Anda di halaman 1dari 8

Nama :

NIM :
KUIS UTS Perilaku Pasar
Kasus Gagal Ginjal pada Anak karena Obat Sirup Paracetamol Drops
a. Latar Belakang
Pada kesempatan kuis UTS untuk mata kuliah Perilaku Pasar, saya akan
membahas objek kajian mengenai “Kasus Gagal Ginjal pada Anak Karena Obat Sirup
Paracetamol Drops”. Objek kajian ini akan saya kaitkan berdasar materi yang ada
pada e-book literatur yang kami gunakan selama kelas mata kuliah Perilaku Pasar,
yang berjudul Consumer Behavior Building Marketing Srategy 11th Edition. Setelah
dilanda wabah Covid-19, Indonesia menghadapi adanya ancama penyakit gagal ginjal
akut pada anak, bahkan hingga menyebabkan kematian. Karena adanya kasus ini, para
orang tua merasa cukup khawatir dengan penggunaan obat sirup penurun panas yang
mengandung Paracetamol, yang diduga menjadi penyebab dari gagal ginjal akut pada
anak ini. Di Gambia, Afrika Barat, kasus gagal ginjal akut pada anak disebabkan
akrena obat sirup dalam kemasan tersebut mengandung dietilen glikol maupun etilen
glikok. Etilen glikol dan dietilen glikol (DEG) adalah alcohol, yang merupakan cairan
bening (tidak berwarna) yang sedikit kental dengan bau yang menyenangkan dan rasa
yang manis yang digunakan sebagai pelarut. Efek dari DEG ini cukup cepat dirasakan
di tubuh, dimana metabolism utamanya terjadi di hari, kemudian akan secara cepar
dieliminasi melalui ginjal, baik zat utama ataupun metabolitnya, yaitu asalam 2-
hidroksietoksiasetat (HEAA). Obat sirup Paracetamol kemasan dus 60 ml dengan
nomor izin edar GBL1801708137A1, yang merupakan produk dari PT Afi Farma
resmi dilarang dan dicabut izin edarnya oleh BPOM pada 6 November 2022. Ini
merupakan salah satu dari sekian banyak obat sirup yang dilarang beredar dan dicabut
izinnya oleh BPOM. Kementrian kesehatan telah menyimpulkan bahwa obat sirup
yang telah disebutkan merupakan salah satu dari sekian obat sirup yang menjadi
penyebab dari gagal ginjal akut pada anak.

b. Berdasar dari PPT slide 9, materi ke-2 mengenai Attention. Attention atau
perhatian, menuntut konsumen untuk mengalokasikan sumber daya mental yang
terbatas untuk memproses rangsangan yang masuk, seperti berapa lama barang ada di
rak toko, atau berapa banyak iklan yang ditampilkan dalam sebuah Web. Perhatian
konsumen bersifat selektif, karena secara sadar atau tidak, mau tidak mau, harus
menerima ribuan bahkan jutaan rangsangan dari sekian yang bisa mereka proses. Sifat
konsumen yang selektif ini memiliki implikasi besar bagi pemasar. Perlu ditinjau
kembali, bahwa sebelum kasus ini terjadi, Paracetamol merupakan obat sirup yang
biasanya aman untuk digunakan dalam dosis yang direkomendasikan dan hanya
dalam jangka waktu yang pendek. Tetapi, penggunaan Paracetamol dalam jangka
waktu yang panjang dan dalam dosis yang terlalu tinggi, dapat menyebabkan
kerusakan pada hati dan ginjal. Hal ini terkait dengan materi Attention yang dijelaskan
di pertemuan kedua. Attention ditentukan oleh tiga faktor, yaitu: (1) Faktor stimulus.
Faktor stimulus adalah hal-hal yang menarik perhatian seseorang, seperti misal
promosi atau iklan yang menjanjikan, iklan obat yang efektif dan memberikan efek
yang cepat dengan harga yang murah. Dalam kasus gagal ginjal akut karena DES
pada obat sirup, faktor stimulus dapat terkait dengan promosi obat yang kurang
berkualitas atau tidak terdaftar resmi di BPOM, serta harga yang sangat murah dan
mudah diperoleh dapat mengatasi gejala terkait tanpa memperdulikan kandungan apa
yang ada di dalam obat tersebut. Selain itu, perhatian konsumen dapat memainkan
peran penting dalam kasus gagal ginjal karena Paracetamol. Ini terkait dengan
bagaimana kurangnya pengetahuan mengani dosis yang tepat. Banyak yang mungkin
tidak tahu dosis yang tepat dari Paracetamol dan mungkin mengambi, terlalu banyak
dosis dalam jangka waktu yang terlalu sering. Ini dapat menjadi salah saty akibat dari
gagal ginjal. Karena adanya kasus gagal ginjal akut pada anak yang disebabkan
karena obat sirup Paracetamol, para konsumen, khususnya orang tua yang memiliki
anak kecil yang sedang sakit, akan memiliki persepsi yang berubah terkait
Paracetamol ini, Mereka cenderung was-was untuk memberikan obat sirup ini kepada
anak-anak mereka yang sedang demam, maupun batuk dan pilek. Padahal,
sebelumnya Paracetamol memiliki persepsi tingkat keamanan yang cukup terpercaya.
Selain banyak disediakan di banyak apotik, Paracetamol juga banyak
direkomendasikan oleh banyak orang tua yang memiliki pengalaman anaknya yang
sakit demam. Selain itu, karena adanya kasus ini, para konsumen cenderung
menyamaratakan produk yang mengandung Paracetamol dapat menyebabkan gagal
ginjal akut pada anak. (2) Faktor individu. Faktor individu merupakan karakteristik
dari seseorang yang dapat memengaruhi perhatiannya, seperti usia, pendidikan,
pengetahuan, dan pengalaman. Dalam kasus gagal ginjal akut karena kandungan DEG
pada obat sirup, pengetahuan konsumen tentang obat dan kemampuan untuk
membedakan antara obat yang berkualitas dengan obat yang tidak berkualitas atau
palsu. Konsumen yang kurang mengetahui mengenai kandungan obat, tidak mampu
membedakan obat yang terdaftar dan yang telah dicabut izinnya dari BPOM, dapat
tertipu dengan adanya kandungan DEG pada obat sirup. (3) Faktor situasional. Faktor
situasional adalah hal-hal yang terjadi pada suatu situasi tertentu dan dapat
mempengaruhi perhatian seseorang, seperti stres, kelelahan, dan urgensi. Dalam kasus
gagal ginjal karena kandungan DEG pada obat sirup, faktor situasional dapat terkait
dengan kebutuhan mendesak untuk mengatasi gejala atau kondisi kesehatan yang
mungkin tidak memiliki alternatif pengobatan lain. Misalnya, seorang konsumen yang
sedang mengalami sakit demam yang parah dan tidak dapat menemukan alternatif
pengobatan yang memadai dapat tergoda untuk membeli obat sirup yang tidak
terdaftar di BPOM dengan harga murah tanpa memperhatikan risiko kerusakan ginjal
atau organ tubuh lainnya. Kasus gagal ginjal pada anak karena kandungan DEG pada
Paracetamol ini dapat menjadi perhatian dalam aspek pemasaran dan konsumen yang
berkaitan dengan keselamatan produk dan tanggung jawab sosial perusahaan. Pemasar
dan produsen obat harus memperhatikan risiko yang mungkin ditimbulkan oleh
produk mereka, dan harus bertanggung jawab untuk menyediakan produk yang aman
dan berkualitas tinggi untuk konsumen. Hal ini dapat mencakup peningkatan label
peringatan tentang dosis yang tepat dan bahan-bahan yang terkandung dalam produk,
serta pengembangan kampanye pemasaran yang fokus pada keselamatan dan
keamanan produk. Attention berkaitan dengan bagaimana pemasar dapat menarik
perhatian konsumen melalui strategi iklan, promosi, dan lainnya. Namun, dalam kasus
produk yang terkait dengan kesehatan dan keselamatan, perhatian juga harus
diberikan pada informasi dan label produk yang jelas dan terpercaya, serta
pengembangan hubungan jangka panjang dengan konsumen melalui tanggung jawab
sosial perusahaan yang lebih besar.

c. Berdasar dari PPT slide 8-11, materi ke-4 mengenai Motif Psikologis McGuire.
Teori McGuire mengemukakan bahwa pesan persuasif dapat mempengaruhi perilaku
seseorang melalui pemenuhan kebutuhan psikologis tertentu. Terdapat empat jenis
motif psikologis dalam teori McGuire, yaitu: (1) Cognitive Preservation Motives
(Motif pelestarian kognitif). Motif ini berkaitan dengan kebutuhan individu untuk
mempertahankan atau melindungi pengetahuan, kepercayaan, dan keyakinan yang
sudah dimilikinya. Contohnya, pesan persuasif yang menginformasikan kepada
konsumen bahwa produk tertentu yang telah mereka gunakan selama ini lebih aman
dan efektif dibandingkan produk sejenis lainnya, sehingga dapat membuat konsumen
merasa lebih aman dan percaya pada produk tersebut. Terkait dengan kasus gagal
ginjal akut yang terjadi pada anak karena obat sirup, dimana kasus ini dapat
memotivasi para konsumen untuk lebih berhati-hati dan memperhatikan kandungan
apa saja yang ada pada obat-obatan. Selain itu, konsumen akan cenderung lebih
memperhatikan risiko apa saja yang ditimbulkan setelah mengonsumsi obat tertentu,
tidak hanya obat sirup Paracetamol saja. (2) Cognitive Growth Motives (Motif
pertumbuhan kognitif). Motif ini berkaitan dengan kebutuhan individu untuk
memperluas pengetahuan, meningkatkan pemahaman, dan belajar hal-hal baru.
Contohnya, pesan persuasif yang mempromosikan suatu produk atau jasa dengan
menyampaikan manfaat baru atau fitur yang lebih canggih, sehingga konsumen
merasa tertarik dan ingin mencoba produk tersebut. Kaitannya dengan kasus gagal
ginjal akut pada anak karena kandungan DEG ini adalah konsumen termotivasi untuk
mengingkatkan pengetahuan dan pemahaman mereka terkait obat-obatan. Kasus ini
juga dapat memotivasi konsumen untuk mencari informasi yang lebih banyak dan
relevan terkait pengobatan alternative atau mencari bantuan dari ahli medis yang
terpercaya. (3) Affective Preservation Motives (Motif pelestarian afektif). Motif ini
berkaitan dengan kebutuhan individu untuk mempertahankan atau melindungi emosi
atau perasaan positif yang sudah dimilikinya. Contohnya, pesan persuasif yang
menonjolkan keuntungan-keuntungan dari suatu produk atau jasa yang telah disukai
atau dipakai oleh konsumen sebelumnya, sehingga dapat membuat konsumen merasa
nyaman dan terus menggunakan produk tersebut. Kaitannya dengan kasus gagal ginjal
akut pada anak karena kandungan DEG ini adalah konsumen akan termotivasi untuk
mempertahankan pengalaman dan keyakinan yang sudah ada sebelumnya. Kasus ini
memotivasi konsumen untuk mencari obat yang lebih aman atau mempertimbangkan
penggunaan obat yang berlebihan dengan lebih memperhatikan kandungan apa yang
ada pada obat tersebut. (4) Affective Growth Motives (Motif pertumbuhan afektif).
Motif ini berkaitan dengan kebutuhan individu untuk memperluas dan meningkatkan
perasaan positif atau emosi positif yang dirasakan. Contohnya, pesan persuasif yang
mempromosikan produk atau jasa dengan menonjolkan manfaat bagi lingkungan atau
sosial, sehingga konsumen merasa berkontribusi pada masyarakat dan merasa bahagia
karena dapat membantu orang lain. Kaitannya dengan kasus gagal ginjal akut pada
anak karena kandungan DEG ini adalah motivasi untuk memperluas perasaan positif.
Kasus ini dapat memotivasi seseorang untuk mencari pengobatan alternative atau
mungkin pengobatan tradisional yang dapat membantu meningkatkan kesehatan dan
kualitas hidupnya. Dalam praktiknya, pesan persuasif yang disusun dengan
memperhatikan motif-motif psikologis McGuire dapat lebih efektif dalam
mempengaruhi perilaku seseorang karena pesan tersebut dapat memenuhi kebutuhan
psikologis yang mendasar bagi konsumen. Pada materi ini, perilaku konsumen dapat
dikaitkan dengan bagaimana persepsi konsumen terhadap kualitas dan keselamatan
produk dapat memengaruhi keputusan pembelian mereka. Pada materi ini juga terkait
bagaimana kasus gagal ginjal pada anak karena kandungan DEG pada paracetamol
dapat memengaruhi persepsi konsumen terhadap merek tertentu yang mengandung
bahan kimia tersebut dan bagaimana hal itu dapat mempengaruhi keputusan
pembelian mereka.

d. Berdasar dari PPT slide 11, materi ke-5 mengenai Strategi Perubahan Sikap. Pada
buku literature yang kami gunakan, yang berjudul Consumer Behavior: Building
Marketing Strategy, 11th Edition, dijelaskan bahwa ada beberapa strategi yang dapat
dilakukan untuk merubah sikap konsumen. Pertama, komunikasi persuasif.
Komunikasi persuasif dilakukan dengan mengajak konsumen untuk berpikir secara
kritis dan mempertimbangkan argumen yang disampaikan. Biasanya strategi ini
dilakukan dengan memaparkan informasi yang menarik dan meyakinkan tentang
produk atau layanan yang ditawarkan. Kedua, pengalaman langsung. Dalam hal ini,
konsumen diberikan kesempatan untuk merasakan atau mencoba produk atau layanan
yang ditawarkan. Melalui pengalaman langsung, konsumen akan lebih mudah
merasakan manfaat dan kepuasan yang diperoleh dari produk atau layanan tersebut.
Ketiga, perubahan persepsi. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan informasi
yang berbeda atau dengan menampilkan produk atau layanan dalam konteks yang
berbeda. Tujuannya adalah untuk merubah persepsi konsumen terhadap produk atau
layanan yang awalnya tidak diminati menjadi lebih menarik. Keempat, komunikasi
emosional. Dalam hal ini, konsumen dihubungi dengan membangkitkan emosi atau
perasaan tertentu. Kelima, pengaruh sosial. Dalam hal ini, konsumen dihubungi
dengan menunjukkan bahwa produk atau layanan yang ditawarkan telah digunakan
atau disukai oleh banyak orang. Dengan cara ini, konsumen akan merasa lebih
percaya diri dan cenderung membeli produk atau layanan yang ditawarkan. Kasus
gagal ginjal akibat kandungan DEG dalam obat sirup adalah sebuah kasus yang
menyebabkan perubahan sikap pada konsumen terhadap obat sirup, salah satunya
Paracetamol. Konsumen yang tadinya mempercayai dan menggunakan Paracetamol,
setelah mengetahui efek buruknya, kemungkinan besar akan mengubah sikap mereka
terhadap produk tersebut dan mencari alternatif yang lebih aman. Bahkan, sebagian
besar rumah sakit mengubah obat sirup ini menjadi obat bubuk yang dikonsumsi
dengan cara ditambahkan dengan air hangat, dan ini bisa dilakukan sendiri dirumah.
Ada tiga strategi utama dalam perubahan sikap, yaitu: (1) Change the cognitive
component. Perubahan komponen kognitif mencakup mengubah keyakinan,
pengetahuan, dan persepsi konsumen tentang suatu produk atau merek. Strategi yang
dapat digunakan untuk mengubah komponen kognitif meliputi memberikan informasi
yang lebih lengkap dan akurat tentang produk atau merek, menekankan keunggulan
produk, serta memperbaiki citra merek yang buruk. Dalam kasus gagal ginjal akibat
kandungan DEG pada Paracetamol, produsen dapat menggunakan strategi ini dengan
memberikan informasi yang lebih akurat dan transparan tentang produk Paracetamol.
Karena, walaupun Paracetamol adalah yang diduga sebagai akibat dari gagal ginjal,
namun bukan berarti semua produsen Paracetamol menggunakan kandungan DEG. Ini
dapat dilakukan dengan memberikan informasi lebih detail tentang bahan-bahan dan
kandungan apa saja yang ada pada obat Paracetamol. (2 Change the affective
component. Perubahan komponen afektif melibatkan mengubah perasaan, sikap, dan
emosi konsumen terhadap suatu produk atau merek. Strategi yang dapat digunakan
untuk mengubah komponen afektif meliputi penggunaan pesan emosional dalam iklan
atau kampanye pemasaran, menunjukkan nilai-nilai merek yang sejalan dengan nilai-
nilai konsumen, serta menggandeng para ahli untuk membantu memperbaiki citra
merek. Dalam kasus ini, produsen dapat menggunakan strategi ini dengan cara
membangun citra merek yang kuat yang sejalan dengan nilai-nilai konsumen, seperti
keamanan dan kualitas. Dalam hal ini, PT Afi Farma dapat menggunakan pesan
emosional untuk menunjukkan kepedulian mereka terhadap keselamatan konsumen
dan memberikan rasa aman pada konsumen dengan menunjukkan keseriusan mereka
dalam memperbaiki produk obat sirup mereka. (3) Change the behavioral component.
Perubahan komponen perilaku melibatkan mengubah tindakan atau perilaku
konsumen terhadap suatu produk atau merek. Strategi yang dapat digunakan untuk
mengubah komponen perilaku meliputi memberikan insentif atau reward bagi
konsumen yang menggunakan produk atau merek tertentu, mempermudah
aksesibilitas produk atau merek, serta memberikan pengalaman langsung dengan
produk atau merek melalui program percobaan atau uji coba gratis. PT Afi Farma
dapat menggunakan strategi ini dengan memberikan insentif, seperti diskon atau
promo, atau meningkatkan aksesibilitas produk obat mereka, seperti dengan membuat
produk tersedia secara online atau di toko-toko kesehatan terkemuka. Dengan
memberikan insentif atau meningkatkan aksesibilitas produk obat, produsen obat
dapat mempengaruhi perilaku konsumen dan membantu memperbaiki persepsi
konsumen terhadap produk obat mereka. Dalam praktiknya, perubahan sikap
konsumen seringkali melibatkan kombinasi dari tiga strategi ini. Dalam mengadopsi
strategi perubahan sikap, penting bagi pemasar untuk memahami faktor-faktor yang
mempengaruhi keputusan pembelian konsumen dan bagaimana pengaruh dari setiap
strategi dapat berbeda-beda pada masing-masing individu. Kasus gagal ginjal pada
anak karena kandungan DEG pada Paracetamol ini adalah masalah kesehatan yang
berkaitan dengan penggunaan bahan obat-obatan yang tidak tepat, bukan masalah
perilaku konsumen. Meski begitu, pemasar harus memahami bagaimana perilaku
konsumen dapat mempengaruhi persepsi mereka terhadap produk dan merek. Dalam
konteks kesehatan, hal ini dapat membantu pihak-pihak terkait dalam mengedukasi
masyarakat tentang penggunaan obat-obatan yang tepat dan menghindari kasus-kasus
yang berbahaya seperti kasus gagal ginjal pada anak karena kandungan DEG pada
Paracetamol.

e. Kesimpulan
Kasus gagal ginjal pada anak akibat kandungan DEG pada obat Paracetamol adalah
sebuah kasus medis yang serius dan memerlukan perhatian serius dari masyarakat dan
pengambil keputusan. DEG (diethylene glycol) adalah zat kimia beracun yang
kadang-kadang digunakan sebagai pengganti etanol atau alkohol dalam produk-
produk konsumen yang tidak aman, seperti obat-obatan. Ketika obat paracetamol
mengandung DEG, bisa terjadi keracunan pada tubuh, terutama pada ginjal dan hati.
Hal ini sangat berbahaya bagi anak-anak yang memiliki organ tubuh yang masih
rentan dan belum sepenuhnya berkembang. Kini sangat penting untuk diberitakan dan
dipublikasikan agar konsumen menyadari bahaya dan risiko penggunaan obat-obatan
yang tidak aman. Dalam hal ini, media massa dan berbagai lembaga pemerintah harus
bekerja sama untuk memberikan informasi yang jelas dan tepat mengenai bahaya
penggunaan obat-obatan yang mengandung DEG. Selain itu, kasus ini juga
menunjukkan pentingnya motif psikologis McGuire dalam mempengaruhi sikap
konsumen terhadap penggunaan obat-obatan yang mengandung DEG. Motif
psikologis McGuire terdiri dari lima tahap, yaitu perhatian, kepentingan, sikap,
pengingatan, dan tindakan. Dalam konteks kasus ini, konsumen perlu diberikan
perhatian dan kepentingan tentang bahaya penggunaan obat-obatan yang tidak aman,
sehingga mereka dapat membentuk sikap yang tepat dan mengingat bahaya tersebut
ketika ingin membeli obat. Perubahan sikap konsumen terhadap kasus ini bisa terjadi
jika konsumen merasa bahwa mereka sudah tidak percaya lagi dengan obat yang
mengandung DEG. Hal ini bisa mempengaruhi produsen obat dan perusahaan farmasi
untuk lebih berhati-hati dalam memproduksi obat-obatan yang aman dan terjamin
kualitasnya. Selain itu, perusahaan farmasi juga harus lebih transparan dan terbuka
dalam memberikan informasi mengenai kandungan bahan-bahan kimia yang
terkandung dalam obat mereka, sehingga konsumen dapat membuat keputusan yang
tepat ketika membeli obat.

f. Daftar Pustaka
Hawkins, D. I., dan Mothersbaugh, D. L. (2010). Consumer Behavior: Building
Marketing Strategy (11 th ed.). McGraw-Hill/Irwin.

uns.ac.id. (2022, 19 Oktober). Benarkah Paracetamol Sirup Sebabkan Gagal Ginjal


Akut pada Anak?. Diakses pada 2 April 2023, dari https://uns.ac.id/id/uns-
update/benarkah-paracetamol-sirup-sebabkan-gagal-ginjal-akut-pada-anak.html

nasional.kontan.co.id. (2022, 16 November). Kemenkes Simpulkan Obat Sirup Gagal


Ginjal, Ini 73 Obat Sirup Dilarang BPOM. Diakses pada 2 April 2023, dari
https://nasional.kontan.co.id/news/kemenkes-simpulkan-obat-sirup-penyebab-gagal-
ginjal-ini-73-obat-sirup-dilarang-bpom

Anda mungkin juga menyukai