Anda di halaman 1dari 3

Nama : Ajamain Basir Rumlus

NIM : 202321410
Kelas : R1I
Matkul : Agama Islam

Sejarah Masuknya Islam Di Pulau Ambon

Agama Islam menyebar ke berbagai wilayah di Indonesia, termasuk Maluku.

Dalam sejarahnya, proses Islamisasi di Maluku terjadi pada sekitar abad ke-14. Namun, beberapa ahli
juga miliki perbedaan pendapat terkait kapan pastinya Islam masuk ke Maluku.Orang yang pertama
kali membawa Islam sampai ke Maluku mayoritas adalah pedagang yang datang dari Timur Tengah
untuk mencari rempah-rempah, seperti cengkih dan pala.

Orang yang pertama kali membawa Islam sampai ke Maluku mayoritas adalah pedagang yang datang
dari Timur Tengah untuk mencari rempah-rempah, seperti cengkih dan pala.

Periode Islamisasi
Para ahli berpendapat bahwa kedatangan Islam di Maluku melalui tiga periode, yaitu:
 Periode awal, dimulai pada abad ke-7, saat pedagang Timur Tengah membeli rempah-rempah.
 Periode pertengahan, dimulai pada abad ke-11, yang ditandai dengan munculnya nama-nama
Arab.
 Periode penerimaan, ditandai dengan diterimanya Islam oleh Kerajaan Ternate pada akhir
abad ke-15.

Maluku, yang menjadi pusat rempah-rempah dan pelabuhan perdagangan menjadi sangat
vital bagi perkembangan ajaran Islam.
Khususnya Ambon, sebagai pelabuhan penting yang menjadi titik temu pengaruh Islam yang
di bawa oleh para pedagang Timur Tengah.
Siapa pembawa islam ke pulau ambon dan dari mana asalnya. Cara penyebaran agama islam
di pulau ambon. Islam sebagai tempat berpijak sehingga mampu sebagai pusat penyebaran
selanjutnya.Tujuan yang hendak dicapai dalam pembahasan ini adalah untuk menggali
tentang sejarah masuknya islam di pulau ambon. Untuk menulis sejarah islam local dalam
rangka melengkapi sejarah islam Indonesia serta sebagai bahan studi dan penenlitian lebih
lanjut terutama mengenai masuknya islam ke pulau ambon. Pada akhir pembahasan penulis
menyimpulkan diantaranya bahwa islam telah masuk di pulau ambon dalam lingkungan
kerajaan hitu pada tahun 1400 masehi. Tetapi dimungkinkan sekali islam telah masuk pada
tahun 1250 masehi atau abad 13 melihat fungsi pulau ambon dalam perdagangan
internasional.
Islam datang di pulau ambon dibawa oleh para pedagang merangkap sebagai mubaligh dari
arab jawa dan ternate sehingga diterima oleh masyarakat pulau ambon dengan penuh
kedamaian. Peranan ambon dalam dunia perdagangan rempah-rempah nasional ikut
memperlancar dan mempunyai dampak positif dalam penyebaran agama islam. Ternyata
kerajaan hitu merupakan pusat politik islam pertama di pulau ambon yang didirikan oleh
empat orang perdana.
Masjid Tua Wapauwe yang telah berumur tujuh abad. Masjid yang dibangun pada tahun 1414
Masehi ini masih berdiri kokoh, menjadi bukti sejarah Islam masa lampau yang tak lapuk
oleh hujan panas dan tak lekang dimakan usia.
Masjid yang masih dipertahankan dalam arsitektur aslinya ini, berdiri di atas sebidang
tanah yang oleh warga setempat diberi nama Teon Samaiha. Letaknya diantara
pemukiman penduduk Kaitetu dalam bentuk yang sangat sederhana. Konstruksi bangunan
yang berdinding gaba-gaba (pelepah sagu yang kering) dan beratapkan daun rumbia
tersebut, masih berfungsi dengan baik sebagai tempat shalat Jumat maupun shalat lima
waktu, kendati sudah ada masjid baru di desa itu.

Bangunan induk Masjid Wapauwe hanya berukuran 10 x 10 meter, sedangkan bangunan


tambahan yang merupakan serambi berukuran 6,35 x 4,75 meter. Tipologi bangunannya
berbentuk empat bujur sangkar. Bangunan asli pada saat pendiriannya tidak mempunyai
serambi. Meskipun kecil dan sederhana, masjid ini mempunyai beberapa keunikan yang
jarang dimiliki masjid lainnya, yaitu konstruksi bangunan induk dirancang tanpa memakai
paku atau pasak kayu pada setiap sambungan kayu.

Hal lainnya yang bernilai sejarah dari masjid tersebut yakni tersimpan dengan baiknya
Mushaf Alquran yang konon termasuk tertua di Indonesia. Yang tertua adalah Mushaf
Imam Muhammad Arikulapessy yang selesai ditulis (tangan) pada tahun 1550 dan tanpa
iluminasi (hiasan pinggir). Sedangkan Mushaf lainnya adalah Mushaf Nur Cahya yang
selesai ditulis pada tahun 1590, dan juga tanpa iluminasi serta ditulis tangan pada kertas
produk Eropa.

Imam Muhammad Arikulapessy adalah imam pertama Masjid Wapauwe. Sedangkan Nur
Cahya adalah cucu Imam Muhammad Arikulapessy. Mushaf hasil kedua orang ini pernah
dipamerkan di Festival Istiqlal di Jakarta pada tahun 1991 dan 1995.

Anda mungkin juga menyukai