Anda di halaman 1dari 2

Kepribadian Muhammadiyah

Kepribadian Muhammadiyah dirumuskan dalam muktamar ke-35 di Jakarta tahun 1962.


Muktamar setengah abad ini ditutup oleh Presiden Soekarno yang menyampaikan pidato: Makin
Lama Makin Cinta.

Bermula dari makalah yang disampaikan Kiai Fakih Usman dalam kursus pimpinan
Muhammadiyah di Madrasah Muallimin, pada Ramadhan 1381 H/1961 M, berjudul “Apakah
Muhammadiyah itu?” Terkait juga dengan situasi nasional pada sekitar tahun 1962. Sejak Dekrit
5 Juli 1959 hingga 11 Maret 1966, Indonesia memasuki masa Demokrasi Terpimpin dan Politik
Nasakom.

Demokrasi Terpimpin ini ditolak oleh Partai Masyumi dan Partai Sosialis Indonesia. Penentangan
ini membuat Soekarno terusik. PKI memanfaatkan kesempatan untuk membujuk pemerintah
membubarkan partai penentang tersebut. Terbitlah Surat Keputusan Presiden No. 200 Tahun
1960, yang “Membubarkan Partai Politik Masjumi, termasuk
bagian-bagian/tjabang-tjabang/ranting-rantingnja diseluruh wilajah Negara Republik Indonesia.”

Pembubaran ini berdampak besar. Masyumi lahir dari hasil Kongres Umat Islam di Madrasah
Muallimin Yogyakarta pada 7-8 November 1945. Para tokoh Muhammadiyah banyak terlibat di
partai ini. Ketika Masyumi bubar, banyak tokoh kembali aktif di Muhammadiyah. Misi, strategi,
dan ritme organisasi kemasyarakatan tentu berbeda dengan partai politik.

Kembalinya para pengurus partai ke Muhammadiyah disikapi dengan penegasan jati diri
Muhammadiyah sebagai payung besar bangsa dan tidak berpolitik partisan. Merespons ini,
dibentuklah Tim Perumus Kepribadian yang terdiri dari Fakih Usman, Hamka, Wardan
Diponingrat, Djarnawi Hadikusuma, Farid Makruf, M. Djindar Tamimy, M. Saleh Ibrahim.

Kepribadian ini menyatakan bahwa Muhammadiyah adalah gerakan Islam, dakwah amar makruf
nahi munkar yang ditujukan kepada: perseorangan dan masyarakat, untuk mewujudkan
masyarakat utama, adil, makmur yang diridhai Allah atau masyarakat Islam yang sebenar-
benarnya. Selain gerakan Islam dan dakwah, Muhammadiyah juga gerakan tajdid.

Dalam upaya mencapai tujuannya, Muhammadiyah mendasarkan segala gerak dan amal usahanya
atas prinsip yang tersimpul dalam Muqaddimah Anggaran Dasar. Muhammadiyah, “berpegang
teguh akan ajaran-ajaran Allah dan Rasul-Nya, bergerak membangun segenap bidang dan
lapangan dengan menggunakan cara serta menempuh jalan yang diridlai Allah”.

Muhammadiyah memiliki sifat-sifat yang digali dari nilai dasar, sebagai berikut: (1) Beramal dan
berjuang untuk perdamaian dan kesejahteraan; (2) Memperbanyak kawan dan
mengamalkan ukhuwah islamiyah; (3) Lapang dada, luas pandangan dengan memegang teguh
ajaran Islam; (4) Bersifat keagamaan dan kemasyarakatan; (5) Mengindahkan segala hukum,
undang-undang, peraturan serta dasar negara yang sah.

Selanjutnya, (6) Amar makruf nahi munkar dalam segala lapangan serta menjadi contoh teladan
yang baik; (7) Aktif dalam perkembangan masyarakat dengan maksud ishlah dan pembangunan
sesuai dengan ajaran Islam; (8) Kerjasama dengan golongan agama Islam manapun dalam usaha
menyiarkan dan mengamalkan agama Islam, (9) Membantu pemerintah serta bekerjasama dengan
golongan lain, sebagai pemelihara dan membangun negara, (10) Bersifat adil serta korektif ke
dalam dan ke luar dengan bijaksana. (muhammad ridha basri)

- Advertisement -

Anda mungkin juga menyukai