Anda di halaman 1dari 81

AWAN KE AWAN perintis kilat 20 msec

mencapai bumi jrk 3 km

+- +-
+- Arus : 5.000 ~ 200.000 A
+-
+- Panas: 20.000 oC

AWAN KE BUMI perintis kilat 20 msec


mencapai bumi jrk 3 km
Return stroke BUMI ke awan 100 msec

KERUSAKAN Sasaran
• THERMIS,
• ELEKTRIS OBYEK YANG TERTINGGI
,
• MEKANIS,
2/8/2022 created by PNK3
Created by D.SUPRIATNA 1 1
Petir
REF.
1. Keputusan Dirjen BATAN No.Per
02/45/DJ/31/III/1977 Ketentuan
pemakaian penangkal petir Rdioaktif
2.PP.11/1975 keselamatan kerja thd radiasi
3. PP.12 /1975 ijin pemakaian zat radioaktif
atau zat radiasi lainnya
Sebagai rujukan untuk proteksi EXTERNAL
SKB Depnaker & BATAN Kep 08/M/79 dan
No. 24/DJ/20/11/79 Pemakaian Penangkal
petir radioaktif
PENANGKAL
PETIR SKB DEPNAKER & BATAN
Kep 1880/M/87-PN 00.01/193/DJ/87
Penertiban ijin penangkal RADIOAKTIF
(LARANGAN PEMASANGAN BARU )

2/8/2022 createdCreated
by PNK3by D.SUPRIATNA 2 2
BAHAYA SAMBARAN PETIR

SAMBARAN
LANGSUNG

.
SAMBARAN
TIDAK LANGSUNG

Created by D.SUPRIATNA 3
Ref
Petir
1. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No Per
02/Men/1989 tentang Pengawasan instalasi
penyalur petir
Berlaku untuk sistem proteksi eksternal /
proteksi bahaya sambaran langsung
PENYALUR/PENAMGKAP/PENERIMA

2. SNI 04- 0225 2000 (PUIL 2000)


Sebagai rujukan untuk sistem
proteksi internal / proteksi bahaya
sambaran tidak langsung
ARESTER (alat elektronik penyama teg.potensial)

Obyek SAMBARAN
LANGSUNG

Instalasi penyalur petir yang tidak


memenuhi syaratCreated
dapat mengundang
by D.SUPRIATNA 4
KONSEP PROTEKSI BAHAYA SAMBARAN
PETIR
❶PERLINDUNGAN SAMBARAN LANGSUNG, PERMENAKER
Dengan memasang instalasi penyalur petir pada
bangunan
Jenis instalasi :
- Sistem Franklin
- Sistem Sangkar Faraday
- Sistem Elektro statik

❷PERLINDUNGAN SAMBARAN TIDAK LANGSUNG


Dengan melengkapi peralatan penyama tegangan
pada jaringan instalasi listrik (Arrester) PUIL 2011

2/8/2022 created by PNK3


Created by D.SUPRIATNA 5 5
INSTALASI PENYALUR PETIR
PERMENAKER PER-02/ MEN/1989
SISTEM FRANKLIN
(KONVENTIONAL)
Franklin Benjamin,
Perintis LPS


56o 56o

PENERIMA Sudut perlindungan


(AIR TERMINAL) 112o


HANTARAN PENURUNAN
(DOWN CONDUCTOR)min BC 50mm2

❸ HANTARAN PEMBUMIAN
(GROUNDING , DAN
KOTAK SAMBUNG UKUR)

Resistan pembumian
mak 5 ohm

Created by D.SUPRIATNA 6
Jenis Penerima (Spitzer)

Created by D.SUPRIATNA 7
Air Terminal

Down Conductor

Clamp Test

Grounding
Instalsi Penyalur Petir sistem konvensional
Created by D.SUPRIATNA 8
INSTALASI PENYALUR PETIR
PERMENAKER PER-02 /MEN/1989
- Instalasi penyalur petir ialah seluruh susunan sarana penyalur petir
terdiri atas penerima (Air Terminal/ Rod), Penghantar penurunan (Down
Conductor), Elektroda Bumi (Earth Electrode) termasuk perlengkapan
lainnya yang merupakan satu kesatuan berfungsi untuk menangkap
muatan petir dan menyalurkannya ke bumi;

- Penerima ialah peralatan dan atau penghantar dari logam yang menonjol
lurus ke atas dan atau mendatar guna menerima petir;
- Penghantar penurunan ialah penghantar yang menghubungkan penerima
dengan elektroda bumi;

- Elektroda bumi ialah bagian dari instalasi penyalur petir yang


ditanam dan kontak langsung dengan bumiElektroda Bumi (Earth
Electrode) termasuk perlengkapan lainnya yang merupakan satu
kesatuan berfungsi untuk menangkap muatan petir dan
menyalurkannya ke bumi;

Created by D.SUPRIATNA 9
). Sistem instalasi proteksi petir dapat memanfaatkan kolom-kolom gedung bertingkat
tinggi. Sedangkan pembumiannya menggunakan tiang pancang pada kolom-kolom
tersebut. Tentu saja sambungan-sambungan antar kolom besi betonnya harus berhubungan
secara elektrik. Ini sudah digunakan di Negeri Belanda. Metoda sistem proteksi bahaya petir
semacam ini yang disebut dengan sistem sangkkar (Faraday Cage) seperti pada gambar

Sistem sangkar faraday

Pembumian Rod
sistem Faraday

Created by D.SUPRIATNA 10
r r

KANTOR
GEDUNG 4 LANTAI GEDUNG
4 LANTAI 4 LANTAI
/////////////////////////////////////////////////////////////////////// ////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////
/ /

Created by D.SUPRIATNA 11
Created by D.SUPRIATNA 12
Gambar 56 - Penghalang panjat
Gambar 55 – Step Bolt
ACD (Anti Climbing Device)

Gambar 57 - Tanda penghantar dan Gambar 58 – Tanda Bahaya


nomor tiang
Created by D.SUPRIATNA 13
5.3 Aksesoris K3
Komponen pendukung yang bertujuan untuk
memberikan peringatan bahaya dan informasi
di sekitar saluran transmisi, yaitu :
1. Penghalang panjat / ACD (Anti Climbing
Device),
Penghalang panjat berfungsi untuk
mengha-langi orang yang tidak
berkepentingan untuk naik tower.
Penghalang panjat dibuat runcing, berjarak
10 cm dengan yang lainnya dan dipasang di
setiap kaki tower dibawah Rambu tanda
bahaya.
Created by D.SUPRIATNA 14
5.3 Aksesoris K3 (lanjutan)
2. Tanda penghantar & nomor tiang,
Komponen ini berfungsi untuk identitas
tower,
3. Tanda Bahaya
Komponen ini berfungsi untuk memberikan
peringatan bahaya tegangan tinggi,
4. Ball Sign
Komponen ini berfungsi untuk memberi
tanda bagi pesawat yang lewat yang
terpasang pada konduktor dan konduktor
petir.

Created by D.SUPRIATNA 15
5.3 Aksesoris K3 (lanjutan)
5. Lampu penerbangan (aviation light)
Adalah rambu peringatan berupa lampu
terha-dap lalu lintas udara, berfungsi untuk
memberi tanda kepada pilot pesawat
terbang bahwa terdapat konduktor
transmisi. Jenis lampu penerbangan
adalah sebagai berikut :
• Lampu penerbangan yang terpasang
pada tower dengan suplai dari jaringan
tegangan rendah,
• Lampu penerbangan yang terpasang
pada konduktor penghantar dengan
sistem induksi
Created by dari konduktor
D.SUPRIATNA 16
Gambar 59 - Ball sign

Gambar 60 - Lampu penerbangan tower


Created by D.SUPRIATNA 17
ALAT BONGKAR MUAT UTAMA

HARBOUR MOBILE CRANE


Created by D.SUPRIATNA 18
Prepared by: Team Peralatan TPK Teluk bayur
ROD COPPER 5/8

1. PENANGKAP PETIR & PENYALUR PETIR


2. PENAMPUNG PETIR
3. PROTEKSI GROUNDING
SEMEN BENTONITE MEMBANTU MENINGKATKAN
KONDUKTIFITAS TANAH YG NILAI TAHANAN TANAH
CUKUP TINGGI
Created by D.SUPRIATNA 19
Created by D.SUPRIATNA 20
Created by D.SUPRIATNA 21
Created by D.SUPRIATNA 22
Harus dipasang instalasi SNI 225 - 1987
PROTEKSI PETIR PUIL-1987
(Sistem internal protection) (820 - B.16 dan - C.4)

Ruangan berpotensi bahaya


ledakan gas/uap/debu/serat

Created by D.SUPRIATNA 23
SIX POINT PLAN
1.Penerima Petir (air terminal
Dengan menempatkan konduktor lebih tinggi di atas bangunan, direncanakan akan lebih
cepat menyambut luncuran arus petir, dari pada sekelilingnya. Bagian ini, direncanakan
sebagai titik sambaran (Air terminal), sehingga bangunan terhindar dari sambaran petir.

2.Hantaran Penurunan (Down Conductor)


Luncuran petir yang telah ditangkap oleh air terminal, dilasurkan melalui konduktor ke
tanah/arde dengan perhitungan tidak mengakibatkan terjadinya loncatan listrik (imbasan)
ke bangunan konduktor lain atau manusia.

Created by Dede Supriatna 24


SIX POINT PLAN
3. Hantaran Pembumian
Arus petir dibebaskan atau disebarkan ke bumi sebaik mungkin dengan cara membuat
system grounding maximum tahanan tanah 5 ohm. Tujuan utama grounding
menghindarkan terjadinya beda potensial dipermukaan.
4. Proteksi Grounding
Pada saat terjadi sambaran petir, berpotensi terjadi loncatan ke konduktor yang
berdekatan karena adanya perbedaan potensial. Hal ini berpotensi dapat menimbulkan
bahaya memicu kebakaran. Langkah pengamanan yang diperlukan adalah menyamakan
potensi pada setiap konduktor (bondingsystem).

Created by Dede Supriatna 25


SIX POINT PLAN
5. Proteksi Jalur Power, Proteksi terhadap jalur dari power mutlak
diperlukan untuk mencegah induksi ke peralatan melalui jalur
power (yang umumnya bersumber dari jaringan listrik yang cukup
jauh).
6. Proteksi Jalur Data/KomunikasiMemproteksi seluruh jalur data yang
melalui peralatan telephone data dan signaling.

Created by Dede Supriatna 26


Sistem Electrostatik dengan cara meggunakan penerima
tunggal sebagai penangkap/penerima

Created by D.SUPRIATNA 27
Created by D.SUPRIATNA 28
Franklin (Konventional) VS LPS
(Electrostatik/Electromagnet)

• Resistans pembumian Makimal 5


Ohm. Bila dari hasil pengukuran
resistan pembumian tidak memenuhi
syarat akan dapat mengundang
bahaya, yang disebut tegangan
langkah seperti diuraikan diatas.
Perhatikan gambar
Created by D.SUPRIATNA 29
RESISTANS JENIS TANAH

RESISTANS JENIS TANAH ( ρ ) DALAM SATUAN Ω M ADALAH BESARNYA


RESISTANS (R) TANAH DALAM Ω DARI SATUAN METER KUBIK TANAH DIUKUR
ANTARA DUA SISI PERMUKAAN KUBUS TANAH DALAM BUMI.
SEMAKIN BESAR RESISTANS JENIS TANAH SEMAKIN BESAR PULA RESISTANS
PEMBUMIANNYA, DEMIKIAN PULA SEBALIKNYA.

BESAR KECILNYA RESISTANS JENIS TANAH INI TERGANTUNG PADA KONDISI


SETEMPAT. KONDISI-KONDISI YANG SANGAT BERPENGARUH PADA
RESISTANS JENIS TANAH ANTARA LAIN ADALAH :

1. MACAM ATAU JENIS TANAH


2. KONSENTRASI DAN KOMPOSISI DARI LARUTAN GARAM DALAM
TANAH
3. KEPADATAN DARI TANAH
4. SUHU TANAH
5. KANDUNGAN AIR DALAM TANAH
6. BESAR KECIL (UKURAN) DARI BUTIR TANAHNYA.
7. PENGARUH MUSIM SETEMPAT.

Created by D.SUPRIATNA 30
RESISTANS JENIS BEBERAPA MACAM TANAH

NO SIFAT TANAH RESISTANS ρ


JENIS TANAH

1 TANAH BERARIR, TANAH HUMUS/RAWA 30 Ω M


PADA KONDISI LEMBAB
2 TANAH LIAT, TANAH PERTANIAN 100
3 TANAH LIAT BERPASIR 150

4 TANAH BERPASIR LEMBAB 200

5 TANAH BERPASIR KERING 1000

6 KORAL PADA KONDISI LEMBAB 500


7 KORAL PADA KONDISI KERING 1000
8 TANAH BERBATU 3000

PUIL – 2000
Created by D.SUPRIATNA 31
TABEL TAHANAN PEMBUMIAN

Created by D.SUPRIATNA 32
1. MACAM ATAU JENIS TANAH

BESAR RESISTANS JENIS TANAH UNTUK MACAM TANAH YANG BERBEDA


TERTULIS PADA TABEL
TERBACA BAHWA SEMAKIN LEMBAB ATAU SEMAKIN BASAH KANDUNGAN
SUATU JENIS TANAH SEMAKIN KECIL PULA RESISTANS JENISNYA.

2. KONSENTRASI SERTA KOMPOSISI LARUTAN GARAM

SEMAKIN TINGGI KONSENTRASI LARUTAN GARAM DALAM TANAH


SEMAKIN RENDAH RESISTANS JENISNYA.
GARAM MEMPUNYAI SIFAT MENGHANTARKAN ARUS LISTRIK YANG BAIK
(C0NDUCTIVE).

3. KEPADATAN DARI TANAHNYA

BILA TANAH SEMAKIN PADAT MAKA KANDUNGAN AIRNYA AKAN SEMAKIN


SEDIKIT, AKIBATNYA RESISTANS JENISNYA AKAN SEMAKIN BESAR.
JELAS CONDUCTIVITAS SUATU TANAH BERBANDING LURUS DENGAN
KELEMBABAN AIR TERSEBUT.

Created by D.SUPRIATNA 33
4. SUHU TANAH

UNTUK DAERAH-DAERAH DENGAN SUHU TINGGI, AIR CENDERUNG


MENGUAP WALAUPUN SECARA PERLAHAN-LAHAN, SEHINGGA
KANDUNGAN AIR YANG TERDAPAT DALAM TANAHPUN MENJADI
BERKURANG. CONDUCTIVITASNYA JUGA MENJADI KURANG
UNTUK DAERAH DENGAN SUHU YANG SANGAT RENDAH SEHINGGA
KANDUNGAN AIR DALAM BUTIR-BUTIR TANAH MEMBEKU; RESISTANS
JENIS TANAH SEJENIS INIPUN AKAN TINGGI KARENA ION-ION LEBIH
MUDAH BERGERAK DALAM LARUTAN CAIR.

5. KANDUNGAN AIR

KANDUNGAN AIR DALAM TANAH DAPAT MELARUTKAN BERMACAM MACAM


GARAM YANG ADA DALAM TANAH. LARUTAN GARAM INI AKAN
MEMPENGERUHI NILAI RESISTANS JENIS TANAH.
KANDUNGAN AIR BANYAK, LARUTAN GARAMPUN TINGGI, NILAI RESISTANS
JENISNYAPUN AKAN RENDAH HINGGA MENGAKIBATKAN RESISTANS
PEMBUMIAN PUN AKAN RENDAH.
KANDUNGAN AIR INI DAPAT DISEBABKAN OLEH CURAH HUJAN
(PERUBAHAN MUSIM) ATAUPUN KARENA KONDISI SETEMPAT BERUPA
TANAMAN/HUTAN LINDUNG YANG DAPAT MENAHAN LEMBABNYA TANAH.
Created by D.SUPRIATNA 34
6. UKURAN DARI BUTIR TANAHNYA

SIFAT ALAMI DARI TANAH IALAH BERUSAHA MENJADI BUTIRAN-BUTIRAN,


MAKIN BESAR BUTIRAN MAKIN KECIL KEMAMPUAN UNTUK MEMEGANG
KANDUNGAN AIR, SEHINGGA AKAN MENJADI TINGGI NILAI RESISTANS
JENISNYA.

7. PENGARUH MUSIM

PENGARUH MUSIM AKAN MEMENGARUHI JUMLAH KANDUNGAN AIR PADA


TANAH.
DENGAN KATA LAIN PERUBAHAN MUSIM AKAN MEMPENGARUHI BESAR
KECILNYA SUATU RESISTANS JENIS TANAH. SELAIN HAL-HAL TERSEBUT
DIATAS PADA KENYATAANNYA BAHWA TANAH ITU TERDIRI DARI
LAPISAN-LAPISAN DENGAN RESISTANS JENIS YANG BERBEDA-BEDA.
FAKTOR TERSEBUT DIATAS TIDAK DAPAT DIRUMUSKAN DENGAN PASTI,
SEHINGGA BESARAN RESISTANS JENIS YANG TEPAT HARUS DIDAPAT
DENGAN CARA PENGUKURAN SETEMPAT.

Created by D.SUPRIATNA 35
ELEKTRODA BATANG YANG TERTANAM LEBIH DALAM DIBANDINGKAN
DENGAN SISTEM GRID MEMPUYAI ANCAMAN KERUGIAN SEBAGAI
BERIKUT :

1. ANCAMAN KOROSI AKIBAT LARUTAN KIMIA DALAM TANAH.


2. TERTANAM DALAM BEBERAPA LAPISAN TANAH, AKAN TIMBUL BEDA
POTENSIAL YANG MENGAKIBATKAN TERJADINYA PROSES
GALVANISASI ATAU DEPOLARISASI.
3. UNTUK SUATU SISTEM YANG SERINGKALI TERJADI DISCHARGE MAKA
PELEPASAN ARUS DARI ELEKTRODANYA AKAN MENGAKIBATKAN
TIMBULNYA PANAS SEHINGGA KANDUNGAN AIR DI SEKITAR
ELEKTRODA AKAN BERKURANG. HAL INI AKAN MENIMBULKAN
KWALITAS TANAH MENJADI KECIL DAYA HANTARNYA, ATAU
RESISTANS JENISNYA MENJADI BESAR.

Created by D.SUPRIATNA 36
Created by D.SUPRIATNA 37
Created by D.SUPRIATNA 38
TEGANGAN ELEKTRODA BUMI (UE)

ADALAH TEGANGAN GANGGUAN BERUPA TEGANGAN ANTARA


ELEKTRODA DENGAN TANAH REFERENSI, YANG TIMBUL AKIBAT
MENGALIRNYA ARUS DARI ELEKTRODA KE TANAH DI SEKELILINGNYA.

TENGANGAN LANGKAH (UL)

ADALAH SEBAGIAN DARI TEGANGAN ELEKTRODA BUMI (UE) YANG


DIJEMBATANI OLEH ORANG DENGAN LANGKAH SEBESAR KIRA-KIRA 1
M.

TENGANGAN SENTUH (US)


ADALAH SEBAGIAN DARI TEGANGAN GANGGUAN ATAU SEBAGIAN
DARI TEGANGAN ELEKTRODA BUMI YANG DIJEMBATANI OLEH ORANG.

Created by D.SUPRIATNA 39
IX. TEGANGAN LANGKAH

Created by D.SUPRIATNA 40
PROTEKSI PETIR SYSTEM INTERNAL

Semua bagian konduktif dibonding


Semua fasa jaringan RSTNG dipasang Arrester
Bila terjadi sambaran petir pada jaringan instalasi listrik semua kawat RSTN
tegangannya sama tidak ada beda potensial

RSTN RSTN

ARRESTER

GROUNDING

Created by D.SUPRIATNA 41
PRINSIP KERJA LIGHTNING ARRESTER
(L.A)

• Apabila ada gelombang petir pada jala-jala dan


melalui Lightning Arrester maka tegangan tsb akan
dipotong (Chopped) oleh LA dan dialirkan ke
bumi(dibumikan),sehingga peralatan dalam jala-jala
menjadi aman.
• Komponen dalam lightning arrester yang memotong
gelombang dan mengalirkan sisa gelombang tsb
kebumi bersifat Non Linier Resistan dan berfungsi
sebagai AIR GAP.
Created by D.SUPRIATNA 42
LIGHTNING ARRESTER

Gambar lightning Arrester yang


digunakan untuk trafo,genset dan
dipasang dalam jala2 :
1.Thyrite valve.
2.Rumah atau pelindung keramik
3.Air gap (celah udara) sebagai pengaman
yang akan mengalirkan gelombang
tegangan/arus bila melebihi tegangan
nominal LA
Created by D.SUPRIATNA 43
LIGHTNING ARRESTER UNTUK
MENGAMANKAN TRAFO

1. Unit kumparan primer dan sekunder.


2. Inti dan pegangan kerangka .
3. Hubungan tegangan tinggi dibawah
permukaan minyak untuk mencengah
busur
4. Sekreing (pengaman) tegangan tinggi
untuk melindungi bila ada kesalahan di
dalam.
5. Lightning arrester de.ngan air gap untuk
huburgan ke tegangan tinggi dan
grounded.
6. Tegangan tinggi dan penyambung.
7. Tegangan rendah
Created8. Gasket
by D.SUPRIATNA seal untuk tutup 44
TYPE ARRESTER

Created by D.SUPRIATNA 45
Created by D.SUPRIATNA 46
ALAT UKUR TAHANAN SEBARAN TANAH (EARTH
TESTER)

created by PNK3 Created by47


D.SUPRIATNA 2/8/2022 47
PERALATAN UKUR
• 1. Earth Tester

Created by D.SUPRIATNA 48
Set-Up for Testing Grounding
Electrode Resistance

C1 P1 G P2 C2

Earth

Test Rods
Grounding
Electrode
Created by D.SUPRIATNA 49
PEMASANGAN PEMBUMIAN
PADA MOTOR LISTRIK

Created by D.SUPRIATNA 50
Created by D.SUPRIATNA 51
INSTALASI PENYALUR PETIR
PERMENAKER PER-02 MEN/1989
- Instalasi penyalur petir ialah seluruh susunan sarana penyalur
petir terdiri atas penerima (Air Terminal/ Rod), Penghantar
penurunan (Down Conductor), Elektroda Bumi (Earth
Electrode) termasuk perlengkapan lainnya yang merupakan
satu kesatuan berfungsi untuk menangkap muatan petir dan
menyalurkannya ke bumi;
- Penerima ialah peralatan dan atau penghantar dari logam yang
menonjol lurus ke atas dan atau mendatar guna menerima
petir;
- Penghantar penurunan ialah penghantar yang menghubungkan
penerima dengan elektroda bumi;
- Elektroda bumi ialah bagian dari instalasi penyalur petir yang
ditanam dan kontak langsung dengan bumi;

Created by D.SUPRIATNA 52
BAB II
RUANG LINGKUP
Pasal 8
Yang diatur oleh Peraturan Menteri ini adalah Instalasi
Penyalur Petir non radioaktif di tempat kerja.
Pasal 9
(1) Tempat kerja sebagaimana dimaksud pasal 8 yang perlu
dipasang instalasi penyalur petir antara lain:
a. Bangunan yang terpencil atau tinggi dan lebih tinggi dari
pada bangunan sekitarnya seperti: menara-menara,
cerobong, silo, antena pemancar, monumen dan lain-lain;
b. Bangunan dimana disimpan, diolah atau digunakan bahan
yang mudah meledak atau terbakar seperti pabrik-pabrik
amunisi, gudang penyimpanan bahan peledak dan lain-lain;
c.

Created by D.SUPRIATNA 53
INSTALASI PENYALUR PETIR
PERMENAKER PER-02 MEN/1989
c. Bangunan untuk kepentingan umum seperti: tempat ibadah,
rumah sakit, sekolah, gedung pertunjukan, hotel, pasar,
stasiun, candi dan lain-lain;
d. Bangunan untuk menyimpan barang-barang yang sukar
diganti seperti: museum, perpustakaan, tempat penyimpanan
arsip dan lain-lain;
e. Daerah-daerah terbuka seperti: daerah perkebunan, Padang
Golf, Stadion Olah Raga dan tempat-tempat lainnya.
(2) Penetapan pemasangan instalasi penyalur petir pada tempat
kerja sebagaimana dimaksud ayat (1) dengan
memperhitungkan angka index seperti tercantum dalam
lampiran I Peraturan Menteri ini.

Created by D.SUPRIATNA 54
Terminal Udara
tipe Early Streamer Emission (ESE)
⚫ Tidak ada perbedaan
efektifitas TU konvensional
dan ESE.

⚫ NFPA membatalkan edisi


draft dari standar 781
karena kurangnya
bukti-bukti data kefektifan
dari terminal udara tipe ESE
(Early Streamer Emission)
dibandingkan sistem yang
menggunakan terminal
udara konvensional.

Created by D.SUPRIATNA 55
Created by D.SUPRIATNA 56
Created by D.SUPRIATNA 57
Sistem Electrostatik dengan cara meggunakan
penerima tunggal sebagai penangkap/penerima

Created by D.SUPRIATNA 58
INTEROEPTOR

PREVECTRON
Created by D.SUPRIATNA 59
EF

THOMAS

Created by D.SUPRIATNA 60
PERTIMBANGAN PEMASANGAN
INSTALASI PENYALUR PETIR
INDEK RESIKO BAHAYA SAMBARAN PETIR
A : Peruntukan bangunan (-10 0 1 2 3 5 15)
B : Struktur konstruksi (0 1 2 3)
C : Tinggi bangunan (0 2 3 4 5 - 10)
D : Lokasi bangunan ( 0 1 2)
E : Hari guruh (0 1 2 3 4 - 7)
JUMLAH SAMBARAN PETIR SETIAP TAHUN PADA
SUATU TEMPAT/DAERAH DI INDONESIA SETIAP
BULAN MUSIM PENGHUJAN

RISIKO = A + B + C + D + E
< 11 ABAIKAN
= 11 KECIL
= 12 SEDANG
= 13 AGAK BESAR
= 14 BESAR
> 14 SANGAT BESAR
Created by D.SUPRIATNA 61
INDEK RESIKO BAHAYA SAMBARAN PETIR
A : Peruntukan bangunan
Rumah tinggal : 1
Bangunan umum : 2
Banyak orang : 3
Instalasi gas,minyak, rumah sakit : 5
Gudang handak : 15

B : Struktur konstruksi
Steel structure : 0
Beton bertulang, kerangka baja atap logam: 1
Beton bertulang, atap bukan logam : 2
Kerangka kayu atap bukan logam : 3

C : Tinggi bangunan

Created by D.SUPRIATNA 62
INDEK RESIKO BAHAYA SAMBARAN PETIR

C : Tinggi bangunan
s/d 6 m : 0
12 m : 2
17 m : 3
25 m : 4
35 m : 5
50 m : 6
70 m : 7
100 m : 8
140 m : 9
200 m : 10

Created by D.SUPRIATNA 63
INDEK RESIKO BAHAYA SAMBARAN PETIR

D: Lokasi bangunan
Lembah/Dataran: 0
Lereng bukit : 1
Puncak bukit : 2

Created by D.SUPRIATNA 64
INDEK RESIKO BAHAYA SAMBARAN
PETIR
E : Hari guruh per tahun
2 : 0
4 : 1
8 : 2
16 : 3
32 : 4
64 : 5
128 : 6
156 : 7

Created by D.SUPRIATNA 65
DATA HARI GURUH PER TAHUN DI INDONESIA
Monthly Mean Frequencies of Thunderstorm Days
And Isoceraunic Level
Indonesia
LOCATION JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT. NOV. DEC TOTA ISOCERAUNI
L C LEVEL %
SUMATERA
1. Sabang 0.9 1.2 2.2 2.7 0.7 0.2 0.5 0.4 1.1 0.8 1.7 1.5 13.9 3.81
2. Banda Aceh 12.5 11.5 16.5 12.0 6.5 4.0 4.5 4.5 9.0 5.0 5.5 6.0 97.5 26.71
3. Medan 7.1 6.1 10.1 16.5 17.6 15.1 12.2 14.9 16.3 16.7 14.4 11.2 158.2 43.34

4. Sibolga 7.0 9.0 10.7 11.1 4.7 2.6 3.8 2.6 3.1 4.7 2.6 5.2 67.1 18.38
5. Pekanbaru 5.0 5.9 11.6 14.7 10.9 9.7 9.2 8.7 11.6 10.6 14.7 10.5 123.1 33.73
6. Rengat 5.0 3.5 10.3 19.0 13.5 9.0 8.0 5.3 15.0 9.8 11.3 13.0 122.7 33.62
7. Padang 5.0 7.2 7.8 9.9 9.5 7.2 6.3 6.9 7.8 8.4 7.1 8.5 91.6 25.10
8. Tanjung Pinang 1.4 2.6 6.3 16.9 15.7 12.1 11.1 9.0 9.9 17.3 16.7 8.7 127.7 34.99

9. Dabo Singkep 0.3 2.7 5.3 18.0 13.3 10.3 7.3 6.7 9.3 18.3 18.7 5.3 115.5 31.64

10.Jambi 11.3 11.8 16.6 20.6 19.3 13.1 12.1 12.0 13.2 16.2 21.8 18.4 186.4 51.07

11. Palembang 9.6 11.6 17.1 23.0 19.5 11.9 7.4 9.0 14.2 14.9 18.2 19.9 176.3 48.30
12..Pangkal Pinang 5.0 6.7 7.7 12.2 12.6 7.6 4.3 5.1 6.0 6.7 8.5 7.6 90.5 24.80

Created by D.SUPRIATNA 66
DATA HARI GURUH PER TAHUN DI INDONESIA
Lanjutan

LOCATION JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT. NOV. DEC TOTAL ISOCERAUNIC
LEVEL %

SUMATERA
13. Tanjung Pandan 9.4 9.2 13.5 20.2 16.6 13.0 9.9 7.1 10.5 15.9 18.5 15.8 159.8 43.78
14. Banai Natuna 0.2 0.3 1.7 6.1 10.7 6.3 3.8 5.1 6.2 6.6 4.9 1.3 53.2 14.58
15. Terempa 0.3 0.3 0.0 0.5 1.5 0.5 0.3 0.8 0.5 0.5 0.3 0.0 4.5 1.23
16. Bengkulu 3.9 2.8 3.9 6.3 4.9 4.4 5.8 5.3 4.1 4.7 4.2 1.6 51.9 14.22
17. Asakasetra Metro 0.0 0.5 1.0 3.0 2.5 1.0 1.0 0.5 3.5 3.0 0.5 1.5 17.5 4.20
18. Tanjung Karang 7.6 8.7 11.8 12.2 8.6 5.6 2.9 4.2 4.6 5.7 10.0 11.9 93.9 25.70

Created by D.SUPRIATNA 67
LOCATION JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT. NOV. DEC TOTAL ISOCERAUNIC
LEVEL %

JAWA
1. Serang 3.3 2.7 3.0 6.7 3.7 2.3 1.3 2.0 1.0 2.3 5.7 4.7 38.7 10.60
2. Curug Tangerang 18.8 16.0 19.0 21.8 19.0 16.8 8.3 7.0 11.5 14.5 17.5 18.3 188.5 51.64

3. Tj. Priok Jakarta 3.3 3.7 4.7 8.3 6.3 3.3 3.3 2.3 4.7 5.3 8.7 5.3 59.2 16.22

4. Kemayoran Jakarta 20.3 19.3 21.0 15.5 17.5 14.0 3.8 5.3 9.3 12.3 11.0 17.0 167.3 45.84
5. B.M. Jakarta 19.7 16.3 22.3 17.3 19.7 16.0 6.3 6.7 8.7 14.7 16.7 20.3 184.7 50.60

6. Halim P.K. Jakarta 16.4 13.3 16.7 20.1 19.4 12.7 8.4 7.9 9.7 11.1 13.1 14.7 163.5 44.80
7. B o g o r 7.0 5.0 8.0 10.3 10.3 10.0 5.3 4.3 6.3 8.0 12.3 8.7 95.5 26.16
8. Kalijati Subang 18.0 22.0 25.0 28.0 21.0 12.0 7.0 3.5 9.5 10.0 12.5 12.5 181.0 49.59
9. Bandung 6.9 8.7 6.9 10.0 8.6 2.9 1.2 3.4 3.9 8.4 10.1 10.8 81.8 22.41
10. Jatiwengi 17.5 18.5 17.0 18.5 16.5 5.5 0.5 0.0 3.0 3.5 17.0 24.5 142.0 38.90
11. Tegal 20.0 18.3 16.3 20.7 21.7 15.7 7.7 5.3 5.7 9.3 14.7 18.0 173.4 47.51
12. Cilacap 10.3 11.3 11.2 10.0 9.2 4.8 1.7 2.2 1.3 7.8 7.5 9.3 86.6 23.73
13. Semarang 15.2 14.3 17.7 18.6 19.0 9.1 3.6 4.1 7.8 16.2 21.6 22.0 169.2 46.36
14. Yogyakarta 15.3 16.3 17.6 15.3 15.1 5.0 2.8 2.3 3.4 9.3 11.8 12.1 126.3 34.60
15. Solo 13.8 18.3 22.5 16.3 12.8 5.0 2.5 1.3 3.3 5.0 8.3 11.0 120.1 32.90
16. Madiun 16.1 15.8 19.3 14.4 13.0 6.4 3.5 3.8 7.6 15.1 16.0 17.1 148.1 40.58
17. Malang 16.0 15.7 23.0 18.3 18.0 6.3 3.0 0.3 2.0 5.3 11.3 11.7 130.9 35.86
18. Surabaya 18.9 15.4 18.1 15.1 15.9 6.9 2.5 1.0 4.2 8.5 17.7 22.6 146.8 40.22
19. Bawean 21.0 15.3 16.3 13.0 14.3 7.3 4.7 2.3 7.0 4.7 7.7 10.0 123.6 33.86
20. Kalianget 23.0 16.7 18.3 17.3 14.3 7.8 2.7 1.0 1.3 4.3 12.7 26.7 146.1 40.03

Created by D.SUPRIATNA 68
LOCATION JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT. NOV. DEC TOTAL ISOCERAUNIC
LEVEL %

KALIMANTAN
1. Pontianak 10.3 10.3 13.7 17.0 19.4 13.2 8.3 12.7 13.1 37.0 14.1 12.9 162.0 44.80

2. Banjarmasin 6.5 7.1 11.1 10.9 8.3 1.6 3.4 5.3 5.6 6.9 8.3 6.0 82.4 22.58
3. Balikpapan 10.6 6.5 10.3 12.7 11.2 7.0 6.4 7.1 6.8 9.6 12.3 12.0 112.5 30.82

4. Tarakan 13.3 8.1 16.0 18.6 19.9 14.9 7.4 7.6 14.8 20.3 18.1 13.0 192.0 52.60

SULAWESI
1. Manado 4.2 1.5 1.7 5.8 9.0 4.8 5.7 3.1 6.5 8.5 9.1 5.7 65.6 17.97
2. Gorontalo 8.0 6.3 6.5 10.0 10.0 8.3 5.5 3.8 3.8 5.5 6.5 5.0 79.2 21.70
3. Palu 6.1 3.2 6.9 8.8 8.4 5.3 3.9 4.6 5.1 7.3 11.0 6.4 77.0 21.10
4. Ujung Pandang 10.3 7.3 10.3 11.4 13.8 6.5 3.8 2.1 6.9 11.6 17.7 15.3 117.0 32.06
5. Kendari 15.9 14.6 15.1 9.3 6.6 1.9 1.4 0.9 2.8 4.5 10.4 14.2 97.2 26.63

MALUKU
1. Jailolo 3.0 1.0 0.0 0.0 0.0 1.0 0.0 0.0 2.0 0.0 1.0 4.0 2.0 3.29
2. Ternate 5.5 4.0 6.0 5.5 7.5 4.0 4.5 4.0 7.0 7.5 9.0 10.0 4.5 20.41
3. Ambon 2.1 3.3 0.9 0.5 0.8 0.3 0.0 0.0 0.4 0.8 1.5 4.5 6.1 4.14
4. Tual 2.2 1.3 1.7 1.0 0.5 0.0 0.0 0.0 0.5 1.2 4.8 3.2 16.4 4.49
5. Saumlaki 2.9 2.6 1.0 0.5 0.0 0.0 0.0 0.0 0.1 0.6 4.4 4.8 16.9 .63

Created by D.SUPRIATNA 69
LOCATION JAN FEB MAR AP MAY JUN JUL AUG SEP OCT. NOV. DEC TOTA ISOCERAUNI
R L C LEVEL %
NUSA TENGGARA
1. Denpasar 9.8 7.6 6.1 3.0 3.0 0.9 0.4 0.2 1.0 2.6 5.5 5.5 45.6 12.49
2. Ampenan 9.5 6.3 6.5 4.6 4.4 0.5 0.0 0.1 2.0 4.1 7.5 6.4 51.9 14.22
3. Sumbawa Besar 7.4 9.1 6.9 5.4 3.5 0.1 0.0 0.1 3.4 6.4 11.1 15.4 68.8 18.85
4. Waingapu 14.7 14.4 12.1 6.1 3.9 2.7 0.6 0.4 2.1 5.4 16.1 19.9 98.4 26.96
5. Kupang 14.6 12.7 8.4 6.4 2.4 0.0 0.0 0.4 0.6 4.4 13.7 13.7 77.0 21.10

IRIAN JAYA
1. Biak 15.4 12.3 14.4 17.3 20.0 15.7 16.3 16.0 18.8 17.1 21.4 14.1 198.8 54.47

JUMLAH SAMBARAN PETIR SETIAP TAHUN PADA SUATU


TEMPAT/DAERAH DI INDONESIA SETIAP BULAN MUSIM
PENGHUJAN

Created by D.SUPRIATNA 70
INSTALASI PENYALUR PETIR
PERMENAKER PER-02 MEN/1989
Pasal 14
•Untuk menentukan daerah perlindungan bagi penerima
dengan jenis Franklin dan sangkar Faraday yang terbentuk
runcing adalah suatu kerucut yang mempunyai sudut puncak
112°

•Untuk menentukan daerah perlindungan bagi penerima yang


berbentuk penghantar mendatar adalah dua bidang yang
saling memotong pada kawat itu dalam sudut 112° ;

•Untuk menentukan daerah perlindungan bagi penerima jenis


lain adalah sesuai dengan ketentuan tehnis dari
masing-masing penerima.

Created by D.SUPRIATNA
71
INSTALASI PENYALUR PETIR
PERMENAKER PER-02 MEN/1989
SYARAT-SYARAT PEMASANGAN
PENGHANTAR PENURUNAN
Pasal 15
Penghantar penurunan harus dipasang sepanjang bubungan (nok) dan atau
sudutsudut bangunan ke tanah sehingga penghantar penurunan merupakan suatu
sangkar dari bangunan yang akan dilindungi;
1. Dipasang sepanjang bubungan ke tanah.
2. Diperhitungkan pemuaian dan penyusutan.
3. Jarak antara alat pemegang penghantar maximal 1,5 meter.
4. Dilarang memasang penghantar penurunan dibawah atap dalam bangunan.
5. Jika ada, penurunan dipasang pada bagian yang terdekat pohon, menonjol.
6. Memudahkan pemeriksaan.
7. Jika digunakan pipa logam, pada kedua ujung harus disambung secara
elektris.
8. Dipasang minimal 2 penurunan.
9. Jarak antar kaki penerima dan titik percabangan penghantar maximal 5
meter.

Created by D.SUPRIATNA 72
BAB IV
PENGHANTAR PENURUNAN
Pasal 15

a. Kawat tembaga penampang min. 50 mm2 & Tebal minimal 2 mm.


b. Bagian atap, pilar, dinding, tulang baja yang mempunyai massa logam yang
baik.
c. Khusu tulang beton harus memnuhi :
a. Sudah direncanakan untuk itu
b. Ujung-ujung tulang baja mencapai garis permukaan air dibawah tanah.
d. Kolom beton yang digunakan sebagai penghantar adalah kolom beton bagian
luar.
e. Pipa penyalur air hujan + minimal dua pengantar penurusan khusus.
f. Jarak antar penghantar
a. Tinggi < 25 m max. 20 m
b. Tinggi 25 – 50 m max (30 – 0,4xtinggi bangunan)
c. Tinggi > 50 m max 10 meter.

Created by D.SUPRIATNA 73
BAB V
SYARAT PEMBUMIAN
Pasal 28
a. Dipasang sedemikian sehingga tahan pembumian terkecil.
b. Sebagai elektroda bumi dapat digunakan
a. Tulang baja dari lantai kamar, tiang pancang (direncanakan).
b. Pipa logam yang dipasang dalam bumi secara tegak.
c. Pipa atau penghantar lingkar yang dipasang dalam bumi secara
mendatar.
d. Pelat logam yang ditanam.
e. Bahan yang diperuntukkan dari pabrikan (spesifikasi sesuai
standar)
c. Dipasang sampai mencapai permukaan air dalam bumi.
d. Masing-masing penghantar dari suatu instalasi yang mempunyai
beberapa penghantar harus disambungkan dengan elektroda
kelompok.

Created by D.SUPRIATNA 74
e. Terdapat sambungan ukur.
f. Jika keadaan alam tidak memungkinkan,
• Masing-masing penghantar penurunan harus disambung dengan
penghantar lingkar yang ditanam dengan beberapa elektro tegak
atau mendatar sehingga jumlah tahan pembumian bersama
memenuhi syarat.
• Membuat suatu bahan lain (bahan kimia dan sebagainya) yang
ditanam bersama dengan elektroda sehingga tahan pembumian
memenuhi syarat.
g. Elektroda bumi yang digunakan untuk pembumian instalasi listrik tidak
boleh digunakan untuk pembumian instalasi penyalur petir.

Created by D.SUPRIATNA 75
Pasal 54

Tahanan pembumian dari seluruh sistem


pembumian tidak boleh lebih dari 5 ohm;

Pengukuran tahanan pembumian dari elektroda bumi harus


dilakukan sedemikian rupa sehingga kesalahan-kesalahan
yang timbul disebabkan kesalahan polarisasi bisa dihindarkan;

Pemeriksaan pada bagian-bagian dari instalasi yang tidak


dapat dilihat atau diperiksa, dapat dilakukan dengan
menggunakan pengukuran secara listrik.

Created by D.SUPRIATNA 76
BANGUNAN YANG MEMPUNYAI ANTENA
1. Antena harus dihubungkan dengan instalasi penyalur petir dengan
penyalur tegangan lebih, kecuali berada dalam daerah
perlindungan.
2. Jika antena sudah dibumikan, tidak perlu dipasang penyalur
tegangan lebih.
3. Jika antena dpasang pada bangunan yang tidak mempunyai instalasi
petir, antena harus dihubungkan melalui penyalur tegangan lebih.
4. Pemasangan penghantar antara antena dan penyalur petir
sedemikian menghindari percikan bunga api.
5. Jika suatu antena dipasang pada tiang logam, tiang tersebut harus
dihubungkan dengan instalasi penyalur petir.
6. Jika antena dipasang secara tersekat pada suatu tiang besi, tiang
besi ini harus dihubungkan dengan bumi.

Created by D.SUPRIATNA 77
CEROBONG YANG LEBIH TINGGI DARI 10 M
a. Instalasi penyalur petir yang terpasang dicerobong tidak boleh
dianggap dapat melindung bangunan yang berada disekitarnya.
b. Penerima harus dipasang menjulang min 50 cm di atas pinggir
cerobong.
c. Alat penangkap bunga api dan cincin penutup pinggir bagian
puncak dapat digunakan sebagai penerima petir.
d. Instalasi penyalur petir dari cerobong min harus mempunyai 2
penurunan dengan jarak yang sama satu sama lain.
e. Tiap-tiap penurunan harus disambungkan langsung dengan
penerima.

Created by D.SUPRIATNA 78
PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN
1. Setiap instalasi penyalur petir harus dipelihara agar selalu bekerja
dengan tepat, aman dan memenuhi syarat.
2. Instalasi penyalur petir petir harus diperiksa dan diuji :
1. Sebelum penyerahan dari instalatir kepada pemakai.
2. Setelah ada perubahan atau perbaikan (bangunan atau
instalasi)
3. Secara berkala setiap dua tahun sekali.
4. Setelah ada kerusakan akibat sambaran petir.
3. Dilakukan oleh pegawai pengawas, Ahli K3 atau PJK3 Inspeksi.
4. Pengurus atau pemilik wajib membantu (penyedian alat)

Created by D.SUPRIATNA 79
Lightning desperation position

Created by D.SUPRIATNA 80
Pasal 57
PENGESAHANSESUAI DENGAN PERMENAKER 33/M/2016
Setiap Instalasi penyalur petir, penerima khusus seperti elektrostatic
dan lainnya harus mendapat sertifikat dari Menteri atau pejabat yang
ditunjuknya(Dinas Ketenagakerjaan Provinsi)
sebagaimana dimaksud ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut
dengan Keputusan Menteri.

Pasal 58
Dalam hal terdapat perubahan instalasi penyalur, maka pengurus
atau pemilik harus mengajukan permohonan perubahan instalasi
kepada Menteri cq. Kepala Kantor Wilayah yang ditunjuknya dengan
melampiri gambar rencana perubahan.

Created by D.SUPRIATNA
81

Anda mungkin juga menyukai