Anda di halaman 1dari 2

YTH:

1. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi di seluruh Indonesia


2. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia
3. Kepala Puskesmas dan Rumah Sakit di seluruh Indonesia
4. Kepala BB/BLKM seluruh Indonesia

SURAT EDARAN
Nomor : PV.03.06/C/603/2024

TENTANG

KEWASPADAAN KEJADIAN LUAR BIASA LEPTOSPIROSIS

Leptospirosis adalah penyakit zoonosis akut disebabkan oleh bakteri genus Leptospira dengan
spektrum penyakit yang luas dan dapat menyebabkan kematian dengan faktor penular utama yaitu
rodentia (tikus). Cara penularan melalui kontak langsung atau tidak langsung dengan urin hewan yang
terinfeksi bakteri Leptospira.
Di Indonesia, kasus leptospirosis cenderung meningkat setiap tahunnya, pada tahun 2020
sebanyak 1173 kasus dengan 106 kematian (CFR 9,04%). Tahun 2021 kasus leptospirosis sebanyak
736 kasus dengan 84 kematian (CFR 11,41 %). Tahun 2022 kasus leptospirosis sebanyak 1613 kasus
dengan 148 kematian (9,18 %). Kasus pada akhir tahun 2023 berdasarkan laporan daerah terdapat
2.554 kasus Leptospirosis dengan 205 kasus kematian (CFR 7,71 %) terdiri dari Propinsi 1) Banten 30
kasus, 7 orang meninggal, 2) DKI Jakarta 15 kasus, 0 orang meninggal, 3) Jawa Barat 54 kasus, 6 orang
meninggal, 4) Jawa Tengah 884 Kasus, 139 orang Meninggal, 5) D.I. Yogyakarta 377 kasus, 32 orang
meninggal, 6) Jawa Timur 1090 Kasus, 17 orang meninggal, 7) Maluku 5 kasus, 0 orang meninggal, 8)
Sulawesi Selatan 26 kasus, 3 orang meninggal, 9) Kalimantan Utara 35 kasus, 1 orang
meninggal.10)Kalimantan Timur 28 kasus, 0 orang meninggal, 11) Sulawesi Tenggara 8 kasus, 0
meninggal, 11) Kepri 1 kasus , 0 orang meninggal, 12). Bali 1 kasus, 0 orang meninggal. Di awal tahun
2024 beberapa daerah sudah melaporkan peningkatan kasus leptospirosis seperti di Jawa Barat 8
kasus dengan 2 meninggal, Jawa Tengah 19 kasus dengan 0 orang meninggal, Banten 0 kasus dan
Kalimantan Utara 0 kasus selama bulan Januari 2024.
Dari gambaran kasus tersebut maka diperlukan untuk meningkatkan kewaspadaan di daerah
yang berpotensi terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) Leptospirosis seperti daerah banjir, persawahan,
pemukiman kumuh dan daerah yang memiliki faktor risiko Iainnya seperti kepadatan tikus yang
merupakan faktor penular utama dan sebagai kesiapsiagaan menghadapai La Nina di Indonesia yang
diperkirakan terjadi di pertengahan tahun 2024, kami harapkan Saudara dan seluruh jajaran untuk
melakukan kesiapsiagaan terhadap KLB Leptospirosis dengan cara sebagai berikut :
1. Meningkatkan Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) dengan melakukan surveilans leptospirosis pada
manusia dan kegiatan penemuan/deteksi dini kasus di daerah yang mempunyai faktor risiko seperti
daerah banjir, areal pertanian/persawahan, peternakan dan yang populasi tikusnya tinggi.

Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE), BSSN
2. Melakukan promosi kesehatan melalui kegiatan penyuluhan dan penggerakkan masyarakat dalam
upaya pencegahan Leptospirosis sehingga masyarakat dapat berperan aktif dalam
penanggulangan Leptospirosis di wilayahnya. Upaya pencegahannya antara Iain:
a. Menghimbau masyarakat agar selalu melakukan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
b. Menyimpan makanan dan minuman dengan baik agar aman dari jangkauan tikus;
c. Menghimbau masyarakat untuk membersihkan dan memberantas tikus di sekitar rumah dan
tempat-tempat umum seperti pasar, terminal, tempat rekreasi dengan tetap melaksanakan
Protokol Kesehatan yaitu dengan memakai masker, mencuci tang setelah beraktivitas dan
menjaga jarak pada saat membersihkan lingkungan.
d. Memakai alas kaki (sepatu boot) pada saat berkativitas di tempat berair, tanah, lumpur atau
genangan air yang kemungkinan tercemar kencing tikus.
e. Pengelolaan limbah rumah tangga yang benar dengan menyediakan dan menutup rapat tempat
sampah.
3. Meningkatkan kemampuan Petugas Kesehatan/Klinisi dalam diagnosa dan tatalaksana kasus
Leptospirosis sesuai dengan pedoman dan kesiapsiagaan fasilitas kesehatan baik Puskesmas
maupun Rumah Sakit di wilayah.
4. Menguatkan jejaring dengan Laboratoriun Kesehatan Masyarakat (Labkesmas) dalam pemeriksaan
konfirmasi sampel leptospirosis yang ada di regional masing-masing.
5. Melakukan koordinasi dengan pemerintah daerah serta instansi terkait lainnya dalam pencegahan
dan pengendalian Leptospirosis dengan menerapkan Surveilans Leptospirosis Terpadu Lintas
Sektor,
6. Dapat menyebarluaskan media KIE Leptospirosis dengan mengunduh link
https://link.kemkes.go.id/MediaKIELeptospirosis
7. Melaporkan setiap kasus Leptospirosis ke aplikasi eZoonosis atau mengirimkan laporan manual
sesuai format yang sudah ada ke Kementerian Kesehatan, Cq. Tim Kerja Zoonosis, dan Penyakit
Akibat Gigitan Hewan Berbisa dan Tanaman Beracun, Direktorat P2PM dengan email
subditzoonosis@yahoo.com atau laporanzoonosis@gmail.com.

Demikian surat edaran ini disampaikan untuk dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Jakarta
pada tanggal : 13 Maret 2024

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian


Penyakit,

${ttd}

Dr.dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM.MARS

Tembusan
1. Menteri Kesehatan
2. Gubernur/SETDA se-Indonesia
3. Sekretaris Jenderal Kemenkes
4. Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan
5. Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat
6. Direktur Surveilans dan Kekarantinaan Kesehatan

Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE), BSSN

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

Anda mungkin juga menyukai