Anda di halaman 1dari 8

A.

PENDAHULUAN

Bagi manusia, sains dan agama adalah dua hal yang sangat berwarna. Keduanya
merupakan kebutuhan bagi eksistensi dan sistem manusia. Sifat dasar manusia meliputi sifat
dasar agama, sifat dasar suci, sifat dasar moral, sifat dasar kebenaran, dan sifat dasar kasih
sayang. Oleh karena itu, agama adalah seperangkat aturan dan arahan yang akan diyakini oleh
para pengikutnya sesuai dengan karakter dasar ini. Sebaliknya, pengetahuan manusia telah
dihasilkan hampir secara eksklusif oleh pengamatan empiris dan akal. Mengingat bahwa sains
dapat mengungkapkan rahasia alam semesta dan isinya, dapat dikatakan bahwa keberadaan sains
bagi agama berfungsi untuk memperkuat dan memperteguh agama bagi para pemeluknya,
membuat agama lebih khusyuk dan khidmat dalam beribadah dan bermuamalah.1

Islam adalah agama yang merangkul semua aspek kehidupan manusia. Islam juga
dihormati karena semua hukum yang telah ditetapkannya untuk menjamin keselamatan warganya
baik di dunia maupun di akhirat. Di sisi lain, beberapa orang percaya bahwa agama secara
eksklusif bersifat spiritual dan tidak memiliki tempat dalam sains. Kedua ilmu pengetahuan ini
masing-masing memiliki domainnya sendiri. Dari sudut pandang epistemologis, sains dan agama
adalah dua cabang pengetahuan manusia yang berbeda. Sains modern menekankan pada
pengetahuan empiris dan logis, sedangkan agama lebih mengandalkan intuisi. Hubungan antara
keduanya bisa saja harmonis, di mana sains dan agama saling melengkapi, atau konflik, di mana
sains dan agama saling bertentangan. Dialog dan konfirmasi adalah dua cara lain yang dapat
digunakan untuk berinteraksi antara sains dan agama.2

Melalui beberapa karyanya Ian G. Barbour seorang fisikawan. Barbour memaparkan


sebuah perspektif tentang interaksi antara sains dan agama dalam beberapa publikasinya.
Barbour mencoba memetakan hubungan antara sains dan agama dengan menggunakan empat
tipologi: konflik, independensi, dialog, dan integrasi. Keempat tipologi ini secara langsung
memberikan atau menghubungkan sains dan agama.

B. PEMBAHASAN

1. Relasi Agama dan Sains

1
Maksudin, Paradigma Agama dan Sains Nondikotomik (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2013), 1-2.
2
Dita Handayani, “ Integrasi Agama dan Sains Menurut Ian G. Barbour dan Sumbangannya terhadap Kajian
Keislaman”, dalam Tsamratul Fikri, Vol. 16, No. 1, (Juni 2022),h. 2
Relasi Agama dengan Sains menurut Ian G. Barbour Hubungan Agama dan Sains bermula
dari fenomena hubungan sains dan agama yang selalu bertentangan, mendorong Barbour
ilmuwan bidang fisika dan teologi ini membuat teori hubungan antara sains dan agama. Barbour
mengelompokkan hubungan sains dan agama ke dalam empat hal yaitu konflik, independen,
dialog, dan integrasi.3 Pertama, Konflik. Menurut Barbour, agama dan sains saling bertentangan
satu sama lain. Menurut Barbour, paradigma ini menyatakan bahwa seorang ilmuwan harus
menerima kebenaran temuan ilmiah. Diyakini bahwa agama tidak dapat memberikan
pembenaran empiris dan logis untuk keyakinannya. Para ilmuwan percaya bahwa agama tidak
dapat memberikan kebenaran; hanya sains yang dapat melakukannya. Di sisi lain, umat
beragama percaya bahwa karena keterbatasan akal sebagai alat ilmiah yang dimiliki manusia,
sains tidak dapat menjelaskan segala sesuatu. Pada intinya, agama dan sains tidak bisa bertemu
dan didamaikan dalam menjelaskan berbagai aspek kehidupan
Kedua, independensi. Barbour menegaskan bahwa agama dan sains memiliki
domain yang berbeda dan otonom, dengan masing-masing kelompok memiliki
metodologinya sendiri dan masing-masing kelompok terbatas untuk membahas subjek
dengan pemahamannya sendiri. Perbedaan ini berasal dari hubungan dualistik metafisik
antara materi dan bayangan, atau dengan kata lain, antara tubuh dan jiwa. Pandangan
Barbour ini merupakan metode yang digunakan untuk meredakan konflik antara agama
dan sains, dan setiap orang memiliki pemahaman masing-masing. Sesuai dengan
paradigma ini, agama bertanya tentang "mengapa" sementara sains bertanya tentang
"bagaimana". Sementara dasar sains adalah empiris dan logis, agama berakar pada
Wahyu Tuhan.
Ketiga, dialog. Pandangan ini menyatakan , sains dan agama bekerja sama untuk
menyelesaikan semua masalah kehidupan dengan saling melengkapi, berdiskusi, mendorong,
dan mempengaruhi satu sama lain. Sudut pandang ini menunjukkan komunikasi positif yang
terjalin antara sains dan agama. Ada kesamaan antara sains dan agama yang dapat didiskusikan
dan bahkan divalidasi. Keempat, Integrasi. Pandangan ini berpendapat, agama dan sains saling
terkait dan dapat digunakan untuk mengatasi berbagai masalah. Barbour membedakan tiga jenis
integrasi. Teologi alam semesta menegaskan bahwa sains memungkinkan kita untuk memahami
keberadaan Tuhan dengan memberikan bukti yang dapat diverifikasi dari alam. Sains adalah

3
Dita Handayani, “ Integrasi Agama dan Sains Menurut Ian G. Barbour …”, h. 4
sumber utama teologi mini, tetapi teori-teori ilmiah dapat membantu perumusan ulang beberapa
doktrin, terutama doktrin penciptaan. Secara umum, sains dan agama dapat memajukan evolusi
proses-proses biologis.
2. Fenomena Umum
Melalui beberapa karyanya Ian G. Barbour seorang fisikawan memetakan pandangan
tentang hubungan sains dan agama. Barbour mencoba untuk memetakan antara sains dengan
agama dalam bentuk empat tipologi, keempat tipologi ini menawarkan secara langsung untuk
memberikan atau menghubungkan anatara sains dengan agama diantaranya yakni konflik,
independensi, dialog, dan integrasi.
1. Konflik
Pandangan tentang konflik ini barbour mengatakan bahwa sains dan agama sebagai dua
kutub yang berseberangan. Seperti contoh
Teori steady state

Teori ini berpendapat bahwa materiyang hilang melalui resesi galaksi galaksi, karena
pengembungan alam yang berlangsung terus menerus digantikan oleh materi yang baru saja
tercipta sehingga alam semesta yang terlihat tetap berada dalam keadaan tidak berubah (stady
state), artinya bahwa materi secara terus menerus tercipta diseluruh alam semesta. Teori ini sama
sekali tidak menyebut peristiwa awal yang bersifat khusus pada waktu atau ruang. Tidak ada
awal maupun akhir karena materi diperbarui secara terus menerus di satu tempat sementara di
tempat lain dihancurkan.4 Hal tersebut berbeda yang di bahas dalam Al Qur’an tentang
penciptaan langit dan bumi terjadi pada 6 masa. “Sungguh, Tuhanmu (adalah) Allah yang
menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam diatas “arsy” Dia
menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat. (Dia ciptakan) matahari,
bulan, dan bintang – bintang tunduk kepada perintah-Nya. ingatlah! segala penciptaan dan
urusan menjadi hak-Nya. Mahasuci Allah, Tuhan Seluruh alam” (Q.S Al A’raf Ayat 54)

2. Independensi

4
Yayuk Cicilia, Rian Vebrianto, Zarkasih, “Analisis Pemahaman Guru Mi Tentang Alam Semesta Meluas
Dalam Perspektif Islam Dan Sains” dalam BASICED, Vol. 4 No. 1 (Januari 2020), h.112
Pandangan Barbour ini menganggap bahwa agama dan sains memiliki domain berbeda
dan otonomi sendiri, masing-masing memiliki metode sendiri dan masing masing hanya bisa
menterjemahkan sesuatu dengan ketentuannya sendiri. Seperti

a. Teori Gravitasi

Sains juga sejatinya mengabaikan faktor kehadiran Tuhan di dalam pembahasannya. Misalnya
saja, mengenai hukum gravitasi, tidak pernah di dalam formula yang dibangun oleh Isaac
Newton melibatkan kehadiran Tuhan. Inilah yang dipahami oleh pendukung sains. Berangkat
dari cara kerja tersebut, terdapat ayat di dalam Alquran yang oleh pendukung sains dikatakan
tidak sejalan dengan sains. Misalnya saja, bagaimana burung bisa terbang. Alquran sendiri hanya
menjelaskan bahwa burung terbang hanyalah semata kekuasaan Allah SWT semata. “Tidakkah
mereka memperhatikan burung-burung yang mengembangkan dan mengatupkan sayapnya di
atas mereka? Tidak ada yang menahannya (di udara) selain Yang Maha Pengasih …” (QS. Al-
Mulk:19)

b. Teori Darwin
Teori ini menyatakan semua makhluk hidup yang ada di bumi ini adalah hasil keturunan
dari moyang yang sama yang mengalami modifikasi. Darwin justru menegaskan dalam bukunya
yang paling fenomenal berjudul The Origin of Species bahwa. 5Hal ini bertentangan dengan
islam sebagaimana di jelaskan dalam Al Qur’an bahwa manusia pertama adalah Adam yang
berasal dari tanah. “Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah. Maka apabila
telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)-Ku, maka hendaklah
kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya.” (QS. Shaad:71-72).

3. Dialog

Pandangan ini menyatakan bahwa ada hubungan antara sains dan agama, sehingga keduanya
bisa bersama untuk saling melengkapi, berdiskusi, memberi dorongan dan saling
mempengaruhi untuk menyelesaikan segala masalah dalam kehidupan.

a. Teori Heliocentris,

5
Leo Muhammad Taufik,”Teori Evolusi Darwin: Dulu, Kini Dan Nanti”, Filsafat Indonesia, Vol 2 No 3,
h.100
Teori ini beranggapan bahwa matahari adalah merupakan pusat peredaran planet-planet,
termasuk di dalamnya adalah bumi, sedangkan bulan adalah mengelilingi bumi yang kemudian
bersama-sama bumi berputar mengelilingi matahari. Sedangkan matahari hanyalah berputar
mengelilingi sumbunya saja. Saat ini diketahui bahwa planet-planet dalam tata surya matahari
kita jumlahnya ada sembilan, yakni: Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saternus, Uranus,
Neptunus dan Pluto, yang kesemuanya berputar mengelilingi matahari. Untuk yang terakhir
yakni Pluto, diperselisihkan apakah termasuk planet dalam tata surya matahari kita atau bukan.
Adapum ayat yang menjelaskan tentang gerak matahari, bulan dan bumi, yaitu “Dialah yang
menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah
(tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan
perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia
menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui. “(QS. Yunus :
5)

b. Bencana gempa bumi

Pada tempat-tempat tertentu saling bertemu dan pertemuan lempengan ini menimbulkan gempa
bumi. Sebagai contoh adalah Indonesia yang merupakan tempat pertemuan tiga lempeng:
Eurasia, Pasifik dan Indo-Australia. Bila dua lempeng bertemu maka terjadi tekanan (beban)
yang terus menerus. Dan bila lempengan tidak tahan lagi menahan tekanan (beban) maka
lepaslah beban yang telah terkumpul ratusan tahun itu, akhirnya dikeluarkan dalam bentuk
gempa bumi. Sebagaimana termaktub dalam Surat al-Zalzalah, 99: 1–4:

“Apabila bumi ‘digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat).’ .Dan bumi telah
‘mengeluarkan beban-beban beratnya.’ Dan manusia bertanya: ‘Mengapa bumi (jadi begini)?’
Pada hari itu bumi menceritakan beritanya.”

c. alat trasnsportasi

Pada mulanya, manusia menggunakan binatang sebagai kendaraan, seperti yang diisyaratkan
dalam al Qur’an “Dan (Dia telah menciptakan) kuda, bighal dan keledai, agar kamu
menungganginya dan (menjadikannya) perhiasan, dan Allah menciptakan apa yang kamu tidak
mengetahuinya.” (QS al-Nahl : 8) Penghujung ayat ini seolah mengisyaratkan akan ada
kendaraan dalam bentuk baru. Misalnya, pesawat terbang. Uniknya, pesawat terbang pun tidak
lepas dari peran binatang, lebih tepatnya terinspirasi kinerja burung yang mampu terbang di
udara, seperti dinyatakan Surat al-Mulk [67]: 19, Dan apakah mereka tidak memperhatikan
burung-burung yang mengembangkan dan mengatupkan sayapnya di atas mereka? tidak ada
yang menahannya (di udara) selain yang Maha Pemurah. Dengan demikian, pengembangan
moda transportasi di masa lalu, sekarang, dan masa depan, senantiasa berhubungan dengan
binatang. Tidak mengherankan jika al-Qur’an sering memotivasi umat muslim untuk menelaah
binatang (sebagaimana Surat al-Mulk [67]: 19) di atas, agar dapat mengambil inspirasi yang
bermanfaat bagi kehidupan umat manusia, semisal penciptaan moda transportasi canggih yang
terinspirasi kinerja binatang tertentu.

4. Integrasi.

Pandangan ini menyatakan bahwa antara agama dan sains terdapat korelasi dan bisa
dihubungkan untuk menyelsaikan berbagai masalah seperti pembahasan tentang keberadaan
tuhan. Pembahasan tentang adanya keberadaan tuhan sudah dijelaskan dalam ayat al quran Surat
Al Baqarah ayat 28

Baca artikel detikedu, "Surah Al Baqarah Ayat 28: Hidup dan Mati di Tangan Allah SWT"
menjelaskan salah satu bukti kekuasaan Allah SWT. Tepatnya, kekuasaan Allah SWT dalam
menciptakan kehidupan di dunia ini hingga kemudian memusnahkannya.
Surah Al Baqarah ayat 28 latin dan artinya
"Bagaimana kamu ingkar kepada Allah, padahal kamu (tadinya) mati, lalu Dia menghidupkan
kamu, kemudian Dia mematikan kamu lalu Dia menghidupkan kamu kembali. Kemudian
kepadaNyalah kamu dikembalikan."
Ayat ini dapat menjadi bukti keberadaan Allah SWT sekaligus kekuasaannya
Dan hal tersebut di dukung oleh pemikiran Thomas Aquinas yang berbicara tentang
keberadaan Allah yaitu Argumen kosmologi Ajaran atau filsafat Thomas Aquinas yang
ketiga ini biasa disebut teologi naturalis. Dalam kosmologi, Thomas Aquinas
berpendapat bahwa manusia dapat mengenal Allah melalui akal yang mereka miliki,
meskipun pengetahuan tentang Allah yang mereka peroleh dengan akal tersebut tidak
jelas dan menyelamatkan. Dengan akal yang mereka miliki, manusia sebagai makhluk
Tuhan (Allah) dapat mengetahui bahwa Allah itu ada dengan sifatsifat yang dimiliki-
Nya..Thomas Aquinas memberikan lima Bukti tentang keberadaan Tuhan di antaranya
yaitu, semua yang ada di dunia ini khususnya Mahluk hidup tentunya selalu bergerak
dan itu adalah sesuatu hal yang sangat wajar, Sebab-Akibat, Ada dan Tiada, Kelas
Kualitas, Keteraturan Perencanaan Alam semesta berjalan secara teratur. 6

C. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa antara Islam dan sains ada yang
bertentangan dan ada tidak bertentangan satu sama lain. Bahkan, antara Islam dan sains
memiliki keselarasan dan dapat mempertegas antara satu dan yang lainnya. Keselarasan Islam
dan sains dapat dibuktikan dengan banyak hal. Salah satunya, ayat-ayat al-Qur’an, sumber utama
dalam Islam, memiliki keselarasan dengan penemuan-penemuan sains masa kini dan telah
dibuktikan kebenarannya oleh sains modern.

D. DAFTAR PUSTAKA

Fitri Meliani, Nanat Fatah Natsir, Erni Haryanti, “Sumbangan Pemikiran Ian G. Barbour
mengenai Relasi Sains dan Agama terhadap Islamisasi Sains”, dalam Ilmiah Ilmu Pendidikan,
Vol.4, No.7, (November 2021)
Dita Handayani, “ Integrasi Agama dan Sains Menurut Ian G. Barbour dan Sumbangannya
terhadap Kajian Keislaman”, dalam Tsamratul Fikri, Vol. 16, No. 1, (Juni 2022)

Leo Muhammad Taufik,”Teori Evolusi Darwin: Dulu, Kini Dan Nanti”, Filsafat Indonesia, Vol 2
No 3

Maksudin, Paradigma Agama dan Sains Nondikotomik (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset,
2013), 1-2.
Viola Valengsa, “Bukti Logis Keberadaan Tuhan Berdasarkan Teori Thomas Aquinas Dalam
Kehidupan Manusia Modern” dalam Filsafat, Vol . 1 No.5, h.6 ( Mei 2023)

Yayuk Cicilia, Rian Vebrianto, Zarkasih, “Analisis Pemahaman Guru Mi Tentang Alam Semesta
Meluas Dalam Perspektif Islam Dan Sains” dalam BASICED, Vol. 4 No. 1 (Januari 2020)

6
Viola Valengsa, “Bukti Logis Keberadaan Tuhan Berdasarkan Teori Thomas Aquinas Dalam Kehidupan Manusia
Modern” dalam Filsafat Vol . 1 No.5, h.6

Anda mungkin juga menyukai