tenaga medis dan tenaga
kesehatan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, yang dilaksanakan minimal 30 jam
pembelajaran
3. Peningkatan Kualitas dan Keselamatan Pasien: Tuntutan global dan nasional untuk
meningkatkan kualitas dan keselamatan layanan kesehatan menciptakan kebutuhan mendesak
akan SDM yang berkualitas dalam peran sebagai pendamping dan pembimbing. SDM ini
diharapkan dapat mengidentifikasi celah dalam praktik kesehatan saat ini dan
mengimplementasikan strategi peningkatan.
4. Kepatuhan Terhadap Standar Akreditasi: Fasilitas kesehatan yang berupaya memenuhi atau
mempertahankan akreditasi perlu menyesuaikan operasi mereka dengan standar yang
ditetapkan oleh lembaga akreditasi. Hal ini membutuhkan keahlian surveior yang dapat
mengevaluasi, menilai, dan memberikan rekomendasi untuk pemenuhan standar tersebut.
5. Pengembangan Kompetensi Tenaga Kesehatan: Terdapat kebutuhan berkelanjutan untuk
pengembangan profesional tenaga kesehatan melalui pelatihan yang relevan dan
berkelanjutan, yang diharapkan dapat dipimpin oleh fasilitator pelatihan yang kompeten.

POTENSI PASAR
Dalam merancang dan mengembangkan lembaga pelatihan di bidang kesehatan, penting
untuk melakukan analisis mendalam tentang potensi pasar. Berikut adalah beberapa aspek kunci
dari potensi pasar tersebut:
1. Ekspansi Layanan Akreditasi: Dengan meningkatnya fasilitas kesehatan yang berusaha untuk
akreditasi, pasar untuk SDM sebagai pendamping, pembimbing, dan surveior akreditasi terus
berkembang. Institusi pelatihan yang menawarkan sertifikasi dan kursus khusus untuk peran
ini akan melihat peningkatan permintaan.
2. Program Pelatihan dan Pengembangan: Institusi dan lembaga pelatihan yang menawarkan
program pengembangan profesional untuk tenaga kesehatan, termasuk kursus untuk
meningkatkan keterampilan sebagai fasilitator pelatihan, akan mendapati peningkatan
permintaan. Hal ini dikarenakan fasilitas kesehatan terus mencari cara untuk meningkatkan
kualitas layanan dan kepatuhan terhadap standar akreditasi.
3. Konsultasi Manajemen Kesehatan: Organisasi dan individu yang menyediakan jasa konsultasi
dalam manajemen kesehatan, termasuk persiapan untuk akreditasi, manajemen risiko, dan
peningkatan mutu, akan menemukan peluang pasar yang signifikan. Kebutuhan akan
konsultan dengan keahlian spesifik dalam bidang-bidang ini diharapkan akan terus meningkat
seiring dengan kompleksitas standar dan regulasi kesehatan.
4. Pendidikan Jarak Jauh dan E-Learning: Dengan adanya pembatasan fisik dan kebutuhan untuk
pembelajaran yang fleksibel, terdapat potensi pasar yang besar untuk platform e-learning yang
menawarkan pelatihan dan sertifikasi untuk pendamping, pembimbing, surveior, dan
fasilitator. Ini termasuk webinar, kursus online, dan modul pembelajaran mandiri yang dapat
diakses oleh tenaga kesehatan dari seluruh Indonesia.

STRATEGI PEMASARAN
Untuk mencapai kesuksesan dalam industri yang kompetitif, lembaga pelatihan di bidang
kesehatan perlu mengadopsi strategi pemasaran yang efektif. Berikut adalah uraian tentang
komponen penting dari strategi pemasaran yang mampu menarik dan mempertahankan peserta
pelatihan:
1. Kemitraan dengan Fasilitas Kesehatan: Mengembangkan kemitraan strategis dengan fasilitas
kesehatan untuk menyediakan pelatihan dan dukungan khusus dalam persiapan akreditasi dan
peningkatan mutu.
2. Penawaran Pelatihan yang Diferensiasi: Menciptakan kursus pelatihan yang unik dan relevan
yang memenuhi kebutuhan spesifik tenaga kesehatan dalam berbagai peran, dengan fokus
pada aspek praktis dan implementasi kebijakan kesehatan terkini.
3. Penggunaan Teknologi: Memanfaatkan platform digital untuk memperluas jangkauan dan
meningkatkan aksesibilitas program pelatihan, memungkinkan partisipasi yang lebih luas dari
tenaga kesehatan di area terpencil.
4. Sertifikasi dan Akreditasi: Menyediakan sertifikasi bagi peserta yang menyelesaikan kursus
pelatihan, yang dapat meningkatkan kredibilitas profesional mereka dan memfasilit asi proses
akreditasi fasilitas kesehatan tempat mereka bekerja. Sertifikasi ini harus diakui oleh lembaga
akreditasi nasional dan sektor kesehatan untuk menambah nilai bagi peserta.
5. Pemasaran dan Promosi: Melaksanakan strategi pemasaran yang efektif melalui berbagai
kanal, termasuk media sosial, konferensi kesehatan, publikasi industri, dan jaringan
profesional, untuk menjangkau target audiens. Memfokuskan pada testimoni dari fasilitas
kesehatan yang telah berhasil meningkatkan standar layanan mereka melalui pelatihan yang
diberikan juga dapat meningkatkan kredibilitas dan daya tarik program.
6. Customisasi Program Pelatihan: Menawarkan kemungkinan untuk menyesuaikan program
pelatihan berdasarkan kebutuhan spesifik dari fasilitas kesehatan atau grup tenaga kesehatan,
sehingga membuat pelatihan lebih relevan dan aplikatif untuk peserta.
7. Pendekatan Berkelanjutan: Mengembangkan program pelatihan yang tidak hanya berfokus
pada pencapaian jangka pendek seperti persiapan untuk akreditasi, tetapi juga pada
peningkatan kualitas layanan kesehatan yang berkelanjutan. Pendekatan ini meliputi pelatihan
berkelanjutan, pembaharuan sertifikasi, dan sesi pendidikan yang dapat membantu tenaga
kesehatan untuk tetap up-to-date dengan praktik terbaik dan perkembangan terbaru dalam
bidang medis.

TAHAPAN PENDIRIAN DAN AKREDITASI LEMBAGA


Pendirian dan akreditasi lembaga pelatihan di bidang kesehatan adalah proses yang
terstruktur dan melibatkan beberapa tahap penting. Berikut ini adalah tahapan gabungan yang
mencakup pendirian dan proses akreditasi:
I. Tahap 1: Perencanaan Strategis
a. Pengembangan Rencana Strategis:
Menyusun visi, misi, dan tujuan lembaga yang sesuai dengan standar Lembaga
Akreditasi Fasilitas Kesehatan Pendidikan dan Riset (LAFKESPRI).
b. Analisis SWOT:
Melakukan analisis kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman untuk
mengidentifikasi posisi lembaga di pasar.
II. Tahap 2: Pengurusan Izin
a. Pengumpulan Dokumen:
Menyiapkan dan mengumpulkan semua dokumen yang diperlukan untuk pengajuan
izin operasional kepada pemerintah dan LAFKESPRI.
b. Pengajuan Izin:
Melakukan koordinasi dengan instansi terkait dan mengajukan permohonan izin
operasional.
III. Tahap 3: Pembangunan Infrastruktur
Menyiapkan fasilitas fisik dan peralatan pelatihan sesuai dengan standar yang dibutuhkan.

IV. Tahap 4: Perekrutan Staff


Menarik dan merekrut tenaga pengajar serta staf dengan kualifikasi yang tepat.

V. Tahap 5: Pengembangan Strategi Pemasaran:


Membuat dan melaksanakan strategi pemasaran untuk menarik peserta pelatihan.
VI. Tahap 6: Pelaksanaan Pelatihan
Menjalankan pelatihan sesuai dengan jadwal dan kurikulum yang telah ditetapkan.
VII. Tahap 7: Evaluasi dan Pengembangan
a. Evaluasi Program:
Mengevaluasi efektivitas pelatihan dan menerima umpan balik dari peserta.
b. Penyempurnaan Kurikulum:
Melakukan penyempurnaan kurikulum dan metode pengajaran berdasarkan evaluasi.
VIII. Tahap 8: Persiapan dan Penyusunan Dokumen untuk Akreditasi
a. Penelaahan Standar Akreditasi:
Memahami standar akreditasi yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan.
b. Pembuatan Dokumen Kebijakan dan Prosedur:
Menyusun kebijakan, prosedur, dan manual operasional sesuai dengan standar
tersebut.

IX. Tahap 9: Peningkatan Infrastruktur dan Sistem Manajemen


Penyediaan Infrastruktur yang Memadai:
Meningkatkan fasilitas dan sistem manajemen untuk memenuhi standar akreditasi.

X. Tahap 10: Pengajuan Permohonan Akreditasi


Pengumpulan dan Penyusunan Dokumen Akreditasi:
Mengumpulkan semua dokumen yang dibutuhkan dan mengajukan aplikasi akreditasi.
XI. Tahap 11: Penilaian oleh Kementerian Kesehatan
Penilaian dan Kunjungan oleh Asesor:
Menyambut asesor dari Kementerian Kesehatan untuk penilaian dan verifikasi.

XII. Tahap 12: Pemenuhan Temuan dan Rekomendasi


Pengimplementasian Perbaikan:
Melakukan perbaikan sesuai dengan temuan dan rekomendasi dari asesor.

XIII. Tahap 13: Penerimaan Akreditasi


Penerimaan Sertifikat Akreditasi:
Mendapatkan sertifikat akreditasi setelah berhasil memenuhi semua standar dan
rekomendasi.

XIV. Tahap 14: Pemeliharaan dan Peningkatan Berkelanjutan


Monitoring dan Evaluasi:
Melakukan pemantauan dan evaluasi berkelanjutan untuk memastikan pemenuhan
standar.

XV. Tahap 15: Reakreditasi


Persiapan untuk Reakreditasi:
Menyiapkan lembaga untuk prosProses akreditasi oleh Kementerian Kesehatan untuk lembaga
pelatihan di bidang kesehatan adalah langkah penting untuk memastikan bahwa lembaga tersebut
memenuhi standar nasional dan dapat diakui sebagai penyedia layanan kesehatan yang
berkualitas. Berikut adalah tahapan gabungan yang dijelaskan secara terurut untuk mendapatkan
akreditasi:
Tahap 1: Persiapan
a. Memahami Standar Akreditasi:
Pertama, lembaga harus mempelajari dan memahami standar akreditasi yang ditetapkan oleh
Kementerian Kesehatan.
b. Penyusunan Dokumen:
Menyiapkan dan menyusun semua kebijakan, prosedur, dan manual operasional yang akan
menjadi acuan kerja lembaga.
c. Persyaratan Staf:
Memastikan semua staf dan pengajar memiliki kualifikasi, lisensi, dan sertifikasi yang
diperlukan.
Tahap 2: Peningkatan Kualitas
a. Infrastruktur:
Menyiapkan fasilitas fisik dan peralatan yang memenuhi standar yang ditetapkan.
b. Sistem Manajemen Mutu:
Mengembangkan dan menerapkan sistem manajemen mutu.
Tahap 3: Pengajuan Akreditasi
a. Pengumpulan Dokumen:
Mengumpulkan dan menyusun semua dokumen yang dibutuhkan sebagai bukti pemenuhan
standar akreditasi.
b. Pengajuan Aplikasi:
Mengisi dan mengajukan formulir aplikasi akreditasi ke Kementerian Kesehatan dengan
dokumen pendukung.
Tahap 4: Penilaian
a. Penilaian Dokumen:
Dokumen yang diajukan dinilai oleh asesor dari Kementerian Kesehatan.
b. Kunjungan dan Penilaian di Tempat:
Asesor melakukan kunjungan untuk penilaian langsung, termasuk inspeksi fasilitas dan
wawancara staf.
Tahap 5: Pemenuhan Temuan
a. Penyempurnaan:
Melakukan perbaikan pada area yang mendapat temuan atau rekomendasi dari asesor.
b. Bukti Perbaikan:
Menyusun dan mengajukan bukti perbaikan yang telah dilakukan.
Tahap 6: Penerimaan Akreditasi
a. Sertifikat Akreditasi:
Setelah semua kriteria terpenuhi, lembaga akan diberikan sertifikat akreditasi.
b. Publikasi Status:
Mengumumkan dan mempublikasikan status akreditasi kepada publik.
Tahap 7: Pemeliharaan Standar
a. Monitoring dan Evaluasi:
Melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala untuk memastikan standar akreditasi terus
dipenuhi.
b. Pelatihan Berkelanjutan:
Menerapkan program pendidikan dan pelatihan berkelanjutan untuk staf.
Tahap 8: Reakreditasi
Reakreditasi:
Menyiapkan lembaga untuk proses reakreditasi yang dilakukan setiap beberapa tahun sekali.
Seluruh proses ini membutuhkan dedikasi, waktu, dan sumber daya yang signifikan, serta
komitmen terhadap peningkatan kualitas berkelanjutan. Adalah penting untuk selalu memantau
perubahan dalam standar akreditasi dan regulasi dari Kementerian Kesehatan untuk memastikan
bahwa lembaga tetap memenuhi syarat akreditasi yang berlaku.

SWOT ANALISIS
SWOT Analisis merupakan alat yang penting dalam perencanaan strategis untuk lembaga
pelatihan di bidang kesehatan. Berikut adalah narasi yang lebih lengkap mengenai analisis
SWOT yang telah disusun.
Strengths (Kekuatan)
Lembaga ini didirikan di tengah dukungan yang kuat dari pemerintah, yang mengakui
pentingnya peningkatan mutu layanan kesehatan di negara ini. Dengan adanya dukungan
tersebut, lembaga memiliki akses yang lebih baik ke sumber daya dan program-program subsidi
yang bisa meningkatkan kredibilitas dan kapasitasnya. Selain itu, tingginya kebutuhan akan
layanan kesehatan yang berkualitas merupakan peluang besar bagi lembaga untuk menyediakan
program pelatihan yang relevan dan terkini, memenuhi permintaan pasar yang terus berkembang.
Kekuatan utama lainnya adalah tenaga pengajar yang kompeten. Lembaga memiliki tim pengajar
yang tidak hanya berkualifikasi tinggi tetapi juga memiliki pengalaman praktis yang luas,
menambah nilai pada pelatihan yang ditawarkan.
Weaknesses (Kelemahan)
Salah satu kelemahan yang paling menonjol adalah persaingan yang ketat dengan
lembaga pelatihan lain yang serupa, yang bisa mempengaruhi jumlah pendaftar dan kualitas
program yang ditawarkan. Selain itu, keterbatasan dana awal menjadi hambatan untuk
memperluas program pelatihan dan memperbaharui fasilitas. Dana yang terbatas ini juga
membatasi kemampuan lembaga untuk memberikan beasiswa atau insentif bagi peserta
pelatihan, yang bisa menjadi faktor penting dalam menarik talenta terbaik.
Opportunities (Peluang)
Lembaga beroperasi dalam iklim yang menguntungkan, dengan kebijakan pemerintah
yang mendukung pengembangan dan peningkatan mutu layanan kesehatan. Hal ini menciptakan
peluang bagi lembaga untuk berkolaborasi dengan instansi pemerintah dalam berbagai proyek
dan inisiatif. Di samping itu, meningkatnya kesadaran masyarakat dan institusi kesehatan
terhadap pentingnya standar kesehatan yang tinggi menyebabkan permintaan untuk pelatihan
khusus di bidang ini semakin meningkat. Kesadaran ini membuka peluang bagi lembaga untuk
memperluas jangkauan programnya dan mungkin bahkan berinovasi dengan kurikulum yang
lebih sesuai dengan kebutuhan terkini.
Threats (Ancaman)
Meski demikian, ada ancaman yang harus diwaspadai, seperti perubahan regulasi yang
tidak terduga dari pemerintah yang dapat mempengaruhi cara lembaga beroperasi atau kebijakan
pendanaan. Perubahan ini bisa datang secara tiba-tiba dan membutuhkan adaptasi yang cepat dari
lembaga untuk tetap patuh pada aturan. Selain itu, kurangnya minat dari fasilitas kesehatan
primer untuk menginvestasikan waktu dan sumber dayanya dalam pelatihan tambahan bisa
mengurangi jumlah peserta pelatihan. Hal ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti
keterbatasan anggaran atau kurangnya kepercayaan terhadap efektivitas program pelatihan yang
ditawarkan.
Dengan memahami dan mengevaluasi setiap aspek dalam analisis SWOT ini, lembaga
dapat merumuskan strategi yang tepat untuk mengoptimalkan kekuatannya, mengatasi
kelemahan, mengejar peluang, dan memitigasi ancaman. Ini akan membantu dalam mengambil
keputusan yang tepat untuk pertumbuhan dan pengembangan lembaga ke depannya.
FAKTOR SUKSES KUNCI
Untuk memastikan kesuksesan lembaga pelatihan di bidang kesehatan, beberapa faktor
kunci harus dipertimbangkan. Pertama, kualitas pelatihan yang ditawarkan harus tinggi dan
selalu diperbarui untuk tetap relevan dengan kebutuhan pasar yang berubah-ubah. Hal ini
melibatkan pengembangan kurikulum yang berorientasi pada hasil dan selaras dengan inovasi
terkini dalam industri kesehatan. Pengajar yang direkrut haruslah individu-individu yang tidak
hanya memiliki kredensial akademik yang solid, tetapi juga pengalaman praktis yang luas. Selain
itu, sistem umpan balik harus diterapkan untuk memungkinkan peningkatan kontinu berdasarkan
pengalaman peserta.
Kerjasama strategis juga merupakan pilar penting untuk kesuksesan. Hubungan yang baik
dan berkelanjutan dengan fasilitas kesehatan primer serta pemerintah merupakan aset berharga.
Ini akan memastikan bahwa pelatihan yang diselenggarakan sesuai dengan standar yang
diperlukan dan mendapat dukungan yang diperlukan untuk implementasi. Kerjasama ini bisa
berupa pengembangan pelatihan bersama, penempatan kerja praktik, atau bahkan penelitian.
Pemasaran yang efektif juga vital dalam mengkomunikasikan nilai dan keunggulan
program pelatihan kepada calon peserta. Strategi pemasaran harus menggabungkan penggunaan
media sosial, platform online seperti website, serta kegiatan promosi langsung seperti seminar
dan workshop. Ini akan memperluas jangkauan lembaga dan membangun mereknya di mata
publik dan profesional kesehatan.
Teknologi informasi telah digunakan untuk berbagai kepentingan termasuk di
LAFKESPRI. Saat ini sudah tersedia LMS LAFKESPRI yang sudah diakses lebih dari 22.000
pengguna. Hal ini perlu dikelola sehingga mendapatkan gambaran yang jelas kebutuhan
pengguna. Penyusunan model pelatihan dan kebutuhan pelatihan perlu memeprtimbangkan
kebutuhan dan tata vcara yang efektif dalam persektif pengguna.
TABEL FAKTOR SUKSES KUNCI (KEY FACTOR SUSCCESS)
NOMOR FAKTOR SUKSES KUNCI KETERANGAN
1 kualitas pelatihan
2 Pengajar yang direkrut
3 Kerjasama strategis
4 Pemasaran yang efektif juga vital
5 Sistem IT yang mendukung

FAKTOR RISIKO DAN MITIGASI


Dalam konteks lembaga pelatihan di bidang kesehatan, keterbatasan sumber daya
keuangan merupakan salah satu tantangan utama yang dapat membatasi kemampuan lembaga
untuk mengembangkan program pelatihan, mengadopsi teknologi terbaru, merekrut dan
mempertahankan tenaga pengajar yang berkualitas, dan memelihara infrastruktur yang memadai.
Risiko ini tidak hanya berpengaruh pada kualitas pelatihan yang dapat disediakan tetapi juga
pada keberlanjutan lembaga itu sendiri.
Untuk mengatasi risiko ini, lembaga harus proaktif dalam mengidentifikasi dan mengejar
berbagai sumber pendanaan alternatif. Kerjasama dengan pihak ketiga, seperti perusahaan
farmasi atau institusi kesehatan, dapat dibangun melalui program sponsor atau kemitraan yang
dapat mendukung baik kegiatan sehari-hari maupun pengembangan program jangka panjang.
Donasi dari alumni, filantropi, dan masyarakat umum juga bisa menjadi sumber pendanaan yang
berharga, khususnya jika lembaga dapat menunjukkan dampak sosial dari program pelatihannya.
Subsidi pemerintah, baik dalam bentuk bantuan langsung atau melalui program insentif, bisa
diakses dengan menjaga hubungan yang baik dengan lembaga pemerintahan dan memastikan
bahwa program pelatihan selaras dengan prioritas kesehatan nasional.
Di samping itu, lembaga harus memperhatikan faktor eksternal seperti perubahan
kebijakan pemerintah yang dapat mempengaruhi operasional dan strategi organisasi. Perubahan
dalam regulasi pendidikan, akreditasi, atau kebijakan kesehatan publik dapat memiliki dampak
signifikan. Oleh karena itu, penting untuk memiliki tim yang berfokus pada kebijakan dan
regulasi yang memantau perubahan legislatif, regulasi, dan kebijakan pemerintah. Tim ini
bertanggung jawab untuk menyediakan analisis dini tentang bagaimana perubahan tersebut dapat
mempengaruhi lembaga dan mengidentifikasi langkah-langkah yang diperlukan untuk
menyesuaikan operasi dan strategi lembaga.
Tim ini juga harus mengembangkan rencana kontingensi untuk mengantisipasi perubahan
kebijakan yang mungkin terjadi, memastikan lembaga cepat menyesuaikan diri tanpa
mengganggu proses pembelajaran atau kualitas pelatihan. Hal ini juga termasuk mempersiapkan
dokumen kebijakan dan proposal yang diperlukan untuk menanggapi permintaan pemerintah
atau untuk mempengaruhi pembuatan kebijakan yang mendukung tujuan lembaga.
Dengan menggabungkan strategi pendanaan yang beragam dan kesiapan untuk
beradaptasi dengan perubahan lingkungan kebijakan, lembaga pelatihan di bidang kesehatan
dapat meminimalkan risiko keuangan dan operasional sambil mempertahankan komitmennya
untuk menyediakan pendidikan kesehatan yang berkualitas tinggi.

KEBUTUHAN DALAM PENDIRIAN LEMBAGA


Sumber Daya Manusia
Pendirian lembaga pelatihan di bidang kesehatan membutuhkan sumber daya manusia
yang berkualitas tinggi. Tenaga pengajar yang direkrut harus memiliki kombinasi antara
kualifikasi akademik yang relevan dan pengalaman praktis di lapangan. Mereka seharusnya juga
terlatih dalam metodologi pengajaran dewasa dan teknologi pembelajaran terkini. Staf
administrasi perlu memiliki kompetensi dalam manajemen pendidikan, keuangan, dan
operasional untuk memastikan lembaga berjalan dengan lancar.
Infrastruktur
Infrastruktur yang memadai adalah esensial untuk menyokong proses pembelajaran yang
efektif. Hal ini mencakup:
1. Ruang kelas yang dilengkapi dengan teknologi pembelajaran, seperti papan tulis interaktif dan
perangkat AV.
2. Laboratorium yang dilengkapi dengan peralatan dan bahan yang diperlukan untuk pelatihan
praktis.
3. Perpustakaan dengan akses ke jurnal terkini dan database penelitian.
4. Ruang untuk simulasi dan latihan keterampilan klinis.
5. Fasilitas TIK yang kuat untuk mendukung pembelajaran jarak jauh dan sumber belajar online.
Sumber Dana
Sumber dana yang berkelanjutan adalah kunci untuk pembangunan infrastruktur,
pembayaran gaji tenaga pengajar dan staf, serta pemeliharaan fasilitas. Ini juga penting untuk
kegiatan promosi dan pengembangan program. Sumber dana dapat mencakup:
1. Biaya pelatihan dari peserta.
2. Pendanaan dari organisasi kesehatan, pemerintah, atau donor internasional.
3. Pendapatan dari konsultasi dan layanan penelitian.
4. Program kerjasama industri dan sponsor.

STRATEGI MARKETING
Untuk mempromosikan program pelatihan, lembaga harus menggunakan strategi
marketing yang komprehensif:
1. Media sosial untuk menjangkau audiens yang lebih luas dan membangun komunitas.
2. Website profesional yang menawarkan informasi terperinci tentang program, pengajar, dan
cara pendaftaran.
3. Seminar dan workshop untuk memperkenalkan program dan membangun jaringan dengan
profesional kesehatan.
4. Kerjasama dengan organisasi kesehatan profesional dan rumah sakit untuk meningkatkan
kredibilitas dan jangkauan.

POTENSI KEUANGAN
Analisis potensi keuangan harus mencakup:
1. Model pendapatan yang beragam untuk mengurangi risiko.
2. Struktur harga yang kompetitif yang mempertimbangkan biaya peserta dan nilai yang
ditawarkan.
3. Strategi untuk meningkatkan pendapatan, seperti melalui program sertifikasi lanjutan dan
layanan konsultasi.

STRUKTUR ORGANISASI
Struktur organisasi harus mencerminkan fungsi dan tanggung jawab masing-masing
anggota:
1. Direktur bertanggung jawab atas visi dan arah strategis lembaga.
2. Manajer program mengelola pengembangan kurikulum dan penjadwalan kelas.
3. Tenaga pengajar menyediakan instruksi dan bimbingan kepada peserta.
4. Staf administrasi menangani operasi sehari-hari, termasuk keuangan, pemasaran, dan
dukungan peserta.
Struktur organisasi dan tata Kelola perlu diuraikan lebih lanjut. Tata hubungan kerja serta tugas
dan fungsinya diuraikan secara jelas. Dengan demikian indicator kinerja dapat disusun secara
baik. Penilaian terhadap peran dan tanggung jawab setiap pihak dapat dipertanggungajwabkan.

MONITORING DAN EVALUASI


Untuk mengukur efektivitas pelatihan dan kepuasan peserta, lembaga harus:
1. Menyusun sistem evaluasi yang mengukur hasil belajar dan feedback peserta.
2. Melakukan survei kepuasan peserta secara rutin.
3. Meninjau dan menyesuaikan kurikulum dan metode pengajaran berdasarkan data yang
dikumpulkan.
4. Mengevaluasi kinerja tenaga pengajar untuk memastikan kualitas pengajaran yang tinggi.
5. PENUTUP
Pendirian lembaga pelatihan yang sukses membutuhkan perencanaan yang cermat
terhadap kebutuhan sumber daya manusia, infrastruktur, keuangan, pemasaran, dan struktur
organisasi. Sebuah sistem monitoring dan evaluasi yang baik akan menjamin bahwa lembaga
tidak hanya memenuhi standar saat ini, tetapi juga terus berkembang dan menyesuaikan diri
dengan kebutuhan pasar dan perkembangan terbaru dalampendidikan kesehatan.
Proposal ini menyajikan gambaran umum mengenai pendirian lembaga pelatihan
terakreditasi di bawah naungan LAFKESPRI, yang bertujuan untuk meningkatkan mutu dan
keselamatan pasien di fasilitas kesehatan primer. Dengan pendekatan yang sistematis dan
dukungan dari berbagai pihak, lembaga ini diharapkan dapat berkontribusi signifikan terhadap
peningkatan kualitas layanan kesehatan primer di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai