KELAS XI OTKP
BAB 3
KEPRIBADIAN MUHAMMADIYAH
Muhammadiyah adalah gerakan Islam, Dakwah Amar Ma’ruf Nahi Munkar dan Tajdid yang ditujukan
kepada perorangan dan masyarakat. Muhammadiyah berpedoman dan berpegang teguh pada ajaran Allah
SWT (Al Qur’an) dan Rasul-Nya (As Sunnah).
QS Al Maidah / 5:2
“… dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong
dalam berbuat dosa dan permusuhan. …”
Rumusan “Kepribadian Muhammadiyah” merupakan salah satu doktrin (ajaran) untuk dijadikan pegangan,
pedoman bagi warga Muhammadiyah dalam bermuhammadiyah.
Pada tahun 1959 Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit yang dikenal dengan Dekrit Presiden 5 Juli
1959 akibat dari jalan buntu yang ditemui Konstituante dalam merumuskan dasar Negara Republik
Indonesia. Isi pokok Dekrit ini adalah kembali ke UUD 1945 dan Indonesia memasuki zaman baru yang
dikenal dengan Demokrasi Terpimpin.
Demokrasi Terpimpin ini dimulai sejak munculnya Dekrit Presiden sampai terbitnya Surat Perintah
Sebelas Maret 1966 (SUPERSEMAR). Pada periode ini, Presiden Soekarno membentuk kabinet dari
tiga kekuatan besar sebagai pemenang Pemilu 1955 yaitu unsur nasionalis, agama dan komunis
(Nasakom). Kelicikan Partai Komunis Indonesia (PKI) telah menggeser pelaksanaan Demokrasi
Terpimpin sebagaimana mestinya, banyak penyimpangan pada pelaksanaan UUD 1945 dan Pancasila
untuk kepentingan politiknya.
PKI dengan gigih menyudutkan umat Islam termasuk Muhammadiyah dengan berbagai fitnah dengan
tuduhan umat Islam anti Nasakom, berarti anti pemerintah karena Nasakom adalah gagasan Presiden
Soekarno yang menurutnya untuk menyatukan bangsa Indonesia padahal sesuatu yang mustahil bisa
terjadi.
Islam dan nasionalis bisa bersatu karena Islam mengajarkan umatnya mencintai bangsanya, namun
dengan komunis suatu yang mustahil bisa bersatu karena komunis adalah ideologi anti agama, anti
tuhan. Dengan demikian Muhammadiyah menegaskan kepribadiannya dengan “Kepribadian
Muhammadiyah”.
“Kepribadian Muhammadiyah” ini semula berasal dari uraian Bapak KH Faqih Usman, sewaktu beliau
memberikan uraian dalam suatu latihan yang diadakan oleh PP Muhammadiyah di Madrasah Mu’alimin
Yogyakarta. Pada saat itu, KH Faqih Usman menjelaskan “Apa Sih Muhammadiyah?”.
Sesudah itu disempurnakan oleh suatu team antara lain terdiri dari :
1. KR Muh. Wardan
2. Prof. KH Farid Ma’ruf
3. M. Djarnawi Hadikusuma
4. M. Djindar Tamimy
5. Prof. H. Kasman Singodimejo, SH
6. KH Faqih Usman
Maka terbentuklah rumusan “Kepribadian Muhammadiyah” yang kemudian disahkan pada Muktamar
Muhammadiyah ke-35 di Jakarta tahun 1962.
Maksud gerakannya ialah Dakwah Islam Amar Ma’ruf Nahi Munkar yang ditujukan kepada dua
bidang, yaitu perseorangan dan masyarakat.
Dakwah Amar Ma’ruf Nahi Munkar kepada masyarakat lebih bersifat perbaikan, bimbingan dan
peringatan dengan dasar takwa dan mengharap rido Allah SWT semata-mata.
Dengan melaksanakan Dakwah Islam Amar Ma’ruf Nahi Munkar dengan caranya yang sesuai,
persyarikatan Muhammadiyah menggerakkan masyarakat menuju tercapainya tujuan
Muhammadiyah, yaitu terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.