PENDAHULUAN
dari sistem transportasi dalam tubuh manusia, yakni darah. Bagian darah yang
diserang oleh penyakit ini yaitu keping-keping darah atau trombosit. Akibat dari
serangan penyakit ini, kadar trombosit dalam darah menurun drastis dan
Penyebab penyakit demam berdarah dengue adalah virus dengue. Virus ini
dimasukan ke dalam tubuh manusia, tepatnya ke dalam darah oleh nyamuk jenis
aedes melalui gigitan. Ada dua spesies dalam jenis nyamuk aedes yaitu aedes
aegypti dan aedes albopictus namun, hanya nyamuk aedes aegypti betina yang
bisa menyebarkan virus karena hanya nyamuk betina yang menghisap darah
manusia sedangkan nyamuk aedes aegypti jantan hidup dari menghisap nektar
Surabaya pada 1968 dan diikuti dengan kasus di Jakarta pada tahun 1969. Pada
saat itu terdapat 58 orang terkena demam berdarah dengue dan 24 orang
tahun 1972. Wabah pertama di luar Pulau Jawa dilaporkan pada tahun 1972, yaitu
di Sumatera Barat dan Lampung, disusul Riau, Sulawesi Utara dan Bali pada
tahun 1973. Pada 1974, wabah dilaporkan berjangkit ke Kalimantan Selatan dan
1
Nusa Tenggara Barat dan menyebar ke seluruh provinsi di Indonesia (Frida,
2008:3).
kepada masyarakat.
bahkan sampai ditetapkan sebagai kejadian luar biasa. Oleh karena itu, Gubernur
2
kepada Walikota Kupang dan Bupati se- Nusa Tenggara Timur untuk menjamin
Provinsi Nusa Tenggara Timur yaitu 0 (nol) kematian akibat demam berdarah
aksi pencegahan dan pengendalian demam berdarah dengue dalam bentuk gerakan
menguras, menutup dan mendaur ulang serta memelihara ikan pemakan jentik dan
tepatnya di Kabupaten Sikka, pada tahun 2020 terjadi kasus demam berdarah
dengue terbanyak dan dinyatakan sebagai kejadian luar biasa (KLB). Oleh karena
3
Dalam melaksanakan fungsi penyelenggaraan UKM tingkat pertama di
berwenang untuk:
4
j. memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat kepada
berwenang untuk:
kerja;
5
f. melaksanakan penyelenggaraan rekam medis;
Rujukan; dan
perundang-undangan.
dengue terjadi di wilayah Puskesmas Kopeta ini dan kasus yang paling banyak
satu rumah satu jentik, dan abatisasi. Dalam melaksanakan tugasnya Puskesmas
Kopeta tidak bekerja sendiri melainkan melibatkan dinas-dinas lain yaitu Dinas
Kesehatan Kabupaten Sikka, Kantor Kecamatan Alok dan Kantor Kelurahan Kota
6
Program di atas dijalankan setiap hari jumat pada awal bulan misalnya pembagian
Petugas Puskesmas bersama dinas terkait turun ke lapangan bekerja sama dengan
RT/RW setempat untuk sama-sama menjalankan program ini. Oleh karena itu,
Dalam penelitian yang menjadi acuan dan tolak ukur dalam Implementasi
Keluarahan Kota Uneng, Kecamatan Alok, Kabupaten Sikka, maka teori dari
Edward III yang menerangkan tentang komunikasi, sumber daya, disposisi atau
sikap pelaksana dan sturktur birokrasi, merupakan teori yang paling tepat untuk
kebijakan agar para pelaku kebijakan dapat mengetahui, memahami apa yang
menjadi isi, tujuan, arah, kelompok sasaran (target groups) kebijakan agar para
pelaku kebijakan dapat mempersiapkan dengan benar apa yang harus dipersiapkan
dan dilakukan untuk melaksanakan kebijakan publik agar apa yang menjadi tujuan
7
dan sasaran kebijakan dapat dicapai sesuai dengan yang diharapkan (Widodo,
2015:97).
ditransmormasikan kepada para pelaksana, kelompok sasaran, dan pihak lain yang
yang ditransmisikan kepada para pelaksana, target grub dan pihak lain yang
diterima dengan jelas sehingga di antara mereka mengetahui apa yang menjadi
maksud, tujuan dan sasaran serta substansi dari kebijakan publik tersebut
(Widodo, 2015:97).
juga bahwa ada program yang dijalankan Puskesmas Kopeta untuk menangani
pengendalian demam berdarah dengue. Oleh karena itu komunikasi sangat penting
hal lain yang menjadi pertimbangan adalah sumber daya. Peran sumber daya
dalam pelaksanaan kebijakan publilk sangat penting. Bila sumber daya tidak
8
tersedia. Sumber daya itu sendiri terdiri dari sumber daya manusia yang
sering terjadi dalam implementasi kebijakan salah satunya disebabkan oleh staf
program pemberantasan demam berdarah dengue ini sudah jelas, yaitu lewat
petugas higienis sanitasi. Petugas higienis sanitasi ini, tugasnya berkaitan dengan
maupun yang tetap berada di Puskesmas Kopeta. Petugas yang turun langsung di
lapangan bekerja sama dengan dinas terkait dan RT/RW setempat untuk
bagaimana cara untuk memberantasnya. Yang berikut sumber daya anggaran dan
sumber daya peralatan yang juga merupakan faktor penting dalam implementasi
adanya fasilitas pendukung (sarana dan prasarana) dan juga dana yang mencukupi
dan efesien, para pelaksana (implementors) tidak hanya mengetahui apa yang
9
Dan yang terakhir adalah struktur birokrasi ini merupakan sebuah point
penting dimana ketiga point itu dapat dijalankan berdasarkan struktur yang telah
dibuat. Salah satu yang menjadi penyebab peningkatan demam berdarah dengue
lapangan sehingga hasil yang dicapai tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.
Oleh karena itu Puskesmas Kopeta harus lebih baik lagi dalam proses
menjadi target bisa tercapai yaitu Puskesmas Kopeta Maumere bebas dari wabah
sanitasi, mengatakan bahwa untuk kasus demam berdarah dengue sudah ada
regulasi dari kantor pusat karena demam berdarah dengue termasuk penyakit yang
berpotensi menjadi KLB (kejadian luar biasa). Menurut petugas, komunikasi yang
terjadi antar sub bagian dengan petugas lapangan dari Puseksmas Kopeta
Secara sumber daya dari pihak Puskesmas Kopeta mengkonfirmasi bahwa sumber
daya manusia secara keilmuan belum memadai dan juga tenaga kerja yang masih
kurang. Sementara itu, berkaitan dengan sumber daya anggaran untuk penanganan
kasus ini ada dana khusus yaitu dana BOK (Bantuan Operasional Kesehatan) yang
10
Adapun hasil wawancara lain yaitu pada salah satu warga RT/RW :
002/003, Kelurahan Kota Uneng, yang mengatakan bahwa kegiatan sosialisasi dan
juga pembagian bubuk abate dari petugas Puskesmas Kopeta terakhir diberikan
pada bulan Oktober tahun 2021, dan kerja bakti dilakukan setiap hari jumat pada
setiap awal bulan. Dilihat dari segi komunikasi, dapat dikatakan sudah baik
untuk penanganan penyakit demam berdarah dengue ini. Sedangkan, dilihat dari
segi sumber daya secara ketersediaan petugas belum cukup memadai, dan juga
Untuk detail data berkaitan dengan jumlah kasus demam berdarah dengue
Tahun
Wilayah
2017 2018 2019 2020 2021
Kabor 5 4 10 22 1
Madawat 5 11 26 67 7
Nangalimang 4 1 3 41 5
Kota Uneng 18 11 69 86 7
Jumlah 32 27 108 216 20
Sumber : Puskesmas Kopeta, 2021
11
Tabel 1.2 Data Jumlah Kasus Demam Berdarah Dengue di Puskesmas
Tahun
Jenis kelamin
2017 2018 2019 2020 2021
Laki-Laki 21 15 58 128 13
Perempuan 11 12 50 88 7
Jumlah 32 27 108 216 20
Sumber : Puskesmas Kopeta, 2021
Uneng menjadi kelurahan dengan kasus demam berdarah dengue tertinggi, dengan
jumlah kasus pada tahun 2017 sebanyak 32 kasus, 2018 sebanyak 27 kasus, 2019
sebanyak 108 kasus, dan tahun 2020 sebanyak 216 kasus. Adapun data lain yang
meninggal yaitu, pada tahun 2018 sebanyak 1 kasus, 2019 sebanyak 5 kasus, dan
awal.
12
Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk menggali lebih dalam mengenai
Kabupaten Sikka ?
berikut :
1. Manfaat Teoritis
13
kebijakan untuk mengatasi kasus demam berdarah dengue dan dapat
2. Manfaat Praktis
14
BAB II
tulisan ini. Oleh karena itu penulis memaparkan kerangka dasar sebagai
15
Judul Artikel Jenis atau Persamaan Perbedaan
pendekatan
penelitian
Penelitian sekarang Penelitian
terdahulu
Dengue (Dbd) Melalui kebijakan kebijakan yang uat oleh DBD dengan
Program 1 Rumah 1 pengendalian Puskesmas Kopeta salah program 1
Jumantik di Puskesmas demam berdarah satunya kebijakan PSN rumah 1
Kelurahan Benda Baru dengue yang (Pemberantasan Sarang jumantik
Kota Tangerang Selatan dibuat oleh Nyamuk) dan PJB
Tahun 2017 pihak (Pemeriksaan Jentik
puskesmas Berkala)
baik pemerintah maupun swasta yang bertujuan untuk mewujudkan cita-cita serta
disusun demi tercapainya tujuan dari program yang telah direncanakan, karena
pada dasarnya setiap rencana yang ditetapkan memiliki tujuan atau target yang
hendak dicapai.
16
Sementara itu, kebijakan (policy) adalah suatu kumpulan keputusan yang
diambil oleh seorang pelaku atau kelompok politik dalam usaha memilih tujuan
dan cara untuk mencapai tujuan itu. Pada prinsipnya, pihak yang membuat
yang dibuat memiliki dampak yang luas, tidak hanya oleh kelompok tertentu,
sebuah kebijakan yang masih bersifat abstrak ke dalam kebijakan yang bersifat
lebih operasional, tetapi juga diikuti dengan kegiatan sosialisasi agar seluruh
arah, tujuan, dan sasaran (kelompok sasaran) kebijakan ini. Kebijakan ini perlu
maupun tidak langsung terhadap kebijakan ini, tidak hanya tahu dan paham
tentang apa yang menjadi arah, tujuan dan sasaran kebijakan, tetapi yang lebih
17
Tahap pengorganisasian ini lebih mengarah pada proses kegiatan
kebijakan penetapan tata kerja (juklak dan juknis); dan penetapan manajemen
pelaksanaan kebijakan.
3. Tahap Aplikasi
sebelumnya.
diantaranya model implementasi kebijakan publik Van Mater dan Van Horn
(1975), Edward III (1980), Grindle (1980), dan Mazmanian dan Sabatier (1987).
Model yang ditawarkan oleh mereka bergerak dari pendekatan umum yang
18
kerangka teoritis. Model yang mereka kembangkan bertumpu pada tiga pilar,
hukum.
Wildavsky.
organisasional pelaksananya;
Model yang diajukan oleh Van Meter dan Van Horn (1975) menekankan
19
pada implementor melalui jaringan interorganisasional. Dengan perkataan lain,
para implementor memahami serta menyetujui tujuan dan standar yang telah
Selanjutnya, Van Meter dan Van Horn (1975) dalam (Subarsono, 2009)
menyatakan bahwa ada enam variabel yang harus diperhatikan karena dapat
mengukur pencapaiannya.
keefektifan implementasi).
pembuat kebijakan.
20
publik tentang kebijakan tersebut; apakah elite mendukung
implementasi).
dan pemahaman isi dan tujuan kebijakan, sikap atas kebijakan, serta
intensitas sikap).
lain.
kegagalan implementasi.
1. Komunikasi
21
adalah masalah implementasinya. Salah satu faktornya adalah komunikasi
yang lemah. Kelemahan komunikasi ini sebenarnya tidak hanya terjadi pada
22
2. Sumber Daya
3. Disposisi/Sikap Pelaksana
23
pelaksana-pelaksana yang memiliki hasrat kuat dan komitmen yang tinggi
efektif.
kebijaksanaan.
4. Struktur Birokrasi
perlu adanya Standart Operating Procedure (SOP) yang mengatur tata aliran
24
program dan melibatkan banyak institusi untuk mencapai tujuannya (Widodo,
2015:106).
25
Kebijakan yang memberikan manfaat kolektif atau pada banyak orang
tidak terpenuhi karena isi kebijakan yang mengatur tentang adanya sanksi
5) Pelaksana program
26
kelompok sasaran, hasil implementasi tetap bergantung pada
27
tujuan formal pada keseluruhan proses implementasi dapat diklasifikasikan
menjadi tiga kategori (Mazmanian dan Paul A. Sabatier, 1983: 21-30), sebagai
berikut.
kebijakan tersebut.
a. Karakteristik Masalah
ada beberapa masalah sosial yang secara teknis mudah dipecahkan, seperti
kekurangan persediaan air minum bagi penduduk atau harga beras tiba-tiba
diimplementasikan.
28
2. Tingkat kemajemukan kelompok sasaran. Hal ini berarti bahwa suatu
perilaku masyarakat.
b. Karakteristik Kebijakan
1. Kejelasan isi kebijakan. Hal ini berarti semakin jelas dan terperinci isi
implementasi kebijakan.
yang memiliki dasar teoretis memiliki sifat yang lebih mantap karena
modifikasi.
29
3. Besarnya alokasi sumber daya finansial terhadap kebijakan tersebut.
Sumber daya keuangan adalah faktor krusial untuk setiap program sosial.
program.
c. Lingkungan Kebijakan
30
program pembaruan dibandingkan dengan masyarakat yang masih tertutup
teknologi modern.
publik.
31
Aparat badan pelaksana harus memiliki keterampilan dalam membuat
pembasmihan atau pemusnahan terhadap sesuatu objek atau tujuan. Sementara itu
memberantas agen penular penyakit dari suatu wilayah. Hal ini biasanya dapat
program tersebut. Dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 581 tahun 1992
32
Program pemberantasan penyakit biasanya memiliki batas waktu dan
bertujuan untuk memberantas penyakit dalam waktu yang relatif singkat dan dapat
disesuaikan. Apabila penyakit sudah diberantas maka dianggap tidak akan ada
kemungkinan akan ada biaya yang cukup substantif terkait dengan program
penyebaran penyakit di masa yang akan datang ke daerah yang telah bebas
dapat juga menyerang orang dewasa. Tanda-tanda penyakit ini adalah demam
mendadak 2 sampai dengan 7 hari tanpa penyebab yang jelas, lemah, lesu, gelisah,
nyeri ulu hati. Menurut WHO tahun 1997 dikenal penyakit Demam Berdarah
Dengue, yaitu penyakit akut yang disebabkan oleh virus dengan gejala seperti
sakit kepala, sakit pada sendi, tulang dan otot. Demam berdarah dengue
ditunjukkan oleh empat manifestasi klinis yang utama, demam tinggi, fenomena
darah.
33
Berikut tahap-tahap penularan penyakit demam berdarah dengue (Surtiretna,
2007:28-30).
4. Tubuh nyamuk pembawa virus penuh dengan virus. Dengan virus yang
manusia.
5. Nyamuk pembawa virus kemudian menggigit manusia sehat. Pada saat itu
nyamuk.
34
5. Menjadikan demam (orang yang terinfeksi virus dengue akan mengalami
demam akut. Gejalah biasanya muncul pada hari kelima dan berlangsung
hingga 15 hari).
tinggi 2-7 hari, sakit pada sendi otot, mimisan dan bintik-bintik merah pada kulit
Secara garis besar gejalah penyakit demam berdarah dengue adalah sebagai
Tingkat Pertama
Tingkat Kedua
kapiler
Tingkat Ketiga
35
1. Terjadi sakit kepala yang hebat.
2. Mengalami nyeri yang luar biasa pada bagian belakang tubuh, persendian,
dan otot.
hipotermia
Kesuksesan dari suatu kebijakan atau suatu peraturan sangat ditentukan oleh
karena implementasi dari suatu kebijakan harus berjalan dengan lancar. Begitu
pula dengan Implementasi Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 581 Tahun 1992
Aedes aegypti yang dilakukan secara teratur oleh petugas Puskesmas. Kegiatan ini
36
Cara PJB adalah dengan mengunjungi rumah atau tempat umum untuk
memeriksa tempat penampungan air (TPA), non TPA, dan tempat penampungan
keluarga. Jika ditemukan jentik, anggota keluarga atau pengelola diminta untuk
demam berdarah dengue kepada keluarga dan pengelola kebersihan tempat umum.
Puskesmas Kopeta dan sesuai dengan latar belakang yang ada maka penulis
1. Komunikasi
kebijakan tersebut. Oleh karena itu komunikasi harus dijaga dengan baik agar
berhasil.
2. Sumber Daya
37
3. Sikap Pelaksana
namun sikap pelaksananya kurang begitu profesional maka hal ini bisa
4. Struktur Birokrasi
Struktur birokrasi dalam hal ini mekanisme kerja yang dibentuk untuk
Gambar 2.1
1. Komunikasi
2. Sumber Daya
3. Sikap Pelaksana
4. Struktur Birokrasi
38
BAB III
METODE PENELITIAN
individu atau kelompok orang dianggap berasal dari masalah sosial atau
kemanusiaan.
Adapun jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah field research,
penelitian jenis ini adalah penelitian yang dilakukan di lokasi atau tempat yang
sudah dipilih atau ditentukan oleh peneliti, sebagai tempat untuk meneliti secara
objektif yang terjadi di lokasi tersebut dan juga untuk laporan ilmiah.
39
Lokasi yang diambil dalam penelitian ini adalah Kelurahan Kota Uneng
sebagai wilayah kerja Puskesmas Kopeta yang merupakan wilayah dengan kasus
3.4 Informan
40
Menurut Moleong (2006:132) mengemukakan bahwa informan adalah orang
yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar
sumber data dengan pertimbangan tertentu misalnya orang tersebut yang dianggap
41
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder.
1. Data primer merupakan jenis dan sumber data penelitian yang di peroleh
secara langsung dari sumber pertama (tidak melalui perantara). Data ini
informan penelitian.
dicatat oleh pihak lain). Data sekunder ini berupa bukti, catatan atau
laporan historis yang telah terususun dalam arsip atau data dokumenter.
data agar data yang didapat lebih akurat maka teknik tersebut adalah observasi,
a. Observasi
atau pengamatan langsung terhadap apa saja yang dilakukan oleh Puskesmas
dengue.
b. Wawancara
42
Abdillah (2021:167) Wawancara (interview) adalah teknik pengumpulan
data yang dilakukan melalui percakapan atau tanya jawab, baik secara
yang akan terjadi di masa mendatang serta untuk mempengaruhi situasi atau
c. Dokumentasi
jumlah signifikan dari bahan tertulis ataupun film (berbeda dari catatan),
berupa data yang ditulis, dilihat, disimpan, dan digulirkan dalam penelitian,
rinci dan mencakup segala keperluan data yang diteliti, dan mudah diakses.
Istilah dokumen merujuk pada materi seperti foto, video, film, memo, surat,
catatan harian, catatan kasus klinis, dan memorabilia segala macam yang bisa
digunakan sebagai informasi tambahan sebagai bagian dari studi kasus yang
43
3.7 Data
Analisis data adalah proses penyusunan data agar dalam penelitian dapat
untuk lebih sederhana, mudah dibaca, dan mudah untuk dipahami. Maka berikut
1. Reduksi Data
2. Sajian Data
Data Display (Penyajian Data) adalah penyajian data dalam bentuk urain
Uji keabsahan data meliputi uji kredibilitas data, uji dependabilitas data, uji
datalah yang diutamakan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Sugiyono
(2011:383), bahwa uji keabsahan data yang utama dalam penelitian kualitatif
adalah uji kredibilitas data. Uji kredibilitas data dilakukan dengan cara triangulasi,
44
Uji kredibilitas data dengan cara triangulasi adalah pengecekan data dari
untuk dilakukan kategorisasi terhadap pandangan yang sama, yang berbeda dan
yang spesifik. Uji kredibilitas data perlu dilakukan untuk menjamin nilai
kebenaran dari setiap data yang diperoleh. Dengan demikian kesimpulan yang
1. Pembimbing I
Status : Dosen
2. Pembimbing II
Status : Dosen
3. Peneliti
NIM : 1803010221
Status : Mahasiswa
sebagai berikut:
45
a. Penyusunan proposal penelitian 13 (tiga belas) minggu
g. Skripsi
2. Biaya penelitian
sebagai berikut:
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini penulis akan menjelaskan hasil penelitian dan analisis data
Kabupaten Sikka.
wilayah Kecamatan Alok, Kabupaten Sikka, dengan luas wilayah kerja adalah
dengan batasannya :
47
Gambar 4.1. Peta wilayah Kerja UPT Puskesmas Kopeta
a. Jumlah Penduduk
wilayah tersebut.
48
Uneng memiliki wilayah yang paling luas jika dibandingkan dengan 3
49
Grafik 4.1. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di UPT
70 - 74
60 - 64
50 - 54
40 - 44
30 - 34
20 - 24
10 - 14
0-4
15 10 5 0 5 10 15
kesehatan bagi kelompok usia ini mengingat mereka adalah tunas harapan
c. Pendidikan
UPT Puskesmas Kopeta dan ijasah tertinggi yang diperoleh menurut Jenis
50
Tabel 4.1. Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Yang
4.1.3. Visi, Misi, Moto Dan Tata Nilai (Etika Pelayanan) UPT Puskesmas
Kopeta
VISI
51
Terwujudnya Masyarakat Kecamatan Alok Yang Sehat Dan Mandiri
MISI
Puskesmas Kopeta
terjangkau
MOTO
TATA NILAI
Tertib, Akuntabel)
1. Kerjasama :
2. Optimis
52
3. Profesional
4. Efisien+Efektif
inovatif.
5. Tertib
6. Akuntabel
KEPALA PUSKESMAS
Yohanes Bosko, S.Kep., Ns
Kasubag. TU
Maria A. N. Wae, AMK
53
Koord. Promkes Koord. Rawat Jalan Koord. Poskeskel
Koord. Jiwa
Anastsya Conterius Maria N. Trince
Ida Agrefina Nenohai, SKM Luberta Ontelina
Koord. Pusling
Koord. KIA/KB Koord. Lansia Koord. Pelyn Gadar
Florensia N. Asti
Yuana S. Lutek, Amd Keb Anastsya Conterius Roberta Tuga
Koord. Jejaring
Koord. GIZI Koord. Gizi Florensia N. Asti
Koord. UKK Sulastri, Amd. GZ
Sulastri, Amd, GZ
Alfrida M. Nita
54
Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang
N FASILITAS PEMILIKAN/
O KESEHATAN PENGELOLA
4 PUSKESMAS PEMBANTU 1 1
2 KLINIK PRATAMA -
3 KLINIK UTAMA -
4 BALAI PENGOBATAN -
5 PRAKTIK DOKTER 3 3
BERSAMA
6 PRAKTIK DOKTER UMUM 3 3
PERORANGAN
7 PRAKTIK DOKTER GIGI -
PERORANGAN
8 PRAKTIK DOKTER -
SPESIALIS PERORANGAN
9 PRAKTIK PENGOBATAN -
TRADISIONAL
10 BANK DARAH RUMAH SAKIT -
12 LABORATORIUM 1 2 3
KESEHATAN
SARANA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI KEFARMASIAN
55
1 INDUSTRI FARMASI -
2 INDUSTRI OBAT -
TRADISIONAL
3 USAHA MIKRO OBAT -
TRADISIONAL
4 PRODUKSI ALAT -
KESEHATAN
5 PEDAGANG BESAR FARMASI -
6 APOTEK 3 2 5
7 APOTEK PRB 1 1
8 TOKO OBAT -
9 TOKO ALKES -
Kopeta.
56
Grafik 4.1 Jumlah Kujungan Pasien di Fasilitasi Pelayanan Kesehatan
L P
9082
5417
450
Kunjungan baru rawat jalan puskesmas kopeta pada tahun 2021 adalah
14,499 terdiri dari Laki-laki adalah 5417 dan Perempuan adalah 9082.
Puskesmas Kopeta merupakan Puskesmas Rawat Jalan dan Rawat Inap hanya
gangguan kejiwaan yang meliputi gangguan pada perasaan, proses pikir, dan
57
4.2. Hasil dan Pembahasan
jumlah masyarakat yang terkena demam berdarah dengue selama 3 tahun terakhir.
Tahun 2020
N Ja Fe Ma Ap Me Ju Ju Ag Se Ok No De Tota
Kelurahan
o n b r r i n l u p t v s l
1 Kabor 4 3 9 4 0 1 0 0 0 1 0 0 22
2 Madawat 5 26 24 4 1 2 0 0 0 1 2 2 67
Nangaliman 6 22 9 4 0 0 0 0 0 0 0 0 41
3
g
4 Kota Uneng 22 26 25 3 1 1 0 1 1 2 2 2 86
Total 37 77 67 15 2 4 0 1 1 4 4 4 216
Sumber : Puskesmas Kopeta 2022
Tahun 2021
Ap De
No Kelurahan Jan Feb Mar Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Total
r s
1 Kabor 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
2 Madawat 2 2 2 1 0 0 0 0 0 1 5 1 14
Nangaliman 1 0 3 1 0 0 0 0 0 0 0 0 5
3
g
4 Kota Uneng 1 1 3 1 1 0 0 0 0 0 0 1 8
Total 4 3 8 4 1 0 0 0 0 1 5 2 28
Sumber : Puskesmas Kopeta 2022
58
Data penderita Demam Berdarah Dengue Di Puskesmas Kopeta Maumere
Tahun 2022
N Ja Fe Ma Ap Me Ju Ju Ag Se Ok No De Tota
Kelurahan
o n b r r i n l u p t v s l
1 Kabor 1 1 3 0
2 Madawat 14 5 3 3
Nangaliman 0 1 0 0
3
g
4 Kota Uneng 7 5 2 1
Total 22 12 8 4
Sumber : Puskesmas Kopeta 2022
demam berdarah dengue di Puskesmas Kopeta dari tahun 2020-2022. Seperti yang
kita lihat dari data di atas menunjukan penurunan jumlah penderita demam
menjadi point penting untuk penilaian kinerja para petugas puskesmas dalam
Menurut data di atas, pada tahun 2020 terjadi kejadian luar biasa (KLB) demam
berdarah dengue. Seperti yang kita lihat bahwa pada tahun 2020 sangat banyak
penuruan yang sangat drastis, artinya bahwa kinerja dari Puskesmas Kopeta
Maumere bisa dikatakan sudah baik. Dalam penelitian ini yang menjadi fokus
peneliti yaitu berpacu pada teori Edward III yang membahas tentang komunikasi,
59
4.2.1 Komunikasi
satu kelemahan dalam proses kebijakan publik ini, khususnya yang terjadi di
terjadi pada saat implementasinya, tetapi juga terjadi pada saat formulasi.
DBD untuk melakukan program ini sesuai aturan yang berlaku dan
Selain itu kami juga melakukan sosialisasi per 3 bulan sekali mengenai
dengan program yang akan kami lakukan, selama sosialisasi pun kami
60
Adapun wawancara yang saya lakukan bersama masyarakat di kelurahan
Kota Uneng, Ibu Macriana Dona Dawi yang merupakan warga RT/RW :
kopeta :
yang akan dilakukan, mengenai program yang kami jalankan, dan juga
untuk hasil dari program yang kami telah lakukan agar meminimalisir
Adapun wawancara yang saya lakukan mengenai dengan sub fokus ini
“Kami juga selalu membangun komunikasi dua arah agar kami juga
61
masyarakat dan juga selalu komsisten melakukan rapat maupun
Kota Uneng Ibu Macriana Dona Dawi yang merupakan warga RT/RW :
petugas dan masyrakat dibangun agara program yang kami rencanakan bisa
berjalan dengan baik, dikarenakan 3 aspek utama yang menjadi tolak ukur
dalam aspek komunikasi dijalankan secara baik dan dinilai baik oleh
masyarakat sendiri.
yaitu menunjuk setiap kebijakan harus didukung oleh sumber daya yang
62
lanjut dijelaskan menurut George C. Edward III dalam Agustino
jumlah sumber daya saja tidaklah cukup, tetapi diperlukan pula kecukupan
63
disini bahwa kami sudah capek jalan di rumah-rumah warga terus ada
masryarakat yang kita panggil tidak menyahut dan juga ada masyarakat
yang mungkin merassa bosan dengan kami karena mereka harus melayani
kami untuk memantau jentik-jentik di bak penampumngan air. Dan karena
kami turun ke lapangan inin juga setiap 2 minggu sekali”
finansial yang memadai, progam tak dapat berjalan efektif dan cepat dalam
puskesmas kopeta :
“ kalau untuk anggaran, kami disiplin ada anggaran yang namanya BOK.
Dana BOK ini direalisasikan untuk berbagai program bukan hanya untuk
DBD. Jadi disini kami mengatur aliran dana ini agar bisa mendukung
dana ini kami gunakan untuk pengadaan bubuk abate, dan juga untuk
kebutuhan dilapangan, dana BOK untuk mengatasi DBD ini juga masih
pengadaan bubuk abate ini jika stok dari puskesmas kopeta sudah habis
namun belum terbagi rata dirumah warga maka pihak kelurahan yang
64
mengambil alih selanjutnya, jadi jika kurang maka kelurahan harus
lainnya seperti alat foging itu sudah rusak jadi untuk melakukan
yang cukup banyak. Jika dilihan dari Sumber Daya Anggaran maka
program DBD sendiri masih digabung dengan dana program lain dan
sering kali mereka kekurangan dana. Yang terakhir jika dilihat dari sumber
daya peralatan juga masih kurang karna satu-satunya alat foging yang
65
dimiliki puskesmas rusak dan untuk proses foging sendiri merek harus
bagian isi dari kebijakan maka mereka akan melaksanakan dengan senang
hati tetapi jika pandangan mereka berbeda dengan pembuat kebijakan maka
dan pengecekan program yang berjlan selama 2 minggu segala agar benar-
baik bubuk abate maupun foging dalam jangka waktu yang panjang,
sekali.”
baik, dilihat dari apa yang disampaikan oleh kepala puskesmas dan
66
masyarakat bahwa mereka mempunyai konsistensi dalam menjalakan
pekerjaannya.
67
BAB V
PENUTUP
Pada bab ini, penulis akan membuat kesimpulan dan juga saran dari
5.1 SIMPULAN
68
memahami apa yang menjadi tujuan dalam menjalankan program-
dan juga komponen pendukung lainnya. Adapun hal lain yang menjadi
peralatan, alat foging yang dimiliki puskesmas hanya satu dan sedang
rusak jadi untuk melakukan foging merek harus m enunggu dari dinas
kesehatan setempat.
tersebut.
5.2 Saran
69
Berdasarkan simpulan penelitian tersebut maka penulis mengemukakan
agara program yang dilakukan bisa berjalan secara maksimal, melihat dari
atau paling tidak memperbaiki peralatan yang rusak agar tidak terikat
foging.
70
LAMPIRAN
71
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Anggara, Sahya. 2014. Kebijakan Publik. Bandung : CV. Pustaka Setia Bandung
Sukabumi: CV Jejak.
Remaja Rosdakarya
72
H, Tachjan. 2006. Implementasi Kebijakan Publik. Bandung : Asosiasi Ilmu
Nouvaltera
Afabeta
73
Suharto, Edi. 2013. Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakan Publik. Bandung :
Alfabeta
Surtiretna, Nina. 2007. Awas Demam Berdarah. Bandung : PT. Kiblat Buku
Utama
Widodo, Joko. 2015. Analisis Kebijakan Publik Konsep Dan Aplikasi Analisis
Winarno, Budi . 2002. Teori Dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta : Media
Pressindo
74
Rahmawati, A. 2020. Implementasi Kebijakan Program Pengembangan
Website
https://www.puskkk.dinkes-kotakupang.web.id/artikel/warta/item/71-pemantauan
21.37 WITA
Dokumen
75
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 581 tahun 1992 tentang Pemberantasan
76