Anda di halaman 1dari 9

Ringkasan Eksekutif

Review Desain DED Jl. Sriwijaya Kota Semarang Tahun 2014

B agian ini memberikan uraian tentang kondisi topografi daerah perencanaan Teknis Jalan
Sriwijaya

2.1. Metode Pelaksanaan


Pelaksanaan pengukuran pada Perencanaan Teknis JalanSriwijaya, meliputi
pekerjaan pengukuran Poligon, pengukuran Waterpas, pekerjaan pengukuran
Penampang melintang Jalan, dan pekerjaan pengukuran Situasi. Baik pekerjaan
pengukuran poligon, waterpas, penampang melintang, situasi dan diawali dengan
pekerjaan persiapan, kemudian dilanjutkan dengan pekerjaan lapangan, dan
pekerjaan studio.

Pekerjan persiapan merupakan kegiatan awal yang berkaitan dengan rencana


pelaksanaan pekerjaan pengukuran selanjutnya.

Pekerjaan lapangan meliputi kegiatan: pembuatan dan pemasangan patok kayu,


pembuatan dan pemasangan bench mark, pengukuran poligon, pengukuran
waterpas, pengukuran penampang melintang dan pengukuran situasi, sedangkan
pekerjaan studio berupa pengolahan data dan penyajian hasil.

2.1.1. Persiapan

Secara umum yang dilakukan pada tahap persiapan ini meliputi penyediaan peta
kerja, orientasi lapangan, penyediaan formulir data ukur dan formulir data
hitungan, penyediaan deskripsi titik kontrol Horizontal dan Vertikal yang telah ada

2-1
Ringkasan Eksekutif
Review Desain DED Jl. Sriwijaya Kota Semarang Tahun 2014

disekitar lokasi, penyediaan alat ukur, penyediaan alat hitung, perencanaan jalur
pengukuran, perencanaan letak pemasangan bench mark, kalibrasi alat ukur, dan
perencanaan letak base camp. Alat-alat yang digunakan dalam survey topografi
adalah:

 WILD T-2 Theodolite


 WILD NAK-2 Waterpass
 WILD T-0 Theodolite
 Rambu ukur
 Pita ukur 50 m
 Rol meter 3 m
 Kalkulator

Orientasi lapangan dilakukan untuk mendapatkan gambaran kualitatif mengenai


kondisi topografi areal pengukuran, kondisi sosial-budaya setempat, serta untuk
mengetahui keberadaan titik kontrol Horizontal dan Vertikal yang telah ada di
sekitar lokasi pengukuran.

Dari hasil orientasi lapangan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa kondisi
topografi sekitar area jembatan adalah berupa sawah, perkebunan, dan rumah
penduduk. Kondisi sosial-budaya masyarakat setempat umumnya dipengaruhi
kondisi sosial-budaya rural dan urban.

2.1.2. Pekerjaan Lapangan

2.1.2.1. Pembuatan dan Pemasangan patok kayu :

Maksud pembuatan dan pemasangan patok kayu adalah selain untuk menandai jalur
pengukuran di lapangan berfungsi juga sebagai titik bantu dalam melaksanakan
pekerjaan pengukuran. Pembuatan dan pemasangan patok kayu dilakukan dengan
ketentuan sebagai berikut:

2-2
Ringkasan Eksekutif
Review Desain DED Jl. Sriwijaya Kota Semarang Tahun 2014
 Patok kayu dibuat dengan ukuran 5 cm x 7 cm x 60 cm, dicat warna merah
dan diberi notasi / keterangan yang jelas serta diatasnya diberi paku paying.

Untuk distribusi pembuatan dan pemasangan patok kayu pada daerah yang landai
setiap 50 m dan pada daerah tikungan setiap 25 m.

2.1.2.2. Pembuatan dan Pemasangan Bench Mark :

Maksud pembuatan dan pemasangan Bench Mark (BM) adalah untuk memasang titik
kontrol tetap dilapangan {Ground Control Point) yang digunakan sebagai acuan baik
untuk posisi horisontal maupun vertikal. Pembuatan dan pemasangan BM dengan
ketentuan sebagai berikut:

 Patok Bench Mark (BM) dengan ukuran 20 cm x 20 cm x 75 cm pada bagian


atas dan 40 cm x 40 cm x 10 cm pada bagian bawah, terbuat dari campuran
semen, pasir, kerikil dengan perbandingan 1:2:3, dengan besi tulangan 010
mm, begel 0 6 mm
 Patok Bench Mark dipasang di sekitar jembatan sebanyak 2 (dua) buah.
 Patok Bench Mark ditanam sedemikian rupa sehingga patok bagian atas tanah
adalah kurang lebih 20 cm.
 Patok Bench Mark yang telah dipasang selanjutnya dibuatkan
dokumentasinya berupa Diskripsi Bench Mark yang memuat antara lain:
a. Foto berwarna BM
b. Sketsa letak dan pencapaianya
c. Nilai koordinat dan elevasi setiap BM yang diperoleh setelah perhitungan.
Setiap patok BM dicat warna biru dan diberi kode / notasi secara jelas dan teratur
sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan dan ditempatkan pada lokasi yang aman, struktur
tanahnya stabil dan keras serta mudah untuk dicari kembali.

2.1.2.3. Penentuan Kerangka Dasar Horizontal

Pengukuran titik control horizontal dilaksanakan dengan cara mengukur jarak dan
sudut dengan lintasan tertutup. Pengukuran sudut dilaksanakan dengan pembacaan

2-3
Ringkasan Eksekutif
Review Desain DED Jl. Sriwijaya Kota Semarang Tahun 2014

satu seri yaitu posisi biasa dan luar biasa. Sudut yang dipakai adalah hasil rata-rata
dari pembacaan tersebut. Azimuth awal disebabkan dengan azimuth magnetis.

 Pengukuran Jarak.
Pengukuran jarak dilakukan menggunakan pita ukur 50 meter
 Pengukuran Sudut.
Sudut ukuran adalah nilai hasil pengurangan antara bacaan horizontal ke
arah muka dengan bacaan horizontal ke arah belakang dalam dua posisi,
yaitu biasa dan luar biasa yang dirata-rata.
Spesifikasi teknis yang di pergunakan adalah :
 Alat ukur yang digunakan Theodolit T.2
 Alat ukur jarak digunakan pita ukur 50 meter
 Pengukuran sudut satu seri (B dan LB)
 Selisih antara dua pembacaan ≤ 5” (lima detik)
 Ketelitian jarak linier (KL) dituliskan dengan rumus berikut :

KL = √ fx² +fy² ≤ 1 : 5000


∑d

Di mana : fx = kesalahan pada ∑ ∆x


fy = kesalahan pada ∑ ∆y
∑d= jumlah jarak

2.1.2.4. Penentuan Kerangka Dasar Vertikal

Kerangka dasar vertical diperoleh dengan melakukan pengukuran sifat datar pada
titik-titik jalur polygon. Pengukuran dimulai dan diakhiri pada titik yang sama.
Pengukuran beda tinggi dilakukan dengan cara menutup atau kring dengan
diikatkan terhadap BM.

 Spesifikasi teknis pengukuran waterpass adalah :


 Jarak rambu ke alat maksimum 75 m
 Setiap awal dan akhir pengukuran dilakukan pengecekan garis bidik

2-4
Ringkasan Eksekutif
Review Desain DED Jl. Sriwijaya Kota Semarang Tahun 2014
 Toleransi salah penutup beda tinggi (T) ditentukan dengan rumus berikut
:
T = (8√D) mm, di mana
D = jumlah jarak kerangka dalam satuan km.

2.1.2.5. Titik Tetap Bench Mark

Sebagai titik pengikatan topografi perlu adanya Bench Mark ( BM ) dibantu dengan
Control Point ( CP ) yang terdapat pada setiap wilayah dan mewakili koordinat
wilyah tersebut secara merata pula. Kedua jenis titik ikat ini mempunyai fungsi
yang sama, yaitu untuk menyimpan data koordinat, baik koordinat ( X,Y ) maupun
elevasi ( Z ). Dalam pekerjaan pengukuran ini terdapat 4 buah Bench Mark. Berikut
ini adalah BM yang dimaksud.

Mengingat fungsinya tersebut maka patok-patok beton ini diusahakan terjaga dan
tertata pada kondisi tanah yang stabil dan aman. Kedua jenis titik ikat ini diberi
nomenklatur atau kode, untuk memudahkan pembacaan peta yang dihasilkan.
Disamping itu perlu pula dibuat deskripsi dari kedua jenis titik ikat yang memuat
sketsa lokasi dimana titik ikat tersebut dipasang dan nilai koordinat (x,y) maupun
elevasinya (z).

2.1.2.6. Pengukuran Situasi

Pekerjaan Pengukuran situasi meliputi pengukuran situasi daerah sepanjang jalan


harus mencakup semua keterangan yang ada di daerah sepanjang jalan. Adapun
maksud dan ketentuan yang telah dilaksanakan adalah sebagai berikut:

- Pekerjaan ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambar situasi-detail yang


lengkap, benar, teliti dan jelas, sehingga akan di peroleh gambaran yang
mendekati keadaan sebenarnya.
- Patok Km dan Hm yang ada pada tepi jalan harus diambil dan dihitung
koordinatnya, ini dimaksudkan untuk memperbanyak titik referensi pada
penemuan kembali sumbu jalan yang direncanakan.

2-5
Ringkasan Eksekutif
Review Desain DED Jl. Sriwijaya Kota Semarang Tahun 2014

- Metoda pelaksanaan pengukuran situasi baik pada pengukuran jalan ini


mengikuti petunjuk di dalam TOR sebagai berikut:
a. Pengukuran situasi di laksanakan untuk mengadakan data titik-tinggi dan
planimetris. Tebaran titik tinggi dan planimetris di buat serapat mungkin
sehingga dalam menginterpolasi garis contour bisa teliti (maximal
tebaran titik setiap ± 50 m), dengan demikian setiap detail di peta situasi
1 : 500 paling jauh kerepatannya adalah 2.5 cm.
b. Obyek pengukuran situasi meliputi semua kenampakan baik alam maupun
buatan manusia yang terletak pada areal pengukuran, misalnya Rumah
tiang listrik, tiang telpon dan lain sebagainya.
c. Alat ukur yang di gunakan untuk pekerjaan ini adalah Total Station.

Semua ketentuan tentang alat yang digunakan, prosedur pengukuran dan


pencatatan telah dilaksanakan sesuai TOR dan menurut petunjuk Direksi Pekerjaan.

2.1.3. Pekerjaan Studio

2.1.2.7. Pengolahan Data

Berdasarkan data topografi yang diperoleh selanjutnya melalui proses hitungan


dapat diketahui nilai koordinatnya, Untuk menentukan tinggi titik B dari titik A
yang telah diketahui ketinggiannya (z).

ZB = ZA + ∆HB

Untuk menghitung jarak datar (Dd)

Dd = 100. (Ba – Bb). sin²v


∆H = Dd + TA – Bt
tan v
di mana :
ZA : ketinggian pada titik A
ZB : ketinggian pada titik B

2-6
Ringkasan Eksekutif
Review Desain DED Jl. Sriwijaya Kota Semarang Tahun 2014

∆HB : beda tinggi antara titik B terhadap titik A


Dd : jarak datar
V : bacaan sudut vertikal (zenith)
Ba : bacaan benang atas
Bt : bacaan benang tengah
Bb : bacaan benang bawah
TA : tinggi alat ukur terhadap titik di bawahnya yang telah mempunyai nilai
ketinggian
Menghitung nilai XB dan YB dari titik A
XB = XA + Dd . sin α
YB = YA + Dd . sin α
Di mana :
XA, YA = koordinat titik A
XB, YB = koordinat titik B
α = azimuth dari titik A ke titik B

2.1.2.8. Pekerjaan Penggambaran

Pekerjaan penggambaran dilaksanakan adalah dengan menggunakan program


Microsoft Excel, AutoCad 2013, AutoCad Land Development.
Jenis peta merupakan peta garis, dicetak dalam satu wama.
Interval contour akan dibuat setiap 1 m.
Legenda yang digunakan disesuaikan dengan legenda pada proyek.
Peta akhir digambar dalam satu wama ( hitam ) diatas kertas ukuran A3
Ketelitian peta meliputi garis grid, planimetris, dan garis contour sebagai berikut:
Garis grid dengan interval setiap 10 cm akan digambarkan pada tiap lembar peta
dengan ketelitian 0,2 milimeter.
Planimetris untuk 90 % gambar harus dengan ketelitian ± 0,8 mm dari koordinat
sebenamya.
Garis contour untuk 90 % garis contour harus dengan ketelitian 0,5 contour.
Hasil pengukuran topografi ruas jalan Sriwijaya dapat di lihat pada gambar 4.1 di
bawah ini

2-7
Ringkasan Eksekutif
Review Desain DED Jl. Sriwijaya Kota Semarang Tahun 2014

Gambar 2.1.
Hasil Pengukuran Topografi Ruas Jalan Sriwijaya

2.2. Kesimpulan dan Rekomendasi


Dari uraian metode pelaksanaan dan hasil pengukuran dapat ditarik kesimpulan dan
saran sebagai berikut:

2-8
Ringkasan Eksekutif
Review Desain DED Jl. Sriwijaya Kota Semarang Tahun 2014

2.2.1. Kesimpulan

Pekerjaan pengukuran topografi telah selesai dilaksanakan sesuai dengan


Kerangka Acuan Kerja, petunjuk Direksi pekerjaan, baik secara kualitatif
maupun kuantitatif.
2.2.2. Saran
1. Untuk mempermudah dalam pelaksanaan konstruksi, dapat
mempergunakan acuan patok bench mark yang telah ada di sekitar lokasi
konstruksi tersebut.
2. Oleh karena sangat pentingnya patok bench mark tersebut, maka kondisi
patok-patok tersebut perlu dijaga keutuhan dan posisinya agar tidak
dipindahkan orang, sehingga baik koordinat maupun elevasinya masih
dapat dipakai sebagai acuan.

2-9

Anda mungkin juga menyukai