Anda di halaman 1dari 12

KELALAIAN PERAWAT DALAM

PEMBERIAN OBAT SUNTIK KEPADA


PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM
“CUT NYAK DHIEN (RSUCND)
MEULABOH”
kelompok 6
Farmakologi Keperawatan

Brian Wahjudi
Tania Emmanuelita Erni Nurhasanah
Sastra
20230303054 20230303104
20230303025
Nuuri Hidayatika
Rafi Waludin Hanifah
Ria Mustika
20230303114 20230303030
20230303005
KRONOLOGI KELALAIAN
PERAWAT DI RSUD CUT
NYAK DHIEN
kejadian bermula ketika seorang anak berusia 11 tahun dengan inisial
A dilarikan rumah sakit karena kecelakaan tertusuk kayu di bagian
paha dan operasi berhasil selesai dilakukan pada malam hari. Setelah
operasi, pasien sadar dan dokter memerintahkan untuk perawat untuk
memberikan obat. perawat yang bertanggung jawab pada saat itu
dengan inisial E dan D. kedua perawat perempuan melihat catatan
rekam medis korban dan terdapat beberapa obat yang tidak tersedia
saat itu. kemudian perawat inisial E memerintahkan perawat D untuk
meresepkan obat untuk diambil di depo obat yaitu atrakurium besylate.
Sementara di catatan rekam medis korban mengharuskan korban
diberikan obat transamin (obat untuk mengurangi dan mencegah
rembesan darah). Kedua perawat memberikan obat yang salah
kepada pasien. Kemudian obat suntik atrakurium besylate disuntikkan
pada pasien dengan 3 x suntikan dalam rentang beberapa menit
dengan total dosis 10mg. Tidak lama kemudian, pasien inisial A
meninggal dunia.
tentang obat suntik
atrakurium besylate
Atracurium besylate merupakan obat pelumpuh otot nondepolarisasi kelas
bisquaternary benzylisoquinolinium yang menghasilkan beberapa efek
samping selama uji klinis luas di berbagai penelitian berupa pelepasan
histamin yang dikaitkan dengan reflek takikardia, hipotensi berat dan ruam
pada pengamatan klinis.
Dosis awal untuk obat atracunium 0,5 mg/kgBB dalam tenggang waktu 60
detik, kemudian untuk dosis selanjutnya 0.1mg/kg/BB dalam waktu 20-45
menit.
Pada kasus ini, 10mg cairan atracurium besylate tidak menyebabkan
overdosis pada sebagian orang, namun kemungkinan besar terjadi reaksi
alergi atau komplikasi pasca operasi karena obat atracurium besylate
seharusnya diberikan sebelum atau ketika berjalannya operasi untuk
melemaskan otot kecuali kondisi tertentu setelah operasi. Selain itu,
atracurium besylate adalah obat keras yang harus dipantau dengan cermat
oleh tim medis dan disesuaikan dengan kebutuhan individu seperti faktor
berat badan dan kondisi medis. Hal ini untuk menghindari overdosis atau
efek samping lain yang tidak diinginkan.
prinsip 7 benar pemberian obat dengan
tujuan menjamin keselamatan pasien
benar pasien: memastikan obat diberikan kepada pasien
1 sesuai identitasnya melalui verifikasi ganda seperti benar cara pemberian: memastikan obat
nama dan tanggal lahir pasien. diberikan kepada pasien dengan cara yang
5 benar seperti oral, injeksi, topikal, atau
cara lain sesuai petunjuk penggunaan
benar dosis: menghitung dosis obat dengat tepat sesuai
2 rekomendasi dokter ataupun apoteker kepada pasien dimana
setiap pemberian obat dapat bervariasi bergantung dari berat
badan dan kondisi kesehatan pasien benar informasi: memastikan alasan
pemberian obat dijelaskan dengan jelas
6 dan sesuai dengan indikasi medis yang
benar obat: memastikan obat yang diberikan adalah
3 tepat
obat yang tepat untuk kondisi pasien

benar dokumentasi: mencatat semua


benar waktu: Pemberian obat yang tepat waktu sesuai
informasi yang relevan mengenai
jam atau interval yang dianjurkan juga sangat 7
4 pemberian obat secara akurat dan
penting agar obat bekerja dengan baik di dalam tubuh
lengkap dalam catatan medis pasien
pasien
kelalaian perawat di rsud cut
nyak dhien terkait 7 prinsip benar
Pada kasus kelalaian perawat dalam pemberian obat di RSUD Cut Nyak Dhien, kedua
perawat ini gagal menerapkan benar obat, benar dosis dan benar waktu. Ini terjadi
karena kedua perawat ini mengalami miskomunikasi mengenai obat yang akan diberikan
kepada pasien dimana obat transamin yang seharusnya disuntikkan kepada pasien
tertukar dengan atracurium besylate. Selain itu, kedua perawat ini juga gagal memenuhi
prinsip benar dosis dikarenakan pemberian suntikan melebihi dosis seharusnya.
Walaupun pemberian dosis obat mungkin sudah diberikan dengan tepat, namun apabila
diberikan obat yang tidak semestinya diberikan kepada pasien yang tidak semestinya
menerima obat tersebut dapat menyebabkan pasien mengalami gangguan kesehatan
dan bahkan kematian Selain itu, perawat juga gagal memenuhi prinsip benar waktu. Di
mana perawat menyuntikkan 3x dalam rentang waktu beberapa menit saja sehingga
menyebabkan kegagalan dalam menangani pasien dan pasien pun menjadi korban atas
kelalaian mereka.
Legal keperawatan adalah aturan dalam

Aspek legal menjalankan asuhan keperawatan sesuai


wewenang dan tanggung jawabnya di

keperawatan
berbagai rangkaian layanan yang meliputi
hak maupun kewajibannya sebagaimana
diatur dalam undang-undang keperawatan.

Tugas seorang perawat tertera dalam Undang-Undang Nomor 38


Tahun 2014 pada pasal 30 ayat 1 yang terdiri dari, melakukan
pengkajian keperawatan secara holistic, menetepkan diagnosa
keperawatan, merencanakan tindakan keperawatan,
melaksanakan tindakan keperawatan, mengevaluasi hasil tindakan
keperawatan, melakukan rujukan, memberikan tindakan pada
keadaan gawat darurat sesuai dengan kompetensi, memberikan
konsultasi keperawatan dan berkolaborasi dengan dokter,
melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling, dan melakukan
penatalaksanaan pemberian obat kepada klien sesuai dengan
resep tenaga medis atau obat bebas dan obat bebas terbatas.
hukuman yang
dijatuhkan kepada
kedua perawat
Dalam putusan akhir yang
kelalaian berat yang dibacakan oleh Hakim Pengadilan
meyebabkan pasien yang Negeri Hakim Meulaboh masing -
menerima perawatan medis masing terdakwa dijatuhi hukuman
meninggal dunia sesuai dengan yaitu kurungan penjara selama 2
pasal 84 ayat 2 UU Nomor 36 tahun dan 6 bulan. Hakim
menjatuhi putusan selama 2 tahun
tahun 2014 yang berbunyi “jika
6 bulan pada putusan nomor
kelalaian berat sebagaimana 75/pid.sus/2019/Pn.mbo kepada
dimaksud pada ayat (1) kedua terdakwa yang melakukan
mengakibatkan kematian, setiap kelalaian hingga menyebabkan
Tenaga Kesehatan dipidana kematian. Meninggalnya korban
penjara paling lama 5 (lima) disini dikarenakan akibat dari
tahun kelalaian terdakwa atau perbuatan
kurang hati-hatinya terdakwa.
kesimpulan
Kedua perawat yang terlibat dalam kelalaian dalam pemberian obat
di Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien telah menjalani
proses hukum dengan kurungan penjara 2 tahun dan telah
mencoreng nama baik rumah sakit di mana mereka bekerja sebagai
honorer. Pasien laki-laki berusia 13 tahun yang meninggal tidak
dilakukan autopsy sehingga proses hukum yang berlangsung
mengandalkan barang bukti , keterangan saksi, keluarga korban dan
tersangka tanpa adanya hasil uji forensik dari tubuh korban.
Walaupun dosis yang diberikan dalam batas normal, namun
pemberian obat yang tertukar dari yang seharusnya transamine
menjadi Atracurium Besylate tentunya berakbit fatal pada korban.
Obat ini semestinya digunakan selama prosedur bedah berlangsung
untuk merelaksasi otot dan tidak dianjurkan untuk diberikan setelah
operasi kecuali kondisi tertentu sesua prosedur dokter.
SARAN
Berdasarkan kasus ini, perawat dianjurkan untuk memiliki jam kerja yang wajar, istirahat
yang cukup dan menjalani prosedur sesuai standar praktik keperawatan. Ada baiknya
ketika memberikan obat, dicek kembali obat yang akan diberikan dan mengkomunikasikan
dengan ahlinya seperti dokter ataupun apoteker ketika tidak yakin akan pemberian obat
yang diberikan. Perawat juga wajib memiliki kemauan belajar yang kuat dan sadar diri
akan kemampuannya sehingga mampu menghadapi perkembangan medis dan
menangani pasien dengan baik melalui kemampuan yang dimiliki. Di lain sisi, pihak rumah
sakit ataupun pihak-pihak yang mempekerjakan perawat juga wajib tegas dalam merekrut
perawat dengan kemampuan, pengetahuan maupun psikologi yang sesuai standar agar
pasien dapat tertangani dengan baik. Pihak rumah sakit juga wajib mendelegasikan tugas
sesuai sop prosedur yang berlaku dan menghindari pekerjanya mengambil alih tugas yang
bukan sesuai kemampuannya. Sebagai contoh, perawat administrasi yang sudah lama
tidak menyentuh pasien mendadak dirotasi menjadi perawat pelaksana menangani pasien
yang mengalami kondisi berat. Hal ini dapat menyebabkan malpraktik dan rentan terjadi
kesalahan pada saat memberikan tindakan medis.
perkembangan terbaru
undang-undang kesehatan
no 17 tahun 2023
Sesuai perkembangan terbaru hukuman untuk perawat yang melakukan
kelalaian atau malpraktik masih sama, seharusnya memerlukan efek jera
dengan memberlakukan hukuman yang lebih berat, pada Undang –
Undang No 17 Tahun 2023 pasal 440 di jelaskan bahwa; “(1) Setiap
Tenaga Medis atau Tenaga Kesehatan yang melakukan kealpaan yang
mengakibatkan Pasien luka berat dipidana dengan pidana penjara paling
lama 3 tahun atau pidana denda paling banyak Rp 250 juta. (2) Jika
kealpaan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 mengakibatkan kematian,
setiap Tenaga Medis atau Tenaga Kesehatan dipidana dengan pidana
penjara paling lama 5 tahun atau pidana denda paling banyak Rp 500
juta. Namun, Undang-undang terbaru tersebut memicu polemik di
kalangan tenaga kesehatan karena berpotensial menimbulkan
kriminalisasi terhadap tenaga kesehatan karena tidak adanya perincian
yang jelas mengenai kelalaian berat seperti apa yang dapat dipidanakan.
TERIMA
KASIH!

Anda mungkin juga menyukai