Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana dari Program
Studi S1 Manajemen Bisnis Telekomunikasi dan Informatika
Disusun Oleh
Nama : Irsyad Fauzan Fadhlurrohman
NPM : 1401184381
3
1.2 Latar Belakang
Perkembangan teknologi yang kian pesat semakin memudahkan manusia untuk
melakukan kegiatan sehari-hari, salah satunya kegiatan yang menggunakan
teknologi komunikasi. Smartphone merupakan salah satu contoh dari
berkembangnya teknologi dibidang komunikasi. Smartphone merupakan sebuah
telepon genggam atau telepon seluler pintar yang dilengkapi dengan fitur mutakhir
dan berkemampuan tinggi layaknya sebuah komputer (Prawiro, 2018).
Selama pandemi yang terjadi pada tahun 2020, pasar smartphone dunia
mengalami penurunan penjualan yang signifikan. Samsung dan Xiaomi merupakan
dua smartphone yang mengalami penurunan terdalam (Franedya, 2020). Menurut
perusahaan analis, Counterpoint Research dan Canalyst menyebutkan bahwa
pandemi menyebabkan pasar smartphone mengalami penurunan tercepat pada
kuartal pertama di tahun 2020 sebesar 13% persen. Pada kuartal kedua 2020,
Gartner melaporkan bahwa penjualan ponsel di seluruh dunia mencapai 295 juta
unit atau mengalami penurunan sebesar 20,4 persen. Gartner memberikan data
bahwa pada kuartal ketiga tahun 2020 menunjukkan adanya pemulihan yang sedang
berlangsung untuk pasar ponsel cerdas ketika perusahaan meluncurkan smartphone
5G. Berdasarkan hasil analisis, penjualan unit smartphone mencapai 366 juta unit,
turun 5,7 persen secara global dibandingkan periode yang sama tahun 2019
(Situmorang, 2020).
4
Gambar 1.2 Penjualan Smarphone Q4 2020
Sumber: Canalys (2021)
Berdasarkan gambar 1.2 penjualan smartphone pada kuartal empat tahun 2020
sudah makin membaik, bisa dilihat bahwa para vendor smartphone sudah
mengalami pertumbuhan penjualan yang positif. Untuk smarphone Apple
mengalami peningkatan penjualan sebesar 4 persen. Selanjutnya Samsung pada
kuartal empat mengalami penurunan penjualan sebesar 14 persen. Berbeda dengan
Samsung, Xiaomi mengalami peningkatan penjualan yang sangat signifikan di
kuartal empat yaitu sebesar 31 persen. Oppo juga mengalami peningkatan penjualan
yaitu sebesar 15 persen. Selanjutnya Vivo juga mengalami peningkatan penjualan
sebesar 14 persen. Dan untuk penjualan smartphone lainnya mengalami penurunan
penjualan sebesar 18 persen. Total penjualan smartphone pada kuartal ke empat ini
mengalami penurunan sebesar 2 persen di kuartal 4 dibanding dengan kuartal yang
sama di tahun sebelumnya.
Xiaomi merupakan brand yang sudah ada di Indonesia sejak sepuluh tahun
yang lalu. Pada kuartal dua tahun 2021, perusahaan Xiaomi baru saja mencatatkan
diri sebagai vendor smartphone nomor satu di Indonesia berdasarkan laporan
terbaru dari riset pasar Canalys. Hal ini merupakan pencapaian yang pertama bagi
5
Xiaomi di Indonesia. Xiaomi yang kini bertransformasi menjadi perusahaan
elektronik konsumen dan teknologi manufaktur dan Internet of Things (IoT) itu
menyebut bahwa capaian ini merupakan hasil dari komitmen untuk melayani
Indonesia dengan menghadirkan produk inovatif (Alfianto, 2021).
Dari gambar 1.3 terlihat bahwa Xiaomi berada di peringkat pertama untuk
penjualan smartphone pada kuartal dua 2021 sebesar 26 persen, mengalami
peningkatan dibanding dengan kuartal dua tahun sebelumnya. Di susul Vivo di
urutan kedua sebesar 21 persen, mengalami penurunan dibanding dengan kuartal
dua tahun sebelumnya. Selanjutnya di urutan ketiga ada OPPO sebesar 20 persen,
menurun dibanding dengan kuartal dua tahun sebelumnya. Di urutan keempat ada
Samsung sebesar 13 persen, menurun dibanding kuartal dua tahun sebelumnya.
Selanjutnya di urutan kelima ada Realme sebesar 11 persen, menurun dibanding
tahun sebelumnya. Dan yang terakhir ada vendor smartphone lainnya sebesar 8
persen.
6
Memasuki pasar smartphone tidaklah mudah mengingat banyaknya
kompetitor. Perusahaan harus bisa berinovasi agar tidak tertinggal oleh
kompetitornya. Agar produknya tetap eksis dan bisa bersaing, Xiaomi menawarkan
produknya dengan harga yang relatif lebih terjangkau, selain itu Xiaomi juga
menawarkan produk dengan teknologi unggulan (Hafiz, 2020).
Kesadaran atas merek merupakan alat ukur seberapa banyak konsumen yang
sanggup mengenali atau mengingat suatu brand. Jika brand awareness tinggi, maka
konsumen akan sangat akrab dengan sebuah brand tersebut, dan lama-kelamaan
akan timbul rasa suka yang sangat tinggi terhadap suatu brand (Firmansyah, 2019).
Xiaomi berupaya meningkatkan brand awareness pada produknya dengan cara
menggunakan metode iklan, tetapi metode yang digunakan Xiaomi cukup berbeda
yaitu mereka menggunakan jejaring sosial untuk berkreasi dalam mengiklankan
produknya. Metode yang dilakukan ini memungkinkan untuk meminimalisir biaya
iklan dan mengalokasikan biayanya yang digunakan untuk hardware serta fitur
canggih lainnya dengan harga murah. Xiaomi menggunakan pendekatan langsung
untuk membangun brand awareness. Para staf menghabiskan waktu di forum,
melontarkan komentar dan post. Melalui cara yang sama, MIUI-pun
dipublikasikan. Xiaomi tidak menganggap komunitas hanya sebagai konsumen,
tapi juga bagian dari keluarga besar pengembangannya (Wisesa, 2014).
Upaya-upaya yang dilakukan Xiaomi diharapkan bisa memengaruhi konsumen
dalam melakukan keputusan pembelian. Pihak Xiaomi telah berusaha untuk
meningkatkan brand awareness terhadap produk mereka. Membangun brand
awareness penting bagi suatu perusahaan, penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Darayanti & Saryadi (2016) menyatakan bahwa brand awareness suatu produk
berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian pada produk Samsung.
Didukung juga oleh penelitian yang dilakukan oleh Timpal (2016) yang
menyatakan bahwa adanya pengaruh antara brand awareness terhadap keputusan
pembelian produk Nokia.
Belum adanya evaluasi tentang seberapa besar pengaruh brand awareness
terhadap keputusan pembelian dari produk Xiaomi. Pada gambar 1.3 dibawah ini
7
bisa dilihat menurut hasil riset dari Statcounter bahwa performa Xiaomi pada
market share tahun 2020 cenderung stagnan.
8
bagus masih belum menunjukkan performa market share yang signifikan bahkan
cenderung stagnan sehingga harus adanya evaluasi seberapa besar pengaruh brand
awareness produk Xiaomi. Dalam penelitian ini, peneliti meneliti hubungan antara
brand awareness terhadap keputusan pembelian pada smartphone Xiaomi,
sehingga hal ini dapat menjadi solusi bagi perusahaan smartphone untuk bisa
bersaing dengan mempelajari variabel brand awareness yang perlu diteliti karena
penelitian ini akan berkontribusi memberikan literatur dengan memberikan
wawasan tentang hubungan brand awareness terhadap keputusan pembelian ketika
semakin ketatnya persaingan di industri smartphone. Perusahaan harus mampu
meningkatkan brand awareness pada suatu produk agar mudah diingat dibenak
para konsumennya dan juga perusahaan harus bisa mengidentifikasi faktor-faktor
apa saja yang dapat memengaruhi keputusan pembelian konsumen.
9
1.6 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Aspek akademis, diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat
dalam bidang pendidikan khususnya dibidang manajemen bisnis serta dapat
membantu untuk mengaplikasikan manajemen pemasaran, sehingga dapat
menambah wawasan bagi penulis selanjutnya dan juga pembaca
selanjutnya.
2. Aspek praktis, diharapkan dari hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai
pertimbangan strategis untuk pemasaran smartphone Xiaomi (khususnya
Xiaomi Indonesia).
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Pemasaran
2.1.1.1 Pengertian Pemasaran
Pemasaran merupakan salah satu faktor penting untuk perusahaan meraih
kesuksesannya. Pemasaran adalah sebuah proses sosial dan manajerial yang dengannya
individu-individu dan kelompok-kelompok memperoleh apa yang mereka inginkan
dengan menciptakan dan saling mempertukarkan produk-produk dan nilai satu sama lain.
Pemasaran merupakan aktivitas yang bertujuan untuk mengidentifikasi dan menemukan
kebutuhan manusia. Secara ringkas pemasaran bisa diartikan dengan sebagai “meeting
needs profitably” yaitu bagaimana perusahaan bisa melayani kebutuhan konsumen
dengan cara yang menguntungkan bagi konsumen dan perusahaan (Kotler dan Keller,
2012).
Menurut Rahmawati (2016) pemasaran adalah suatu proses sosial dimana individu
dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan,
penawaran, dan secara bebas bertukar nilai produk dan layanan dengan orang lain.
Definisi ini bersandar pada konsep inti yang meliputi kebutuhan (needs), keinginan
(wants), dan permintaan (demands). Sedangkan menurut Shinta (2011) pemasaran adalah
suatu proses dan manajerial yang membuat individu atau kelompok mendapatkan apa
yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan
mempertukarkan produk yang bernilai kepada pihak lain atau segala kegiatan yang
menyangkut penyampaian produk atau jasa mulai dari produsen sampai konsumen. Noor
(2010) menambahkan bahwa pemasaran merupakan suatu kegiatan dalam perekonomian
yang membantu dalam menciptakan nilai ekonomi.
2.1.1.2 Manfaat Pemasaran
Pemasaran bagi pelanggan memiliki arti penting atas informasi, penyampaian nilai
dan hubungan yang baik dengan perusahaan. Pelanggan akan mengetahui berbagai
informasi dan referensi mengenai suatu produk maupun perusahaan melalui komunikasi
pemasaran yang dilakukan. Selanjutnya pelanggan mendapat nilai yang disampaikan
dalam mengonsumsi suatu produk dari perusahaan tersebut. Selain itu, pelanggan akan
merasa lebih mengenal dan lebih percaya pada perusahaan yang menjalin hubungan baik
dengan pelanggan. Shinta (2011) menyebutkan bahwa peranan pemasaran saat ini tidak
hanya menyampaikan produk atau jasa hingga tangan konsumen tetapi juga bagaimana
produk atau jasa tersebut dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan dengan
menghasilkan laba. Sasaran dari pemasaran adalah menarik pelanggan baru dengan
menjanjikan nilai superior, menetapkan harga menarik, mendistribusikan produk dengan
mudah, mempromosikan secara efektif serta mempertahankan pelanggan yang sudah ada
dengan tetap memegang prinsip kepuasan pelanggan.
2.1.1.3 Bauran Pemasaran
Setelah menentukan strategi pemasaran, selanjutnya perusahaan melakukan
perencanaan bauran pemasaran (marketing mix). Menurut Shinta (2011) bauran
pemasaran (marketing mix) adalah perangkat alat pemasaran taktis yang dapat
dikendalikan, yang dipadukan oleh perusahaan untuk menghasilkan respon yang
diinginkan pasar sasaran. Bauran pemasaran merupakan semua faktor yang dapat
dikuasai oleh seorang manajer pemasaran dalam rangka mempengaruhi permintaan
konsumen terhadap barang dan jasa. Musfar (2020) menambahkan bahwa bauran
pemasaran merupakan alat pemasaran yang baik yang berada dalam suatu perusahaan,
dimana perusahaan mampu mengendalikannya agar dapat mempengaruhi respon pasar.
Bauran pemasaran dapat dibagi menjadi empat kelompok variabel yaitu produk
(product), harga (price), promosi (promotion), dan tempat (place). Produk adalah sesuatu
yang ditawarkan oleh perusahaan kepada pasar sasaran, harga adalah jumlah uang yang
harus dikeluarkan oleh pelanggan untuk memperoleh produk tersebut, tempat termasuk
aktivitas yang mengkonsumsikan keunggulan produk dan membujuk pelanggan sasaran
untuk membelinya.
Gambar 2.1 Bauran Pemasaran
Sumber: Kotler dan Keller (2012)
a. Product (Produk)
Produk merupakan barang yang dibuat atau diproduksi untuk memenuhi
kebutuhan sekelompok orang tertentu. Produk bisa berbentuk barang atau jasa.
b. Price (Harga)
Harga produk pada dasarnya merupakan jumlah yang harus dibayar oleh
pelanggan untuk bisa menikmatinya. Menyesuaikan harga produk memiliki
dampak yang besar pada strategi pemasaran dan juga dapat mempengaruhi
penjualan dan permintaan suatu produk.
c. Promotion (Promosi)
Melakukan promosi sangat penting karena dapat meningkatkan brand recognition
dan penjualan. Promosi terdiri dari berbagai elemen yaitu periklanan, promosi
penjualan, hubungan masyarakat, publisitas, event sponsorship, dan penjualan
langsung.
d. Place (Tempat)
Penempatan atau distribusi merupakan bagian yang sangat penting karena dengan
penempatan yang tepat maka perusahaan dapat menjangkau target market dengan
efisien.
2.1.2 Merek (Brand)
Merek adalah suatu nama, simbol, tanda, desain atau gabungan di antaranya untuk
dipakai sebagai identitas suatu perorangan, organisasi atau perusahaan pada barang dan
jasa yang dimiliki untuk membedakan dengan produk jasa lainnya (Kotler dan Keller,
2012). Sedangkan menurut Noor (2010) merek merupakan nama, istilah, tanda atau
simbol yang mengidentifikasi pembuat atau penjual produk, yang bisa berupa barang atau
jasa, organisasi, tempat, orang atau ide/gagasan. Merek yang kuat ditandai dengan
dikenalnya suatu merek dalam masyarakat, asosiasi merek yang tinggi pada suatu produk,
persepsi positif dari pasar dan kesetiaan konsumen terhadap merek yang tinggi. Merek
yang membuat produk yang satu beda dengan yang lain diharapkan akan memudahkan
konsumen dalam menentukan produk yang akan dikonsumsinya berdasarkan berbagai
pertimbangan serta menimbulkan kesetiaan terhadap suatu merek (brand loyalty).
Kesetiaan konsumen terhadap suatu merek atau brand yaitu dari pengenalan, pilihan dan
kepatuhan pada suatu merek (Firmansyah, 2019).
Tujuan merek ini mencakup tujuan akhir dari bisnis yaitu pendapatan serta citra merek
yang baik di pasaran. Adapun beberapa tujuan merek menurut Firmansyah (2019) adalah
sebagai berikut:
a. Membangun kesadaran merek (brand awareness)
Tujuan dari kesadaran adalah mendominasi pasar dan mempermudah proses
penjualan. Setelah perusahaan membangun kesadaran dalam pasar maka
kesadaran tersebut akan menjadi pelindung bagi kelangsungan bisnis
perusahaan. Hal ini disebabkan karena merek dari sebuah perusahaan akan
selalu mendapatkan perhatian dari pasar dan juga merek perusahaan akan
selalu dipercaya oleh pelanggan.
b. Menciptakan koneksi emosional
Menciptakan hubungan emosional merupakan bagian penting dari strategi
branding sebuah perusahaan.
c. Membedakan produk sebuah perusahaan
Saat konsumen telah memahami mengapa produk atau jasa berbeda dengan
yang lain atau bahkan lebih baik maka mereka akan selalu memiliki alasan
untuk membeli produk.
d. Menciptakan kredibilitas dan kepercayaan
Pada dasarnya brand atau merek adalah reputasi yang dihasilkan dari janji
yang telah dibuat dan dirawat secara konsisten. Hal ini dapat menciptakan
pengakuan dari pasar dan mereka akan mampu mengenali nama merek dan
simbol visual seperti logo, warna, kemasan atau produk.
e. Memotivasi pembelian
Merek merupakan alat pemasaran yang sangat efektif dan efisien untuk
membangun minat, gengsi, motivasi dan daya tarik pembelian bagi pelanggan.
2.1.3 Kesadaran Merek (Brand Awareness)
2.1.3.1 Pengertian Kesadaran Merek (Brand Awareness)
Kesadaran merek atau brand awareness merupakan kesanggupan seorang calon
pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian
dari kategori merek tertentu (Firmansyah, 2019). Kotler dan Keller (2012) menambahkan
bahwa kesadaran merek merupakan kemampuan konsumen untuk mengenali atau
mengingat kembali merek dalam kategori, dengan cukup detail untuk melakukan
pembelian.
2.1.3.2 Manfaat Kesadaran Merek (Brand Awareness)
Sejumlah keuntungan bisa didapat dari brand yang kuat, baik dalam bentuk revenue
lebih besar atau biaya yang lebih rendah. Rahmawati (2016) menyebutkan ada beberapa
manfaat apabila konsumen sudah memiliki kesadaran merek di benaknya, antara lain:
a. Konsumen bisa lebih toleran bila kita menaikkan harga.
b. Konsumen bisa lebih senang jika kita menurunkan harga.
c. Kesetiaan pelanggan yang lebih besar.
d. Bisa lebih bertahan dalam menghadapi persaingan.
e. Bisa lebih bertahan dalam menghadapi krisis.
f. Margin profit yang lebih besar.
g. Komunikasi dan promosi yang lebih efektif.
h. Mendapat dukungan dan kerja sama yang lebih baik.
i. Peluang lisensi lebih terbuka.
j. Peluang perkembangan atau brand extention yang lebih terbuka.
Firmansyah (2019) dalam bukunya menyebutkan beberapa manfaat dari
kesadaran merek, antara lain:
1. Kesadaran merek menjadi sumber asosiasi lain
Suatu brand yang kesadarannya tinggi akan membantu asosiasi- asosiasi melekat
pada brand tersebut karena daya jelajah brand tersebut akan menjadi sangat tinggi
dalam benak konsumen
2. Rasa suka
Jika kesadaran merek kita sangat tinggi, konsumen akan sangat akrab dengan
brand kita, dan lama-kelamaan akan menimbulkan rasa suka yang tinggi terhadap
brand kita.
3. Komitmen atau substansi
Kesadaran merek dapat menandakan keberadaan, komitmen, dan inti yang sangat
penting bagi suatu perusahaan. Jadi jika kesadaran atas brand tinggi, kehadiran
brand itu selalu dapat kita rasakan.
4. Mempertimbangkan brand
Langkah pertama dalam suatu proses pembelian adalah menyeleksi merek-merek
yang dikenal dalam suatu kelompok untuk dipertimbangkan dan diputuskan
brand mana yang akan dibeli.
2.1.3.3 Indikator Kesadaran Merek (Brand Awareness)
Brand awareness memiliki beberapa tingkatan dari tingkatan yang paling rendah
(tidak menyadari brand) sampai tingkatan yang paling tinggi yaitu Top of Mind,
Gambar 2.2 Piramida Kesadaran Merek
Sumber: Firmansyah (2019)
Tingkatan kesadaran merek dari yang terendah sampai yang tertinggi adalah sebagai
berikut:
1. Tidak mengenali merek (unaware of brand) adalah tingkat paling rendah dalam
piramida brand awareness di mana konsumen tidak menyadari adanya suatu
merek.
2. Pengenalan merek (brand recognition) adalah tingkat minimal brand awareness,
di mana pengenalan suatu brand muncul lagi setelah dilakukan pengingatan
kembali lewat bantuan (aided recall).
3. Pengingatan kembali merek (brand recall) adalah pengingatan kembali brand
tanpa bantuan (unaided recall).
4. Puncak pikiran (top of mind) adalah merek yang disebutkan pertama kali oleh
konsumen atau yang pertama kali muncul dalam benak konsumen, atau merek
tersebut merupakan merek utama dari berbagai merek yang ada dalam benak
konsumen.
2.1.4 Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan, proses, dan hubungan sosial yang
dilakukan individu, kelompok, dan organisasi dalam mendapatkan, menggunakan suatu
produk atau lainnya sebagai suatu akibat dari pengalamannya dengan produk, pelayanan,
dan sumber-sumber lainya (Shinta, 2011). Menurut Rahmawati (2016) perilaku
konsumen merupakan hal yang mendasari konsumen membuat keputusan pembelian.
Ketika memutuskan akan membeli suatu barang atau produk, tentu Anda sebagai
konsumen selalu memikirkan terlebih dahulu barang yang akan Anda beli, mulai dari
harga, kualitas, fungsi/kegunaan, dan lain-lain. Kegiatan memikirkan,
mempertimbangkan dan mempertanyakan barang sebelum membeli itu termasuk dalam
perilaku konsumen.
Menurut Rahmawati (2016) terdapat tiga faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen
yaitu:
1. Faktor Budaya
Budaya, sub-budaya, dan kelas sosial merupakan pengaruh penting dalam
perilaku konsumen dalam melakukan pembelian. Budaya merupakan faktor
penentu dasar dari keinginan dan perilaku individu tersebut.
2. Faktor Sosial
Perilaku konsumen sangat dipengaruhi oleh pergaulan sosial mereka, yang
terdiri dari kelompok acuan, keluarga, serta peran dan status.
3. Faktor Individu
Keputusan seseorang sebelum membeli suatu produk juga dapat dipengaruhi
oleh faktor pribadi antara lain usia dan siklus hidup, pekerjaan dan kondisi
ekonomi, kepribadian dan konsep diri, nilai dan gaya hidup.
2.1.5 Keputusan Pembelian
Kotler dan Keller (2012) menjelaskan bahwa konsumen melewati lima tahap ketika
melakukan proses pembelian, tahapan tersebut yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian
informasi, evaluasi alternatif, keputusan atau tindakan pembelian, perilaku pasca
pembelian.
Gambar 2.3 Tahap Proses Pembelian Konsumen
Sumber: Shinta (2011)
Keputusan membeli atau mengonsumsi suatu produk dengan merek tertentu akan diawali
oleh langkah-langkah sebagai berikut:
1. Pengenalan Kebutuhan (Problem Recognition)
Pengenalan kebutuhan muncul ketika konsumen menghadapi suatu masalah
yaitu suatu keadaan dimana terdapat perbedaan antara keadaan yang
diinginkan dan keadaan yang sebenarnya terjadi.
2. Pencarian Informasi (Information Search)
Pencarian informasi dimulai ketika konsumen memandang bahwa kebutuhan
tersebut bisa dipenuhi dengan membeli dan mengonsumsi suatu produk.
3. Evaluasi Alternatif (Evaluation of Alternative)
Evaluasi alternatif adalah proses mengevaluasi pilihan produk dan merek dan
memilihnya sesuai dengan yang diinginkan konsumen.
4. Keputusan Pembelian (Purchase Decision)
Setelah menentukan pilihan produk, maka konsumen akan melanjutkan
proses berikutnya, yaitu melakukan tindakan pembelian produk atau jasa
tersebut.
5. Perilaku Pasca Pembelian (Post-purchase Behavior)
Untuk mengetahui konsumsi produk yang lebih mendalam, maka seorang
pemasar harus mengetahui 3 hal yaitu: frekuensi konsumsi, jumlah konsumsi
dan tujuan konsumsi.
2.1.6 Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian ini, penulis mengambil beberapa referensi dari penelitian
sebelumnya. Kemudian peneliti melakukan kajian pustaka terhadap beberapa penelitian
sebelumnya yang telah dilakukan sebelumnya sebagai referensi. Berikut adalah skripsi-
skripsi terdahulu:
Tabel 2.1
No. Judul Penelitian Penulis Metode Hasil Persamaan Perbedaan
1 Pengaruh Brand Sally Meuthia Analisis Regresi Brand Awareness Terdapat Terdapat
Awareness terhadap Febrian Linear Sederhana berpengaruh kesamaan perbedaan objek
Keputusan Pembelian positif dan variabel brand yang diteliti
Produk Zara (Studi signifikan awareness
pada Konsumen Zara terhadap dengan
Sun Plaza Medan) Keputusan keputusan
Pembelian pembelian
Produk Zara di
Sun Plaza Medan
.
(bersambung)
(Sambungan)
No. Judul Penelitian Penulis Metode Hasil Persamaan Perbedaan
2 Pengaruh Kesadaran Aditya Analisis nilai Terdapat Terdapat Terdapat
Merek terhadap Akbarsyah jenjang dan pengaruh kesamaan perbedaan objek
Keputusan Pembelian analisis jalur kesadaran merek variabel brand yang diteliti dan
Produk Joytea di Kota terhadap awareness metode
Bandung Tahun 2012 keputusan dengan penelitian yang
pembelian keputusan digunakan
produk Joytea di pembelian
Kota Bandung .
(bersambung)
(sambungan)
No. Judul Penelitian Penulis Metode Hasil Persamaan Perbedaan
3 Pengaruh Brand Vevi Ghealita Analisis regresi . Terdapat Terdapat
Awareness terhadap linear sederhana kesamaan perbedaan objek
Keputusan Pembelian variabel brand yang diteliti
(Studi AMDK Aqua di awareness
Kota Bandung) dengan
keputusan
pembelian
4 Pengaruh brand Candra Setyawan Analisis Tingkat brand Terdapat Terdapat
awareness, percieved arithmatic mean awareness, kesamaan perbedaan objek
quality, serta brand percieved variabel brand yang diteliti dan
association terhadap quality, brand awareness metode
keputusan pembelian association dengan penelitian yang
(Studi Kasus pada produk Triggers keputusan digunakan
Konsumen Produk T- Syndicate adalah pembelian
Shirt Merek Triggers tinggi
Syndicate Yogyakarta)
(bersambung)
(sambungan)
No. Judul Penelitian Penulis Metode Hasil Persamaan Perbedaan
5 The Role of Brand Indira Rachmawati, Menggunakan pelanggan Terdapat Terdapat
Equity in Brand ST, MSM metode analisis melakukan kesamaan perbedaan objek
Purchase of The yang diadopsi pembelian ulang variabel brand yang diteliti dan
Botol Sosro In dari Netemeyer produk teh botol awareness juga metode
Bandung sosro karena dengan penelitian
mereka keputusan
merasakan nilai pembelian
yang tinggi
terhadap merek
6 Importance of Brand Prof. Dr. Regresi statistik Minat beli Terdapat Terdapat
Awareness and Muhammad Ehsan dan deskriptif konsumen akan persamaan perbedaan objek
Brand Loyalty in Malik, Muhammad bertambah jika variabel brand yang diteliti,
assessing Purchase Mudasar Ghafoor, mereka awareness variabel Y, dan
Intentions of Hafiz Kashif Iqbal mempunyai metode
Consumer loyalitas terhadap penelitian
merek
2.1.7 Kerangka Pemikiran
Brand awareness, sebagai salah satu elemen mendasar dari ekuitas merek,
sering dianggap sebagai prasyarat dari keputusan pembelian konsumen, karena
merupakan faktor utama. Dalam penelitian ini dapat dibuat suatu kerangka
pemikiran yang menjadi landasan dalam penelitian dan penulisan yang pada
akhirnya dapat diketahui pengaruh brand awareness terhadap keputusan pembelian
pada produk Xiaomi.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel bebas (X)
Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi
sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Biasanya ditandai dengan
simbol (X) (Sugiyono, 2015). Yang menjadi variabel bebas dalam penelitian
ini adalah brand awareness.
2. Variabel terikat (Y)
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat
karena adanya variabel bebas. Biasanya ditandai dengan simbol (Y) (Sugiyono,
2015). Yang menjadi variabel terikat dalam penelitian ini adalah keputusan
pembelian.