TAHAPAN PELAKSANAAN
PEKERJAAN
Laporan Pendahuluan
2024 Jasa Konsultansi Perencanaan - Penyusunan DED Konstruksi Perkuatan Tebing (Pengendali Banjir)
3.1 Survey
Secara garis besar pengukuran dan pemetaan situasi sungai dan muara meliputi :
Pemasangan BM dan CP
Penentuan Koordinat
Pengukuran Poligon
Pengukuran Azimuth Matahari
Pengukuran Waterpass (Sipat Datar)
Pengukuran Detail Situasi Kolam Retensi Segmen 2
Pengukuran Profil Melintang Trase Saluran
Pemasangan BM dan CP
Pada pekerjaan pemetaan topografi, salah satu tahap pekerjaan yang sangat penting
adalah pengukuran/pemasangan kerangka acuan (Bench Mark) sehingga diketahui posisi
horizontal (X,Y) dan vertikal (Z). Kerangka acuan, umumnya di lapangan ditandai
dengan patok, baik patok yang permanen atau pun patok sementara. Kegunaan dari
kerangka acuan ini adalah sebagai pengikat detail yang ada di lapangan sehingga
akhirnya dapat digambarkan dalam sebuah peta.
Dalam pelaksanaan pengukuran untuk tiap kerangka acuan dalam pengikatan detail
lapangan dirangkai dalam suatu jaringan pengukuran yang disebut poligon. Poligon
dapat diartikan sebagai suatu rangkaian dari titik-titik secara berurutan sebagai
kerangka pemetaan. Posisi atau koordinat titik-titik poligon tersebut diperoleh dengan
mengukur sudut dan jarak antar titik-titik poligon.
1
Laporan Pendahuluan
2024 Jasa Konsultansi Perencanaan - Penyusunan DED Konstruksi Perkuatan Tebing (Pengendali Banjir)
Pilar BM dan CP dipasang berpasangan dan saling terlihat satu sama lain antara ± 50
m pada jarak setiap interval ± 2,0 km.
Pembuatan kerangka pilar dan cetakan BM dan CP dilaksanakan di Base Camp,
sedang pengecoran pilar dilakukan dilokasi pemasangan.
Untuk pilar BM dan CP yang telah terpasang dilakukan pengecatan dengan warna
biru, selanjutnya dilakukan pengambilan photo pada setiap pilar BM dan CP (dengan
nomor kelihatan) tersebut untuk melengkapi Deskripsi BM dan CP.
Pilar BM dan CP ditanam dengan kuat, tidak goyang dan tidak mudah tercabut, diberi
nomor unit sesuai dengan sistem penomoran yang direncanakan serta letaknya
dipertimbangkan pada alternatif sebagai berikut :
Pilar BM dan CP dipasang disekitar jalur pengukuran, dalam hal ini didekat sungai.
Pilar BM dan CP ditempatkan pada tanah yang keras.
Dekat dengan pos penjagaan atau jembatan yang permanen.
Tanggul / batu kali yang sudah dinormalisasi.
2
Laporan Pendahuluan
2024 Jasa Konsultansi Perencanaan - Penyusunan DED Konstruksi Perkuatan Tebing (Pengendali Banjir)
Penentuan Koordinat
Koordinat suatu titik dapat dihitung/dicari dari suatu titik lainnya jika diketahui sudut
jurusan dan jarak mendatar antara titik yang diketahui ke titik yang dicari telah
ditentukan besarnya. Rumus penentuan koordinat sebagai berikut :
X = X0 + D Sin A
Y = Y0 + D Cos A
Z = Z0 + H
Di mana :
X0, Y0, Z0 = Koordinat awal suatu titik dengan arah X,Y,Z (diketahui/ditetapkan).
D = Jarak mendatar
Pengukuran Poligon
Dalam rangka penyelenggaraan kerangka dasar peta, dalam hal ini kerangka dasar
horisontal/posisi horisontal (X,Y) digunakan metoda poligon. Dalam pengukuran poligon
ada dua unsur penting yang perlu diperhatikan yaitu jarak dan sudut jurusan yang akan
diuraikan dalam penjelasan di bawah ini. Dalam pembuatan titik dalam jaringan
pengukuran poligon, titik-titik poligon tersebut berjarak antara 50- 100 meter.
3
Laporan Pendahuluan
2024 Jasa Konsultansi Perencanaan - Penyusunan DED Konstruksi Perkuatan Tebing (Pengendali Banjir)
Pengukuran Jarak
Khusus untuk pengukuran jarak pada daerah yang miring dilakukan dengan cara seperti
yang digambarkan pada gambar dibawah ini.
Untuk meningkatkan ketelitian pengukuran jarak, juga dilakukan pengukuran jarak optis
hasil pembacaan rambu ukur sebagai koreksi.
Pengukuran Sudut
Arah jurusan sisi-sisi poligon yaitu besarnya bacaan lingkaran horisontal alat ukur sudut
pada waktu pembacaan ke suatu titik. Besarnya sudut ditentukan berdasarkan hasil
pengukuran arah jurusan di masing-masing titik poligon. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat Gambar 3.8 dibawah. Berdasarkan gambar tersebut, besarnya sudut :
dengan:
= sudut mendatar.
AC = bacaan skala horisontal ke target kanan.
AB = bacaan skala horisontal ke target kiri.
4
Laporan Pendahuluan
2024 Jasa Konsultansi Perencanaan - Penyusunan DED Konstruksi Perkuatan Tebing (Pengendali Banjir)
AB
B
AC
A
C
Pembacaan sudut jurusan dilakukan dalam posisi teropong biasa dan luar biasa.
Spesifikasi teknis pengukuran poligon adalah sebagai berikut:
T = M + atau T = M + ( T - M )
Dengan:
T = azimuth ke target.
M = azimuth pusat matahari.
(T) = bacaan jurusan mendatar ke target.
(M) = bacaan jurusan mendatar ke matahari.
5
Laporan Pendahuluan
2024 Jasa Konsultansi Perencanaan - Penyusunan DED Konstruksi Perkuatan Tebing (Pengendali Banjir)
Pengukuran azimuth matahari dilakukan pada jalur poligon utama terhadap patok
terdekat dengan titik pengamatan pada salah satu patok yang lain.
Kerangka dasar vertikal diperoleh dengan melakukan pengukuran sipat datar pada titik-
titik jalur poligon. Jalur pengukuran dilakukan tertutup (loop), yaitu pengukuran dimulai
dan diakhiri pada titik yang sama. Pengukuran beda tinggi dilakukan double stand dan
pergi pulang. Seluruh ketinggian di traverse net (titik-titik kerangka pengukuran) telah
diikatkan terhadap BM.
6
Laporan Pendahuluan
2024 Jasa Konsultansi Perencanaan - Penyusunan DED Konstruksi Perkuatan Tebing (Pengendali Banjir)
Slag 2
Slag 1 b2 m21
b1 m1
Bidang Referensi
D
D
T =( 10 √ D ) mm
dimana D = Jarak antara 2 titik kerangka dasar vertikal dalam satuan km.
Pengukuran detail situasi dan profil melintang (cross section) adalah menentukan
ketinggian (spot height) titik-titik sepanjang Sungai, dengan maksud untuk mendapatkan
data ketinggian titik-titik pada garis memanjang dan melintang, serta detail situasi.
Sehingga dapat digambarkan penampang memanjang, melintang dan detail situasi pada
jalur sungai tersebut. Pengukuran ini dilakukan sepanjang 2 km dari muara ke arah hulu
sungai.
Pengukuran detail situasi dan profil memanjang dilakukan dengan ketentuan sebagai
berikut :
7
Laporan Pendahuluan
2024 Jasa Konsultansi Perencanaan - Penyusunan DED Konstruksi Perkuatan Tebing (Pengendali Banjir)
Pengukuran penampang melintang sungai dilakukan setiap jarak ± 100 m pada bagian
lurus dan ± 50 m pada belokan. Dengan lebar sayap ± 50 m dari tepi kiri dan kanan
sungai untuk daerah datar dan sedapatnya untuk daerah lereng/tebing.
Pengambilan titik-titik detail dilakukan secara merata di alur sungai, kiri dan kanan
tebing sungai dan penambahan titik detail antara penampang melintang sungai.
Pengukuran titik-titik penampang melintang diikatkan terhadap titik-titik
poligon/waterpas.
Pembacaan benang tengah setinggi alat ukur untuk memudahkan dalam perhitungan
titik detail.
Semua pengukuran penampang melintang dilakukan tegak lurus as sungai.
Semua detail yang ada dilapangan diukur seperti anak-anak sungai yang masuk ke
dalam sungai sejauh ± 100 m dari titik pertemuan sungai dan batas kampung,
jembatan, batas kebun dan lain-lain.
Metode Pelaksanaan
Pengukuran Jarak
Pada pelaksanaan pekerjaan pengukuran jarak, hasil dan akurasi pengukuran jarak
dengan menggunakan Theodolit, sangat bergantung kepada cuaca dan keadaan
permukaan tanah. Pada saat cuaca cerah, pembacaan dapat menjangkau jarak yang
jauh, bahkan hingga lebih dari 1000 m.
Sudut jurusan sisi-sisi poligon yaitu besarnya bacaan lingkaran horisontal alat ukur
sudut pada waktu pembacaan ke suatu titik. Besarnya sudut jurusan ditentukan
berdasarkan hasil pengukuran sudut mendatar di masing-masing titik poligon, untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut:
8
Laporan Pendahuluan
2024 Jasa Konsultansi Perencanaan - Penyusunan DED Konstruksi Perkuatan Tebing (Pengendali Banjir)
β = αAC - αAB
Di mana :
β = Sudut mendatar
Umum
Seperti diketahui bahwa permukaan bumi merupakan suatu bidang lengkung yang
tidak beraturan, sehingga hubungan geometris antara titik satu dengan titik lainnya
di permukaan bumi tersebut sulit untuk ditentukan. Untuk itu dipilih suatu bidang
yang teratur yang mendekati bidang fisik bumi yaitu bidang ellipsoid dengan
besaran-besaran tertentu. Sehingga cara pemindahan data topografi dari atas
permukaan bumi ke atas permukaan peta, dapat dirumuskan dengan suatu formula
tertentu
Pada dasarnya, rumus proyeksi peta merupakan rumus pemindahan posisi titik dari
atas bidang lengkung yang dinyatakan dalam sistem koordinat geodetik (lintang (L),
bujur (B)) ke posisi titik pada bidang datar (bidang peta) yang dinyatakan dalam
9
Laporan Pendahuluan
2024 Jasa Konsultansi Perencanaan - Penyusunan DED Konstruksi Perkuatan Tebing (Pengendali Banjir)
sistem koordinat siku-siku bidang datar (X,Y) (Sistem Koordinat Cartesius). Jadi
rumus proyeksi peta ini menyatakan hubungan antara koordinat (L,B) dengan
koordinat (X,Y) yang dapat ditulis sebagai:
X =F( L , B )
Y =F ( L , B )
Sedangkan rumus kebalikannya merupakan rumus untuk menentukan nilai (L,B) dari
nilai (X,Y):
L=F ( X , Y )
B=F ( X , Y )
Garis lengkung meridian akan diproyeksikan berupa garis lengkung yang menghadap
dan simetris terhadap proyeksi garis lengkung meridian tengah. Garis proyeksi
meridian tengah ini berupa garis lurus. Dengan demikian, pada sistem proyeksi ini,
semua garis proyeksi dari lengkungan meridian dan lingkaran paralel akan berupa
10
Laporan Pendahuluan
2024 Jasa Konsultansi Perencanaan - Penyusunan DED Konstruksi Perkuatan Tebing (Pengendali Banjir)
garis lengkung (kecuali untuk garis proyeksi lingkaran equator dan lengkungan
meridian tengah yang berupa garis lurus). Bentuk jaringan yang dibentuk oleh garis
proyeksi lengkungan di atas (dinamakan graticule) dapat dilihat pada gambar berikut
ini:
Berbeda dengan system proyeksi lainnya yang mengenal koordinat negatif, dalam
sistem Proyeksi UTM ini semua koordinat titik mempunyai angka positif. Untuk
mencapai keadaan ini, dibuat suatu salib sumbu semu sedemikian rupa, sehingga
titik nol dari system salib sumbu (X,Y) di atas (disebut salib sumbu asli) mempunyai
koordinat (500.0000 , 10.000.000) untuk titik-titik yang terletak di sebelah selatan
equator. Sedangkan untuk titik-titik yang terletak di utara equator, titik nol tersebut
akan mempunyai koordinat (500.000, 0).
Dengan adanya dua salib sumbu (salib sumbu asli dan salib sumbu semu), maka
dalam sistem Proyeksi UTM ini dikenal dua macam sistem koordinat, yaitu koordinat
asli dan koordinat semu. Kedua sistem koordinat tersebut mempunyai hubungan
sebagai berikut:
X semu=500 . 000+X asli (untuk titik yang terletak di sebelah timur meridian
tengah)
X semu=500 . 000− X asli (untuk titik yang terletak di sebelah barat meridian
tengah)
Y semu=10 . 000. 000−Y asli (untuk titik yang terletak di sebelah selatan equator)
Y semu=Y asli (untuk titik yang terletak di sebelah utara equator)
Untuk mempermudah perhitungan koordinat tersebut dibuat table UTM yang berisi
parameter-parameter koordinat UTM.
11
Laporan Pendahuluan
2024 Jasa Konsultansi Perencanaan - Penyusunan DED Konstruksi Perkuatan Tebing (Pengendali Banjir)
12
Laporan Pendahuluan
2024 Jasa Konsultansi Perencanaan - Penyusunan DED Konstruksi Perkuatan Tebing (Pengendali Banjir)
Dalam penerapan sistem proyeksi UTM bagi peta-peta dasar nasional seluruh wilayah
Indonesia terbagi dalam 9 wilayah (zone) yang masing-masing mempunyai lebar 6 o
bujur, mulai dari meridian 90o bujur timur sampai dengan meridian 144o bujur timur
dengan batas garis parallel 10o lintang utara dan 15o lintang selatan dengan satuan
daerah yaitu: L, M, N dan P. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut
ini.
13
Laporan Pendahuluan
2024 Jasa Konsultansi Perencanaan - Penyusunan DED Konstruksi Perkuatan Tebing (Pengendali Banjir)
yang nantinya akan digunakan sebagai azimuth awal dan kontrol sudut untuk
pengukuran dan perhitungan poligon.
dimana :
α T =α M + β atau
α T = α M +( t T −t M )
14
Laporan Pendahuluan
2024 Jasa Konsultansi Perencanaan - Penyusunan DED Konstruksi Perkuatan Tebing (Pengendali Banjir)
Gambar 3.8 Ilustrasi Segitiga Bola Matahari untuk Perhitungan Azimuth Matahari
Sinδ−Sinϕ . Sinh
Cos a=
Untuk Sudut Miring : Cos ϕ. Cosh
Sinδ−Sinϕ .CosZ
Cos a=
Untuk Sudut Zenith : Cos ϕ. SinZ
15
Laporan Pendahuluan
2024 Jasa Konsultansi Perencanaan - Penyusunan DED Konstruksi Perkuatan Tebing (Pengendali Banjir)
dimana :
μ = Lintang tempat pengamat, dihitung dari ekuator sepanjang meridian
pengamat sampai ketitik zenith pengamat (Z) positip ke KU 0o-90o.
A S =A M −(t M −t T )
16
Laporan Pendahuluan
2024 Jasa Konsultansi Perencanaan - Penyusunan DED Konstruksi Perkuatan Tebing (Pengendali Banjir)
Merupakan sudut yang terbentuk antara garis singgung dari proyeksi garis
meridian dengan garis antara peta konvergensi Meridian
γ = Δλ sin ϕ 0
Δλ = selisih bujur dengan meridian tengahnya.
Sudut jurusan adalah sudut yang arahnya dimulai dari garis yang sejajar dengan
sumbu Y hingga titik yang dimaksud (titik P dan R).
17
Laporan Pendahuluan
2024 Jasa Konsultansi Perencanaan - Penyusunan DED Konstruksi Perkuatan Tebing (Pengendali Banjir)
γ = Konvergensi meridian
ψ = Koreksi jurusan horizontal (t-T)
D = Jarak di proyeksi (jarak penghubung lurus PR) yang digunakan untuk
hitungan di proyeksi.
S = Proyeksi garis geodetis PR.
Untuk lebih jelasnya kedudukan gambar geometrik dari konvergensi meridian suatu
titik pada bidang proyeksi adalah sebagai berikut :
Dimana :
α =
Auk − γ −ψ
α = sudut jurusan, yang menyatakan arah dari titi PR di proyeksi
γ = konvergensi meridian
ψ = koreksi jurusan horizontal (t-T)
Proses hitungan azimuth pengamatan matahari sebagai berikut :
18
Laporan Pendahuluan
2024 Jasa Konsultansi Perencanaan - Penyusunan DED Konstruksi Perkuatan Tebing (Pengendali Banjir)
R=rm×cp×ct
dimana :
rm= sudut refraksi normal pada tekanan udara 760 mm.Hg, temperatur 0° C
dan kelembaban nisbi 60%.
Harga rm dapat dicari dari Tabel VI pada buku almanak matahari.
p
cp = 760 , dengan p adalah tekanan udara dalam mm.Hg
Bila tekanan udara tidak diukur, tetapi tinggi tempat pengamatan diketahui
dari peta topografi, maka harga cp dapat dicari dari Tabel VIIa almanak
matahari.
283
ct = ( 273+t ) , dengan t adalah temperatur udara dalam °C
(harga ct dapat dicari dari Tabel VIII pada buku almanak matahari).
Hitungan Poligon
Hitungan poligon pada pekerjaan ini dilakukan dengan bentuk geometrik tertutup
(closed loop) sebagai jalur kerangka utama, sedangkan untuk jalur cabang dilakukan
hitungan dengan bentuk geometik terbuka terikat sempurna di kedua ujungnya
19
Laporan Pendahuluan
2024 Jasa Konsultansi Perencanaan - Penyusunan DED Konstruksi Perkuatan Tebing (Pengendali Banjir)
(awal dan akhir). Metoda hitungan yang dipakai adalah hitungan perataan
konvensional metoda bowditch, yang dimulai dari titik ikat awal (BM awal) dan
bertahap pada jalur-jalur kring/loop berikutnya.
Rumus yang digunakan untuk menghitung salah penutup sudut dan ketelitian linier
jarak adalah sebagai berikut :
U
1
3
4
20
Laporan Pendahuluan
2024 Jasa Konsultansi Perencanaan - Penyusunan DED Konstruksi Perkuatan Tebing (Pengendali Banjir)
U
1
3
4
∑ d̄.sin { ᾱ=0¿
21
Laporan Pendahuluan
2024 Jasa Konsultansi Perencanaan - Penyusunan DED Konstruksi Perkuatan Tebing (Pengendali Banjir)
∑ d̄.cos { ᾱ=0¿
Besar Salah Penutup Koordinat adalah :
√
SL= (( fx )2 +( fy )2 )
Untuk mengetahui Ketelitian Linier Jarak poligon didapat dengan rumus:
( KLJ )=
√ ( fx )2 + ( fy )2
Ketelitian Linier Jarak ∑d
dimana :
fx = salah penutup absis
fy = salah penutup ordinat
X j =X i + d̄ ij sin { ᾱij ¿
Y j=Y i + d̄ ij cos { ᾱij ¿
dimana :
n = 1, 2, 3, 4, 5, . . . . . .
Hitungan Waterpass
Hitungan waterpass (sipat datar) pada semua jalur pengukuran sungai, metoda dan
proses hitungan pada dasarnya sama. Pada tahap ini data-data ukuran dihitung
dengan hitungan perataan sederhana cara bowditch, dimana dalam sistem
pemberian nilai koreksi tiap hasil ukuran adalah dengan perbandingan jarak ukuran
22
Laporan Pendahuluan
2024 Jasa Konsultansi Perencanaan - Penyusunan DED Konstruksi Perkuatan Tebing (Pengendali Banjir)
dengan jumlah jarak jalur waterpass dalam satu seksi/loop. Rumus yang dipakai
dalam metoda tersebut adalah sebagai berikut :
fΔh=∑ Δh
maka untuk kesalahan tiap ukuran adalah :
fΔhn=
(∑ ) d
d
×fΔh
n = 1, 2, 3, 4, 5, . . . . . .
dimana :
Tawal = tinggi titik ikat awal
Takhir = tinggi titik ikat akhir
Δh = beda tinggi ukuran
fΔh = kesalahan beda tinggi
Σd = jumlah jarak dalam satu seksi / kring
23
Laporan Pendahuluan
2024 Jasa Konsultansi Perencanaan - Penyusunan DED Konstruksi Perkuatan Tebing (Pengendali Banjir)
Hitungan tachimetry adalah menghitung jarak datar dan beda tinggi (tinggi) titik-
titik detail yang telah diukur dilapangan. Pada gambar berikut ini bila titik B adalah
titik detail yang diukur dari titik kerangka A, maka untuk menghitung jarak
datarnya dan beda tinggi (tinggi) antara titik A dan digunakan rumus-rumus berikut
ini :
24
Laporan Pendahuluan
2024 Jasa Konsultansi Perencanaan - Penyusunan DED Konstruksi Perkuatan Tebing (Pengendali Banjir)
25
Laporan Pendahuluan
2024 Jasa Konsultansi Perencanaan - Penyusunan DED Konstruksi Perkuatan Tebing (Pengendali Banjir)
26
Laporan Pendahuluan
2024 Jasa Konsultansi Perencanaan - Penyusunan DED Konstruksi Perkuatan Tebing (Pengendali Banjir)
27
Laporan Pendahuluan
2024 Jasa Konsultansi Perencanaan - Penyusunan DED Konstruksi Perkuatan Tebing (Pengendali Banjir)
28
Laporan Pendahuluan
2024 Jasa Konsultansi Perencanaan - Penyusunan DED Konstruksi Perkuatan Tebing (Pengendali Banjir)
29
Laporan Pendahuluan
2024 Jasa Konsultansi Perencanaan - Penyusunan DED Konstruksi Perkuatan Tebing (Pengendali Banjir)
30