+- +-
+- Arus : 5.000 ~ 200.000 A
+-
+- Panas: 20.000 oC
KERUSAKAN Sasaran
• THERMIS,
• ELEKTRIS OBYEK YANG TERTINGGI
,
• MEKANIS,
2/8/2022 created by PNK3
Created by D.SUPRIATNA 1 1
Petir
REF.
1. Keputusan Dirjen BATAN No.Per
02/45/DJ/31/III/1977 Ketentuan
pemakaian penangkal petir Rdioaktif
2.PP.11/1975 keselamatan kerja thd radiasi
3. PP.12 /1975 ijin pemakaian zat radioaktif
atau zat radiasi lainnya
Sebagai rujukan untuk proteksi EXTERNAL
SKB Depnaker & BATAN Kep 08/M/79 dan
No. 24/DJ/20/11/79 Pemakaian Penangkal
petir radioaktif
PENANGKAL
PETIR SKB DEPNAKER & BATAN
Kep 1880/M/87-PN 00.01/193/DJ/87
Penertiban ijin penangkal RADIOAKTIF
(LARANGAN PEMASANGAN BARU )
2/8/2022 createdCreated
by PNK3by D.SUPRIATNA 2 2
BAHAYA SAMBARAN PETIR
SAMBARAN
LANGSUNG
.
SAMBARAN
TIDAK LANGSUNG
Created by D.SUPRIATNA 3
Ref
Petir
1. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No Per
02/Men/1989 tentang Pengawasan instalasi
penyalur petir
Berlaku untuk sistem proteksi eksternal /
proteksi bahaya sambaran langsung
PENYALUR/PENAMGKAP/PENERIMA
Obyek SAMBARAN
LANGSUNG
❶
56o 56o
❷
HANTARAN PENURUNAN
(DOWN CONDUCTOR)min BC 50mm2
❸ HANTARAN PEMBUMIAN
(GROUNDING , DAN
KOTAK SAMBUNG UKUR)
Resistan pembumian
mak 5 ohm
Created by D.SUPRIATNA 6
Jenis Penerima (Spitzer)
Created by D.SUPRIATNA 7
Air Terminal
Down Conductor
Clamp Test
Grounding
Instalsi Penyalur Petir sistem konvensional
Created by D.SUPRIATNA 8
INSTALASI PENYALUR PETIR
PERMENAKER PER-02 /MEN/1989
- Instalasi penyalur petir ialah seluruh susunan sarana penyalur petir
terdiri atas penerima (Air Terminal/ Rod), Penghantar penurunan (Down
Conductor), Elektroda Bumi (Earth Electrode) termasuk perlengkapan
lainnya yang merupakan satu kesatuan berfungsi untuk menangkap
muatan petir dan menyalurkannya ke bumi;
- Penerima ialah peralatan dan atau penghantar dari logam yang menonjol
lurus ke atas dan atau mendatar guna menerima petir;
- Penghantar penurunan ialah penghantar yang menghubungkan penerima
dengan elektroda bumi;
Created by D.SUPRIATNA 9
). Sistem instalasi proteksi petir dapat memanfaatkan kolom-kolom gedung bertingkat
tinggi. Sedangkan pembumiannya menggunakan tiang pancang pada kolom-kolom
tersebut. Tentu saja sambungan-sambungan antar kolom besi betonnya harus berhubungan
secara elektrik. Ini sudah digunakan di Negeri Belanda. Metoda sistem proteksi bahaya petir
semacam ini yang disebut dengan sistem sangkkar (Faraday Cage) seperti pada gambar
Pembumian Rod
sistem Faraday
Created by D.SUPRIATNA 10
r r
KANTOR
GEDUNG 4 LANTAI GEDUNG
4 LANTAI 4 LANTAI
/////////////////////////////////////////////////////////////////////// ////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////
/ /
Created by D.SUPRIATNA 11
Created by D.SUPRIATNA 12
Gambar 56 - Penghalang panjat
Gambar 55 – Step Bolt
ACD (Anti Climbing Device)
Created by D.SUPRIATNA 15
5.3 Aksesoris K3 (lanjutan)
5. Lampu penerbangan (aviation light)
Adalah rambu peringatan berupa lampu
terha-dap lalu lintas udara, berfungsi untuk
memberi tanda kepada pilot pesawat
terbang bahwa terdapat konduktor
transmisi. Jenis lampu penerbangan
adalah sebagai berikut :
• Lampu penerbangan yang terpasang
pada tower dengan suplai dari jaringan
tegangan rendah,
• Lampu penerbangan yang terpasang
pada konduktor penghantar dengan
sistem induksi
Created by dari konduktor
D.SUPRIATNA 16
Gambar 59 - Ball sign
Created by D.SUPRIATNA 23
SIX POINT PLAN
1.Penerima Petir (air terminal
Dengan menempatkan konduktor lebih tinggi di atas bangunan, direncanakan akan lebih
cepat menyambut luncuran arus petir, dari pada sekelilingnya. Bagian ini, direncanakan
sebagai titik sambaran (Air terminal), sehingga bangunan terhindar dari sambaran petir.
Created by D.SUPRIATNA 27
Created by D.SUPRIATNA 28
Franklin (Konventional) VS LPS
(Electrostatik/Electromagnet)
Created by D.SUPRIATNA 30
RESISTANS JENIS BEBERAPA MACAM TANAH
PUIL – 2000
Created by D.SUPRIATNA 31
TABEL TAHANAN PEMBUMIAN
Created by D.SUPRIATNA 32
1. MACAM ATAU JENIS TANAH
Created by D.SUPRIATNA 33
4. SUHU TANAH
5. KANDUNGAN AIR
7. PENGARUH MUSIM
Created by D.SUPRIATNA 35
ELEKTRODA BATANG YANG TERTANAM LEBIH DALAM DIBANDINGKAN
DENGAN SISTEM GRID MEMPUYAI ANCAMAN KERUGIAN SEBAGAI
BERIKUT :
Created by D.SUPRIATNA 36
Created by D.SUPRIATNA 37
Created by D.SUPRIATNA 38
TEGANGAN ELEKTRODA BUMI (UE)
Created by D.SUPRIATNA 39
IX. TEGANGAN LANGKAH
Created by D.SUPRIATNA 40
PROTEKSI PETIR SYSTEM INTERNAL
RSTN RSTN
ARRESTER
GROUNDING
Created by D.SUPRIATNA 41
PRINSIP KERJA LIGHTNING ARRESTER
(L.A)
Created by D.SUPRIATNA 45
Created by D.SUPRIATNA 46
ALAT UKUR TAHANAN SEBARAN TANAH (EARTH
TESTER)
Created by D.SUPRIATNA 48
Set-Up for Testing Grounding
Electrode Resistance
C1 P1 G P2 C2
Earth
Test Rods
Grounding
Electrode
Created by D.SUPRIATNA 49
PEMASANGAN PEMBUMIAN
PADA MOTOR LISTRIK
Created by D.SUPRIATNA 50
Created by D.SUPRIATNA 51
INSTALASI PENYALUR PETIR
PERMENAKER PER-02 MEN/1989
- Instalasi penyalur petir ialah seluruh susunan sarana penyalur
petir terdiri atas penerima (Air Terminal/ Rod), Penghantar
penurunan (Down Conductor), Elektroda Bumi (Earth
Electrode) termasuk perlengkapan lainnya yang merupakan
satu kesatuan berfungsi untuk menangkap muatan petir dan
menyalurkannya ke bumi;
- Penerima ialah peralatan dan atau penghantar dari logam yang
menonjol lurus ke atas dan atau mendatar guna menerima
petir;
- Penghantar penurunan ialah penghantar yang menghubungkan
penerima dengan elektroda bumi;
- Elektroda bumi ialah bagian dari instalasi penyalur petir yang
ditanam dan kontak langsung dengan bumi;
Created by D.SUPRIATNA 52
BAB II
RUANG LINGKUP
Pasal 8
Yang diatur oleh Peraturan Menteri ini adalah Instalasi
Penyalur Petir non radioaktif di tempat kerja.
Pasal 9
(1) Tempat kerja sebagaimana dimaksud pasal 8 yang perlu
dipasang instalasi penyalur petir antara lain:
a. Bangunan yang terpencil atau tinggi dan lebih tinggi dari
pada bangunan sekitarnya seperti: menara-menara,
cerobong, silo, antena pemancar, monumen dan lain-lain;
b. Bangunan dimana disimpan, diolah atau digunakan bahan
yang mudah meledak atau terbakar seperti pabrik-pabrik
amunisi, gudang penyimpanan bahan peledak dan lain-lain;
c.
Created by D.SUPRIATNA 53
INSTALASI PENYALUR PETIR
PERMENAKER PER-02 MEN/1989
c. Bangunan untuk kepentingan umum seperti: tempat ibadah,
rumah sakit, sekolah, gedung pertunjukan, hotel, pasar,
stasiun, candi dan lain-lain;
d. Bangunan untuk menyimpan barang-barang yang sukar
diganti seperti: museum, perpustakaan, tempat penyimpanan
arsip dan lain-lain;
e. Daerah-daerah terbuka seperti: daerah perkebunan, Padang
Golf, Stadion Olah Raga dan tempat-tempat lainnya.
(2) Penetapan pemasangan instalasi penyalur petir pada tempat
kerja sebagaimana dimaksud ayat (1) dengan
memperhitungkan angka index seperti tercantum dalam
lampiran I Peraturan Menteri ini.
Created by D.SUPRIATNA 54
Terminal Udara
tipe Early Streamer Emission (ESE)
⚫ Tidak ada perbedaan
efektifitas TU konvensional
dan ESE.
Created by D.SUPRIATNA 55
Created by D.SUPRIATNA 56
Created by D.SUPRIATNA 57
Sistem Electrostatik dengan cara meggunakan
penerima tunggal sebagai penangkap/penerima
Created by D.SUPRIATNA 58
INTEROEPTOR
PREVECTRON
Created by D.SUPRIATNA 59
EF
THOMAS
Created by D.SUPRIATNA 60
PERTIMBANGAN PEMASANGAN
INSTALASI PENYALUR PETIR
INDEK RESIKO BAHAYA SAMBARAN PETIR
A : Peruntukan bangunan (-10 0 1 2 3 5 15)
B : Struktur konstruksi (0 1 2 3)
C : Tinggi bangunan (0 2 3 4 5 - 10)
D : Lokasi bangunan ( 0 1 2)
E : Hari guruh (0 1 2 3 4 - 7)
JUMLAH SAMBARAN PETIR SETIAP TAHUN PADA
SUATU TEMPAT/DAERAH DI INDONESIA SETIAP
BULAN MUSIM PENGHUJAN
RISIKO = A + B + C + D + E
< 11 ABAIKAN
= 11 KECIL
= 12 SEDANG
= 13 AGAK BESAR
= 14 BESAR
> 14 SANGAT BESAR
Created by D.SUPRIATNA 61
INDEK RESIKO BAHAYA SAMBARAN PETIR
A : Peruntukan bangunan
Rumah tinggal : 1
Bangunan umum : 2
Banyak orang : 3
Instalasi gas,minyak, rumah sakit : 5
Gudang handak : 15
B : Struktur konstruksi
Steel structure : 0
Beton bertulang, kerangka baja atap logam: 1
Beton bertulang, atap bukan logam : 2
Kerangka kayu atap bukan logam : 3
C : Tinggi bangunan
Created by D.SUPRIATNA 62
INDEK RESIKO BAHAYA SAMBARAN PETIR
C : Tinggi bangunan
s/d 6 m : 0
12 m : 2
17 m : 3
25 m : 4
35 m : 5
50 m : 6
70 m : 7
100 m : 8
140 m : 9
200 m : 10
Created by D.SUPRIATNA 63
INDEK RESIKO BAHAYA SAMBARAN PETIR
D: Lokasi bangunan
Lembah/Dataran: 0
Lereng bukit : 1
Puncak bukit : 2
Created by D.SUPRIATNA 64
INDEK RESIKO BAHAYA SAMBARAN
PETIR
E : Hari guruh per tahun
2 : 0
4 : 1
8 : 2
16 : 3
32 : 4
64 : 5
128 : 6
156 : 7
Created by D.SUPRIATNA 65
DATA HARI GURUH PER TAHUN DI INDONESIA
Monthly Mean Frequencies of Thunderstorm Days
And Isoceraunic Level
Indonesia
LOCATION JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT. NOV. DEC TOTA ISOCERAUNI
L C LEVEL %
SUMATERA
1. Sabang 0.9 1.2 2.2 2.7 0.7 0.2 0.5 0.4 1.1 0.8 1.7 1.5 13.9 3.81
2. Banda Aceh 12.5 11.5 16.5 12.0 6.5 4.0 4.5 4.5 9.0 5.0 5.5 6.0 97.5 26.71
3. Medan 7.1 6.1 10.1 16.5 17.6 15.1 12.2 14.9 16.3 16.7 14.4 11.2 158.2 43.34
4. Sibolga 7.0 9.0 10.7 11.1 4.7 2.6 3.8 2.6 3.1 4.7 2.6 5.2 67.1 18.38
5. Pekanbaru 5.0 5.9 11.6 14.7 10.9 9.7 9.2 8.7 11.6 10.6 14.7 10.5 123.1 33.73
6. Rengat 5.0 3.5 10.3 19.0 13.5 9.0 8.0 5.3 15.0 9.8 11.3 13.0 122.7 33.62
7. Padang 5.0 7.2 7.8 9.9 9.5 7.2 6.3 6.9 7.8 8.4 7.1 8.5 91.6 25.10
8. Tanjung Pinang 1.4 2.6 6.3 16.9 15.7 12.1 11.1 9.0 9.9 17.3 16.7 8.7 127.7 34.99
9. Dabo Singkep 0.3 2.7 5.3 18.0 13.3 10.3 7.3 6.7 9.3 18.3 18.7 5.3 115.5 31.64
10.Jambi 11.3 11.8 16.6 20.6 19.3 13.1 12.1 12.0 13.2 16.2 21.8 18.4 186.4 51.07
11. Palembang 9.6 11.6 17.1 23.0 19.5 11.9 7.4 9.0 14.2 14.9 18.2 19.9 176.3 48.30
12..Pangkal Pinang 5.0 6.7 7.7 12.2 12.6 7.6 4.3 5.1 6.0 6.7 8.5 7.6 90.5 24.80
Created by D.SUPRIATNA 66
DATA HARI GURUH PER TAHUN DI INDONESIA
Lanjutan
LOCATION JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT. NOV. DEC TOTAL ISOCERAUNIC
LEVEL %
SUMATERA
13. Tanjung Pandan 9.4 9.2 13.5 20.2 16.6 13.0 9.9 7.1 10.5 15.9 18.5 15.8 159.8 43.78
14. Banai Natuna 0.2 0.3 1.7 6.1 10.7 6.3 3.8 5.1 6.2 6.6 4.9 1.3 53.2 14.58
15. Terempa 0.3 0.3 0.0 0.5 1.5 0.5 0.3 0.8 0.5 0.5 0.3 0.0 4.5 1.23
16. Bengkulu 3.9 2.8 3.9 6.3 4.9 4.4 5.8 5.3 4.1 4.7 4.2 1.6 51.9 14.22
17. Asakasetra Metro 0.0 0.5 1.0 3.0 2.5 1.0 1.0 0.5 3.5 3.0 0.5 1.5 17.5 4.20
18. Tanjung Karang 7.6 8.7 11.8 12.2 8.6 5.6 2.9 4.2 4.6 5.7 10.0 11.9 93.9 25.70
Created by D.SUPRIATNA 67
LOCATION JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT. NOV. DEC TOTAL ISOCERAUNIC
LEVEL %
JAWA
1. Serang 3.3 2.7 3.0 6.7 3.7 2.3 1.3 2.0 1.0 2.3 5.7 4.7 38.7 10.60
2. Curug Tangerang 18.8 16.0 19.0 21.8 19.0 16.8 8.3 7.0 11.5 14.5 17.5 18.3 188.5 51.64
3. Tj. Priok Jakarta 3.3 3.7 4.7 8.3 6.3 3.3 3.3 2.3 4.7 5.3 8.7 5.3 59.2 16.22
4. Kemayoran Jakarta 20.3 19.3 21.0 15.5 17.5 14.0 3.8 5.3 9.3 12.3 11.0 17.0 167.3 45.84
5. B.M. Jakarta 19.7 16.3 22.3 17.3 19.7 16.0 6.3 6.7 8.7 14.7 16.7 20.3 184.7 50.60
6. Halim P.K. Jakarta 16.4 13.3 16.7 20.1 19.4 12.7 8.4 7.9 9.7 11.1 13.1 14.7 163.5 44.80
7. B o g o r 7.0 5.0 8.0 10.3 10.3 10.0 5.3 4.3 6.3 8.0 12.3 8.7 95.5 26.16
8. Kalijati Subang 18.0 22.0 25.0 28.0 21.0 12.0 7.0 3.5 9.5 10.0 12.5 12.5 181.0 49.59
9. Bandung 6.9 8.7 6.9 10.0 8.6 2.9 1.2 3.4 3.9 8.4 10.1 10.8 81.8 22.41
10. Jatiwengi 17.5 18.5 17.0 18.5 16.5 5.5 0.5 0.0 3.0 3.5 17.0 24.5 142.0 38.90
11. Tegal 20.0 18.3 16.3 20.7 21.7 15.7 7.7 5.3 5.7 9.3 14.7 18.0 173.4 47.51
12. Cilacap 10.3 11.3 11.2 10.0 9.2 4.8 1.7 2.2 1.3 7.8 7.5 9.3 86.6 23.73
13. Semarang 15.2 14.3 17.7 18.6 19.0 9.1 3.6 4.1 7.8 16.2 21.6 22.0 169.2 46.36
14. Yogyakarta 15.3 16.3 17.6 15.3 15.1 5.0 2.8 2.3 3.4 9.3 11.8 12.1 126.3 34.60
15. Solo 13.8 18.3 22.5 16.3 12.8 5.0 2.5 1.3 3.3 5.0 8.3 11.0 120.1 32.90
16. Madiun 16.1 15.8 19.3 14.4 13.0 6.4 3.5 3.8 7.6 15.1 16.0 17.1 148.1 40.58
17. Malang 16.0 15.7 23.0 18.3 18.0 6.3 3.0 0.3 2.0 5.3 11.3 11.7 130.9 35.86
18. Surabaya 18.9 15.4 18.1 15.1 15.9 6.9 2.5 1.0 4.2 8.5 17.7 22.6 146.8 40.22
19. Bawean 21.0 15.3 16.3 13.0 14.3 7.3 4.7 2.3 7.0 4.7 7.7 10.0 123.6 33.86
20. Kalianget 23.0 16.7 18.3 17.3 14.3 7.8 2.7 1.0 1.3 4.3 12.7 26.7 146.1 40.03
Created by D.SUPRIATNA 68
LOCATION JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT. NOV. DEC TOTAL ISOCERAUNIC
LEVEL %
KALIMANTAN
1. Pontianak 10.3 10.3 13.7 17.0 19.4 13.2 8.3 12.7 13.1 37.0 14.1 12.9 162.0 44.80
2. Banjarmasin 6.5 7.1 11.1 10.9 8.3 1.6 3.4 5.3 5.6 6.9 8.3 6.0 82.4 22.58
3. Balikpapan 10.6 6.5 10.3 12.7 11.2 7.0 6.4 7.1 6.8 9.6 12.3 12.0 112.5 30.82
4. Tarakan 13.3 8.1 16.0 18.6 19.9 14.9 7.4 7.6 14.8 20.3 18.1 13.0 192.0 52.60
SULAWESI
1. Manado 4.2 1.5 1.7 5.8 9.0 4.8 5.7 3.1 6.5 8.5 9.1 5.7 65.6 17.97
2. Gorontalo 8.0 6.3 6.5 10.0 10.0 8.3 5.5 3.8 3.8 5.5 6.5 5.0 79.2 21.70
3. Palu 6.1 3.2 6.9 8.8 8.4 5.3 3.9 4.6 5.1 7.3 11.0 6.4 77.0 21.10
4. Ujung Pandang 10.3 7.3 10.3 11.4 13.8 6.5 3.8 2.1 6.9 11.6 17.7 15.3 117.0 32.06
5. Kendari 15.9 14.6 15.1 9.3 6.6 1.9 1.4 0.9 2.8 4.5 10.4 14.2 97.2 26.63
MALUKU
1. Jailolo 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0 1.0 0.0 0.0 2.0 0.0 1.0 4.0 2.0 3.29
2. Ternate 5.5 4.0 6.0 5.5 7.5 4.0 4.5 4.0 7.0 7.5 9.0 10.0 4.5 20.41
3. Ambon 2.1 3.3 0.9 0.5 0.8 0.3 0.0 0.0 0.4 0.8 1.5 4.5 6.1 4.14
4. Tual 2.2 1.3 1.7 1.0 0.5 0.0 0.0 0.0 0.5 1.2 4.8 3.2 16.4 4.49
5. Saumlaki 2.9 2.6 1.0 0.5 0.0 0.0 0.0 0.0 0.1 0.6 4.4 4.8 16.9 .63
Created by D.SUPRIATNA 69
LOCATION JAN FEB MAR AP MAY JUN JUL AUG SEP OCT. NOV. DEC TOTA ISOCERAUNI
R L C LEVEL %
NUSA TENGGARA
1. Denpasar 9.8 7.6 6.1 3.0 3.0 0.9 0.4 0.2 1.0 2.6 5.5 5.5 45.6 12.49
2. Ampenan 9.5 6.3 6.5 4.6 4.4 0.5 0.0 0.1 2.0 4.1 7.5 6.4 51.9 14.22
3. Sumbawa Besar 7.4 9.1 6.9 5.4 3.5 0.1 0.0 0.1 3.4 6.4 11.1 15.4 68.8 18.85
4. Waingapu 14.7 14.4 12.1 6.1 3.9 2.7 0.6 0.4 2.1 5.4 16.1 19.9 98.4 26.96
5. Kupang 14.6 12.7 8.4 6.4 2.4 0.0 0.0 0.4 0.6 4.4 13.7 13.7 77.0 21.10
IRIAN JAYA
1. Biak 15.4 12.3 14.4 17.3 20.0 15.7 16.3 16.0 18.8 17.1 21.4 14.1 198.8 54.47
Created by D.SUPRIATNA 70
INSTALASI PENYALUR PETIR
PERMENAKER PER-02 MEN/1989
Pasal 14
•Untuk menentukan daerah perlindungan bagi penerima
dengan jenis Franklin dan sangkar Faraday yang terbentuk
runcing adalah suatu kerucut yang mempunyai sudut puncak
112°
Created by D.SUPRIATNA
71
INSTALASI PENYALUR PETIR
PERMENAKER PER-02 MEN/1989
SYARAT-SYARAT PEMASANGAN
PENGHANTAR PENURUNAN
Pasal 15
Penghantar penurunan harus dipasang sepanjang bubungan (nok) dan atau
sudutsudut bangunan ke tanah sehingga penghantar penurunan merupakan suatu
sangkar dari bangunan yang akan dilindungi;
1. Dipasang sepanjang bubungan ke tanah.
2. Diperhitungkan pemuaian dan penyusutan.
3. Jarak antara alat pemegang penghantar maximal 1,5 meter.
4. Dilarang memasang penghantar penurunan dibawah atap dalam bangunan.
5. Jika ada, penurunan dipasang pada bagian yang terdekat pohon, menonjol.
6. Memudahkan pemeriksaan.
7. Jika digunakan pipa logam, pada kedua ujung harus disambung secara
elektris.
8. Dipasang minimal 2 penurunan.
9. Jarak antar kaki penerima dan titik percabangan penghantar maximal 5
meter.
Created by D.SUPRIATNA 72
BAB IV
PENGHANTAR PENURUNAN
Pasal 15
Created by D.SUPRIATNA 73
BAB V
SYARAT PEMBUMIAN
Pasal 28
a. Dipasang sedemikian sehingga tahan pembumian terkecil.
b. Sebagai elektroda bumi dapat digunakan
a. Tulang baja dari lantai kamar, tiang pancang (direncanakan).
b. Pipa logam yang dipasang dalam bumi secara tegak.
c. Pipa atau penghantar lingkar yang dipasang dalam bumi secara
mendatar.
d. Pelat logam yang ditanam.
e. Bahan yang diperuntukkan dari pabrikan (spesifikasi sesuai
standar)
c. Dipasang sampai mencapai permukaan air dalam bumi.
d. Masing-masing penghantar dari suatu instalasi yang mempunyai
beberapa penghantar harus disambungkan dengan elektroda
kelompok.
Created by D.SUPRIATNA 74
e. Terdapat sambungan ukur.
f. Jika keadaan alam tidak memungkinkan,
• Masing-masing penghantar penurunan harus disambung dengan
penghantar lingkar yang ditanam dengan beberapa elektro tegak
atau mendatar sehingga jumlah tahan pembumian bersama
memenuhi syarat.
• Membuat suatu bahan lain (bahan kimia dan sebagainya) yang
ditanam bersama dengan elektroda sehingga tahan pembumian
memenuhi syarat.
g. Elektroda bumi yang digunakan untuk pembumian instalasi listrik tidak
boleh digunakan untuk pembumian instalasi penyalur petir.
Created by D.SUPRIATNA 75
Pasal 54
Created by D.SUPRIATNA 76
BANGUNAN YANG MEMPUNYAI ANTENA
1. Antena harus dihubungkan dengan instalasi penyalur petir dengan
penyalur tegangan lebih, kecuali berada dalam daerah
perlindungan.
2. Jika antena sudah dibumikan, tidak perlu dipasang penyalur
tegangan lebih.
3. Jika antena dpasang pada bangunan yang tidak mempunyai instalasi
petir, antena harus dihubungkan melalui penyalur tegangan lebih.
4. Pemasangan penghantar antara antena dan penyalur petir
sedemikian menghindari percikan bunga api.
5. Jika suatu antena dipasang pada tiang logam, tiang tersebut harus
dihubungkan dengan instalasi penyalur petir.
6. Jika antena dipasang secara tersekat pada suatu tiang besi, tiang
besi ini harus dihubungkan dengan bumi.
Created by D.SUPRIATNA 77
CEROBONG YANG LEBIH TINGGI DARI 10 M
a. Instalasi penyalur petir yang terpasang dicerobong tidak boleh
dianggap dapat melindung bangunan yang berada disekitarnya.
b. Penerima harus dipasang menjulang min 50 cm di atas pinggir
cerobong.
c. Alat penangkap bunga api dan cincin penutup pinggir bagian
puncak dapat digunakan sebagai penerima petir.
d. Instalasi penyalur petir dari cerobong min harus mempunyai 2
penurunan dengan jarak yang sama satu sama lain.
e. Tiap-tiap penurunan harus disambungkan langsung dengan
penerima.
Created by D.SUPRIATNA 78
PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN
1. Setiap instalasi penyalur petir harus dipelihara agar selalu bekerja
dengan tepat, aman dan memenuhi syarat.
2. Instalasi penyalur petir petir harus diperiksa dan diuji :
1. Sebelum penyerahan dari instalatir kepada pemakai.
2. Setelah ada perubahan atau perbaikan (bangunan atau
instalasi)
3. Secara berkala setiap dua tahun sekali.
4. Setelah ada kerusakan akibat sambaran petir.
3. Dilakukan oleh pegawai pengawas, Ahli K3 atau PJK3 Inspeksi.
4. Pengurus atau pemilik wajib membantu (penyedian alat)
Created by D.SUPRIATNA 79
Lightning desperation position
Created by D.SUPRIATNA 80
Pasal 57
PENGESAHANSESUAI DENGAN PERMENAKER 33/M/2016
Setiap Instalasi penyalur petir, penerima khusus seperti elektrostatic
dan lainnya harus mendapat sertifikat dari Menteri atau pejabat yang
ditunjuknya(Dinas Ketenagakerjaan Provinsi)
sebagaimana dimaksud ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut
dengan Keputusan Menteri.
Pasal 58
Dalam hal terdapat perubahan instalasi penyalur, maka pengurus
atau pemilik harus mengajukan permohonan perubahan instalasi
kepada Menteri cq. Kepala Kantor Wilayah yang ditunjuknya dengan
melampiri gambar rencana perubahan.
Created by D.SUPRIATNA
81