Anda di halaman 1dari 8

HUKUM PERLINDUNGAN Keywords: Consumer Protection Law,

KONSUMEN TERHADAP Syrup Medicine with Dangerous


KERUGIAN AKIBAT EFEK Chemicals.
SAMPING PENGGUNAAN
OBAT SIRUP ANAK YANG Abstrak: Artikel ini membahas tinjauan
perlindungan hukum bagi konsumen
MENGANDUNG ZAT KIMIA
terhadap kerugian yang ditimbulkan
BERBAHAYA DITINJAU akibat efek samping obat sirup anak yang
BERDASARKAN UU NO 8 mengandung zat kimia berbahaya berupa
TAHUN 1999 ethylene glycol (EG), dan diethylene glycol
(DEG) serta tanggung jawab hukum dari
pelaku usaha kepada pihak-pihak yang
Oleh kelompok 2 : dianggap dirugikan. Metode penulisan
artikel ini menggunakan metode penelitian
Ahmad Faruq Musyaffa (2091024029) hukum normatif, dengan mengacu kepada
Nurul Hikmah (2091024032)
Azizi Fahmi (20910240) UU No. 8 Tahun 1999 tentang
Silvi Maslahatul Ummah (2091024024) Perlindungan Konsumen. Hasil penelitian
Linda Kusnalia (20910240)
menunjukkan sebuah kesimpulan bahwa
Gita Putri Rachmatin (2091024058)
Irchas Hidayatus Zahro (20910240) pelaku usaha yang dalam peredaran
Mar atus Sholikhah (2091024021) produknya telah melanggar UU
Sherli Israni (2091024057)
M. Rifqy Ali (20910240) Perlindungan Konsumen antara lain pasal
4 huruf a dan h, pasal 7 huruf b, d dan f,
pasal 8 ayat 1-3 serta pasal 19 ayat 1.
Abstract: This article discusses a review of
Kata Kunci: Hukum Perlindungan
legal protection for consumers against
Konsumen, Obat Sirup dengan Bahan
losses arising from the side effects of
Kimia Berbahaya.
children's syrup containing dangerous
chemicals in the form of ethylene glycol
(EG), diethylene glycol (DEG) and
ethylene glycol butyl ether (EGBE), and A. Latar Belakang
the legal responsibility of the perpetrators.
Obat sirup sudah menjadi pilihan
efforts to parties deemed to have suffered
utama bagi anak-anak dalam membantu
losses. The method for writing this article proses penyembuhan pada penyakit
uses normative legal research methods, yang ada di dalam tubuh mereka.
referring to Law no. 8 of 1999 concerning Alasan utama mereka lebih memilih
Consumer Protection. The results of the obat sirup ketimbang obat tablet atau
research show a conclusion that business kapsul adalah karena lebih mudah
actors in the distribution of their products dikonsumsi. Apalagi rasa dari obat sirup
tersebut cenderung tidak pahit jika
have violated the Consumer Protection
dibandingkan dengan jenis obat lainnya.
Law, including article 4 letters a and h, Selain itu, anak-anak pada umumnya
article 7 letters b, d and f, article 8 belum bisa mengonsumsi obat dalam
paragraphs 1-3 and article 19 paragraph bentuk tablet atau kapsul karena tekstur
1. dan porsinya yang besar sehingga

1|ARTIKEL KELOMPOK 2 HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN


menyulitkan saat menelannya. Oleh Maka dari itu, masyarakat kita
karena itu, obat sirup ini menjadi dihimbau untuk lebih waspada dan hati-
pilihan alternatif bagi para orang tua hati dalam memilih obat-obatan dalam
agar buah hatinya tetap mau bentuk sirup sesuai dengan arahan dari
mengonsumsi obat guna menjaga pemerintah. Pemerintah juga
kesehatan tubuh dan membantu mengambil langkah cepat dan tanggap
memulihkan tubuh mereka dari segala dalam menyikapi masalah ini.
macam penyakit yang menyerang.
B. Pembahasan
Namun pada beberapa tahun
terakhir, telah terjadi sebuah kasus yang
Kasus obat sirup menimbulkan
sangat menggemparkan seluruh warga
gagal ginjal akut, ratusan anak di
dunia terutama warga negara Indonesia
Indonesia dalam waktu relatif singkat
terkait cemaran etilen glikol (EG) dan
menyebabkan gagal ginjal berujung
dietilen glikol (DEG) yang melebihi
pada kematian yang disebabkan
ambang batas aman yang telah
beberapa perusahaan farmasi
ditetapkan oleh Badan Pengawas Obat
melakukan pelanggaran dalam
dan Makanan (BPOM) dan juga oleh
memproduksi obat mengunakan
WHO (World Health Organization).
campuran diatas ambang batas dan
lemah pengawasan BPOM terhadap
Organisasi Kesehatan Dunia peredaran obat dimasyarakat. Kasus
(WHO) menerbitkan peringatan gagal ginjal akut yang menyerang
larangan keras penggunaan delapan banyak anak dalam kurun waktu dua
obat sirup mengandung cemaran etilen bulan terakhir telah mencapai hingga
glikol dan dietilen glikol yang telah 200 lebih kasus.Kementerian
dilarang oleh BPOM Indonesia. Kesehatan RI dan BPOM menghimbau
Dilansir dari laman resmi WHO, Rabu kepada semua pelaku usaha agar
(2/11/2022), produk obat sirup atau cair melakukan penyetopan dan tidak
tersebut dianggap gagal memenuhi memperdagangkan segala obat
standar kualifikasi dan spesifikasi obat berbentuk cair atau sirup. Kasus obat
yang aman sehingga membahayakan cair yang menimbulkan gagal ginjal
kesehatan, terutama untuk anak-anak. akut pada anak mengandung tiga zat
kimia membahayakan kesehatan yaitu
Obat-obat yang telah tercemar zat ethylene glycol (EG), diethylene glycol
tersebut diidentifikasi berada dan (DEG), dan ethylene glycol butyl ether
sedang digunakan di negara kita, (EGBE). EG dan DEG merupakan
Indonesia. Namun, ada kemungkinan bahan baku obat yang digunakan
obat tersebut didistribusikan dan sebagai bahan baku pelarut pada obat
dibawa secara tidak resmi ke negara sirup. Penggunaan yang tidak wajar
atau wilayah lain. Hal ini tidak bisa melebihi ambang batas menimbulkan
dianggap remeh, karena dapat resiko berakibat menimbulkan gagal
menyebabkan efek samping yang ginjal akut. Kemenkes dan BPOM
sangat berbahaya untuk kesehatan, menghimbau kepada masyarakat
mulai dari gejala sakit perut, muntah- anakanak mengalami demam, batuk,
muntah, diare, tidak bisa kencing, sakit mengkonsumsi obat dalam bentuk
kepala, perubahan kondisi mental, gagal puyer, kapsul, tablet mengurangi rasa
ginjal akut, bahkan efek paling pahit dapat ditambah pemanis. BPOM
berbahaya bisa menyebabkan kematian. berperan melakukan pengawasan obat
sebelum dan setelah obat beredar di
masyarakat.

2|ARTIKEL KELOMPOK 2 HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN


Kasus obat sirup menandakan pengolahan, pengepakan, penyimpanan
lemahnya fungsi BPOM melakukan dan dapat dipastikan bahwa obat yang
pengawasan setelah obat beredar akan diterbitkan izin edarnya
dimasyarakat. Jika ditemukan bukti dipastikan aman dan tidak
bahwa izin edar dari produk tersebut membahayakan kesehatan masyarakat.
tidak ada, maka yang bertanggung Fungsi pengawasan BPOM sebelum
jawab adalah pelaku usaha yang obat beredar sangat penting karena
memproduksi obat sirup. Tanggung merupakan tindakan pencegahan agar
jawab BPOM dalam melakukan obat beredar tidak membahayakan
pengecekan ke lapangan ke tempat kepada masyarakat.
penjualan obat, menarik peredaran obat
yang tidak berlabel, memberikan Upaya yang dilakukan oleh BPOM
edukasi kepada masyarakat sebelum terkait kasus obat sirup anak dalam
membeli obat untuk membaca terlebih melindungi konsumen anak adalah
dahulu tulisan yang terdapat pada melakukan tindakan
label. Tujuannya agar konsumen dapat preventif/pencegahan dilakukan
terhindar dari obat-obat yang mencegahnya timbulnya kasus korban
berbahaya. Sebelum obat beredar baru. Tindakan preventi yang
perusahaan farmasi berkewajiban dilakukan oleh BPOM mencegah
mendaftarkan produknya ke BPOM korban baru adalah menarik obat sirup
dapat dilakukan (2) dua cara yaitu jalur dari peredarannya, mengimbau kepada
umum dan jalur kilat (one day service). masyarakat agar tindak membeli obat
Pendaftaran secara daring melalui e- sirup dalam bentuk cair tapi membeli
Reg BPOM. Prosesnya selama 30 hari obat dalam bentuk serta
dan masa berlaku Izin edar BPOM 5 mengkonsultasikan kepada Dokter
(lima) tahun. sebelum mengonsumsi obat.

Peraturan Pemerintah Nomor 80 BPOM mengumumkan daftar obat


Tahun 2017 tentang Badan Pengawas -obat sirup melalui ruang layanan
Obat dan Makanan. Lembaga BPOM, masyarakat, media elektronik dan
Pasal 2 ayat 1 dan 2 menyatakan media cetak dan menurunkan team
BPOM betugas menyelenggaran tugas kelapangan untuk untuk mencek ke
pemerintah di bidang pengawasan obat tempat penjualan obat dan mengambil
dan makanan sesuai peraturan sampel obat untuk dilakukan
perundang-undangan yang berlaku, pemeriksaan dilaboratorium dan
terdiri dari obat, bahan obat, narkotika, memberitahukan kepada pera
psikotropika, prokusor, zat adiktif, obat pedagang obat untuk sementara tidak
tradisional, suplemen kesehatan, melakukan penjaualan terhadap obat
kosmetik dan pangan olahan. Dengan cair sirup kepada konsumen. Daftar 69
adanya kasus ini agar BPOM perlu obat sirup yang dicabut izinnya oleh
meningkatkan fungsi pengawasan BPOM, mengandung Etilen Glikol
sebelum obat beredar yang merupakan melebihi kadar aman
tindakan preventif/pencegahan agar
obat beredar sesuai standar mutu dan Obat sirup dari PT Yarindo
tidak kesehatan masyarakat. Fungsi Farmatama:
BPOM melakukan pengawasan
sebelum peredaran obat di masyarakat 1. Cetirizine HCL, sirup, kemasan
adalah melakukan analisis terhadap dus, 1 botol @ 60 ml
produk obat yang diproduksi diteliti,
cermat berkaitan bahan baku, cara

3|ARTIKEL KELOMPOK 2 HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN


2. Dopepsa, suspensi, kemasan dus, 1. Afibramol, drops, kemasan dus, 1
botol @ 100 ml botol 15 ml
2. Afibramol, sirup, kemasan dus, 1
3. Flurin DMP, sirup, kemasan dus, botol plastik 60 ml
botol plastik @ 60 ml 3. Afibramol Rasa Anggur, sirup,
kemasan dus, 1 botol plastik 60 ml
4. Sucralfat, suspensi, kemasan dus, 4. Afibramol Rasa Apel, Sirup,
botol @ 100 ml kemasan dus, 1 botol plastik 60 ml
5. Afibramol Rasa Jeruk, sirup,
5. Tomaag Forte, suspensi, kemasan kemasan dus, 1 botol plastik 60 ml
dus, botol @ 100 ml 6. Afibramol 250, sirup, kemasan dus,
1 botol plastik 60 ml
6. Yarizine, sirup, kemasan dus, botol 7. Afibramol 160, sirup, kemasan dus,
@ 60 ml botol plastik 60 ml
8. Aficitrin, sirup, kemasan dus, 12
Obat sirup dari PT Universal botol plastik 10 ml
Pharmaceutical Industries: 9. Ambroxol HCI, sirup, kemasan
botol plastik 60 ml
1. Antasida Doen, suspensi, kemasan 10. Antasida Doen, suspensi, kemasan
botol @ 60 ml botol plastik 60 ml
2. Fritillary & Almond Cough 11. Antasida Doen, suspensi, kemasan
Mixture, sirup, kemasan dus, botol dus, 1 botol plastik 60 ml
@ 100 ml 12. Broncoxin, sirup , kemasan dus, 1
3. Glynasin, sirup, kemasan dus, botol botol plastik 60 ml
@ 60 ml 13. Cetirizine Hydrichloride, sirup,
4. New Mentasin, sirup, kemasan dus, kemasan botol plastik 60 ml
botol @ 110 ml 14. Cetirizine Hydrichloride, sirup,
5. New Mentasin, sirup, kemasan dus, kemasan dus, 1 botol plastik 60 ml
botol @ 60 ml 15. Chloramphenicol Palmitate,
6. Unibebi Cough Syrup, obat sirup suspensi kemasan botol plastik 60
kemasan dus, botol @ 60 ml ml
7. Unibebi Cough Syrup Rasa Jeruk, 16. Coldys Jr Suspensi, kemasan dus, 1
obat sirup kemaan dus, botol @ 60 botol plastik 60 ml
ml 17. Coldys Jr Forte, suspensi, kemasan
8. Unibebi Demam, drops, kemasan dus, 1 botol plastik 60 ml
dus botol @ 15 ml 18. Domino, drops, kemasan dus, 1
9. Unibebi Demam, obat sirup botol 10 ml
kemasan dus, botol @ 60 ml 19. Domino, suspensi, kemasan botol
10. Unidryl, sirup, kemasan dus, botol plastik 60 ml
@ 60 ml 20. Domperidone, drops, kemasan dus,
11. Uniphenicol, suspensi kemasan 1 botol 60 ml
dus, botol @ 60 ml 21. Domperidone, suspensi, kemasan
12. Univxon, sirup, kemasan dus botol dus, 1 botol plastik 60 ml
@ 15 ml 22. Ecomycetin suspensi, kemasan dus,
13. Uni OBH, sirup, kemasan botol @ 1 botol plastik 60 ml
100 ml 23. Fumadryl sirup, kemasan dus, 1
14. Uni OBH, sirup, kemasan botol @ botol plastik 60 ml
300 ml 24. Fumadryl sirup, kemasan dus, 1
Obat sirup dari PT Afi Farma: botol plastik 100 ml

4|ARTIKEL KELOMPOK 2 HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN


25. Gastricid, suspensi, kemasan dus, 1 49. Zyleron, sirup, kemasan dus, 1
botol plastik 60 ml botol plastik 60 ml
26. Ibuprofen, suspensi, kemasan botol
plastik 60 ml
27. Ibuprofen, suspensi, kemasan dus,
1 botol plastik 60 ml
28. Obat Batuk Hitam, sirup, kemasan
botol plastik 100 ml
29. OBH Afi, sirup, kemasan dus, 1
botol plastik 125 ml Melakukan pemeriksaan terhadap
30. LBH Afi Rasa Lemon, sirup, bahan bahan baku, proses produksi,
kemasan dus, 1 botol plastik 100 pemeriksaan dilaboratorium,
ml pengepakan dan tindakan lainnya
31. OBH Afi Rasa Mint, sirup, dilakukan BPOM sebelum surat izin
kemasan botol plastik, 100 ml edar diterbitkan merupakan bentuk
32. Paracetamol, drops, kemasan dus, 1 perlindungan hukum konsumen yang
botol plastik 15 ml dilakukan oleh BPOM dan BPOM
33. Paracetamol Rasa Anggur, sirup, harus dapat menjamin bahwa obat cair
kemasan botol plastik 60 ml sebelum beredar tidak membahayakan
34. Paracetamol Rasa Anggur, kepada konsumen. Tindakan represif
kemasan dus, 1 botol plastik 60 ml merupakan bentuk perlindungan
35. Paracetamol Rasa Apel, sirup, hukum dilakukan BPOM setelah
kemasan botol plastik 60 ml adanya kasus.
36. Paracetamol Rasa Apel, sirup,
kemasan dus, 1 botol plastik 60 ml Berkaitan kasus obat sirup
37. Paracetamol Rasa Jeruk, sirup, menimbulkan gagal ginjal akut anak
kemasan botol plastik 60 ml tindakan represif yang dilakukan oleh
38. Paracetamol Rasa Jeruk, sirup, BPOM adalah menarik obat dari
kemasan dus, 1 botol plastik 60 ml peredaran untuk dimusnahkan,
39. Paracetamol Rasa Mint, sirup,l pencabutan sertifikat terhadap Cara
kemasan dus, 1 botol 60 ml Pembuatan Obat yang baik (CPOB),
40. Paracetamol Rasa Mint, sirup, menghimbau kepada masyarakat untuk
kemasan dus, 1 botol plastik 60 ml membeli obat di tempat pelayanan
41. Paracetamol Rasa Strawberry, kefarmasian yang legal, seperti apotek
sirup, kemasan botol plastik 60 ml dan toko obat. Obat yang dibeli secara
42. Paracetamol Rasa Strawberry, online melalui platform Penyelenggara
sirup, kemasan botol plastik 60 ml Sistem Elektronik Farmasi (PSEF)
43. Resproxol, drops, kemasan dus, 1 yang telah mendapatkan izin dari
botol 15 ml Pemerintah.
44. Resproxol, sirup, kemasan dus, 1
botol plastik 60 ml 1. Peranan obat sirup di
45. Vipcol, sirup, kemasan dus, 1 botol masyarakat
plastik 60 ml
46. Zinc Go, sirup, kemasan dus, 1
botol plastik 100 ml Pengobatan sendiri atau
47. Zinc Go Forte, sirup, kemasan dus, swamedikasi adalah cara yang
1 botol plastik 60 ml
48. Zinc Sulfate Monohydrate, sirup, paling umum dilakukan oleh
kemasan dus, 1 botol plastik 60 ml orang untuk mengatasi keluhan

5|ARTIKEL KELOMPOK 2 HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN


atau gejala penyakit mereka penggunaan, efek samping
sebelum mereka pergi ke yang tidak diinginkan, penyakit
fasilitas pelayanan kesehatan. baru, kelebihan dosis obat
kesehatan dan sumber daya karena penggunaan berulang
kesehatan. Lebih dari 60% obat dengan zat aktif yang
anggota masyarakat sama, dan sebagainya. Problem
menggunakan metode self- kesehatan baru dapat
medication ini, dan lebih dari menyebabkan penyakit yang
80% dari mereka bergantung jauh lebih parah. Hal ini dapat
pada obat-obatan modern disebabkan oleh kurangnya
(Flora, 1991). Lebih dari 60 pengetahuan masyarakat,
persen orang melakukan kurangnya informasi yang
pengobatan sendiri, menurut diperoleh tenaga kesehatan, dan
data Susenas dari Badan Pusat kurangnya kesadaran
Statistik. Hasil Riset Kesehatan masyarakat dan kemampuan
Dasar 2013 menunjukkan untuk mencari informasi
bahwa 35,2 persen orang melalui berbagai sumber yang
Indonesia menyimpan obat di tersedia. Untuk swamedikasi
rumah tangga, baik yang dibeli yang benar, masyarakat
sendiri maupun yang memerlukan informasi yang
diresepkan oleh dokter. Di jelas, benar, dan dapat
antara obat-obatan ini, 27,8 dipercaya, sehingga penentuan
persen termasuk antibiotik jenis dan jumlah obat yang
(Kementerian Kesehatan, diperlukan harus didasarkan
2013). Swamedikasi dapat pada kerasionalan penggunaan
bermanfaat bagi pemerintah, obat. Obat swamedikasi dapat
terutama dalam hal digunakan tanpa resep dokter
pemeliharaan kesehatan sesuai ketentuan perundang-
nasional, jika digunakan undangan yang berlaku hanya
dengan benar dan benar. jika penyakitnya ringan dan
Namun, jika dilakukan dengan bertujuan untuk mengurangi
salah, swamedikasi dapat gejalanya. Metode Belajar
menyebabkan masalah Insan Aktif (CBIA), juga
kesehatan seperti kesalahan dikenal sebagai "metode belajar

6|ARTIKEL KELOMPOK 2 HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN


interaktif berbasis komunitas", ini telah dikembangkan selama
adalah salah satu bentuk bertahun-tahun dan telah
pemberdayaan masyarakat yang diadopsi oleh beberapa negara
dapat digunakan untuk di Asia serta diakui oleh WHO
mengajarkan masyarakat untuk pada tahun 2007. Pada tahun
memilih dan menggunakan 2007, bekerja sama dengan
obat yang benar saat Direktorat Penggunaan Obat
menggunakan swamedikasi. dan Farmakologi Klinik,
Melalui pendekatan ini, Selama dua hari, Obat
diharapkan masyarakat, Rasional, yang merupakan
khususnya para ibu, akan lebih bagian dari Direktorat Jenderal
aktif dalam mengumpulkan Bina Kefarmasian dan Alat
informasi tentang obat-obatan Kesehatan Kementerian
yang digunakan oleh keluarga Kesehatan, melakukan
mereka. Mengelola dan penyelidikan uji coba di
menggunakan obat di rumah Pandeglang, Banten.
dapat menjadi lebih mudah
Mulai tahun 2008 hingga saat
dengan informasi ini.
ini, Kementerian Kesehatan RI
Diharapkan juga agar tujuan
telah menggunakan metode
self-medication tercapai secara
CBIA untuk pemberdayaan
optimal. Sumber informasi
masyarakat secara teratur. Pada
produk dapat dicantumkan baik
tahun 2010, Kementerian
pada brosur maupun insert
Kesehatan mengeluarkan
kemasan. Sejak tahun 1992,
Modul Peningkatan
Prof. Dr. Sri Suryawati, guru
Keterampilan Memilih Obat
besar farmakologi di Fakultas
untuk Swamedikasi agar
Kedokteran Universitas Gajah
kegiatan ini dapat dilaksanakan
Mada, adalah orang pertama
pada sasaran yang lebih luas
yang mengembangkan metode
dan lebih banyak. Pemerintah
edukasi masyarakat melalui
daerah, termasuk Dinas
CBIA. Bekerja sama dengan
Kesehatan Propinsi, Kabupaten,
timnya di Pusat Studi
atau Kota, dapat menggunakan
Farmakologi Klinik dan
buku-buku Modul I untuk
Kebijakan Obat UGM, metode

7|ARTIKEL KELOMPOK 2 HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN


Tenaga Kesehatan dan Modul
II untuk Kader Kesehatan
sebagai panduan.

8|ARTIKEL KELOMPOK 2 HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

Anda mungkin juga menyukai