Anda di halaman 1dari 2

Nama : Wahyu Februri

NPM : 1123217041

Semester :I

Mata Kuliah : Etika Bisnis

STUDI KASUS TENTANG OBAT BATUK SIRUP

Diketahui perusahaan farmasi di Indonesia PT. Universal Pharmaceutical Industries


diduga memproduksi obat sirup yang mengandung zat etilen glikol (EG) dan dietilen glikol
(DEG) yang melebihi ambang batas aman. Tak hanya itu perusahaan lain PT. Afi Farma dan
PT. Yarindo Farmatama juga diduga memproduksi obat sirup dengan kandungan zat yang
sama. Sehingga produk obat sirup mereka ditarik dari pasaran.
Obat sirup tersebut di gunakan untuk mengobati batuk pilek pada anak-anak. Namun
lebih dari 200 kasus anak yang mengalami gagal ginjal akut bahkan beberapa ada yang
sampai meninggal dunia karena mengonsumsi obat sirup yang mengandung etilen glikol dan
dietilen glikol. Yang mana zat tersebut seharusnya tidak ada di dalam obat meskipun ada,
tetapi seharusnya tetap berada di dalam ambang batas aman yaitu 0,1 persen. Etilen glikol
merupakan bahan yang sering dijumpai di mesin radiator kendaraan sebagai zat antibeku
(antifreez) dan juga digunakan sebagai pelarut di industri maupun produk rumah tangga.
Sangat disayangkan ketika zat berbahaya ini masuk ke tubuh yang menyebabkan gangguan
organ tubuh manusia.
Dari kasus diatas, ternyata masih ada perusahaan farmasi yang kurang memperhatikan
produknya yang mana menyangkut kesehatan manusia, apalagi masalah kesehatan anak yang
harusnya diperhatikan lebih malah berakibat yang tidak diinginkan. Dari sudut pandang saya,
perusahaan PT. Universal Pharmaceutical Industries kurang memperhatikan keadaan bahan
baku dalam keadaan baik atau tidak, dalam keadaan terkontaminasi atau tidak. Karena dari
kuasa hukum perusahaan mereka intinya mengatakan mereka tidak ada niatan jahat pada
anak-anak dengan membawa penyakit dari obat sirup yang mereka produksi dengan
menambahkan zat etilen glikol dan dietilen glikol, mereka juga melimpahkan kesalahannya
kepada pemasok bahan baku obat tersebut yang mereka tuduh sebagai pembawa etilen glikol.
Dari hal tersebut, mengapa mereka tidak menyadari bahwa bahan baku obat mereka
terkontaminasi etilen glikol?, jika memang benar terkontaminasi etilen glikol dari pemasok,
mengapa tidak dikembalikan ke pemasoknya, apakah bahan dari pemasok tidak diperiksa lagi
ketika masuk pabrik?.
Dari kasus diatas, BPOM sebagai Badan Pengawasan Obat dan Makanan lebih
memperhatikan lagi bahan-bahan untuk memproduksi obat dari segi proses di pabrik dan
pabrik pemasoknya. Untuk perusahaan farmasi PT. Universal Pharmaceutical Industries dan
perusahaan farmasi lainnya lebih detail lagi dalam memproduksi produknya, jangan sampai
terjadi lagi ada zat berbahaya masuk ke dalam obat dan masuk ke tubuh manusia. Mereka
juga sudah melanggar etika bisnis yaitu kejujuran, karena mereka tidak jujur dalam
menyantumkan komposisi obat. Kemudian mereka kurang profesional dalam dalam bersikap
memproses bahan baku, kemudian nama perusahaan mereka juga tercoreng akibat dari kasus
ini.
Dari kasus perusahaan farmasi kita bisa belajar untuk menjadi pribadi maupun
perusahaan yang baik, jujur, cerdas serta bertanggung jawab, jangan menjadikan kecerdasan
kita digunakan untuk mencurangi orang lain maupun perusahaan. Menjadi baik saja tanpa
wawasan yang cukup tidak akan membuat kita atau perusahaan memiliki nilai. tetapi menjadi
baik, jujur, cerdas dan bertanggung jawab akan sangat bermanfaat bagi orang banyak dan
memiliki nilai.

Anda mungkin juga menyukai