Anda di halaman 1dari 8

Nama : Defi Karenah

Kelas : XII TKJ 1

A. Kronologi XIAOMI menerapkan produksi masal?

Xiaomi menyatakan akan memproduksi secara massal ponsel pintar dengan


teknologi kamera depan di bawah layar generasi ketiga. Teknologi kamera bawah
layar generasi ketiga mampu menyamarkan kamera depan di bawah layar sehingga
membuat pengguna dapat menikmati pengalaman layar penuh tanpa halangan dari
punch hole maupun dot drop. Hal ini menjadi keputusan strategis Xiaomi dalam
mengincar segmen ponsel pintar high-end yang disokong oleh inovasi teknologi dari
perusahaan tersebut.

Dari generasi pertama yang hanya dikembangkan di dalam laboratorium hingga


generasi kedua yang diperkenalkan kepada publik tahun 2019, Xiaomi tidak pernah
berhenti mengembangkan kamera bawah layar hingga tiba pada generasi ketiga.
Strategi produk high-end Xiaomi berakar dari pencapaian teknologinya.
Pengumuman terobosan teknologi kamera bawah layar generasi ketiga yang
berpotensi untuk produksi massal menjadi pencapaian berikutnya setelah Xiaomi
meluncurkan Mi 10 Ultra dengan baterai grafene 120W yang diproduksi massal
untuk pertama kali.

Sejauh ini, Xiaomi telah membangun dan terus mengeksplorasi teknologi mutakhir
seperti pengisian daya cepat, pencitraan, layar, dan wilayah lainnya. Dengan
berbagai inovasi tersebut, Xiaomi percaya diri untuk bermain di pasar high-end,
itulah mengapa xiaomi melakukan produksi massal.

B. Perencanaan produk yang diterapkan Xiaomi, apakah memptioritaskan proyek


(permintaan) atau melihat peluang?

Perencanaan produk yang diterapkan Xiaomi adalah memprioritaskan proyek,


karena Xiaomi bertujuan untuk bermain di pasar high-end.

C. Proses produksi massal di perusahaan Xiaomi?

Saat awal bermitra, PT Sat Nusapersada Tbk baru menyediakan 3 line produksi
untuk merakit smartphone Xiaomi, dengan target produksi perangkat tiap bulannya
sekitar 100.000 unit.
Dengan mulai ditambahnya ‘line’ produksi ponsel Xiaomi menjadi 9 line, SatNusa dan
Xiaomi membuka peluang untuk membawa lebih banyak produk ke pasar Indonesia
lebih cepat dari sebelumnya.

Untuk alur proses produksi smartphone Xiaomi sendiri, PT Sat Nusapersada


memberlakukan tiga alur besar yakni Incoming yang terdiri dari proses pengecekan
komponen-komponen dasar perangkat smartphone (Incoming Quality Control/IQC).

Alur kedua adalah Production yang terdiri dari proses perakitan (Assembly), Testing
(pengecekan) hingga Packing (pengemasan) produk (In Process Quality
Control/IPQC). Di alur kedua yakni Production, PT Sat Nusapersada juga melakukan
proses Quality Control yang cukup teliti. Di tiap line produksi, terdapat sekitar 48
proses yang harus dilakukan oleh karyawan Satnusa. Di sini lah proses paling
penting dalam perakitan smartphone Xiaomi. Semua komponen smartphone harus
benar-benar terpasang pas dan sesuai dengan fungsinya masing-masing. Mulai dari
pemasangan motherboard, antena, kamera depan dan belakang, fingerprint, baterai
hingga layar.

Dan alur ketiga adalah Outgoing yang merupakan proses akhir berupa Out Quality
Control (OQC) serta pengiriman ke customer.
D. Lampiran dokumentasi tahapan proses produksi Xiaomi

Tampak pada foto berbagai proses produksi dilakukan oleh talenta lokal dengan
proses pengendalian kualitas yang ketat, melalui sejumlah uji kualitas sebelum
memasuki pasar, untuk memastikan produk yang dikeluarkan berkualitas tinggi.
Proses perakiran produk

Xiaomi dan PT. Sat Nusapersada meningkatkan operasi lokal secara keseluruhan.
Proses manufaktur produk Xiaomi di Batam dilakukan oleh talenta lokal yang semakin
mempermudah Xiaomi dalam membawa lebih banyak produk ke Indonesia.
Tampak pada foto berbagai proses di produksi Sat Nusapersada di Batam. Xiaomi
memiliki standar tinggi untuk produksi smartphone yang sama dengan pasar lainnya,
termasuk smartphone yang diproduksi secara lokal.
Sebagai informasi, dari sekian banyak lini produk yang sudah diluncurkan baik secara
global maupun lokal (di negeri asalnya Cina), Xiaomi sendiri setidaknya baru
memproduksi enam varian smartphone 4G resmi di Indonesia seperti Redmi 3s, Redmi
4A, Redmi Note 4, Redmi 4X, Mi A1 dan smartphone yang baru saja diluncurkan Redmi
Note 5A, semuanya telah memenuhi peraturan Tingkat Kandungan Dalam Negeri
(TKDN) hingga 30%.

Anda mungkin juga menyukai