Anda di halaman 1dari 31

BAB 3 METODOLOGI DAN

TAHAPAN PELAKSANAAN
PEKERJAAN
Laporan Pendahuluan
2024 Jasa Konsultansi Perencanaan - Penyusunan DED Konstruksi Perkuatan Tebing (Pengendali Banjir)

BAB 3 METODOLOGI DAN TAHAPAN PELAKSANAAN


PEKERJAAN

3.1 Survey

3.1.1 Pengukuran Topografi dan Penggambaran

Kegiatan pengukuran dan pemetaan topografi ini meliputi pekerjaan pengukuran


geometri saluran dan situasi lokasi kolam retensi segmen 2. Survey ini bertujuan untuk
memperoleh gambaran kondisi rupa bumi di lokasi pekerjaan dan daerah di sekitarnya
beserta dengan obyek-obyek dan bangunan-bangunan penting didalamnya sehingga
diperoleh peta situasi yang dilengkapi dengan data ketinggian serta posisi dari
kenampakan.

Secara garis besar pengukuran dan pemetaan situasi sungai dan muara meliputi :

 Pemasangan BM dan CP
 Penentuan Koordinat
 Pengukuran Poligon
 Pengukuran Azimuth Matahari
 Pengukuran Waterpass (Sipat Datar)
 Pengukuran Detail Situasi Kolam Retensi Segmen 2
 Pengukuran Profil Melintang Trase Saluran

Pemasangan BM dan CP

Pada pekerjaan pemetaan topografi, salah satu tahap pekerjaan yang sangat penting
adalah pengukuran/pemasangan kerangka acuan (Bench Mark) sehingga diketahui posisi
horizontal (X,Y) dan vertikal (Z). Kerangka acuan, umumnya di lapangan ditandai
dengan patok, baik patok yang permanen atau pun patok sementara. Kegunaan dari
kerangka acuan ini adalah sebagai pengikat detail yang ada di lapangan sehingga
akhirnya dapat digambarkan dalam sebuah peta.

Dalam pelaksanaan pengukuran untuk tiap kerangka acuan dalam pengikatan detail
lapangan dirangkai dalam suatu jaringan pengukuran yang disebut poligon. Poligon
dapat diartikan sebagai suatu rangkaian dari titik-titik secara berurutan sebagai
kerangka pemetaan. Posisi atau koordinat titik-titik poligon tersebut diperoleh dengan
mengukur sudut dan jarak antar titik-titik poligon.

1
Laporan Pendahuluan
2024 Jasa Konsultansi Perencanaan - Penyusunan DED Konstruksi Perkuatan Tebing (Pengendali Banjir)

Pemasangan pilar BM (Bench Mark) dan CP (Control Point)


ditandai dengan pilar-pilar beton yang ditanam di tempat
aman, strategis, dan mudah dicari. Dipasang maksimum
pada setiap jarak ± 2,0 km untuk pekerjaan pengukuran
sepanjang sungai. Setiap BM dan CP dibuat deskripsinya dan
diberi nama sesuai dengan daerah survey serta nomor urut
yang teratur. Ukuran BM adalah (20 x 20 x 100) cm dan CP
adalah (10 x 10 x 80) cm, serta ukuran marmer adalah (10 x
10) cm, BM dan CP dicat warna biru, diatasnya dipasang baut dengan diameter 1,50 cm
(untuk BM) dan 1,00 cm (untuk CP). Bench Mark tersebut nantinya berfungsi sebagai
penyimpan data koordinat/bank data (X,Y,Z) dilapangan.

Dalam pelaksanaan pemasangan pilar-pilar BM dan CP diperhatikan juga ketentuan-


ketentuan sebagai berikut :

 Pilar BM dan CP dipasang berpasangan dan saling terlihat satu sama lain antara ± 50
m pada jarak setiap interval ± 2,0 km.
 Pembuatan kerangka pilar dan cetakan BM dan CP dilaksanakan di Base Camp,
sedang pengecoran pilar dilakukan dilokasi pemasangan.
 Untuk pilar BM dan CP yang telah terpasang dilakukan pengecatan dengan warna
biru, selanjutnya dilakukan pengambilan photo pada setiap pilar BM dan CP (dengan
nomor kelihatan) tersebut untuk melengkapi Deskripsi BM dan CP.

Pilar BM dan CP ditanam dengan kuat, tidak goyang dan tidak mudah tercabut, diberi
nomor unit sesuai dengan sistem penomoran yang direncanakan serta letaknya
dipertimbangkan pada alternatif sebagai berikut :

 Pilar BM dan CP dipasang disekitar jalur pengukuran, dalam hal ini didekat sungai.
 Pilar BM dan CP ditempatkan pada tanah yang keras.
 Dekat dengan pos penjagaan atau jembatan yang permanen.
 Tanggul / batu kali yang sudah dinormalisasi.

Mengenai pemilihan letak pemasangan ini disesuaikan dengan petunjuk Direksi


Pekerjaan. Selanjutnya BM dibuatkan deskripsinya, yang memuat nilai koordinat (X,Y,Z)
serta sketsa dan keterangan lokasi dimana BM dan CP tersebut dipasang.

2
Laporan Pendahuluan
2024 Jasa Konsultansi Perencanaan - Penyusunan DED Konstruksi Perkuatan Tebing (Pengendali Banjir)

Tabel 3.1. Daftar Koordinat BM dan CP


Koordinat (m)
No Nama Lokasi Kode CP Ket
X Y Z
BM .01 69398.000 9321141.000 +15.903 Cisait
CP .01 639419.008 9321168.010 +14.712 Cisait
CP.02 639289.619 9320936.828 +20.116 Cisait
BM.0 639389.016 9321145.551 +15.992 Referensi

Penentuan Koordinat

Koordinat suatu titik dapat dihitung/dicari dari suatu titik lainnya jika diketahui sudut
jurusan dan jarak mendatar antara titik yang diketahui ke titik yang dicari telah
ditentukan besarnya. Rumus penentuan koordinat sebagai berikut :

X = X0 + D Sin A

Y = Y0 + D Cos A

Z = Z0 + H

Di mana :

X , Y, Z = Koordinat yang akan dicari/dihitung ke arah X,Y,Z.

X0, Y0, Z0 = Koordinat awal suatu titik dengan arah X,Y,Z (diketahui/ditetapkan).

D = Jarak mendatar

A = Sudut horisontal (selisih dua sudut jurusan) suatu titik.

H = Beda tinggi suatu titik yang dihitung.

Pengukuran Poligon

Dalam rangka penyelenggaraan kerangka dasar peta, dalam hal ini kerangka dasar
horisontal/posisi horisontal (X,Y) digunakan metoda poligon. Dalam pengukuran poligon
ada dua unsur penting yang perlu diperhatikan yaitu jarak dan sudut jurusan yang akan
diuraikan dalam penjelasan di bawah ini. Dalam pembuatan titik dalam jaringan
pengukuran poligon, titik-titik poligon tersebut berjarak antara 50- 100 meter.

Metode pelaksanaan pengukuran poligon adalah sebagai berikut :

3
Laporan Pendahuluan
2024 Jasa Konsultansi Perencanaan - Penyusunan DED Konstruksi Perkuatan Tebing (Pengendali Banjir)

Pengukuran Jarak

Pada pelaksanaan pekerjaan, pengukuran jarak dilakukan dengan menggunakan pita


ukur 100 m. Tingkat ketelitian hasil pengukuran jarak dengan menggunakan pita ukur,
sangat bergantung kepada:

 Cara pengukuran itu sendiri


 Keadaan permukaan tanah

Khusus untuk pengukuran jarak pada daerah yang miring dilakukan dengan cara seperti
yang digambarkan pada gambar dibawah ini.

Gambar 3.1 Pengukuran Jarak pada Daerah Miring

Untuk meningkatkan ketelitian pengukuran jarak, juga dilakukan pengukuran jarak optis
hasil pembacaan rambu ukur sebagai koreksi.

Pengukuran Sudut

Arah jurusan sisi-sisi poligon yaitu besarnya bacaan lingkaran horisontal alat ukur sudut
pada waktu pembacaan ke suatu titik. Besarnya sudut ditentukan berdasarkan hasil
pengukuran arah jurusan di masing-masing titik poligon. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat Gambar 3.8 dibawah. Berdasarkan gambar tersebut, besarnya sudut :


dengan:
 = sudut mendatar.
AC = bacaan skala horisontal ke target kanan.
AB = bacaan skala horisontal ke target kiri.

4
Laporan Pendahuluan
2024 Jasa Konsultansi Perencanaan - Penyusunan DED Konstruksi Perkuatan Tebing (Pengendali Banjir)

AB
 B

AC

A
C

Gambar 3.2 Sketsa Pengukuran Sudut

Pembacaan sudut jurusan dilakukan dalam posisi teropong biasa dan luar biasa.
Spesifikasi teknis pengukuran poligon adalah sebagai berikut:

 Jarak antara titik-titik poligon adalah  50 meter.


 Alat ukur sudut yang digunakan Theodolite T2.
 Alat ukur jarak yang digunakan pita ukur 100 meter.
 Jumlah seri pengukuran sudut 1 seri (B1, B2, LB2, LB1)
 Selisih sudut antara dua pembacaan < 5” (lima detik)
 Ketelitian jarak linier (K1) < 1:5.000

Pengukuran Azimuth Matahari

Disamping untuk mengetahui arah/azimuth awal, pengamatan matahari dilakukan untuk


tujuan sebagai berikut :

 Sebagai koreksi azimuth guna menghilangkan kesalahan akumulatif pada sudut-sudut


terukur dalam jaringan poligon. Untuk menentukan arah/azimuth titik-titik
kontrol/poligon yang tidak terlihat satu dengan yang lainnya.
 Penentuan sumbu X untuk koordinat bidang datar pada pekerjaan pengukuran yang
bersifat lokal/koordinat lokal.

Metodologi pengamatan azimuth astronomis diilustrasikan pada Gambar 3.9 di bawah


ini. Dengan memperhatikan metoda pengamatan azimuth astronomis pada gambar
tersebut, maka azimuth target (T) adalah:

T = M +  atau T = M + ( T - M )

Dengan:

T = azimuth ke target.
M = azimuth pusat matahari.
(T) = bacaan jurusan mendatar ke target.
(M) = bacaan jurusan mendatar ke matahari.

5
Laporan Pendahuluan
2024 Jasa Konsultansi Perencanaan - Penyusunan DED Konstruksi Perkuatan Tebing (Pengendali Banjir)

 = sudut mendatar antara jurusan ke matahari dengan target.

Pengukuran azimuth matahari dilakukan pada jalur poligon utama terhadap patok
terdekat dengan titik pengamatan pada salah satu patok yang lain.

Gambar 3.3 Sketsa Pengamatan Azimuth Matahari

Pengukuran Sipat Datar

Kerangka dasar vertikal diperoleh dengan melakukan pengukuran sipat datar pada titik-
titik jalur poligon. Jalur pengukuran dilakukan tertutup (loop), yaitu pengukuran dimulai
dan diakhiri pada titik yang sama. Pengukuran beda tinggi dilakukan double stand dan
pergi pulang. Seluruh ketinggian di traverse net (titik-titik kerangka pengukuran) telah
diikatkan terhadap BM.

Penentuan posisi vertikal titik-titik kerangka dasar dilakukan dengan melakukan


pengukuran beda tinggi antara dua titik terhadap bidang referensi seperti diilustrasikan
pada Gambar 3.10. Spesifikasi teknis pengukuran sipat datar adalah sebagai berikut:

 Jalur pengukuran dibagi menjadi beberapa seksi.


 Tiap seksi dibagi menjadi slag yang genap.
 Setiap pindah slag rambu muka menjadi rambu belakang dan rambu belakang
menjadi rambu muka.

6
Laporan Pendahuluan
2024 Jasa Konsultansi Perencanaan - Penyusunan DED Konstruksi Perkuatan Tebing (Pengendali Banjir)

Slag 2
Slag 1 b2 m21
b1 m1

Bidang Referensi

D
D

Gambar 3.4 Sketsa Pengukuran Sipat Datar


 Pengukuran dilakukan double stand pergi pulang pembacaan rambu lengkap benang
atas, benang tengah, dan benang bawah.
 Selisih pembacaan stand 1 dengan stand 2 lebih kecil atau sama dengan 2 mm.
 Jarak rambu ke alat maksimum 75 m dan minimum 5 m.
 Setiap awal dan akhir pengukuran dilakukan pengecekan garis bidik.
 Toleransi salah penutup beda tinggi (T) ditentukan dengan rumus berikut :

T =( 10 √ D ) mm

dimana D = Jarak antara 2 titik kerangka dasar vertikal dalam satuan km.

Hasil pengukuran lapangan terhadap kerangka dasar vertikal diolah dengan


menggunakan spreadsheet sebagaimana kerangka horisontalnya. Dari hasil pengolahan
tersebut didapatkan data ketinggian relatif pada titik-titik patok terhadap bench mark
acuan. Ketinggian relatif tersebut pada proses selanjutnya akan dikoreksi dengan
pengikatan terhadap elevasi muka air laut rata-rata (Mean Sea Level / MSL) yang
dihitung sebagai titik ketinggian nol (+0.00).

Pengukuran Detail Situasi

Pengukuran detail situasi dan profil melintang (cross section) adalah menentukan
ketinggian (spot height) titik-titik sepanjang Sungai, dengan maksud untuk mendapatkan
data ketinggian titik-titik pada garis memanjang dan melintang, serta detail situasi.
Sehingga dapat digambarkan penampang memanjang, melintang dan detail situasi pada
jalur sungai tersebut. Pengukuran ini dilakukan sepanjang 2 km dari muara ke arah hulu
sungai.

Pengukuran detail situasi dan profil memanjang dilakukan dengan ketentuan sebagai
berikut :

 Alat ukur yang digunakan adalah Total Station.


 Metode pengukuran yang digunakan cara tachymetri.
 Pengukuran detail situasi/penampang melintang dilakukan bersama-sama dimulai
dari hilir ke arah hulu sepanjang sesuai dengan permintaan dalam KAK.

7
Laporan Pendahuluan
2024 Jasa Konsultansi Perencanaan - Penyusunan DED Konstruksi Perkuatan Tebing (Pengendali Banjir)

 Pengukuran penampang melintang sungai dilakukan setiap jarak ± 100 m pada bagian
lurus dan ± 50 m pada belokan. Dengan lebar sayap ± 50 m dari tepi kiri dan kanan
sungai untuk daerah datar dan sedapatnya untuk daerah lereng/tebing.
 Pengambilan titik-titik detail dilakukan secara merata di alur sungai, kiri dan kanan
tebing sungai dan penambahan titik detail antara penampang melintang sungai.
 Pengukuran titik-titik penampang melintang diikatkan terhadap titik-titik
poligon/waterpas.
 Pembacaan benang tengah setinggi alat ukur untuk memudahkan dalam perhitungan
titik detail.
 Semua pengukuran penampang melintang dilakukan tegak lurus as sungai.
 Semua detail yang ada dilapangan diukur seperti anak-anak sungai yang masuk ke
dalam sungai sejauh ± 100 m dari titik pertemuan sungai dan batas kampung,
jembatan, batas kebun dan lain-lain.

Metode Pelaksanaan

Metode pengukuran yang digunakan cara tachymetri.


Dalam pengukuran poligon dan detil ada dua unsur penting yang perlu diperhatikan
yaitu jarak dan sudut jurusan.

Pengukuran Jarak

Pada pelaksanaan pekerjaan pengukuran jarak, hasil dan akurasi pengukuran jarak
dengan menggunakan Theodolit, sangat bergantung kepada cuaca dan keadaan
permukaan tanah. Pada saat cuaca cerah, pembacaan dapat menjangkau jarak yang
jauh, bahkan hingga lebih dari 1000 m.

Pengukuran Sudut Jurusan

Sudut jurusan sisi-sisi poligon yaitu besarnya bacaan lingkaran horisontal alat ukur
sudut pada waktu pembacaan ke suatu titik. Besarnya sudut jurusan ditentukan
berdasarkan hasil pengukuran sudut mendatar di masing-masing titik poligon, untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut:

8
Laporan Pendahuluan
2024 Jasa Konsultansi Perencanaan - Penyusunan DED Konstruksi Perkuatan Tebing (Pengendali Banjir)

Berdasarkan gambar di atas besarnya sudut β :

β = αAC - αAB

Di mana :

β = Sudut mendatar

αAB = Bacaan skala horisontal ke target kiri

αAC = Bacaan skala horliontal ke target kanan

Spesifikasi teknis pengukuran poligon adalah sebagai berikut :


 Jarak antara titik titik poligon adalah < 50 meter
 Selisih sudut antara dua pembacaan < 1" (satu detik)

3.1.2 Analisis Topografi

Pengolahan data-data (perhitungan) hasil ukuran lapangan dilakukan dengan


menggunakan sistem koordinat proyeksi. Untuk menggambarkan suatu sistem yang
memberikan hubungan antara posisi titik-titik di permukaan bumi dan di peta dengan
koordinat-koordinat di bidang datar, maka diperlukan proyeksi peta. Pekerjaan
pengolahan data dibagi dalam 4 (empat) tahapan perhitungan, yang terdiri dari :

 Hitungan azimuth matahari


 Hitungan poligon
 Hitungan waterpass
 Hitungan detail situasi

 Sistem Proyeksi Data

Umum

Seperti diketahui bahwa permukaan bumi merupakan suatu bidang lengkung yang
tidak beraturan, sehingga hubungan geometris antara titik satu dengan titik lainnya
di permukaan bumi tersebut sulit untuk ditentukan. Untuk itu dipilih suatu bidang
yang teratur yang mendekati bidang fisik bumi yaitu bidang ellipsoid dengan
besaran-besaran tertentu. Sehingga cara pemindahan data topografi dari atas
permukaan bumi ke atas permukaan peta, dapat dirumuskan dengan suatu formula
tertentu

Pada dasarnya, rumus proyeksi peta merupakan rumus pemindahan posisi titik dari
atas bidang lengkung yang dinyatakan dalam sistem koordinat geodetik (lintang (L),
bujur (B)) ke posisi titik pada bidang datar (bidang peta) yang dinyatakan dalam

9
Laporan Pendahuluan
2024 Jasa Konsultansi Perencanaan - Penyusunan DED Konstruksi Perkuatan Tebing (Pengendali Banjir)

sistem koordinat siku-siku bidang datar (X,Y) (Sistem Koordinat Cartesius). Jadi
rumus proyeksi peta ini menyatakan hubungan antara koordinat (L,B) dengan
koordinat (X,Y) yang dapat ditulis sebagai:

X =F( L , B )

Y =F ( L , B )

Sedangkan rumus kebalikannya merupakan rumus untuk menentukan nilai (L,B) dari
nilai (X,Y):

L=F ( X , Y )
B=F ( X , Y )

Proyeksi Universal Transverse Mercator (UTM)

Proyeksi Universal Transverse Mercator (UTM) merupakan proyeksi silinder


transversal conform, artinya bidang proyeksinya berupa silinder yang mempunyai
kedudukan transversal, serta sifat distorsinya conform. Bidang silinder tersebut
dipotongkan terhadap bidang ellipsoid, sehingga terjadi dua garis potong.

Dalam proyeksi UTM ini, lingkaran-lingkaran paralel diproyeksikan berupa garis


lengkung yang menghadap ke utara untuk lingkaran paralel yang terdapat di belahan
bumi utara, serta menghadap ke selatan untuk lingkaran paralel yang terdapat di
belahan bumi selatan. Lingkaran equator akan diproyeksikan berupa garis lurus yang
terdapat di tengah-tengah dan memisahkan garis proyeksi lingkaran paralel yang
menghadap ke utara dengan yang menghadap ke selatan.

Gambar 3.5 Sistem Proyeksi Universal Transverse Mercator (UTM)

Garis lengkung meridian akan diproyeksikan berupa garis lengkung yang menghadap
dan simetris terhadap proyeksi garis lengkung meridian tengah. Garis proyeksi
meridian tengah ini berupa garis lurus. Dengan demikian, pada sistem proyeksi ini,
semua garis proyeksi dari lengkungan meridian dan lingkaran paralel akan berupa

10
Laporan Pendahuluan
2024 Jasa Konsultansi Perencanaan - Penyusunan DED Konstruksi Perkuatan Tebing (Pengendali Banjir)

garis lengkung (kecuali untuk garis proyeksi lingkaran equator dan lengkungan
meridian tengah yang berupa garis lurus). Bentuk jaringan yang dibentuk oleh garis
proyeksi lengkungan di atas (dinamakan graticule) dapat dilihat pada gambar berikut
ini:

Gambar 3.6 Graticule dalam Sistem Proyeksi UTM

Berbeda dengan system proyeksi lainnya yang mengenal koordinat negatif, dalam
sistem Proyeksi UTM ini semua koordinat titik mempunyai angka positif. Untuk
mencapai keadaan ini, dibuat suatu salib sumbu semu sedemikian rupa, sehingga
titik nol dari system salib sumbu (X,Y) di atas (disebut salib sumbu asli) mempunyai
koordinat (500.0000 , 10.000.000) untuk titik-titik yang terletak di sebelah selatan
equator. Sedangkan untuk titik-titik yang terletak di utara equator, titik nol tersebut
akan mempunyai koordinat (500.000, 0).

Dengan adanya dua salib sumbu (salib sumbu asli dan salib sumbu semu), maka
dalam sistem Proyeksi UTM ini dikenal dua macam sistem koordinat, yaitu koordinat
asli dan koordinat semu. Kedua sistem koordinat tersebut mempunyai hubungan
sebagai berikut:
X semu=500 . 000+X asli (untuk titik yang terletak di sebelah timur meridian
tengah)
X semu=500 . 000− X asli (untuk titik yang terletak di sebelah barat meridian
tengah)
Y semu=10 . 000. 000−Y asli (untuk titik yang terletak di sebelah selatan equator)
Y semu=Y asli (untuk titik yang terletak di sebelah utara equator)

Untuk mempermudah perhitungan koordinat tersebut dibuat table UTM yang berisi
parameter-parameter koordinat UTM.

Rumus lengkap koordinat asli UTM dapat ditulis sebagai berikut:

11
Laporan Pendahuluan
2024 Jasa Konsultansi Perencanaan - Penyusunan DED Konstruksi Perkuatan Tebing (Pengendali Banjir)

Y asli =( I )+( II ) p2 +( III ) p4 +( A 6 ) p6

X asli =( IV ) p+(V ) p 3 +(VI ) p5

Sedangkan rumus kebalikan dari rumus diatas ini adalah:

L=L' −(VII )q 2 +(VIII )q4 −( D 6)q 6


dB=( IX )q−( X )q3 +( E 5)q 5
B=B0 ±dB

Proyeksi Universal Transverse Mercator (UTM) adalah Proyeksi Tranverse Mercator


(TM) yang mempunyai karakteristik sebagai berikut:

 Perbesaran di meridian sentral m0 = 0.9996.


 Ellipsoida Referensi dibagi dalam 60 zone, lebar zone = 6.
 Penomoran Zone: Zone 1, antara 180 BB sampai 174 BB terus ke Timur
sampai Zone 60 antara 174 BT sampai 180 BT.

 Titik nol koordinat proyeksi pada L= 0 (di Equator) pada meridian


sentral tiap zone.
 Batas wilayah utara selatan : 84 Lintang Utara dan 80 Lintang Selatan.
 Koordinat proyeksi UTM biasanya dinyatakan terhadap titik nol semu,
sebagai berikut :

12
Laporan Pendahuluan
2024 Jasa Konsultansi Perencanaan - Penyusunan DED Konstruksi Perkuatan Tebing (Pengendali Banjir)

Dalam penerapan sistem proyeksi UTM bagi peta-peta dasar nasional seluruh wilayah
Indonesia terbagi dalam 9 wilayah (zone) yang masing-masing mempunyai lebar 6 o
bujur, mulai dari meridian 90o bujur timur sampai dengan meridian 144o bujur timur
dengan batas garis parallel 10o lintang utara dan 15o lintang selatan dengan satuan
daerah yaitu: L, M, N dan P. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut
ini.

Gambar 3.7 Pembagian Zone Sistem Koordinat UTM untuk Wilayah


Indonesia

 Hitungan Azimuth Matahari Dan Konvergensi Meridian

(a) Hitungan Azimuth Matahari

Seperti yang telah dibahas dalam pelaksanaan pengukuran, pengamatan


matahari dimaksudkan untuk mendapatkan azimuth astronomis suatu garis
dipermukaan bumi. Dengan melakukan perhitungan dari azimuth matahari,
akan didapatkan sudut jurusan awal atau sudut jurusan akhir dan juga dapat
digunakan sebagai kontrol sudut. Pelaksanaan pengukuran pengamatan
matahari dilakukan ditiap titik Bench Mark (BM) sebagai stasiun dan titik
Control Point (CP) sebagai target dengan interval pengamatan setiap ± 5 km,

13
Laporan Pendahuluan
2024 Jasa Konsultansi Perencanaan - Penyusunan DED Konstruksi Perkuatan Tebing (Pengendali Banjir)

yang nantinya akan digunakan sebagai azimuth awal dan kontrol sudut untuk
pengukuran dan perhitungan poligon.

Azimuth matahari dihitung dengan metode tinggi matahari. Untuk dapat


menghitung nilai azimuth diperlukan :

 Formulir hitungan matahari.


 Buku almanak matahari
 Lintang tempat pengamatan pakai alat GPS.

Hubungan antara azimuth matahari dengan azimuth suatu garis dipermukaan


bumi fisik, dapat digambarkan sebagai berikut:

dimana :

tM = jurusan mendatar ke matahari


tT = jurusan mendatar ke target
α M = azimuth pusat matahari
α T = azimuth ke titik sasaran (target)
β = sudut mendatar antara jurusan ke pusat matahari dengan jurusan
mendatar ke target.

Maka untuk azimuth ke


α T adalah :

α T =α M + β atau
α T = α M +( t T −t M )

14
Laporan Pendahuluan
2024 Jasa Konsultansi Perencanaan - Penyusunan DED Konstruksi Perkuatan Tebing (Pengendali Banjir)

Posisi benda-benda langit (matahari, bintang) pada waktu tertentu dapat


diketahui dari buku almanak matahari atau bintang. Dari posisi benda-benda
langit, posisi pengamat serta sudut tegak ke benda langit (metoda tinggi
matahari), azimuth ke matahari (bintang) dapat dihitung melalui rumus-rumus
dalam segitiga astronomis.

Rumus-rumus yang digunakan untuk menghitung azimuth matahari adalah


rumus cosinus dalam segitiga bola, adalah sebagai berikut :

Untuk Matahari di Timur (pagi hari)

Untuk Matahari di Barat (sore hari)

Gambar 3.8 Ilustrasi Segitiga Bola Matahari untuk Perhitungan Azimuth Matahari

(1) Rumus segitiga bola untuk mencari sudut a (sudut KU-Z-M) :

Metoda tinggi matahari :

Sinδ−Sinϕ . Sinh
Cos a=
 Untuk Sudut Miring : Cos ϕ. Cosh
Sinδ−Sinϕ .CosZ
Cos a=
 Untuk Sudut Zenith : Cos ϕ. SinZ

15
Laporan Pendahuluan
2024 Jasa Konsultansi Perencanaan - Penyusunan DED Konstruksi Perkuatan Tebing (Pengendali Banjir)

dimana :
μ = Lintang tempat pengamat, dihitung dari ekuator sepanjang meridian
pengamat sampai ketitik zenith pengamat (Z) positip ke KU 0o-90o.

 = Deklinasi matahari, dihitung pada lingkaran waktu dari titik kaki


matahari di ekuator, positip ke KU 0o-90o.
Z = Tinggi matahari / sudut zenith
h = Tinggi matahari / sudut miring, dihitung dari lingkaran horizon
positip ke zenith.
tM = Bacaan lingkaran horizontal ke matahari
tT = Bacaan lingkaran horizontal ke target
a = Faktor azimuth, sudut antara meridian pengamat dengan meridian
matahari.
AM = Azimuth pusat matahari, dihitung pada lingkaran horizon dari arah
utara positip ke timur.
(2) Azimuth pusat matahari (AM)
 Pagi hari (matahari di Timur) :
AM = a

 Sore hari (matahari di Barat) :


AM = 360 - a
(3) Azimuth sisi :

A S =A M −(t M −t T )

Sedangkan koreksi yang dipakai pada hitungan azimuth tersebut (sebelum h


atau Z dimasukan dalam rumus) :
 koreksi refraksi ( r = rm . cp . ct )
 koreksi paralak ( p = ph . Cos hu )
dimana:
- sudut miring : h = hu – r + p
- sudut zenith : Z = Zu + r – p
-
(b) Hitungan Konvergensi Meridian

16
Laporan Pendahuluan
2024 Jasa Konsultansi Perencanaan - Penyusunan DED Konstruksi Perkuatan Tebing (Pengendali Banjir)

Merupakan sudut yang terbentuk antara garis singgung dari proyeksi garis
meridian dengan garis antara peta konvergensi Meridian

γ = Δλ sin ϕ 0
Δλ = selisih bujur dengan meridian tengahnya.

ϕ 0 = lintang dari titik pusat Bagian Derajat.

Sudut jurusan adalah sudut yang arahnya dimulai dari garis yang sejajar dengan
sumbu Y hingga titik yang dimaksud (titik P dan R).

Gambar 3.9 Konvergensi Meridian


Dimana :
α = Sudut Jurusan PR, yang digunakan untuk hitungan di proyeksi (sudut
jurusan penghubung lurus titik P dan R)

Auk = Azimuth ukuran (azimuth proyeksi garis geodetis PR)

17
Laporan Pendahuluan
2024 Jasa Konsultansi Perencanaan - Penyusunan DED Konstruksi Perkuatan Tebing (Pengendali Banjir)

γ = Konvergensi meridian
ψ = Koreksi jurusan horizontal (t-T)
D = Jarak di proyeksi (jarak penghubung lurus PR) yang digunakan untuk
hitungan di proyeksi.
S = Proyeksi garis geodetis PR.
Untuk lebih jelasnya kedudukan gambar geometrik dari konvergensi meridian suatu
titik pada bidang proyeksi adalah sebagai berikut :

Dimana :

α =
Auk − γ −ψ
α = sudut jurusan, yang menyatakan arah dari titi PR di proyeksi

Auk = azimuth ukuran

γ = konvergensi meridian
ψ = koreksi jurusan horizontal (t-T)
Proses hitungan azimuth pengamatan matahari sebagai berikut :

- Azimuth pengamatan matahari dihitung dengan metode tinggi matahari.


- Hitungan pengamatan matahari dilakukan secara konvensional menggunakan
formulir hitungan matahari dan deklinasi didapatkan dari tabel deklinasi
matahari tahun terakhir.
- Lintang tempat pengamatan dari pengamatan GPS navigasi hand eld.
- Azimuth ke matahari dapat dihitung dengan rumus persamaan segitiga
astronomi. Dengan segitiga bola dapat dihitung besarnya azimuth, yaitu
dengan rumus trigonometri sebagai berikut :
Sin δ−SinQ .Sin h
CosA=
Cos δ .Cos h
dimana :
A = azimuth matahari
Q = lintang pengamatan (dari peta topografi)

 = deklinasi matahari (dari almanak matahari)


h = sudut miring ke matahari (dari hasil pengukuran)

18
Laporan Pendahuluan
2024 Jasa Konsultansi Perencanaan - Penyusunan DED Konstruksi Perkuatan Tebing (Pengendali Banjir)

- Perhitungan sudut tegak (sudut miring/zenith).


Sudut tegak yang digunakan dalam hitungan diberi koreksi sebagai berikut:
Salah indeks (i) dari alat ukur, koreksi ini diperoleh melalui pengecekan alat
ukur atau kalibrasi alat.

- Koreksi refraksi (r).


Untuk menghitung besarnya koreksi refraksi digunakan rumus :

R=rm×cp×ct

dimana :
rm= sudut refraksi normal pada tekanan udara 760 mm.Hg, temperatur 0° C
dan kelembaban nisbi 60%.
Harga rm dapat dicari dari Tabel VI pada buku almanak matahari.

p
cp = 760 , dengan p adalah tekanan udara dalam mm.Hg
Bila tekanan udara tidak diukur, tetapi tinggi tempat pengamatan diketahui
dari peta topografi, maka harga cp dapat dicari dari Tabel VIIa almanak
matahari.

283
ct = ( 273+t ) , dengan t adalah temperatur udara dalam °C
(harga ct dapat dicari dari Tabel VIII pada buku almanak matahari).

p= pH ×Cos.h n atau p=pH ×Sin .Z n


- Koreksi paralaks (p), besarnya koreksi paralaks adalah :
pH adalah koreksi paralaks terbesar, berkisar antara 8,66”~8,95”, rata-ratanya
8,8”.

- Koreksi terhadap pusat matahari (1/2 d).

- Dicari berdasarkan letak posisi kwadran yang diamati.

 Hitungan Poligon

Hitungan poligon pada pekerjaan ini dilakukan dengan bentuk geometrik tertutup
(closed loop) sebagai jalur kerangka utama, sedangkan untuk jalur cabang dilakukan
hitungan dengan bentuk geometik terbuka terikat sempurna di kedua ujungnya

19
Laporan Pendahuluan
2024 Jasa Konsultansi Perencanaan - Penyusunan DED Konstruksi Perkuatan Tebing (Pengendali Banjir)

(awal dan akhir). Metoda hitungan yang dipakai adalah hitungan perataan
konvensional metoda bowditch, yang dimulai dari titik ikat awal (BM awal) dan
bertahap pada jalur-jalur kring/loop berikutnya.

Rumus yang digunakan untuk menghitung salah penutup sudut dan ketelitian linier
jarak adalah sebagai berikut :

(1) Hitungan Salah Penutup Sudut


Hitungan salah penutup sudut dilakukan pada jalur kerangka horizontal
(poligon) dengan menggunakan rumus :
 Untuk Poligon Terbuka Terikat Sempurna :

fβ={∑ β−(n−1 ). 180 ° )−(α akhir −α awal )}

Gambar 3.10 Bentuk Geometris Poligon Terbuka Terikat Sempurna

 Untuk Poligon Tertutup :

- Bila diukur sudut dalam :


fβ={( ∑ β−(n−2).180 °)}

U
1

3
4

Gambar 3.11 Bentuk Geometris Poligon Tertutup Dengan Sudut Dalam

- Bila diukur sudut luar :


fβ={( ∑ β−(n+2 ). 180 °)}

20
Laporan Pendahuluan
2024 Jasa Konsultansi Perencanaan - Penyusunan DED Konstruksi Perkuatan Tebing (Pengendali Banjir)

U
1

3
4

Gambar 3.12 Bentuk Geometris Poligon Tertutup Dengan Sudut Luar


dimana :
f = salah penutup sudut

 = jumlah sudut ukuran


n = jumlah titik sudut

akhir = azimuth akhir

awal = azimuth awal

Toleransi yang harus dipenuhi adalah : fβ=10 sqrt {n} } {¿

(2) Hitungan Salah Penutup Linier Jarak


Hitungan salah penutup linier akan dihitung dari syarat geometrik poligon yaitu
:

 Syarat geometrik koordinat untuk Poligon Terbuka Terikat Sempurna :

∑ d̄ . sin { ᾱ=X akhir−X awal ¿ dan

∑ d̄ . cos { ᾱ=X akhir −X awal ¿


Besar Salah Penutup Koordinat adalah :

fx=∑ d . sin α−( X akhir − X awal )

fy=∑ d . cos α−(Y akhir−Y awal )


 Syarat geometrik koordinat untuk Poligon Tertutup:

∑ d̄.sin { ᾱ=0¿

21
Laporan Pendahuluan
2024 Jasa Konsultansi Perencanaan - Penyusunan DED Konstruksi Perkuatan Tebing (Pengendali Banjir)

∑ d̄.cos { ᾱ=0¿
Besar Salah Penutup Koordinat adalah :

fx=∑ d . sin α dan


fy=∑ d . cos α
 Sedangkan Salah Linier Jarak poligon adalah :


SL= (( fx )2 +( fy )2 )
 Untuk mengetahui Ketelitian Linier Jarak poligon didapat dengan rumus:

( KLJ )=
√ ( fx )2 + ( fy )2
Ketelitian Linier Jarak ∑d
dimana :
fx = salah penutup absis
fy = salah penutup ordinat

d = jumlah jarak sisi poligon

Toleransi yang harus dipenuhi (KLJ) adalah ¿ 1: 5000

(3) Hitungan Koordinat


Hitungan koordinat titik-titik poligon dilakukan setelah diketahui salah penutup
hasil ukuran memenuhi batas toleransi yang di syaratkan.
Koordinat titik-titik poligon dihitung secara berantai dengan rumus :

X j =X i + d̄ ij sin { ᾱij ¿
Y j=Y i + d̄ ij cos { ᾱij ¿
dimana :

ij : nomor urut titik polligon dari 1 ke n.

n = 1, 2, 3, 4, 5, . . . . . .

 Hitungan Waterpass

Hitungan waterpass (sipat datar) pada semua jalur pengukuran sungai, metoda dan
proses hitungan pada dasarnya sama. Pada tahap ini data-data ukuran dihitung
dengan hitungan perataan sederhana cara bowditch, dimana dalam sistem
pemberian nilai koreksi tiap hasil ukuran adalah dengan perbandingan jarak ukuran

22
Laporan Pendahuluan
2024 Jasa Konsultansi Perencanaan - Penyusunan DED Konstruksi Perkuatan Tebing (Pengendali Banjir)

dengan jumlah jarak jalur waterpass dalam satu seksi/loop. Rumus yang dipakai
dalam metoda tersebut adalah sebagai berikut :

(1) Hitungan salah penutup beda tinggi

 Untuk jalur waterpass terbuka terikat sempurna :

fΔh=∑ Δh−(T akhir−T awal )

 Untuk jalur waterpass tertutup :

fΔh=∑ Δh
maka untuk kesalahan tiap ukuran adalah :

fΔhn=
(∑ ) d
d
×fΔh
n = 1, 2, 3, 4, 5, . . . . . .
dimana :
Tawal = tinggi titik ikat awal
Takhir = tinggi titik ikat akhir
Δh = beda tinggi ukuran
fΔh = kesalahan beda tinggi
Σd = jumlah jarak dalam satu seksi / kring

Sedangkan untuk mengetahui baik tidaknya hasil pengukuran waterpass, maka


ditentukan batas harga kesalahan terbesar yang masih dapat diterima yang
dinamakan toleransi pengukuran. Angka toleransi dapat dihitung dengan metode
sebagai berikut :

T =(±K √ Dkm )mm


dimana :
T = Toleransi dalam satuan mm
K = Konstanta yang menunjukan tingkat ketelitian pengukuran dalam satuan
milimeter (mm).
D = Jumlah jarak yang diukur dalam satuan kilometer.

 Hitungan Detail Situasi dan Penampang Melintang

23
Laporan Pendahuluan
2024 Jasa Konsultansi Perencanaan - Penyusunan DED Konstruksi Perkuatan Tebing (Pengendali Banjir)

Hitungan tachimetry adalah menghitung jarak datar dan beda tinggi (tinggi) titik-
titik detail yang telah diukur dilapangan. Pada gambar berikut ini bila titik B adalah
titik detail yang diukur dari titik kerangka A, maka untuk menghitung jarak
datarnya dan beda tinggi (tinggi) antara titik A dan digunakan rumus-rumus berikut
ini :

Gambar 3.13 Pengukuran Tachimetry


 Menghitung Jarak Optis :
Do = L x K atau
Do = (BA-BB) x 100
 Menghitung Jarak Datar :
D = Do. Sin2Z atau
D = Do. Cos2m
 Menghitung Beda Tinggi :
hAB = 0.5 x Do x Sin 2Z + Ta – BT atau,

hAB = 0.5 x Do x Sin 2m + Ta – BT


dimana :

h = Beda tinggi antara teropong dengan titik sasaran (benang tengah)

hAB = Beda tinggi antara titik A dan titik B


Do = Jarak optis
D = Jarak datar
BT = Benang Tengah
Ta = Tinggi alat
L = Selisih bacaan benang atas dan benang bawah (BA-BB)

24
Laporan Pendahuluan
2024 Jasa Konsultansi Perencanaan - Penyusunan DED Konstruksi Perkuatan Tebing (Pengendali Banjir)

M = Sudut miring (heling)


Z = Sudut Zenith
K = Konstanta pengali alat (K=100)

3.1.3 Dokumentasi Pengukuran

25
Laporan Pendahuluan
2024 Jasa Konsultansi Perencanaan - Penyusunan DED Konstruksi Perkuatan Tebing (Pengendali Banjir)

DOKUMENTASI PENGUKURAN TOPOGRAFI


PEKERJAAN SURVEY TOPOGRAFI RENCANA KOLAM CISAIT

DOKUMENTASI PENGUKURAN TOPOGRAFI


PEKERJAAN SURVEY TOPOGRAFI RENCANA KOLAM RETENSI CISAIT

26
Laporan Pendahuluan
2024 Jasa Konsultansi Perencanaan - Penyusunan DED Konstruksi Perkuatan Tebing (Pengendali Banjir)

DOKUMENTASI PENGUKURAN TOPOGRAFI


PEKERJAAN SURVEY TOPOGRAFI RENCANA KOLAM RETENSI CISAIT

27
Laporan Pendahuluan
2024 Jasa Konsultansi Perencanaan - Penyusunan DED Konstruksi Perkuatan Tebing (Pengendali Banjir)

DOKUMENTASI PENGUKURAN TOPOGRAFI


PEKERJAAN SURVEY TOPOGRAFI RENCANA KOLAM RETENSI CISAIT

28
Laporan Pendahuluan
2024 Jasa Konsultansi Perencanaan - Penyusunan DED Konstruksi Perkuatan Tebing (Pengendali Banjir)

DOKUMENTASI PENGUKURAN TOPOGRAFI


PEKERJAAN SURVEY TOPOGRAFI RENCANA KOLAM RETENSI CISAT

29
Laporan Pendahuluan
2024 Jasa Konsultansi Perencanaan - Penyusunan DED Konstruksi Perkuatan Tebing (Pengendali Banjir)

30

Anda mungkin juga menyukai