Kepribadian Muhammadiyah adalah rumusan yang menjelaskan tentang jati
diri apa dan siapa Muhammadiyah yang dibutuhkan sebagai pedoman bagi persyarikatan Muhammadiyah. Gagasan akan pentingnya jati diri Muhammadiyah di sampaikan KH. Faqih Usman dalam ceramahnya, tepat pada saat pelatihan/kursus yang diselenggarakan PP Muhammadiyah tahun 1381 H (1961 M) yang diikuti oleh wakil dari Pimpinan Daerah Muhammadiyah se-Indonesia. Adapun ceramah tersebut berjudul tentang “Apa Itu Muhammadiyah”, dengan maksud untuk memberikan pemahaman mendalam tentang Muhammadiyah kepada kader Muhammadiyah, mengetahui dan memahami Muhammadiyah bukan hanya sebatas kulitnya tetapi harus sampai akar-akarnya. Gagasan KH. Faqih Usman tersebut direspon oleh KH. M. Yunus Anies selaku PP Muhammadiyah pada saat itu. Kemudian dibentuk tim perumus dan penyempurna Kepribadian Muhammadiyah sebagai berikut : 1. Faqih Usman 2. Farid Ma’ruf 3. Djarnawi Hadikusumo 4. Djindar Tamimy 5. Dr. KH. Hamka 6. Mohammad Wardan Diponingrat 7. KH. M. Saleh Ibrahim Rumusan yang telah selesai dibahas pada sidang Tanwir Muhammadiyah 25- 28 Agustus 1962 dan di sahkan pada Muktamar ke 35 di Jakarta pada tanggal 29 April 1963. Pada Muktamar itu juga terpilih ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah menggantikan KH. M. Yunus Anies yaitu KH. Ahmad Badawi (1963-1968). Adapun Fungsi Kepribadian Muhammadiyah itu sendiri sebagai gerak Muhammadiyah menuju cita-cita terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar- benarnya. Wajah persyarikatan Muhammadiyah mencerminkan tiga predikat yang kuat yaitu : Muhammadiyah sebagai gerakan Islam, Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah, Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid. Matan/Isi Kepribadian Muhammadiyah yang merupakan Gerakan Islam di maksud ialah Dakwah Islam dan Amar Ma’ruf nahi munkar untuk perseorangan dan masyarakat. Pada perseorangan : kepada yang telah Islam bersifat Pembaharuan (Tajdid) dan kepada yang belum Islam bersifat seruan dan ajakan untuk memeluk Agama Islam. Pada Masyarakat : kepada masyarakat bersifat kebaikan dan bimbingan serta peringatan yang kesemuanya itu dilaksanakan dengan dasar taqwa dan mengharap keridhaan Allah semata-mata.