Anda di halaman 1dari 5

OECD DAN PEMERINGKATAN KEBIJAKANNYA (TIMSS, PIRLS, DAN PISA)

1. TIMSS (Trends In International Mathematics and Science Study)


Menurut Sari (2015) TIMSS memiliki tujuan untuk mengukur prestasi
matematika dan ilmu pengtahuan alam peserta didik kelas 4 dan kelas 8 di negara-
negara peserta. TIMSS merupakan penelitian internasional tentang arah
perkembanngan matematika dan ilmu pengetahuan alam. Kemampuan yang diukur
dalam TIMSS adalah kemampuan pengatahuan dan keterampilan pada dua mata
pelajaran yaitu matematika dan ilmu pengetahuan alam. Tujuan utama dari TIMSS
yaitu untuk meningkatkan pengajaran dan pembelajaran matematika dan IPA dengan
menyediakan data mengenai prestasi peserta didik yang kaitannya dengan kurikulum,
praktek pengajaran, dan lingkungan sekolah yang berbeda-beda.
Kajian TIMSS menyediakan informasi yang bermanfaat untuk suatu negara
dalam mengawasi dan mengevaluasi pembelajaran matematika dan ilmu pengetahuan
alam dari waktu ke waktu pada setiap tingkatan. TIMSS dilaksanakan rutin setiap 4
tahun sekali, yaitu tahun 1995, 1999, 2003, 2007, 2011, dan 2015. Indonesia menjadi
salah satu negara yang menjadi objek TIMSS di empat periode akhir. TIMSS
diselenggarakan oleh International Association for the Evaluation of Educational
Achievement (IEA) yang merupakan Lembaga independen yang bekerja sama dengan
negara-negara partisipan. Hasil dari kajian TIMSS sangat valid dan dapat
menggambarkan mutu atau kualitas pendidikan di negara peserta. Oleh karena itu,
hasil kajian TIMSS digunakan sebagai bahan kajian evaluasi dalam pengambilan
kebijakan untuk meningkatkan mutu pendidikan oleh para ahli di masing-masing
negara peserta.
Menurut Mullis (2009) negara yang tergabung dalam TIMSS memperoleh
manfaat, di antaranya :
1. Mempunyai data mengenai konsep, proses, dan sikap siswa terhadap
matematika dan IPA secara komprehensif dalam lingkup internasional
2. Dapat menilai perkembangan kemampuan matematikan dan IPA peserta
didik dalam waktu tertentu secara internasional
3. Dapat mengidentifikasi aspek yang memengaruhi perkembangan
pengetahuan dan keterampulan matematika dan IPA peserta didik.
4. Mengawasi efektivitas pembelajaran pasa siswa kelas 4 SD dan 8 SMP
5. Memahami dalam konteks apa saja siswa belajar optimal. Kajian TIMSS
memungkinkan untuk melakukan perbandingan sejumlah variabel
kebijakan, kurikulum, metode mengajar dan sarana belajar yang
berhubungan dengan prestasi belajar siswa
6. Menjadikan hasil TIMSS sebagai acuan dalam merumuskan isu kebijakan
internal sebagai upaya peningkatan kualitas pendidikan.
Kerangka penialain kemampuan di bidang Matematika dalam TIMSS yang
diuji digunakan istilah domain konten dan domain kognitif. Domain konten
adalah kumpulan materi matematika yang dinilai dalam TIMSS. Domain
konten pada siswa kelas 4 SD berbeda dengan kelas 8 SMP sesuai dengan
keluasan materi yang telah diajarkan di kelas. Menurut Mullis (2013) domain
konten matematika kelas 8 SMP yaitu :
- Bilangan
Bilangan menjadi konsep penting dalam kehidupan sehari-hari dan
memerlukan pemahaman tentang kuantitas untuk dapat
mengoperasikannya. Peserta didik harus mampu mengenali perbendaan
masing-masing interpretasi, membangun keterhubungan diantaranta, dan
bernalar menggunakannya.
- Aljabar
Permasalahan dalam kehidupan nyata yang dialami oleh siswa dapat
diselesaikan menggunakan model aljabar dan dijelaskan keterhubungannya
dengan konsep aljabar.
- Geometri
Geometri menjadi bagian penting dari matematika, banyak aplikasi yang
sejalan dengan pekerjaan dan kehidupan sehari-hari.
- Data dan peluang
Data dan peluang sangat erat kaitanyya dalam pengambilan keputusan di
kehidupan sehari-hari.
Bentuk soal yang digunakan dalam TIMSS adalah pilihan ganda yang memuat
4 pilihan jawaban, isian singkat, dan uraian yang sering disebut sebagai
“constructed response”. TIMSS tidak hanya mengukur kemampuan IPA dan
matematika peserta didik saja, melainkan dikaitkan dengan sejumlah pertanyaan
dalam bentuk angkat kepada siswa dan orang tua tentang kehidupan sosial
ekonomi, sekolah, pengalaman belajar dan lingkungan belajr. Kepala sekolah dan
guru yang mengajar siswa yang bersangkutan juga memberikan informasi seputar
bagaimana pembelejaran di kelas, sistem kurikulum, dan fasilitas yang diberikan
sekolah kepada peserta didiknya.
2. PIRLS (Progress in Internasional Reading Literacy Study)
PIRLS adalah studi internasional tentang literasi membaca untuk peserta didik
sekolah dasar (kelas IV) yang dikoordinasikan oleh IEA (The International
Association for the Evaluation of Educational Achievement, berkedudukan di
Amsterdam, Belanda). PIRLS diselenggarakan setiap lima tahun sekali, yaitu pada
tahun 2001, 2006, 2011, dan seterusnya. Indonesia mulai berpartisipasi pada PIRLS
2006 yang diikuti oleh 45 negara atau negara bagian berpartisipasi sebagai peserta.
Negara-negara yang mengikuti program PIRLS menjadikan hasil studi IEA sebagai
bagian penting bagi perubahan bangsanya ke arah yang lebih baik. Oleh karena itu,
negara-negara yang dimaksud melakukan upaya yang sangat serius untuk
meningkatkan kemampuan membaca siswanya melalui program pendidikan dan
kebijakan negara, seperti membuat perundang-undangan yang mengatur masalah
literasi masyarakat sampai kepada implementasinya.
PIRLS terdiri dari tes literasi membaca siswa kelas empat. Tujuan dari PIRLS adalah :
1. Mengembangkan instrumen yang valid secara internasional untuk mengukur
literasi membaca yang sesuai untuk menetaokan tingkat literasi yang sebanding
secara internasional di setiap sistem pendidikan negara peserta
2. Mendeskripsikan dalam satu skala internasional profil literasi siswa kelas empat di
sekolah di setiap sistem pendidikan negara yang berpartisipasi
3. Mendeskripsikan kebiasaan membaca siswa kelas empat di setiap sistem
pendidikan negara peserta
4. Mengidentifikasi faktor rumah, sekolah, dan masyarakat yang terkait dengan
tingkat literasi dan kebiasaan membaca siswa kelas empat di sekolah.
Komponen PIRLS terdiri dari penilaian terhadap empat proses pemahaman secara
luas dalam masinng-masing dari dua tujuan membaca yaitu focus pada dan
mengambil informasi yang dinyatakan secara eksplisit, membuat kesimpulan
langsung, menafsirkan dan mengintegrasikan ide-ide dan informasi, dan mengevaluasi
dan mengkritik konten dan elemen takstual.
Selain itu, PIRLS berfokus pada tiga aspek literasi membaca yaitu tujuan
membaca, proses pemahaman, dan perilaku dan sikap membaca siswa. Dua aspek
pertama siukur melalui komponen penialain PIRLS, yang diberikan kepada seluruh
siswa yang berpartisipasi. Dimensi ketiga, perilaku dan sikap membaca, diukur
melalui komponen kuisioner latar belakang yang terpisah. Di tahun 2016, administrasi
PIRLS memasukkan penilaian PIRLS serta ePORLS, penialaian pembacaan informasi
online.
Bentuk tes dalam PIRLS berupa pilihan ganda dengan empat pilihan, isian
singkat, dan uraian. Penyekoran tes pilihan ganda didasarkan atas kriteria “jika benar,
diberi skor 1” dan “jika salah, diberi skor 0”. Tes isian singkat didasarkan atas kriteria
”jika benar, diberi skor 1” dan “jika salah, diberi skor 0”. Tes bentuk uraian
didasarkan atas kriteria ”jika jawaban lengkap dan benar, diberi skor 2” dan “jika
jawaban benar tetapi kurang lengkap, diberi skor 1, serta jika jawaban salah, diberi
skor 0.

3. PISA (Programme For International Students Assesment)


PISA merupakan program berkelanjutan yang dapat memberikan
pandangan bermanfaat bagi pembuatan kebijakan pendidikan dan penerapannya,
serta membantu pemantauan tren penguasaan keterampilan dan pengetahuan di
berbagai negara dan dalam berbagai sub-kelompok demografi di negara masing-
masing. Melalui hasil tes PISA, para pembuat kebijakan dapat mengukur
keterampilan dan pengetahuan siswa di negara mereka dalam perbandingannya
dengan siswa di negara-negara lain; menetapkan target kebijakan dengan sasaran
terukur yang telah dicapai di sistem pendidikan lain; dan belajar dari kebijakan-
kebijakan dan praktik-praktik negara lain yang telah menunjukkan hasil baik.
PISA merupakan survei internasional tiga tahunan yang bertujuan
mengevaluasi sistem pendidikan di seluruh dunia dengan menguji kemampuan dan
pengetahuan siswa usia 15 tahun. Tes PISA menilai sejauh mana siswa usia 15 tahun,
yang hampir menyelesaikan pendidikan dasarnya, menguasai keterampilan dan
pengetahuan yang penting bagi mereka untuk berpartisipasi penuh dalam
masyarakat modern. Penilaian PISA menitikberatkan bidang studi inti yang diajarkan
di sekolah yaitu membaca, matematika, dan sains. PISA juga menilai kemahiran
inovasi siswa, yang pada PISA 2018 disebut kompetensi global. PISA tidak hanya
menilai kemampuan pengetahuan siswa, melainkan juga kemampuan analisis
berdasarkan pengetahuan yang dimiliki dan menerapkan pengetahuan tersebut dalam
situasi yang tidak biasa, baik dalam sekolah maupun luar sekolah.

Tes dirancang oleh Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan


(Organisation for Economic Co-operation and Development, OECD) untuk menilai
kemampuan membaca, matematika, dan sains siswa di Indonesia yang telah
menyelesaikan masa pendidikan dasar. Untuk PISA di Indonesia adalah siswa yang
sudah duduk minimal di kelas 7, terutama dalam kemampuan menerapkan
pengetahuan tersebut di kehidupan nyata, serta kesiapan mereka untuk berpartisipasi
secara maksimal di masyarakat.
PISA mengumpulkan informasi mengenai latar belakang siswa, sikap siswa
terhadap belajar, dan lingkungan belajar mereka melalui kuisioner yang disebarkan
oleh guru dan kepala sekolah. Informasi-informasi dari kuesioner tersebut
memberikan tiga tipe hasil utama penilaian PISA:
1. Indikator-indikator dasar sebagai profil batas bawah keterampilan dan
pengetahuan
siswa.
2. Indikator-indikator yang terbentuk dari hasil kuesioner yang menunjukkan
bagaimana keterampilan yang dimiliki siswa berkaitan dengan beragam variabel
demografi, sosial ekonomi, dan pendidikan, serta hasil dari pendidikan yang lebih
luas seperti pencapaian tingkat pendidikan dan kesejahteraan.
3. Indikator-indikator dalam tren, dimulai dengan keikutsertaan negara untuk ke
tujuh kalinya dalam tes PISA, yang menunjukkan perubahan dalam nilai tengah
hasil tes PISA, dalam variasi hasil di antara siswa, dan dalam hubungan antara
hasil dengan berbagai variabel khusus siswa, sekolah, dan sistem.

Pada setiap bidang, laporan PISA membagi skor siswa dalam enam tingkat
kemahiran. Soal-soal dengan tingkat kesulitan sama digunakan untuk
menggambarkan setiap level kemahiran. Dalam konteks apa yang diketahui dan dapat
dilakukan siswa dengan pengetahuannya berdasar pada posisi skor siswa di rentang
level kemahiran. Dengan demikian, kinerja sistem pendidikan yang dibaca melalui
PISA bisa tergambarkan dengan baik, khususnya yang berkaitan dengan
keterampilan dan pengetahuan yang mampu dikuasai siswa pada usia 15 tahun,
sehingga memberi gambaran jauh lebih lengkap dibandingkan penilaian berdasarkan
peringkat atau angka.
Contohnya, PISA melaporkan proporsi siswa yang tidak hanya mampu
membaca teks biasa dan sederhana serta memahaminya secara harfiah, namun juga
mampu menghubungkan potongan-potongan informasi, membuat kesimpulan yang
lebih luas dari informasi yang tersedia, serta menghubungkan teks dengan
pengalaman dan pengetahuan pribadi, meskipun tidak ada petunjuk yang dinyatakan
dengan jelas (Level 2 bidang membaca). Contoh lain adalah proporsi siswa yang
dapat mengerjakan soal matematika dengan hubungan logika berimbang dan
melakukan penafsiran dan logika dasar saja (Level 3 bidang matematika).Dalam
rangka memberikan pandangan baru bagi kebijakan dan praktik pendidikan, PISA
juga mengumpulkan banyak sekali informasi yang sesuai dengan situasi dan kondisi
siswa, sekolah dan negara. Informasi tersebut dapat digunakan untuk melihat dengan
jelas perbedaan-perbedaan nilai hasil tes siswa di masing-masing negara serta
mengidentifikasi karakteristik siswa, sekolah dan sistem pendidikan yang bekerja baik
sesuai dengan situasi dan kondisi negara masing-masing.
PISA merupakan program berkelanjutan yang dalam jangka panjang
menghasilkan sekumpulan informasi yang berguna dalam pemantauan tren
pengetahuan dan keterampilan siswa di berbagai negara serta di berbagai kelompok
demografi masing-masing negara. Para pembuat kebiajakan di seluruh dunia
memanfaatkan temuan-temuan PISA untuk mengukur pengetahuan dan keterampilan
siswa di negara masing-masing serta membandingkannya dengan pengetahuan dan
keterampilan siswa di negara peserta PISA lainnya agar dapat menetapkan tolak ukur
perbaikan kualitas di bidang penyediaan pendidikan dan hasil belajar, dan memahami
kekuatan dan kelemahan dari masing-masing sistem pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA
Suryaman, M. (2015). Analisis hasil belajar peserta didik dalam literasi membaca melalui
studi internasional (PIRLS) 2011. Litera, 14(1).
Mullis, I. V., & Martin, M. O. (2019). PIRLS 2021 Assessment Frameworks. International
Association for the Evaluation of Educational Achievement. Herengracht 487, Amsterdam,
1017 BT, The Netherlands.
Hadi, S., & Novaliyosi, N. (2019, November). TIMSS Indonesia (Trends in international
mathematics and science study). In Prosiding Seminar Nasional & Call For Papers.
Fitria, L. Pengaruh PISA (Program for International Student Assessment.

Anda mungkin juga menyukai