Akbar Riffani
Nabila Sari
Salsabila
Guru Pengajar:
Drs. H. Syukri
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada
Rasulullah SAW beserta keluarga dan sahabatnya.Berkat kudrat dan iradat-Nya akhirnya kami
dapat menyelesaikan makalah yang membahas tentang “PERLINDUNGAN DAN
PENEGAKAN HUKUM” ini.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari guru pada
bidang studi PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN. Selain itu, makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan kami tentang perlindungan serta penegakan hukum
di indonesia dan juga bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Dalam kesempatan ini kami menyampaikan rasa terima kasih kepada Drs. H. Syukri,
kedua orangtua kami dan kepada semua pihak yang telah memberikan kami bantuan serta
informasi dan bimbingan kepada kami,sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dalam
bentuk maupun isi makalah yang sederhana ini.
Dalam makalah ini kami menyadari masih sangat jauh dari kata sempurna.Untuk itu
segala saran dan kritik guna perbaikan kan kesempurnaan sangat kami harapkan. Besar harapan
kami agar memperoleh nilai yang memuaskan dari guru pembimbing kami. Oleh karena itu,
mohon kritik dan saran yang membangun agar kami bisa memperbaiki untuk makalah-makalah
atau tugas-tugas untuk kedepannya.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I PENDAHULUAN 3
1.1 Latar Belakang 3
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Tujuan 4
1.4 Manfaat 5
BAB II PEMBAHASAN 6
2.1 Perlindungan Konsumen di Era Perdagangan Bebas 6
2.2 Prospek Perlindungan Konsumen di Indonesia 6
2.3 Perlindungan Konsumen dari Sisi Hukum Pidana 8
2.4 Dimensi Baru Diundangkannya UUPK 9
BAB III PENUTUP 10
3.1 Kesimpulan10
3.2 Saran 10
DAFTAR PUSTAKA 11
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Tujuan utama kami membuat makalah ini adalan untuk memenuhi tugas Ppkn dan
sangat menginginkan nilai yang memuaskan. Sebagai mana kami membuat makalah ini
untuk memberi tau kepada pembaca tentang perlindungan hukum konsumen ini
1.4 Manfaat
Manfaat dari makalah ini adalah mengenal lebih dalam mengenai perlindungan
dan penegakan hukum hak konsumen di Indonesia.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
2.3 Himbauan Dan Upaya Pemerintah Dalam Menanggapi Kasus Gagal ginjal
Masyarakat dihimbau untuk tetap tenang dan tidak panik. Untuk saat ini
masyarakat disarankan sementara waktu mengikuti saran dari lembaga resmi pemerintah
seperti Kemenkes, BPOM, Asosiasi dokter dan lainnya untuk menghindari konsumsi
obat berbentuk sirup hingga diperoleh hasil yang lebih pasti. Apabila anak anak
mengalami sakit demam, batuk, maupun pilek sebaiknya mengonsumsi obat dalam
bentuk kapsul, tablet, puyer, suppositora atau bentuk lainnya.
Kemenkes bersama BPOM, ahli Epidemiologi, IDAI, Farmakolog dan Puslabfor
Polri melakukan pemeriksaan labolatorium untuk memastikan penyebab pasti dan faktor
resiko yang menyebabkan gangguan ginjal akut. Kemenkes sudah meminta seluruh
apotek untuk sementara tidak menjual obat bebas atau bebas terbatas dalam bentuk sirup
kepada masyarakat sampai hasil penelusuran dan penelitian tuntas. Keluarga pasien yang
terkena penyakit gagal ginjal akut setelah mengkonsumsi obat sirup diminta membawa
atau menginformasikan obat yang dikonsumsi sebelumnya dan menyampaikan riwayat
penggunaan obat kepada tenaga kesehatan.
Kemenkes sudah menerbitkan keputusan Dirjen Yankes tentang tata laksana dan
manajemen klinis gagal ginjal akut pada anak yang ditunjukan kepada seluruh dinas
kesehatan dan fasyankes. Kemenkes juga telah mengeluarkan surat edaran kewajiban
penyelidikan epidomiologi dan pelaporan kasus gagal ginjal akut.
2.4 Penegakan Hukum Terhadap Produsen Obat Sirup Penyebab Gagal Ginjal Akut
Pemerintah melalui BPOM bergerak cepat dan menginvestigasi beragam obat
obatan sirup bagi anak anak yang ditenggarai menjadi penyebab maraknya penyakit gagal
ginjal akut. Polri pun bergerak dalam upaya penegakan hukum terhadap produsen obat
sirop yang di duga mengandung etilen glikol dan dietilen glukol melebihi ambang batas.
Wakil Direktur Tindak Pidana Narkoba Bereskim Polri Komisaris Besar Polisi
Jayadi mengatakan kepolisian tengah merazia produsen obat sirup yang megandung
etilen glikol dan dietilen glikol. Menurutnya, langkah yang dilakukan Polri
menindaklanjuti merebaknya kasus gagal ginjal akut yang dialami sejumlah anak di tanah
air, Polri, Kata jayadi, menerbitkan surat Telegram Nomor: ST/192/RES.4/X/2022 yang
ditandatangani Direktur tindak pidana narkoba Brigadir Jenderal Polisi Krisno H. Siregar.
Pria berpangkat melati tiga itu menuturkan Polri telah membentuk tim gabunbgan
dalam menindaklanjuti kasus kematian sejumlah anak akibat mengalami gagal ginjal
akut. Sebelumnya Ketua Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia Muhammad Isnur
mengatakan pemerintah memiliki kewenangan melakukan penyelidikan terhadap
perusahaan farmasi produsen yang mengandung EG dan DEG. Menurutnya, bila ternyata
ditemukan adanya pelanggaran hukum, sanksi yang tegas harus diberikan kepada
perusahaan farmasi.
Seperti tindakan administratif berupa pencabutan izin sementara. Bahkan
pencabutan izin tetap sesuai dengan UU NO.36 Tahun 2009 tentang kesehatan. Pasal 188
6
ayat (3) UU 36/2009 menyebutkan “Tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat berupa:
a) Peringatan secara tertulis
b) Pencabutan izin sementara atau izin tetap
Dan diteruskan ke tahap Pro Justitia. Tindak lanjut ke tahap proses hukum pun
diatur dalam UU 36/2009. Pasal 196 menyebutkan “Setiap orang yang dengan sengaja
memproduksi atau mengedarkan sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan yang tidak
memenuhi standar atau persyaratan keamanan, khasiat atau kemanfaatan, dan mutu
sebagaimana dimaksud dalam pasal 98 ayat (2) dan ayat (3) dipidana penjara paling lama
10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp.1.000.000.000.00 (satu miliar rupiah).
Tak hanya itu, kata isnur, keluarga korban pun masih dapat menuntut ganti rugi
materil maupum nonmaterial terhadapat perusahaan produsen. Begitu pula tuntutan
kepada pemerintah karena dianggap ada unsur kelalaian dalam melakukan pengawasan
yang menyebabkan hilangnya nyawa warga negara.
BAB III
7
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Pemerintah, BPOM dan pihak yang bersangkutan dalam mengawas ataupun
membuat produk harus lebih ditingkatkan lagi serta pertanggung jawabannya terhadap kasus
yang sudah beredar, BPOM yang ditugaskan menjadi pengawas produk obat malah lalai
dalam pengawasan yang menyebabkan banyaknya anak anak menjadi penderita penyakit
gagal ginjal akut. Pemerintah sebaiknya meningkatkan lagi jumlah perkerja yang mumpuni
dalam melakukan pekerjaan nya secara profesional dan tidak lalai, bahkan dengan solusi ini
jumlah pengangguran di Indonesia bisa berkurang karena adanya pembukaan lapangan kerja
yang disediakan oleh pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA
8
9