2.2.b. Risiko Pasar IRR
2.2.b. Risiko Pasar IRR
KONGLOMERASI KEUANGAN
SI
Risiko Pasar Konglomerasi Keuangan (KK) Mega Corpora posisi Desember 2022 dinilai Peringkat
A
2 (Low to Moderate) dengan risiko inheren dinilai Peringkat 2 (Low to Moderate) dan KPMR dinilai
R
Peringkat 2 (Satisfactory) atau tidak berubah dibandingkan posisi sebelumnya (Juni 2022).
G
A. Secara inheren, faktor-faktor yang mempengaruhi risiko pasar KK antara lain:
TE
1. Surat Berharga (SSB) KK Mega Corpora posisi Desember 2022 sebesar Rp60,02 triliun
IN
(33,40% terhadap total aset KK). SSB KK didominasi oleh aset fair value to other
comprehensive income/AFS sebesar Rp57,59 triliun (95,95% terhadap total SSB KK).
R
TE
Kategori fair value to profit and loss/Trading sebesar Rp1,63 triliun (2,73% terhadap total
SSB KK) dan kategori amortized cost/HTM sebesar Rp792 miliar (1,32% terhadap total
N
SSB KK). PT Bank Mega Tbk selaku Entitas Utama (EU) memiliki kontribusi kepemilikan
A
SSB terbesar yaitu Rp52,55 triliun (87,55% terhadap total SSB KK), BMS sebesar Rp4,89
3 AS
triliun (8,16% terhadap total SSB KK), Allo sebesar Rp1,89 triliun (3,16% terhadap total
SSB KK), sementara 1% sisanya dimiliki oleh LJK Asuransi (PT Asuransi Umum
3 AW
I/2 PEN SIA
Mega/AUM dan PT Asuransi Mega Life/PLI) dan LJK Sekuritas (PT Mega Capital
Sekuritas/MCS dan PT Mega Asset Management/MAM).
02 G
-P
SE L HA
2. Signifikansi aset trading, derivatif, Fair Value Option (FVO) EU posisi Desember 2022
relatif rendah yaitu sebesar 1,08% (peer group 2,81% dan industri 1,52%), signifikansi
FA NE A
aset trading sebesar 1,08% (peer group 2,51% dan industri 1,27%), serta signifikansi
R
tagihan spot dan derivatif sebesar 0,01% (peer group 0,31% dan industri 0,25%). EU telah
memiliki 3 (tiga) izin structured product, yaitu Double No-Touch Investment (Mega Depo
Link), Call Spread Option (CSO), dan Bond Linked Investment (BLI). Adapun pada posisi
PA
31 Desember 2022, tidak terdapat outstanding dari ketiga produk tersebut. Selain itu, EU
tidak memiliki posisi ekuitas kategori AFS. Sementara itu, aktivitas trading EU sebagian
M
risiko suku bunga tercermin dari beberapa rasio yang lebih buruk dibandingkan rata-
R
FO
rata peer group maupun industri, antara lain signifikansi kewajiban trading, derivatif,
FVO sebesar 10,05% (peer group 0,94% dan industri 0,54%), signifikansi kewajiban FVO
EN
sebesar 10,00% (peer group 0,36% dan industri 0,28%) dan signifikansi derivatif nilai
tukar sebesar 9,31% (peer group 12,53% dan industri 11,55%).
M
3. Meskipun rasio PDN EU sebesar 0,25%, tercatat masih lebih rendah dibandingkan peer
U
group 0,67% dan industri 0,62% yang mencerminkan risiko nilai tukar rendah, namun
K
secara Grup PT CT Corpora terekspos risiko nilai tukar dan suku bunga sehubungan
O
dengan pinjaman valas beberapa entitas CT Corpora total sebesar Rp5.275 miliar (89%)
D
dari total utang yang jatuh tempo pada Desember 2022. Terhadap hal ini, CT Corpora
hanya melakukan hedging sebesar 50% dari total fasilitas kredit valas dan belum
dilakukan stress test guna meyakini kecukupan likuiditas yang dimiliki CT Corpora pada
berbagai skenario.
4. Selain itu, bisnis EU cenderung sensitif terhadap perubahan suku bunga, tercermin dari
pemberian kredit kepada korporasi mencapai 70,09% dari total kredit non bank.
RISIKO PASAR
KONGLOMERASI KEUANGAN
Sementara itu, CASA hanya tercatat sebesar 26,81% menunjukkan bahwa pendanaan
EU masih didominasi dengan Deposito (73,19%) sehingga cost of fund masih cenderung
tinggi yang mengakibatkan suku bunga kredit lebih tinggi dibandingkan bank lain.
SI
Sementara itu, penyaluran kredit dengan bunga tetap (dhi. segmen joint financing)
A
memiliki porsi 16,30% dari total kredit kepada pihak ketiga bukan bank. Hal tersebut
R
menyebabkan EU memiliki risiko IRRBB yang cukup besar.
G
5. Berdasarkan perhitungan IRRBB EU posisi Desember 2022, pada skenario peningkatan
TE
suku bunga secara signifikan dan cepat sebesar 400bps (paralel up shock rate) dihasilkan
IN
nilai rasio ∆EVE/Modal sebesar 28,99% dari modal Tier-1 sehingga melampaui risk
tolerance (hard limit) > 15% dan berada pada peringkat risiko High (threshold >20%).
R
TE
Namun demikian rasio ∆EVE/Modal posisi Desember 2022 tersebut membaik
dibandingkan posisi Juni 2022 sebesar 32,58% dari Modal Tier-1.
N
6. Pada PT Bank Mega Syariah (BMS), portofolio BMS hanya berupa Banking Book dan tidak
A
memiliki portofolio trading Book disebabkan Bank tidak melakukan aktivitas trading,
3 AS
transaksi forward maupun penyertaan modal dalam rangka restrukturisasi, sehingga
3 AW
potensi kerugian pada rentabilitas dan modal Bank yang disebabkan oleh perubahan
I/2 PEN SIA
faktor-faktor pasar baik benchmark suku bunga, nilai tukar, harga ekuitas maupun harga
komoditas tidak berpengaruh signifikan. Sementara rasio PDN BMS dinilai sangat rendah
02 G
-P
SE L HA
dan mengalami penurunan yang cukup signifikan dari 4,67% posisi Juni 2022 menjadi
0,39% posisi Desember 2022, namun masih tercatat lebih tinggi dibandingkan rata-rata
FA NE A
peer group (0,19%) maupun industri (0,12%). Hal tersebut mencerminkan bahwa risiko
R
translasi mata uang tidak berpengaruh signifikan terhadap modal BMS. Namun
demikian, BMS memiliki portfolio sukuk korporasi yang diterbitkan oleh PT Berlian Laju
Tangker sebesar Rp5 miliar yang telah dikategorikan Macet dan BMS telah membentuk
PA
7. Pada PT Allo Bank Indonesia Tbk (Allo), portfolio surat berharga terdiri dari surat berharga
pasar uang berupa obligasi Pemerintah RI (SUN). Seluruh obligasi yang dimiliki mayoritas
U
R
dibukukan dalam AFS karena Allo memiliki strategi pengelolaan SSB dengan merepokan
FO
SSB ke Bank Indonesia agar mendapat selisih dari spread SSB dan Repo. Allo memiliki
kelebihan likuiditas akibat right issue pada bulan Januari 2022, sehingga Allo
EN
ditinjau dari Rasio Earnings Perspective sebesar 9,00%, tercatat lebih tinggi dibandingkan
U
rata-rata peer group KBMI 2 sebesar 14,23% namun lebih rendah dibandingkan industri
K
sebesar 16,16%.
O
D
B. Dari sisi KPMR, KK Mega Corpora telah memiliki kerangka penerapan manajemen risiko
berupa kebijakan, prosedur, serta limit risiko yang ditetapkan sesuai dengan risk appetite
dan risk tolerance LJK anggota KK yang ditetapkan untuk masing-masing parameter. Selain
itu, struktur organisasi organ KK maupun anggota KK telah secara jelas menggambarkan
pemisahan fungsi, wewenang dan tanggung jawab antara satuan kerja operasional dengan
RISIKO PASAR
KONGLOMERASI KEUANGAN
satuan kerja pengendalian. Pemenuhan SDM pada LJK dalam KK Mega Corpora cukup
memadai dari sisi kuantitas maupun kompetensi. Namun demikian, dalam rangka
meningkatkan kualitas SDM KK Mega Corpora, diperlukan pelatihan hard skill maupun soft
SI
skill secara berkesinambungan untuk meningkatkan risk awareness SDM terkait
A
pengelolaan risiko pasar.
R
G
TE
RISIKO INHEREN Peringkat : 2
IN
R
Risiko inheren dinilai peringkat 2 (Low-to-moderate) atau tidak berubah dibandingkan posisi
TE
sebelumnya (Juni 2022), dengan pertimbangan antara lain:
1. Volume dan Komposisi Portofolio
N
a. EU
A
1) SSB yang dimiliki EU posisi Desember 2022 mengalami peningkatan sebesar Rp579
3 AS
miliar (2,22%) dari semula Rp26.047 miliar menjadi Rp25.468 miliar dan
3 AW
berkontribusi terhadap 18,04% total aset EU. SSB tersebut terdiri dari kategori AFS
I/2 PEN SIA
sebesar Rp23.948 miliar dan trading sebesar Rp1.520 miliar. SSB EU didominasi oleh
02 G
-P
2) Rasio unrealized loss bond terhadap modal sebesar -1,72%, tercatat membaik
FA NE A
a) Signifikansi aset trading, derivatif, Fair Value Option (FVO) sebesar 1,08% (peer
group 2,81% dan industri 1,52%). Rasio ini meningkat dibandingkan posisi
M
Desember 2022 yaitu 0,42% yang bersumber dari peningkatan surat berharga
U
b) Signifikansi aset trading sebesar 1,08% (peer group 2,51% dan industri 1,27%).
FO
c) Signifikansi tagihan spot dan derivatif sebesar 0,01% (peer group 0,31% dan
industri 0,25%). Rasio ini sama dibandingkan posisi Juni 2022.
EN
d) Signifikansi kewajiban derivatif sebesar 0,05% (peer group 0,29% dan industri
M
0,26%).
e) Signifikansi kewajiban trading, derivatif, FVO sebesar 10,05% (peer group 0,94%
U
K
dan industri 0,54%). Rasio ini menurun dibandingkan posisi Juni 2022 sebesar
O
8,97%.
D
f) Signifikansi kewajiban FVO sebesar 10,00% (peer group 0,36% dan industri
0,28%).
g) Signifikansi derivatif nilai tukar sebesar 9,31% (peer group 12,53% dan industri
11,55%).
h) Signifikansi potensi keuntungan dari trading, derivatif, FVO sebesar 0,01% (peer
group -0,27% dan industri 0,52%).
RISIKO PASAR
KONGLOMERASI KEUANGAN
i) MTM atas derivatif terhadap total aset sebesar 0,00% (peer group -0,02% dan
industri 0,06%).
4) EU telah memiliki izin 3 (tiga) structured product, yaitu Double No-Touch Investment
SI
(Mega Depo Link), Call Spread Option (CSO), dan Bond Linked Investment (BLI). Pada
A
posisi 31 Desember 2022, tidak terdapat outstanding dari ketiga produk tersebut.
R
5) Risiko translasi nilai tukar dibandingkan rata-rata peer group dan industri adalah
G
sebagai berikut:
TE
a) Rasio PDN sebesar 0,25% (peer group 0,67% dan industri 0,62%).
IN
b) Rasio PDN Valuta Utama (USD) sebesar 0,00% (peer group 0,00% dan industri
R
0,00%).
TE
6) EU terekspos risiko nilai tukar akibat total aset valas Bank sebesar Rp15.864 miliar
(11,24% dari total aset) yang sebagian besar didominasi kredit valas sebesar Rp12.325
N
miliar (77,69%).
A
7) LDR valas sebesar 95,72% (Desember 2022) membaik dibandingkan periode
3 AS
sebelumnya sebesar 130,95% (Juni 2022). Dengan mempertimbangkan
3 AW
perkembangan DPK valas di pasar saat ini, pertumbuhan DPK valas diproyeksikan
I/2 PEN SIA
mulai bergeraknya sektor riil. Pertumbuhan kredit valas tersebut masih dapat didanai
SE L HA
oleh DPK valas yang secara historis mengalami pertumbuhan lebih tinggi
FA NE A
perbaikan MtM SSB AFS karena trend harga SSB yang cenderung meningkat serta
turunnya portofolio SSB AFS di bulan Desember 2022. Berikut perkembangan MtM
M
Rp miliar
R
Portofolio
Des-21 Jun-22 Des-22 Des-21 Jun-22 Des-22
Trading (FVTPL) 858 508 1.520 2 4 3
EN
9) EU terpapar risiko suku bunga pada banking book dibandingkan rata-rata peer group
O
a) Signifikansi aset suku bunga tetap sebesar 23,74% (peer group 23,43% dan
industri 28,75%). Tingginya aset suku bunga tetap tersebut berasal dari aset yang
dimiliki EU berupa SUN dan kredit joint financing (16,30% dari total kredit non
bank).
b) Natural hedging terhadap perubahan suku bunga naik sebesar 41,22%
RISIKO PASAR
KONGLOMERASI KEUANGAN
dibandingkan dengan posisi Juni 2022 yaitu 37,14% (peer group 67,17% dan
industri 81,70%).
c) Signifikansi kewajiban dengan suku bunga tetap sebesar 0,04% (peer group 0,32%
SI
dan industri 1,76%).
A
R
d) Perbandingan kewajiban dengan sisa waktu panjang dengan sisa jatuh tempo
G
panjang sebesar 0,15% (peer group 3,64% dan industri 3,63%).
TE
e) Komposisi Aset dengan Nature IRR tinggi sebesar 16,29% (peer group 11,55% dan
IN
industri 11,85%).
R
Namun demikian, terdapat risiko suku bunga yang lebih tinggi dibandingkan rata-
TE
rata peer group dan industri, tercermin dari:
a) Signifikansi aset suku bunga tetap sebesar 23,74% (peer group 23,43% dan
N
industri 28,75%). Tingginya aset suku bunga tetap tersebut berasal dari aset yang
A
3 AS
dimiliki Bank berupa SUN dan kredit joint financing (16,67% dari total kredit non
bank).
3 AW
I/2 PEN SIA
b) Komposisi Aset dengan Nature IRR tinggi sebesar 16,29% (peer group 11,55% dan
industri 11,85%).
02 G
-P
SE L HA
b. Pada BMS, portofolio hanya berupa Banking Book dan tidak memiliki portofolio trading
Book disebabkan BMS tidak melakukan aktivitas trading, transaksi forward maupun
FA NE A
rentabilitas dan modal BMS yang disebabkan oleh perubahan faktor-faktor pasar baik
benchmark suku bunga, nilai tukar, harga ekuitas maupun harga komoditas tidak
PA
berpengaruh signifikan. Secara keseluruhan, eksposur aset dalam valuta asing relatif
besar yaitu Rp3.220 miliar atau 19,95% dari total aset sehingga kemampuan modal BMS
M
yang sebesar Rp2.267 miliar dinilai belum memadai untuk meng-cover potensial loss
U
akibat perubahan nilai tukar valuta asing tersebut. Adapun portofolio usaha BMS
R
sebagian besar berupa penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan maupun surat
FO
berharga dalam mata uang Rupiah masing-masing sebesar 75,95% dan 98,33% dari total
portofolio. Sementara pada sisi liabilitas, pendanaan BMS juga didominasi oleh
EN
penempatan dana dalam mata uang rupiah yang mencapai 75,60% dari total DPK. Rasio
PDN terhadap modal BMS sangat rendah dan mengalami penurunan yang cukup
M
signifikan semula sebesar 4,67% pada Juni 2022 menjadi 0,39% pada Desember 2022
U
namun lebih tinggi dibandingkan rata-rata peer group (0,19%) maupun industri (0,12%).
K
Hal tersebut mencerminkan bahwa risiko translasi mata uang tidak berpengaruh
O
signifikan terhadap modal BMS, namun Bank memiliki risiko yang lebih besar
D
SI
0,90%. Allo tidak memiliki eksposur nilai tukar mata uang karena merupakan bank non-
A
devisa. Namun demikian, risiko bersumber dari debitur yang memiliki kegiatan
R
perdagangan impor yaitu jika terjadi pelemahan nilai tukar rupiah berisiko menurunkan
G
kinerja debitur perdagangan impor tersebut. Surat berharga Allo mayoritas berupa
TE
portofolio AFS dan seluruh SSB merupakan Surat Utang Negara (SUN) sehingga dinilai
IN
aman. Rasio natural hedging dinilai sebesar 9,19% menurun dibandingkan posisi 30
Juni 2022 sebesar 17,82% dan lebih rendah dibandingkan peer group 60,62% dan rasio
R
TE
industri 81,69% Rasio tersebut mencerminkan 50% CASA (giro dan tabungan dan efek
utang jangka panjang yang dimiliki oleh bank untuk menutup aset keuangan jangka
N
panjang dengan suku bunga tetap.
A
d. MCS memiliki portofolio Efek sebesar Rp50,63 M atau 9,5% terhadap total aset MCS.
3 AS
Portofolio Efek tersebut terdiri atas saham, obligasi dan reksadana. Sementara itu, MCS
3 AW
memiliki SSB sebesar Rp24 miliar yang seluruhnya dicatat pada buku Trading yang
I/2 PEN SIA
terdiri dari Rp18 miliar merupakan Obligasi Pemerintah (SBN) dan sebesar Rp6 miliar
merupakan Obligasi Korporasi yang diterbitkan oleh PT Indah Kiat Pulp and Paper.
02 G
-P
SE L HA
total SSB AUM) dan hampir seluruhnya merupakan Obligasi Pemerintah (SBN dan
R
SBSN). Sementara pada PLI konvensional seluruh SSB merupakan kategori Trading
sebesar Rp27 miliar dan PLI syariah didominasi oleh Trading sebesar Rp19 miliar
(36,63% terhadap total SSB PLI) dan terdapat portfolio AFS sebesar Rp6 miliar (11,55%
PA
f. Terkait isu discontinuitas LIBOR tidak terlalu berpengaruh terhadap bank. Posisi 31
Desember 2021 terdapat 2 fasilitas yang terekspos suku bunga LIBOR, yaitu Kredit
U
R
Sindikasi USD260 juta atas debitur Amman Mineral dan Cross Currency Swap USD20
FO
juta atas Indomobil Finance. Jatuh tempo CCS Indomobile Finance adalah 29 Agustus
2022 sehingga tidak terpengaruh implementasi penggantian LIBOR di 30 Juni 2023.
EN
Sementara terkait fasilitas Kredit Sindikasi, bank akan mengikuti keputusan agen
fasilitas yaitu Bank Mandiri.
M
U
2. Potensi Kerugian dari Risiko Benchmark Suku Bunga dalam Banking Book
K
a. EU
O
dan Penerapan IRRBB Bank Mega posisi Dsember 2022 tanggal 18 Januari 2023,
Bank menyampaikan perhitungan Economic Value of Equity (EVE) menggunakan
model standar dari OJK. Model tersebut mengharuskan Bank melakukan uji
sensitivitas aset dan liabilitas Bank terhadap 6 (enam) skenario perubahan suku
bunga. Adapun skenario tersebut adalah parallel up, parallel down, steepener,
flattener, short rates up, dan short rates down. Dalam proses skenario shock suku
RISIKO PASAR
KONGLOMERASI KEUANGAN
bunga, EU menggunakan 2 (dua) jenis mata uang, yaitu mata uang Rupiah dan mata
uang valuta asing dengan menggunakan pendekatan mata uang US Dollar. Untuk
skenario shock suku bunga dengan jenis Parallel, EU menggunakan besaran
SI
perubahan nilai suku bunga sebesar 400 bps untuk Rupiah dan 200 bps untuk US
A
Dollar. Sedangkan dalam kondisi short menggunakan besaran perubahan nilai suku
R
bunga masing-masing 500 bps (Rupiah) dan 300 bps (US Dollar) serta untuk kondisi
G
long menggunakan besaran perubahan nilai suku bunga masing-masing 350 bps
TE
(Rupiah) dan 150 bps (US Dollar). Seluruh besaran tersebut mengikuti aturan dari
IN
regulator.
2) Kerugian EU akibat perubahan suku bunga lebih rendah dibandingkan rata-rata peer
R
TE
group dan industri, tercermin dari unrealized loss (gain) sebesar 0,00% (peer group
0,18% dan industri 0,60%).
N
3) Skenario dengan potensi kerugian terbesar pada perhitungan rasio ∆EVE dihasilkan
A
dari skenario shock parallel up (400bps) dengan potensi kerugian sebesar Rp5.784
3 AS
miliar atau 28,99% dari modal Tier-1. Rasio tersebut telah melampaui risk tolerance
(hard limit) > 15% dan berada pada peringkat risiko High (threshold >20%).
3 AW
I/2 PEN SIA
4) Skenario dengan ∆NII terbesar dihasilkan dari skenario parallel up (400bps) dengan
potensi kerugian sebesar Rp896 miliar atau 16,86% dari target laba.
02 G
-P
SE L HA
Banking Book (Interest Rate In The Banking Book) Bagi Bank Umum, dalam hal nilai
R
rasio ∆EVE/Modal melebihi hard limit maka EU dapat melakukan hal-hal (action plan)
sebagai berikut:
a) Peningkatan modal EU dapat dilakukan dengan cara mengoptimalkan laba tahun
PA
berjalan dengan strategi meningkatkan Net Interest Income (NII), salah satunya
M
skenario apabila terjadi peningkatan suku bunga secara signifikan dan cepat
FO
sebesar 400bps (paralel up shock rate). Menyikapi hal tersebut, maka EU akan
melakukan pemantauan perubahan suku bunga secara lebih intensif, sehingga
EN
apabila terjadi trend pergerakan peningkatan suku bunga pasar, maka EU akan
melakukan penurunan eksposure IRRBB, misalnya dengan mengurangi portfolio
M
fixed rate jangka panjang secara komprehensif atau melakukan lindung nilai
U
(hedging) sesuai dengan kondisi pergerakan suku bunga dan kondisi pasar saat
K
itu.
O
b. Pada BMS, sebagian besar pembiayaan diberikan melalui akad murabahah (30,61%)
D
yang merupakan fix price sedangkan sumber dana BMS sebagian besar berasal dari
nasabah besar dengan jangka waktu penempatan di bawah 1 bulan yang sangat sensitif
terhadap pergerakan harga pasar. Pergerakan suku bunga pasar akan sangat
berpengaruh karena BMS tidak dapat melakukan repricing terhadap aset pembiayaan,
sementara sumber dana akan selalu mengalami repricing. Adapun portofolio BMS
didominasi oleh instrumen keuangan yang tidak begitu kompleks karena BMS tidak
RISIKO PASAR
KONGLOMERASI KEUANGAN
memiliki aktivitas trading. Total aset jangka panjang dengan tingkat imbalan tetap
terhadap total aset sebesar 10,20%, lebih rendah dibandingkan rata-rata peer group
(17,66%) maupun rata-rata industri (29,18%). Bank melakukan penempatan dana pada
SI
sukuk yang marketable. SSB mencapai Rp5.549 miliar (34,38% dari total aset) dengan
A
kategori AFS sebesar Rp3.848 miliar (69,34%) dan HTM sebesar Rp1.701 miliar (20,66%).
R
Komposisi jenis portofolio SSB terdiri dari Surat Berharga Pasar Uang Lainnya sebesar
G
Rp916 miliar (16,51%), Sukuk Negara (Kementerian Keuangan) sebesar Rp4.328 miliar
TE
(77,99%), dan Sukuk korporasi sebesar Rp305 miliar (5,50%). Di antara SSB tersebut,
IN
terdapat sukuk korporasi yang diterbitkan oleh PT Berlian Laju Tangker sebesar Rp5
miliar yang telah dikategorikan Macet dan Bank telah membentuk pencadangan penuh
R
TE
(100%). BMS telah melakukan stress test dengan hasil yang dilakukan BMS terhadap
risk sensitive asset dan risk sensitive liabilities di bawah 1 bulan menunjukkan hasil yang
N
masih aman. BMS memiliki permodalan yang kuat dengan ekses modal sebesar Rp1,49
A
triliun pada Triwulan IV 2022 yang menunjukkan bahwa BMS memiliki modal yang
3 AS
cukup untuk meng-cover kerugian akibat risiko pasar.
c. Pada Allo, pengukuran eksposur IRRBB didasarkan gap report melalui Standardized Gap
3 AW
I/2 PEN SIA
Earnings Perspective sebesar 9,00%, lebih rendah dibandingkan rata-rata peer group
KBMI 2 sebesar 14,23% dan rasio industri sebesar 16,16%. Adapun sensitivitas nilai
ekonomis ekuitas (economic value perspective) 31 Desember 2022 sebesar 13,16%
FA NE A
meningkat dibandingkan posisi 30 Juni 2022 relatif tinggi sebesar 10,67%, lebih tinggi
R
dibandingkan peer group KBMI 2 sebesar 8,12% namun masih lebih rendah dari industri
sebesar 23,57%. Bank memiliki portofolio aset dengan nature IRR yang tinggi sebesar
17,14% menurun dibandingkan posisi 30 Juni 2022 sebesar 9,63%, lebih tinggi
PA
dibandingkan peer group KBMI 2 sebesar 7,70% dan rasio industri sebesar 11,84%.
Kondisi pasar saat ini cenderung semakin volatile sejalan dengan masih berlangsungnya
M
dampak pandemi Covid-19 terhadap perekonomian global, perang antara Ukraina dan
U
Rusia, kunjungan pejabat dan anggota parlemen Amerika Serikat (AS) ke Taiwan yang
R
berpotensi memicu ketegangan politik antara RRT, AS, dan Taiwan. Dengan demikian, pasar
FO
keuangan global masih diliputi ketidakpastian yang tinggi, terutama dengan adanya langkah
agresif bank sentral di banyak negara terutama AS, sehingga Fed Fund Rate berpotensi
EN
meningkat ke level 4,5% pada akhir 2022 yang turut direspon oleh Bank Indonesia yang
M
telah menaikkan BI7DRR sebesar 1,25% sejak Januari 2022 menjadi 4,75% (20 Oktober
U
2022).
K
O
a. EU
1) Aktivitas trading EU sebagian besar bersifat proprietary trading atas rekening sendiri
bukan sebagai brokering dan posisi pasar EU dalam industri yaitu sebagai market
player karena EU mempunyai peran aktif dalam aktivitas trading. Karakteristik
nasabah EU terkait aktivitas trading umumnya untuk memenuhi kebutuhan nasabah
korporasi dibandingkan nasabah ritel.
RISIKO PASAR
KONGLOMERASI KEUANGAN
SI
3) Bisnis EU cenderung sensitif terhadap perubahan suku bunga, tercermin dari
A
pemberian kredit kepada korporasi mencapai 70,09% dari total kredit non bank.
R
4) CASA sebesar 26,81% menunjukkan bahwa pendanaan EU masih didominasi oleh
G
Deposito (73,19%) sehingga cost of fund masih cenderung tinggi yang mengakibatkan
TE
suku bunga kredit lebih tinggi dibandingkan bank lain. Sementara penyaluran kredit
IN
dengan bunga tetap (dhi. segmen joint financing) memiliki porsi 16,30% dari total
kredit kepada pihak ketiga bukan bank. Hal tersebut menyebabkan EU memiliki
R
TE
risiko IRRBB yang lebih besar. Karakter nasabah merupakan pengukuran risiko yang
melihat sensitivitas nasabah terhadap perubahan suku bunga. Total 50 deposan
N
terbesar EU sebesar Rp39,849 miliar dengan rasio deposan inti posisi Desember 2022
A
sebesar 38,68% dari total DPK (Rp103.022 miliar), nasabah inilah yang sensitif
3 AS
terhadap perubahan suku bunga dalam hal pemberian DPK special rate.
5) EU telah memiliki 3 (tiga) structured product, yaitu Double No-Touch Investment (Mega
3 AW
I/2 PEN SIA
Depo Link), Call Spread Option (CSO), dan Bond Linked Investment (BLI). Pada posisi
31 Desember 2022, tidak terdapat outstanding dari ketiga produk tersebut.
02 G
-P
SE L HA
b. BMS
FA NE A
komersial dan konsumer yang relatif lebih sensitif terhadap perubahan benchmark
suku bunga. Pembiayaan pada segmen tersebut telah tumbuh secara progresif serta
dapat mengimbangi pembiayaan JF. Pembiayaan didominasi oleh pembiayaan
PA
murah baik yang berasal dari dana CASA maupun dari deposito ritel yang relatif
FO
memiliki imbal hasil yang lebih rendah. Realisasi portofolio DPK terdiri dari deposito
sebesar 77,33% dan CASA sebesar 22,67% yang menunjukkan bahwa sumber
EN
pendanaan BMS memiliki ketergantungan yang relatif tinggi terhadap dana mahal
berupa deposito dengan tingkat imbal hasil yang tinggi.
M
3) BMS memiliki struktur pendanaan yang didominasi oleh nasabah korporasi dengan
U
penempatan dana di atas Rp2 miliar yang memiliki karakteristik sensitif terhadap
K
SI
beli instrumen keuangan.
A
c) Transaksi keuangan yang dilakukan treasury hanya melibatkan instrumen yang
R
bersifat plain vanilla.
G
c. Allo tidak memiliki eksposur nilai tukar mata uang karena merupakan bank non-devisa.
TE
Namun secara tidak langsung risiko bagi Allo bersumber dari debitur yang memiliki
IN
kegiatan perdagangan impor yaitu jika terjadi pelemahan nilai tukar rupiah berisiko
menurunkan kinerja debitur perdagangan impor tersebut.
R
TE
N
A
3 AS
3 AW
I/2 PEN SIA
02 G
-P
SE L HA
FA NE A
R
PA
M
U
R
FO
EN
M
U
K
O
D
RISIKO PASAR
KONGLOMERASI KEUANGAN
SI
A
R
Kualitas penerapan manajemen risiko terintegrasi tergolong satisfactory (peringkat 2), dengan
G
pertimbangan antara lain:
TE
1. Tata Kelola Risiko
a. Awareness dan pemahaman Dewan Komisaris dan Direksi EU mengenai Manajemen
IN
Risiko Pasar KK Mega Corpora secara umum telah memadai. Selain itu Direksi juga
R
secara aktif mengikuti rapat Komite Manajemen Risiko Terintegrasi yang dilaksanakan
TE
minimal 3 (tiga) bulan sekali atau sesuai kebutuan manajemen.
N
b. Parameter risk appetite dan risk tolerance terhadap risiko pasar mayoritas berada dalam
A
batasan yang dapat diterima oleh manajemen.
c.
3 AS
EU telah menetapkan limit pada setiap aspek risiko pasar dan monitoring limit telah
3 AW
dilakukan secara real time melalui sistem Spectrum oleh Treasury Operation dan unit
I/2 PEN SIA
kerja Market Risk Management (RIMG). Dalam kondisi toleransi limit risiko telah
02 G
-P
dilewati, maka Direksi akan berkoordinasi menyusun action plan dan dipantau oleh
SE L HA
Direktur Risk.
FA NE A
d. EU senantiasa menjaga posisi PDN dalam batas limit yang aman dengan rata-rata di
R
kewenangan dan tanggung jawabnya secara umum cukup memadai antara lain
intensitas kehadiran dan keterlibatan manajemen dalam Komite Manajemen Risiko,
M
f. Pada Allo, Dewan komisaris dan Dewan Direksi memiliki kepedulian dan pemahaman
R
yang baik tentang manajemen risiko pasar dan telah diinformasikan dengan baik pada
FO
terhadap nilai tukar dan suku bunga telah sesuai dengan tujuan strategis, skala,
karakteristik bisnis dan profil nilai tukar dan suku bunga bank.
M
U
tingkat risiko yang akan diambil (risk appetite) dan toleransi risiko (risk tolerance) pasar
masing-masing LJK anggota KK. Namun demikian, belum terdapat risk appetite dan risk
tolerance untuk level grup.
b. Penerapan manajemen risiko pasar pada EU telah didukung dengan kerangka
penerapan manajemen risiko yang memadai seperti perangkat organisasi, kebijakan,
prosedur, serta limit risiko yang ditetapkan sesuai dengan risk appetite dan risk
RISIKO PASAR
KONGLOMERASI KEUANGAN
tolerance manajemen. Unit kerja RIMG telah memiliki model pengukuran risiko pasar
internal dengan menggunakan sistem VaRworks.
c. BMS memiliki kebijakan, prosedur dan limit risiko untuk seluruh area manajemen
SI
risiko pasar, namun kebijakan manajemen risiko pasar masih perlu dikembangkan
A
lebih lanjut ke dalam bentuk dokumentasi/peraturan yang lebih detail untuk
R
menunjang pelaksanaan pemantauan risiko pasar yang lebih efektif. Dalam rangka
G
penerapan manajemen risiko berkenaan dengan transaksi valas, BMS telah
TE
menetapkan limit Posisi Devisa Neto (PDN) dan limit kerugian transaksi valas atau stop
IN
loss limit.
d. Pada Allo Bank, pengaturan gap dilakukan dengan peninjauan secara berkala suku
R
TE
bunga kredit dan suku bunga dana pihak ketiga. Namun demikian, gap kumulatif
jangka pendek yang terjadi relatif masih tinggi. Strategi trading merupakan salah satu
N
strategi bank dalam mengoptimalkan tingkat pengembalian dalam jangka waktu yang
A
relatif lebih pendek meskipun terbuka potential loss namun masih dalam batas limit
toleransi yang ditetapkan.
3 AS
3 AW
e. Telah adanya kebijakan manajemen risiko pasar di masing-masing LJK lainnya yang
I/2 PEN SIA
mencakup portofolio trading book dan banking book. Dalam rangka pemantauan risiko
R
pasar, RIMG menggunakan Bloomberg, VaRworks System, Spectrum, dan EMX, serta
standardized method dalam pengukuran risiko pasar. VaRworks System merupakan
PA
rutin. Proses ini dikoordinasikan oleh SKMR Pasar, dalam hal terjadi breach limit, maka
U
SKMR Pasar akan memberikan peringatan pada unit kerja terkait (early waring).
R
FO
d. Proses penetapan risiko pasar telah didokumentasikan dengan baik dan sistem
U
dan EMX. Kewajiban pemantauan PDN setiap saat dipenuhi dengan memberikan limit
D
PDN internal sebesar maksimal 5% atau dibawah ketentuan yang berlaku, selain itu
berdasarkan data historis rata-rata PDN EU berada pada level di bawah 5%.
e. EU melakukan stress test dengan basis posisi keuangan 31 Desember 2022. Pada stress
test portofolio SSB AFS, model perhitungan yang digunakan adalah sensitivity to market
risk (PV01) dan menggunakan asumsi kenaikan suku bunga 150bps. Adapun
RISIKO PASAR
KONGLOMERASI KEUANGAN
perhitungan proyeksi Net Interest Income (NII) menggunakan asumsi kenaikan suku
bunga 150bps. Terdapat faktor/indikator pasar lain yang dapat menyebabkan dampak
yang lebih besar terjadap portofolio bank yakni kondisi pasar global yang masih volatile
SI
akibat perang Rusia-Ukraina yang belum usai sehingga menyebabkan CDS Indonesia
A
R
meningkat dan berkurangnya kepemilikan Asing terhadap SBN. Hasil stress test EU
G
terhadap MtM SSB mengakibatkan penurunan MtM sebesar 9,29%.
TE
f. EU telah melakukan uji sensitivitas dari aset, liabilitas, dan transaksi rekening
IN
administratif yang mempengaruhi nilai ekonomis dan nilai pendapatan bunga bersih.
R
Dalam perhitungan proyeksi arus kas dalam pengukuran IRRBB, Bank
TE
memperhitungkan sifat behavioural seperti Credit Repayment Rate (CPR) pada eksposur
kredit, Term Deposit Redemption Ratio (TDRR) pada eksposur Deposito, dan sifat
N
behavioural Non Maturity Deposit (NMD) pada eksposur Tabungan ataupun Giro dengan
A
3 AS
menggunakan data historis.
g. Pelatihan hard skill dan soft skill secara berkala perlu terus dilakukan dalam rangka
3 AW
I/2 PEN SIA
peningkatan kompetensi dan risk awareness SDM terkait pengelolaan risiko pasar.
h. Pada BMS, proses manajemen risiko pasar dinilai cukup memadai dalam
02 G
-P
SE L HA
Treasury. Aktivitas treasury saat ini masih rendah dan Bank tidak melakukan transaksi
spot maupun forward dalam rangka profit taking, melainkan hanya untuk memenuhi
kebutuhan nasabah.
PA
i. Pada Allo, proses manajemen risiko dilaksanakan dengan baik walaupun proses
identifikasi dan pengukuran risiko pasar dilakukan secara sederhana karena belum
M
menggunakan aplikasi sistem manajemen risiko yang terintegrasi, namun hal tersebut
U
R
masih relevan dengan risiko pasar bank yang relatif tidak signifikan. Pengendalian
FO
unit perlu meningkatkan kompetensi demi tercapainya strategi bisnis treasury sebagai
M
profit center dan memerlukan sebuah tools analisis yang sistematis dalam menerapkan
U
a. KK telah memiliki SKMRT, SKAI, dan SKKT untuk memastikan kecukupan mekanisme
dan sistem pengendalian risiko.
b. Pada EU, pemantauan manajemen risiko pasar telah dilakukan oleh unit independen
yaitu unit Market Risk – RIMG dan SKAI. SKAI secara periodik melakukan pemeriksaan
untuk memastikan aktivitas-aktivitas yang ada di Treasury dan International Banking
sudah sesuai dengan kebijakan yang ada.
RISIKO PASAR
KONGLOMERASI KEUANGAN
c. Pada BMS, Kegiatan pemeriksaan berjalan secara rutin oleh fungsi internal control dan
internal audit. Pemeriksaan dilakukan secara langsung (on site) maupun melalui
pengiriman data-data yang diperlukan dari kantor distribusi ke kantor pusat. Pada saat
SI
diperlukan, dapat dilakukan virtual meeting. Selain itu, BMS telah melakukan
A
pelaksanaan kaji ulang independen (independent review) oleh satuan kerja audit
R
internal dan baik dari sisi metodologi, frekuensi, dan telah melaporkan kepada Dewan
G
Komisaris dan Direksi, serta telah ditindaklanjuti dan dilaksanakan secara cukup
TE
memadai.
IN
d. Pada Allo, pengendalian pembatasan kerugian yang timbul dilakukan melalui
penetapan limit transaksi yaitu limit dealer, cut loss limit sehingga aktivitas treasury
R
TE
dapat termonitor dan dievaluasi secara berkala. Pengawasan perkembangan aktivitas
limit treasury untuk memastikan bahwa treasury telah mematuhi limit transaksi yang
N
telah ditetapkan. Pelaksanaan kaji ulang independen oleh SKAI dengan nilai memadai
A
baik dari sisi metodologi, frekuensi maupun pelaporan kepada Dewan komisaris dan
Dewan Direksi.
3 AS
3 AW
I/2 PEN SIA
02 G
-P
SE L HA
FA NE A
R
PA
M
U
R
FO
EN
M
U
K
O
D