Anda di halaman 1dari 135

EVALUASI PROGRAM PEMBELAJARAN DARING SD

ISLAM AL-AZHAR 7 SUKABUMI JAWA BARAT

TESIS

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Magister pada
Program Studi Administrasi Pendidikan

Disusun Oleh:
DEWI MUTIARA
NPM. 072120029

PROGRAM PASCASARJANA ADMINISTRASI PENDIDIKAN


UNIVERSITAS PAKUAN
2022
HALAMAN PENGESAHAN TESIS

DEWI MUTIARA
NPM. 072120029

EVALUASI PROGRAM PEMBELAJARAN DARING SD


ISLAM AL-AZHAR 7 SUKABUMI JAWA BARAT

Disetujui dan Disahkan oleh Pembimbing Tesis:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Yuyun Elizabeth Patras, M.Pd. Dr. Iyan Irdiyansyah, M.Pd


NIK: 10113003610 NIK: 1013020619
Tanggal: Tanggal:

Disetujui dan Disahkan oleh Panitia Ujian Magister:

Direktur Program Pascasarjana, Ketua Program Studi

Prof. Dr. Ing. Soewarto Hardhienata Dr. Rais Hidayat, M.Pd.


NIP: 19581213 198211 1001 NIK: 1021200958
Tanggal: Tanggal:

Tanggal Lulus:

ii
iii
iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis dengan judul


“Evaluası Program Pembelajaran Darıng SD Islam Al-Azhar 7 Sukabumı
Jawa Barat” ini beserta isinya adalah hasil karya saya sendiri. Adapun bagian-
bagian tertentu dalam penulisan tesis yang saya kutip dari hasil karya orang lain
telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika
penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan sebagian atau seluruh isi tesis ini
bukan hasil karya saya sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu,
saya bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang saya sandang dan
sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Bogor, Juni 2022


Yang Menyatakan,

Dewi Mutiara

iii
iv

EVALUASI PROGRAM PEMBELAJARAN DARING SD


ISLAM AL-AZHAR 7 SUKABUMI JAWA BARAT

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi program pembelajaran daring yang
dilakukan di SD Islam Al-Azhar 7 Sukabumi Jawa Barat, yang meliputi 1) Tujuan, dasar
hukum, dan sasaran program pembelajaran daring; 2) Sumber daya yang digunakan
dalam program pembelajaran daring; 3) Proses pelaksanaan yang meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran daring; dan 4) Hasil
pelaksanaan program pembelajaran daring; 5) Outcome, hal yang terlihat dan dirasakan
dari adanya program pembelajaran daring di SD Islam Al-Azhar 7 Sukabumi. Penelitian
ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan model CIPP-O. Teknik pengumpulan data
yang digunakan menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil dari
penelitian ini mengungkapkan bahwa dalam penyelenggaraan program pembelajaran
daring di SD Islam Al-Azhar 7 berlandaskan pada peraturan perundang-undangan yang
ada, dilaksanakan sesuai dengan panduan penyelenggaraan pembelajaran daring. Seluruh
rangkaian kegiatan dan sosialisasi hingga pelaporan dilaksanakan dengan baik walaupun
terdapat beberapa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaannya akan tetapi sejauh ini
menunjukkan hasil yang positif karena hasil dari program pembelajaran daring ini mutu
Pendidikan senantiasa tetap terjaga salah satunya ditunjukkan dengan hasil belajar siswa.

Kata Kunci: Evaluasi Program, CIPP-O, Pembelajran Daring

iv
v

EVALUATION OF ONLINE LEARNING PROGRAM FOR SD ISLAM


AL-AZHAR 7 SUKABUMI WEST JAVA

ABSTRACT

The purpose of this study is to evaluate the online learning program conducted at SD
Islam Al-Azhar 7 Sukabumi, West Java, which includes 1) the objectives, legal basis, and
objectives of the online learning program; 2) Resources used in online learning
programs; 3) The implementation process which includes planning, organizing,
implementing and evaluating online learning; and 4) the results of the implementation of
the online learning program; 5) Outcomes, things that can be seen and felt from the
online learning program at SD Islam Al-Azhar 7 Sukabumi. This study uses a qualitative
approach with the CIPP-O model. Data collection techniques used using observation,
interviews and documentation. The results of this study reveal that the implementation of
online learning programs at SD Islam Al-Azhar 7 is based on existing laws and
regulations, carried out in accordance with the guidelines for implementing online
learning. The whole series of activities and socialization to reporting were carried out
well, although there were some obstacles faced in their implementation, but so far they
have shown positive results because the results of this online learning program are that
the quality of education is always maintained, one of which is indicated by student
learning outcomes.

Keywords: Program Evaluation, CIPP-O, Online Learning

v
vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah


SWT karena berkat rahmat dan pertolongan-Nya, penulis dapat menyusun Tesis
yang berjudul “Evaluası Program Pembelajaran Darıng SD Islam Al-Azhar 7
Sukabumı Jawa Barat”, yang merupakan suatu syarat dalam rangka
menyelesaikan studi untuk menempuh gelar Magister Pendidikan dengan Prodi
Administrasi Pendidikan di Universitas Pakuan.
Dalam Tesis ini penulis mencoba menyampaikan point-point di dalamnya
sesuai dengan studi literatur yang di peroleh dari sumber yang kredibel berupa
buku dan jurnal yang relevan. Penulis menyadari bahwa penulisan Tesis ini masih
jauh dari kata sempurna, hal itu karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan
yang dimiliki penulis. Dalam penyusunan Tesis ini, penulis mendapat banyak
pelajaran, dukungan, dan bantuan berupa bimbingan dari berbagai pihak yang
terlibat mulai dari pelaksanaan penelitian hingga penyusunan laporan Tesis ini.
Tiada kata yang dapat penulis sampaikan selain kata terima kasih kepada
seluruh pihak di atas, juga teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu yang telah mendukung penulis dalam menyelesaikan penyusunan Tesis
ini, semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda. Aamiin.
Akhir kata, penulis berharap semoga tujuan dari pembuatan Tesis ini dapat
tercapai sesuai dengan yang diharapkan.

Bogor, Juni 2022


Penyusun,

Dewi Mutiara

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii
HALAMAN PERTANYAAN KEASLIAN TESIS……………………….. iii
ABSTRAK…………………………………………………………………… iv
ABSTRACT…………………………………………………………………………… v
KATA PENGANTAR ................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1


A. Latar Belakang Penelitian ..................................................... 1
B. Fokus Penelitian .................................................................... 5
C. Rumusan Masalah Penelitian ................................................ 5
D. Tujuan Penelitian .................................................................. 6
E. Kegunaan Penelitian .............................................................. 7
BAB II KAJIAN TEORITIK ................................................................. 9
A. Konsep Evaluasi Program ...................................................... 9
B. Konsep Pembelajaran Daring ................................................ 24
C. Model Evaluasi CIPP ............................................................ 30
D. Hasil Penelitian yang Relevan ............................................. 33
E. Kriteria Evaluasi .................................................................... 35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................... 41
A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................... 41
B. Metode Penelitian .................................................................. 41
C. Instrument Penelitian ............................................................ 43
1. Kisi-kisi Instrumen ........................................................... 44
2. Validasi Instrumen ........................................................... 46
D. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data .............................. 46

iv
vii
v

E. Teknik Analisis Data ............................................................. 50


BAB IV PEMBAHASAN………………………………………………… 53
A. Hasil Penelitian……………………………………………… 53
B. Pembahasan Hasil Penelitian……………………………… . 64
BAB V PENUTUP………………………………………………………. 77
A. Simpulan……………………………………………………. 77
B. Rekomendasi……………………………………………….. 79
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….. .. 81
LAMPIRAN ................................................................................................... 85
RIWAYAT HIDUP………………………………………………………… 123

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Tahapan Evaluasi DEM ............................................................... 24


Tabel 2.2 Penelitian yang Relevan ............................................................... 33
Tabel 3.1 Waktu Penelitian………………………………………………… 41
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen ....................................................................... 44

v
ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pengaruh Suatu Program……………………………….. ........ 14


Gambar 2.2 Desain Evaluasi Model Stake………………………………. .. 16
Gambar 2.3 Proses Evaluasi Responsif………………………………….. .. 17
Gambar 2.4 Model Evaluasi CIPP……………………………………….. . 32
Gambar 3.1 Desain Evaluasi Pembelajaran Daring ..................................... 43
Gambar 3.2 Tahapan Analisis Data ............................................................. 50

x
vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian


Selama wabah Covid 19 masuk ke Indonesia, pemerintah segera
mengambil kebijakan untuk memberlakukan beberapa peraturan sebagai
upaya pencegahan penyebaran wabah tersebut. Salah satu yang digalakkan
adalah adanya Social distancing. Social distancing merupakan anjuran untuk
jaga jarak, misalnya seperti menghindari kerumunan, dan kontak fisik.
Dengan adanya peraturan social distancing tersebut tentu sangat berpengaruh
pada dunia pendidikan. Bahkan hingga saat ini, kita masih berada dalam
situasi pandemi covid-19. Akibatnya, pembelajaran yang dilakukan di
sekolah harus diliburkan. Hal ini didukung oleh Surat Edaran Nomor 4 Tahun
2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Dalam Masa Darurat
Penyebaran Coronavirus Disease (Covid-19) dalam format PDF yang
ditandatangai oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim
pada tanggal 24 Maret 2020.
Prinsip yang diterapkan dalam kebijakan masa pandemi COVID-19
adalah “kesehatan dan keselamatan peserta didik, pendidik, tenaga
kependidikan, keluarga, dan masyarakat merupakan prioritas utama dalam
menetapkan kebijakan pembelajaran” (Anugrahana, 2020a). Sesuai dengan
Undang-Undang Kekarantinaan Kesehatan Pasal 59 Ayat 3 tahun 2020
menjelaskan bahwa “pembatasan sosial berskala besar ini paling sedikit
meliputi peliburan sekolah dan tempat kerja, pembatasan kegiatan
keagamaan, dan atau pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas umum.”
Hal ini tentu menjadi tantangan tersendiri untuk dunia Pendidikan saat ini tak
terkecuali pada tingkat Sekolah Dasar. Sekolah Dasar merupakan salah satu
jenjang pendidikan yang merasakan dampak dari pandemi COVID-19.
Sekolah dan juga pihak sekolah mulai mengubah strategi pembelajaran yang
awalnya adalah tatap muka dengan mengubah menjadi pembelajaran non-

1
2

tatap muka atau ada yang menyebut pembelajaran online dan juga
pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).
Pada saat ini, pembelajaran daring dipilih sebagai alternatif metode
pembelajaran yang dapat dilaksanakan pada masa sekarang dikarenakan
pandemi covid-19 yang menjadi hambatan untuk melaksanakan pembelajaran
tatap muka secara langsung antara guru dan siswa. Namun tidak menutup
kemungkinan pula bahwa pembelajaran daring akan menjadi metode
pembelajaran baru yang dapat digunakan kedepannya apabila fasilitas yang
dibutuhkan untuk pembelajaran daring telah tersedia dan siswa serta guru
telah terbiasa dengan pembelajaran daring ini. Dalam pelaksanaannya, tentu
tak mudah bagi guru dan siswa untuk cepat beradaptasi dengan situasi belajar
secara daring. Selain daripada itu, peran orang tua sangat berpengaruh dalam
pelaksanaan pembelajaran ini. Pada saat siswa melaksanakan pembelajaran
daring di rumah, dibutuhkan peran serta orang tua untuk ikut andil dalam
membimbing dan mengarahkan siswa demi terciptanya pembelajaran daring
yang efektif dan tujuan yang diharapkan pun dapat tercapai walaupun
dilaksanakan di tengah pandemi covid-19.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa agar pembelajaran
dapat terus berjalan di tengah pandemi covid 19 ini, maka salah satu jalan
keluar untuk menangani masalah tersebut adalah dengan melakukan
pembelajaran daring. Pembelajaran daring ialah pembelajaran yang dilakukan
dengan jarak jauh dengan bantuan internet. Dalam pembelajaran daring
dibutuhkan sarana dan prasarana, berupa laptop, komputer, smartphone, dan
bantuan jaringan internet. Selain sarana dan prasarana, seorang guru juga
harus mampu menyesuaikan dengan keadaan siswa. Guru harus mampu
mengembangkan profesi pendidik serta menjalankan tugasnya dengan
menyesuaikan kebutuhan siswa serta materi pembelajaran yang mengikuti
perkembangan zaman. Pada tahun 2018 sebanyak 62,41% penduduk
Indonesia telah memiliki telepon seluler dan 20,05% rumah tangga yang
memiliki komputer (BPS, 2019) (Handarini & Wulandari, 2020a). Data ini
sangat relevan dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa meskipun
3

ada siswa yang belum memiliki laptop, tapi hampir semuanya telah memiliki
smarthphone.
Penjelasan di atas tersebut sesuai dengan keadaan di SD Islam Al-
Azhar 7 Sukabumi yang menjadi tempat Penelitian ini. SD Islam Al-Azhar 7
Sukabumi merupakan salah satu sekolah unggulan yang berada di wilayah
kota Sukabumi yang memiliki sumber daya yang baik dalam digital dan telah
menerapkan sistem pembelajaran daring secara keseluruhan sejak
diberlakukannya kebijakan belajar dari rumah dalam masa darurat Covid-19.
Hal itu di dukung dengan hasil observasi yang dilakukan melalui metode
wawancara kepada salah satu pihak sekolah, yaitu kepada kepala sekolah dan
guru wali kelas IV A yang menyatakan bahwa semua siswa di SD Islam Al-
Azhar 7 Sukabumi telah memiliki smartphone. Walaupun ada beberapa
siswa kelas rendah yang belum memiliki handphone sendiri tetapi
menggunakan handphone milik orang tua, namun keadaan tersebut dapat
dimanfaatkan oleh siswa sehingga dapat membantu mempermudah
pelaksanaan pembelajaran daring.
Banyak keunggulan yang diperoleh dari pembelajaran daring, misalnya
siswa dapat melakukan riset sendiri melalui internet, siswa dapat menguasai
informasi yang berkembang, dan siswa juga dapat melakukan proses belajar
dengan waktu yang disa disepakati bersama. Namun dalam pembelajaran
daring tidak hanya mengandalkan penggunaan smartphone atau laptop saja,
pembelajaran daring juga dipengaruhi oleh berbagai faktor lain yang dapat
mendukung atau bahkan menghambat pembelajaran daring tersebut. Terdapat
30% siswa yang mengalami kesulitan dalam kegiatan pembelajaran karena
tidak adanya pendampingan dari orang tua (orang tua bekerja), sehingga guru
mengalami kesulitan dalam mengkondisikan peserta didik dalam kegiatan
pembelajaran. Hal ini sering terjadi di lingkungan kelas rendah (kelas 1, kelas
2, dan kelas 3).
Proses pembelajaran dalam Pendidikan harus terus dilaksanakan dalam
upaya peningkatan mutu Pendidikan di negara kita, meskipun dalam suasana
pandemic. Dengan demikian pemerintah dan lembaga terkait menyusun
4

kebijakan agar seluruh peserta didik baik siswa maupun mahasiswa tetap
menjalankan proses pendidikan dengan baik. Pembelajran daring adalah salah
satu alternatif dalam mengatasi proses pembelajaran masa pandemic. Akan
tetapi dalam proses pembelajaran yang dilakukan ini tidak luput dari berbagai
permasalahan yang terjadi, tidak hanya yang terjadi pada guru, siswa pun
mengalami hal yang sama. Misalnya, sinyal internet yang kurang mendukung,
kuota internet yang relative mahal bagi kalangan menengah ke bawah,
terkadang sebagian orang tua juga tidak bisa penuh dalam mendampingi anak
belajar di rumah karena hal inilah terkadang menjadi suatu tantangan bagi
guru dalam melaksanakan pembelajaran secara daring. Guru harus lebih
ekstra dalam membimbing siswa dengan waktu yang tidak terbatas dan
terkadang disesuaikan dengan waktu orang tua, terlebih bagi siswa yang
memang orang tuanya bekerja dan menggunakan satu handphone milik orang
tua (Utami, 2020).
Pembelajaran daring yang telah berjalan dengan baik selama kurang
lebih 2 tahun ini masih saja terkendala dengan berbagai hal yang diuraikan
tadi, maka perlu kiranya dilakukan evaluasi terhadap pembelajaran daring
yang telah dilakukan untuk melihat sejauh mana pembelajran daring ini
berjalan sesuai capaian mutu Pendidikan. Evaluasi ini dilakukan untuk
menjadi tolak ukur baik keberhasilan pembelajaran baik bagi guru, siswa,
sekolah, bahkan orang tua.
Evaluasi program ini diartikan sebagai proses untuk memeriksa suatu
program berdasarkan standar-standar nilai tertentu dengan tujuan membuat
keputusan yang tepat. Hal ini diperkuat oleh Arikunto (Mahmudi, 2011) yang
menyatakan bahwa evaluasi program merupakan aktivitas untuk mengetahui
tingkat keberhasilan atau pencapaian tujuan suatu program yang diberikan
sebagai kegiatan yang dilakukan berdasarkan perencanaan. Sedangkan yang
dimaksud dengan Evaluasi program pendidikan merupakan studi yang
sistematis dan didesain, dilaksanakan, serta dilaporkan untuk membantu klien
memutuskan dan/atau meningkatkan keberhargaan dan/atau manfaat
program-program Pendidikan. Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat
5

disimpulkan bahwa Evaluasi program Pendidikan merupakan suatu usaha


yang dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan suatu program sebagai
upaya untuk meningkatkan manfaat suatu program pendidikan. Berdasarkan
pada pernyataan tersebut diatas, maka dalam Penelitian ini peneliti tertarik
untuk melakukan evaluasi pembelajaran daring pada SD Islam Al-Azhar 7
Sukabumi yang telah dilaksanakan pada semester genap 2020/2021 dan
ganjil 2021/2022.

B. Fokus Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penelitian ini difokuskan
pada pembelajaran daring SD Islam Al-Azhar 7 Sukabumi dengan model
evaluasi yang digunakan adalah model evaluasi CIPP-O, yang meliputi:
1. Tujuan, dasar hukum, dan sasaran program pembelajaran daring di SD
Islam Al-Azhar 7 Sukabumi.
2. Sumber daya yang digunakan dalam program pembelajaran daring di SD
Islam Al-Azhar 7 Sukabumi.
3. Pelaksanaan (perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi)
program pembelajaran daring di SD Islam Al-Azhar 7 Sukabumi.
4. Hasil pelaksanaan program pembelajaran daring di SD Islam Al-Azhar 7
Sukabumi.
5. Outcome, hal yang terlihat dan dirasakan dari adanya program
pembelajaran daring di SD Islam Al-Azhar 7 Sukabumi.

C. Rumusan Masalah Penelitian


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas,
penulis merumuskan permasalahan tersebut ke dalam beberapa pertanyaan.
Rumusan masalah dibuat merujuk pada model evaluasi yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu model CIPP-O (Context, Input, Process, Product-
Outcome). Maka, rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana tujuan, dasar hukum, dan sasaran pembelajaran daring di SD
Islam Al-Azhar 7 Sukabumi?
6

2. Bagaimana sumber daya yang digunakan dalam pembelajaran daring di


SD Islam Al-Azhar 7 Sukabumi?
3. Bagaimana pelaksanaan (perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan
dan evaluasi) pembelajaran daring di SD Islam Al-Azhar 7 Sukabumi?
4. Bagaimana hasil pelaksanaan pembelajaran daring di SD Islam Al-Azhar
7 Sukabumi?
5. Bagaimana Outcome, hal yang terlihat dan dirasakan dari adanya
program pembelajaran daring di SD Islam Al-Azhar 7 Sukabumi?

D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini meliputi dua tujuan, yakni tujuan umum dan tujuan
khusus.
1. Tujuan Umum
Akhir dari penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat menjadi
masukan terhadap Lembaga Pendidikan dalam pelaksanaan pembelajaran
daring semester genap 2020/2021 dan ganjil 2021/2022 yang telah
dilaksanakan sehingga dapat memberikan masukan dan gambaran agar
dapat memetakan mutu yang baik sesuai dengan cita-cita bangsa.
2. Tujuan Khusus
Penelitian ini memiliki tujuan khusus yang meliputi:
a. Untuk menganalisis tujuan, dasar hukum, dan sasaran pembelajaran
daring di SD Islam Al-Azhar 7 Sukabumi .
b. Untuk menganalisis sumber daya yang digunakan dalam pelaksanaan
pembelajaran daring di SD Islam Al-Azhar 7 Sukabumi .
c. Untuk menganalisis pelaksanaan (perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan evaluasi) pembelajaran daring di SD Islam Al-
Azhar 7 Sukabumi .
d. Untuk menganalisis hasil pelaksanaan pembelajaran daring di SD
Islam Al-Azhar 7 Sukabumi.
7

e. Untuk menganalisis Outcome, hal yang terlihat dan dirasakan dari


adanya program pembelajaran daring di SD Islam Al-Azhar 7
Sukabumi.

E. Kegunaan Penelitian
Dari Penelitian ini dapat diperoleh beberapa manfaat bagi beberapa
pihak yang terkait, antara lain:
1. Bagi sekolah, dapat dijadikan masukan dan gambaran informasi dalam
pelaksanaan program pembelajaran daring serta dapat digunakan sebagai
bahan evaluasi bagi sekolah untuk dapat meningkatkan mutu sekolah
dalam melaksanakan pembelajaran daring atau pengembangan
pembelajaran yang dikaitkan dengan sekolah merdeka sesuai dengan
program pemerintah saat ini.
2. Bagi kepala sekolah,dapat dijadikan masukan untuk mengembangkan
dan mengefektifkan pembelajaran daring dengan membuat rancangan
inovasi terkait dengan pembelajaran daring kedepannya melalui
pembelajaran blended learning.
3. Bagi guru, dapat digunakan oleh guru sebagai referensi dalam mengatasi
masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan pembelajaran daring agar
pembelajaran daring dapat terlaksana dengan lebih optimal.
4. Bagi peserta didik, diharapkan berguna untuk meningkatkan motivasi
siswa dalam melaksanakan pembelajaran daring, memberikan informasi
terkait kebijakan Pembelajaran daring yang dilaksanakan oleh sekolah,
serta meningkatkan keaktifan peserta didik dalam mengikuti
pembelajaran daring.
5. Bagi orang tua, dapat memberikan pemahaman bagi orang tua guna
meningkatkan kerjasama antara orang tua, guru dan siswa dalam
melaksanakan pembelajaran daring, mengingat pembelajaran daring ini
dilakukan oleh siswa di rumah masing-masing sehingga memerlukan
dampingan pihak orang tua.
8

6. Bagi penulis sendiri, penelitian ini berguna untuk mengasah kemampuan


berpikir ilmiah serta dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis
berkaitan dengan penyelenggaraan pembelajaran daring di Sekolah
Dasar.
7. Bagi pembaca, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan untuk
pengembangan ilmu pengetahuan dan menambah wawasan tentang
Pembelajaran daring yang sudah dilaksanakan di SD Islam Al-Azhar 7
Sukabumi dan dapat mengatahui sejauh mana keberhasilan Pembelajaran
daring tersebut.
BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Konsep Evaluasi Program


1. Pengertian Evaluasi Program
Evaluasi berasal dari Bahasa Inggris “evaluation” yang memiliki
arti penilaian atau penaksiran. Evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan
berkaitan dengan proses untuk mengetahui nilai dari suatu hal atau objek
yang didasarkan pada acuan tertentu untuk menentukan tujuan (Miles et
al., 2014).
Evaluation is a process of delineating, obtaining, and providing
information for decision making. Evaluasi merupakan proses dalam
menggambarkan, memperoleh dan menyediakan informasi untuk
pengambilan keputusan (Guba & Lincoln, 1981). Di sisi lain Gilbert Sax
(1980; 18) berpendapat bahwa evaluation is a process through which a
value judgement or decision is made from a variety of observations and
from the background and training of the evaluator. Dimana evaluasi
merupakan sebuah penilaian yang dilakukan oleh evaluator dari hasil
berbagai pengamatan dan latar belakang.
Sedangkan evaluasi program merupakan proses identifikasi,
klarifikasi, dan aplikasi kriteria yang kuat untuk menentukan nilai
program yang dievaluasi (keberhargaan atau manfaatnya) berdasarkan
kriteria yang telah ditentukan (Mahmudi, 2011).
Evaluasi program berorientasi sekitar perhatian dari penentu
kebijakan dari penyandang dana secara karakteristik memasukkan
pertanyaan penyebab tentang program mana yang telah mencapai tujuan
yang diinginkan (Denzin and Lincoln, 2000) (Muryadi, 2017). Definisi
lain menyatakan bahwa evaluasi program ialah aktivitas yang sistematis
untuk mengumpulkan, mengolah, menganalisis, dan menyajikan data
sebagai masukan guna mengambil keputusan (Sudjana, 2006) (Mahmudi,
2011). Sedangkan menurut uraian Blaine R. Worten dan James R.

9
10

Sanders, 1973) dalam Murzyanah (2011) (Munthe, 2015a) diungkapkan


bahwa evaluasi program adalah sebuah proses dalam mengumpulkan
data dan menyampaikan informasi kepada pemangku kepentingan untuk
dijadikan bahan pertimbangan dalam program yang dilaksanakan apakah
perlu diperbaiki, dilanjutkan atau harus dihentikan. Hasil dari evaluasi
adalah sebuah keputusan, sedangkan hasil dari penelitian adalah
simpulan.
Pendapat selanjutnya mendefinisikan terkait evaluasi program
merupakan metode sistematis dalam menganalisis, mengumpulkan dan
menggunakan informasi untuk menjawab serangkaian pertanyaan suatu
program (Jaya et al., 2018).
Berdasar pada definisi di atas, maka secara singkatnya evaluasi
program mempunyai makna sebagai suatu proses. Secara eksplisit
evaluasi mengacu pada proses pencapaian tujuan sedangkan secara
implisit evaluasi merupakan proses membandingkan apa yang telah
dicapai dari program dengan apa yang seharusnya dicapai berdasarkan
standar yang telah ditetapkan sehingga membentuk suatu “judgement”
apakah program diteruskan, ditunda, ditingkatkan, dikembangkan,
diterima, atau ditolak.

2. Tujuan dan Manfaat Evaluasi Program


a. Tujuan Evaluasi Program
Merujuk pada buku karya (Ananda & Rafida, 2017a)
(Mutrofin: 2010) menyatakan tujuan evaluasi progam adalah untuk
mendapat informasi yang mungkin berguna pada saat memilih di
antara berbagai kebijakan atau program alternatif untuk mencapai
tujuan sosial. Sedangkan (Sukmadinata, 2006) (Ananda & Rafida,
2017b) menjelaskan tujuan evaluasi program adalah:
1) Membantu perencanaan untuk pelaksanaan program.
2) Membantu dalam penentuan keputusan penyempurnaan atau
perubahan program.
11

3) Membantu dalam penentuan keputusan keberlanjutan atau


penghentian program.
4) Menemukan fakta-fakta dukungan dan penolakan terhadap
program.
5) Memberikan sumbangan dalam pemahaman proses psikologis,
sosial, politik dalam pelaksanaan program serta faktor-faktor
yang mempengaruhi program.
Dari kedua penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa evaluasi program bertujuan untuk membantu penentuan
pengambilan kebijakan dalam suatu program agar program dapat
berjalan dengan optimal.
b. Manfaat Evaluasi Program
Hasil evaluasi program dapat dimanfaatkan sebagai dasar
untuk melaksanakan kegiatan tindak lanjut atau untuk melakukan
pengambilan keputusan berikutnya. Program evaluasi dapat
dimanfaatkan untuk memeriksa tingkat keberhasilan suatu program
berdasarkan tujuan yang ingin dicapai sehingga dapat membantu
dalam penentuan keputusan apakah program akan diteruskan,
ditingkatkan, dikembangkan, diterima, atau ditolak.
Adapun manfaat evaluasi program (Roswati, 2008) (Munthe,
2015b) adalah sebagai berikut:
1) Memberikan masukan apakah suatu program dihentikan atau
diteruskan;
2) Memberitahukan prosedur mana yang perlu diperbaiki;
3) Memberitahukan stategi, atau teknik yang perlu
dihilangkan/diganti;
4) Memberikan masukan apakah program yang sama dapat
diterapkan di tempat lain;
5) Memberikan masukan dana harus dialokasikan ke mana, dan
6) Memberikan masukan apakah teori/pendekatan tentang program
dapat diterima/ditolak.
12

Berdasarkan pemaparan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa


evaluasi program merupakan suatu kegiatan dalam pengumpulan data
serta informasi secara sistematis untuk mengetahui sejauh mana sebuah
program berjalan dengan baik atau sebaliknya.

3. Model-Model Evaluasi

Para pakar evaluasi mengemukakan berbagai model evaluasi,


pemilihan model evaluasi menjadi pertimbangan ketika seorang akan
melakukan evaluasi karena model evaluasi ini disusun berdasarkan
kepentingan seseorang, lembaga, atau institusi/instansi yang
berkepentingan. Adapun penulis paparkan model evaluasi yang sering
digunakan, seperti : (a) Goal Oriented Evaluation Model, (b) Goal Free
Evaluation Model, (c) Formatif Sumatif Evaluation Model, (d)
Responsive Evaluation Model, (e) CSE-UCLA (Center For Study Of
Evaluation- University Of California In Los Angeles) Evaluation Model,
(f), CIPP (Context, Input, Process, Product) Evaluation Model, (g)
Model Evaluasi Metfessel dan Michael, dan (h) Kirk Patrick Evaluation
Model. (i) Model Evaluasi Kesenjangan (The Dicreprancy Evaluation
Model).
a. Goal Oriented Evaluation Model
Model Evaluasi Berbasis Tujuan dalam Bahasa Inggris disebut
Goal Based Evaluation atau Objecitive Oriented Evaluation atau
Objective Referenced Evaluation Model atau Objective Oriented
Approach atau Behavioral Objective Approach merupakan model
evaluasi tertua dan dikembangkan oleh Ralph W. Tyler. la
mendefinisikan evaluasi sebagai "... process of determining to what
extent the objective are actually being are realized" (Guba & Lincoln,
1981) Evaluasi merupakan proses menentukan sampai seberapa tinggi
tujuan pendidikan sesungguhnya dapat dicapai. Misalnya kurikulum
suatu mata pelajaran mempunyai tujuan tertentu berupa kompetensi
13

dan perilaku yang akan dicapai oleh guru dalam mengajarkan mata
pelajaran tersebut.
Model evaluasi berbasis tujuan dirancang dan dilaksanakan
dengan proses sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi tujuan. Mengidentifikasi dan mendefinisikan
tujuan atau objektif intervensi, layanan dari program yang
tercantum dalam rencana program. Objektif program kemudian
dirumuskan dalam indicator-indikator kuantitas dan kualitas yang
dapat diukur.
2) Merumuskan tujuan menjadi indikator-indikator. Evaluator
merumuskan tujuan program menjadi indicator-indikator kuantitatif
dan kualitatif yang dapat diukur.
3) Mengembangkan metode dan instrument untuk menjaring data.
Evaluator menentukan apakah akan menggunakan metode
kuantitatif atau kualitatif atau campuran
4) Memastikan program telah berakhir dalam mencapai tujuan.
Layanan, intervensi dari program dilaksanakan dan ada indikator
mencapai pencapaian tujuan, pengaruh atau perubahan yang
diharapkan
5) Menjaring dan menganalisis data/informasi mengenai indikator-
indikator program
6) Kesimpulan.
7) Mengambil keputusan mengenai program.

b. Goal Free Evaluation Model


Model evaluasi bebas tujuan (Goal Free Evaluation Model,)
dikemukan oleh Michael Scriven (1973). Menurut Michael Scriven
mode evaluasi ini merupakan evaluasi mengenai pengaruh yang
sesungguhnya, objektif yang ingin dicapai oleh program. Ia
mengemukakan bahwa evaluator seharusnya tidak mengetahui tujuan
14

program sebelum melakukan evaluasi. Suatu program dapat


mempunyai tiga jenis pengaruh pada gambar 2.1 berikut:

Pengaruh sampingan yang


negatif yang tidak diharapkan

Pengaruh Pengaruh positif sesuai


dengan tujuan yang
Program
ditetapkan

Pengaruh sampingan yang


positif di luar tujuan program
yang ditetapkan

Gambar 2.1. Pengaruh Suatu Program

1) Pengaruh sampingan yang negatif. Yaitu pengaruh sampingan yang


tidak dikehendaki oleh program.
2) Pengaruh positif yang ditetapkan oleh tujuan program. Suatu
program mempunyai tujuan yang ditetapkan oleh rencana program.
3) Pengaruh sampingan positif. Yaitu pengaruh positif program di luar
pengaruh positif yang ditentukan oleh tujuan program.

c. Formatif Sumatif Evaluation Model


Model evaluasi formatif dan sumatif mulai dilakukan ketika
kebijakan, program atau proyek mulai dilaksanakan (evaluasi
formatif) dan sampai akhir pelaksanaan program (evaluasi sumatif)
(Wirawan, 2012).
Secara sederhana evaluasi sumatif formatif merupakan evaluasi
yang dilakukan di awal dan di akhir kegiatan. Scriven pertama
membedakan antara peranan evaluasi sumatif dan formatif. Sebuah
evaluasi dianggap sebagai formatif jika memiliki tujuan untuk
menyediakan informasi untuk memperbaiki perencanaan. Sebaliknya
15

evaluasi sumatif dianggap menyediakan informasi untuk mengambil


putusan atau membantu membuat penilaian tentang apakah
perencanaan akan diambil, dilanjutkan atau diperluas.
d. Model Evaluasi Responsif
Model evaluasi responsif (responsive evaluation model)
dikembangkan pada tahun 1975 oleh Robert Stake. Pada awalnya
Stake menamai model evaluasi ini Countenance of Education
Evaluation. Daniel L. Stufflebeam dan Anthony J. Shinfield (1985)
memberi nama model ini sebagai client centered evaluation atau
evaluasi yang berpusat pada klien. Menurut Stake, evaluasi disebut
responsif jika memenuhi tiga kriteria: (1) lebih berorientasi secara
langsung kepada aktivitas program daripada tujuan program; (2)
Merespons kepada persyaratan kebutuhan informasi dari audiens; dan
(3) perspektif nilai-nilai yang berbeda dari orang-orang dilayani
dilaporkan dalam kesuksesan dan kegagalan dari program (E. Stake,
2011).
Menurut model Stake penilaian harus mengandung langkah-
langkah berikut:
a. Menerangkan program dan melaporkan keterangan tersebut kepada
pihak yang berkepentingan
b. Mendapatkan dan menganalisis judgment
c. Melaporkan kembali hasil analisis kepada pelanggan.
Selanjutnya model responsif mencadangkan perhatian yang
terus-menerus oleh penilai dan semua pihak yang terlibat dengan
penilaian Stake telah menentukan 12 (dua belas) langkah interaksi
antara penilai dan pelanggan dalam proses penilaian. Model evaluasi
Stake merupakan analisis proses evaluasi yang membawa dampak
yang cukup besar dalam bidang ini, meletakkan dasar yang sederhana
namun merupakan konsep yang cukup kuat untuk perkembangan yang
lebih jauh dalam bidang evaluasi. Stake menekankan pada dua jenis
16

operasi yaitu deskripsi (descriptions) dan pertimbangan (judgments)


serta membedakan tiga fase dalam evaluasi program, yaitu :
(a) Persiapan atau pendahuluan (antecedents)
(b) Proses/transaksi (transaction-processes)
(c) Keluaran atau hasil (outcomes, output)
Antecedent adalah keadaan awal sebelum pengajaran yang
berhubungan dengan hasil/ keluaran. Transaksi adalah kegiatan
berurutan atau pertemuan yang hidup yang membentuk prosedur
pengajaran. Hasil adalah produk akhir, baik yang direncanakan
maupun yang tidak direncanakan dalam proses pengajaran. Model
Stake tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Rational Intens Observation Standart Judgment

Antecedents

Transactions

Outcomes

Desciption Matrix Judgment Matrix

Gambar 2.2. Desain Evaluasi Model Stake

Descriptions matrix menunjukkan intents (goal = tujuan) dan


observations (effect = akibat) atau yang sebenarnya terjadi. Judgment
berhubungan dengan standar (tolak ukur = kriteria) dan judgment
(pertimbangan). Stake menegaskan bahwa ketika kita menimbang-
nimbang di dalam menilai suatu program pendidikan, kita tentu
melakukan pembandingan relatif (antara satu program dengan
standar). Model ini menekankan kepada evaluator agar membuat
keputusan/ penilaian tentang program yang sedang dievaluasi secara
benar, akurat dan lengkap. Stake menunjukkan bahwa description di
satu pihak berbeda dengan pertimbangan (judgment) atau menilai. Di
17

dalam model ini data tentang antecendent (input), transaction


(process) dan outcomes (product) tidak hanya dibandingkan untuk
menentukan kesenjangan antara yang diperoleh dengan yang
diharapkan, tetapi juga dibandingkan dengan standar yang mutlak agar
diketahui dengan jelas kemanfaatan kegiatan di dalam suatu program.
Adapun gambar 2.3. melukiskan proses pelaksanaan model evaluasi
responsif, proses tersebut meliputi langkah-langkah sebagai berikut.

1. Mengidentifikasi jenis, jumlah 6. Pemanfaatan hasil


dan mengambil sampel evaluasi
pemangku kepeningan

5. Hasil evaluasi dibahas


2. Dengar pendapat dengan bersama dengan para
Evaluator pemangku kepentingan
sampel pemangku kepentingan

3. Menyusun proposal 4. Melaksanakan evaluasi


evaluasi

Gambar 2.3. Proses Model Evaluasi Responsif

1) Evaluator mengidentifikasi jenis dan jumlah setiap pemangku


kepentingan (responden). Jika jenisnya terlalu banyak, maka harus
dirangking berdarkan pentingnya setiap pemangku kepentingan
bagi program.
2) Melakukan dengar pendapat dengan pemangku kepentingan.
Evaluator dapat mengunjungi sampel pemangku kepentingan
secara langsung dan berbincang-bincang dengan mereka atau
mengumpulkan mereka di suatu tempat.
3) Menyusun proposal evaluasi. Proposal evaluasi disusun dengan
memperhatikan pendapat para pemangku kepentingan. Misalnya,
pernyataan evaluasi dan jenis informasi yang akan dijaring
18

memerhatikan kebutuhan dan harapan para pemangku kepentingan


mengenai program.
4) Melaksanakan evaluasi. Dalam melaksanakan evaluasi disamping
harus melakukan komunikasi dengan pimpinan dan staf program,
evaluator harus juga melakukan komunikasi dengan para
pemangku kepentingan.
5) Membahas hasil evaluasi dengan para pemangku kepentingan.
Draf hasil evaluasi di samping dibahas dengan pimpinan dan staf
proyek juga dibahas dengan para pemangku kepentingan. Masukan,
kritik, dan saran dari mereka sebanyak mungkin harus diperhatikan.
6) Pemanfaatan hasil evaluasi. Evaluator mendorong para pemangku
kepentingan untuk menentukan dan memanfaatkan hasil evaluasi.

e. CSE-UCLA Evaluation Model


CSE-UCLA terdiri dari dua singkatan, yaitu CSE dan UCLA.
CSE merupakan singkatan dari Center For Study Of Evaluation,
sedangkan UCLA merupakan singkatan dari University Of California
In Los Angeles. Ciri dari model CSE-UCLA adalah lima tahap yang
dilakukan dalam evaluasi, yaitu perencanaan, pengembangan,
implementasi, hasil dan dampak. (Arikunto, Suharsimi dan Jabar,
2018a).
Menurut Alkin evaluasi adalah suatu proses meyakinkan
keputusan, memilih informasi yang tepat, mengumpulkan, dan
menganalisa informasi sehingga dapat melaporkan ringkasan data
yang berguna bagi pembuat keputusan dalam memilih beberapa
alternatif. la mengemukakan lima macam evaluasi yakni:
(a) System assessment, yaitu memberikan informasi tentang keadaan
atau posisi sistem.
(b) Programme planning, membantu pemilihan program tertentu
yang mungkin akan berhasil memenuhi kebutuhan progam.
19

(c) Programme implementation, yang menyiapkan informasi program


untuk diperkenalkan kepada kelompok tertentu yang tepat seperu
yang direncanakan.
(d) Programme improvement, yang memberikan informasi tentang
berfungsinya program, berjalannya program kerja, pencapaian
tujuan, dan hal-hal atau masalah-masalah baru yang muncul tak
terduga.
(e) Programme certification, yang memberi informasi tentang nilai
atau guna program (Tayibnapis, 2008).

f. Model Evaluasi CIPP


Model CIPP sangat mudah untuk diadaptasi dan sudah sangat
luas diaplikasikan. Model ini sudah diaplikasikan untuk menilai
materi, personel, staff, siswa, perencanaan dan proyek dalam berbagai
macam multi disiplin.
Model ini digunakan untuk mengidentifikasi berbagai segi dari
suatu perencanaan yang berurutan atau komponen proyek dan orang-
orang dan menilai mereka baik secara individual maupun secara
keseluruhan. Model CIPP tujuan yang paling utama bukan untuk
membuktikan, tetapi bertujuan untuk memperbaiki. Model CIPP
memiliki beberapa elemen penting dalam mengevaluasi, meliputi:
1) Evaluasi Konteks
Menilai kebutuhan, masalah, aset, dan kesempatan dalam
lingkungan yang telah didefinisikan. Kebutuhan adalah termasuk
segala sesuatu yang penting atau berguna untuk memenuhi tujuan.
Masalah adalah gangguan yang harus diatasi dalam pelaksanaan
dan secara berkelanjutan harus diatasi untuk memenuhi kebutuhan
target.
Aset adalah jasa atau keahlian yang dimiliki. Kesempatan termasuk
dana-dana yang didapat untuk menyelesaikan masalah dan
memenuhi kebutuhan. Tujuan yang harus dicapai didefinisikan
20

sebagai misi institusi yang harus dicapai berkaitan dengan standar


hukum dan mematuhi etika. Teknik mengevaluasi kontek adalah
lembar cheklist, data base, laporan secara periodik, dan workshop.
Teknik evaluasi kontek memfokuskan pada data portofolio dalam
artian melihat langsung prodak atau data mengenai bagaimana
pekerjaan dilakukan. Dari hasil temuan tersebut akan digali lebih
mendalam mengenai konten-konten terutama pada tataran kontek
yang hendak digali.
2) Evaluasi Input
Orientasi utama dari evaluasi input adalah untuk membantu
menggambarkan sebuah perencanaan, proyek, atau jenis intervensi
lain yang digunakan untuk memperbaiki pelayanan para penerima
layanan. Jadi evaluasi input menilai perencanaan yang diusulkan,
proyek atau strategi pelayanan dan rencana kerja yang disesuaikan
dengan penganggaran untuk menghasilkan usaha-usaha. Selain itu
digunakan untuk menghindari praktik yang sia-sia dalam mengejar
inovasi yang diajukan yang kemungkinannya gagal atau
memperkecil terbuangnya sumber daya.
3) Evaluasi Proses
Evaluasi proses adalah memeriksa implementasi rencana yang
sedang dikerjakan sambil mendokumentasikan proses tersebut,
termasuk apabila ada perubahan rencana ketika terjadi perusedur
pelaksanaan kerja yang buruk.
4) Evaluasi Produk
Tujuan dari evaluasi produk adalah untuk mengukur,
menginterpretasikan, dan menilai prestasi dari perusahaan.
Tujuannya adalah apakah kebutuhan tersebut sudah terpenuhi,
kemudian harus menilai juga hasil keluaran yang diharapkan
maupun yang tidak diharapkan. Begitupula hasil positif dan negatif
harus ikut menjadi pertimbangan.
21

g. Model Evaluasi Metfessel dan Michael


Dalam strategi model Metfessel dan Michael terdapat delapan
langkah yaitu:
1) Keterlibatan masyarakat (envolvement of the community) yakni:
orang tua, ahli-ahli pendidikan dan peserta latih.
2) Pengembangan tujuan dan memilih tujuan menurut skala prioritas.
3) Menterjemahkan tujuan menjadi bentuk tingkah laku dan
mengembangkan pengajaran.
4) Mengembangkan metode untuk mengukur dan mengevaluasi
pencapaian tujuan.
5) Menyusun dan mengadministrasi ukuran untuk mengevaluasi
pencapaian tujuan.
6) Menganalisis hasil pengukuran.
7) Menginterpretasi dan mengevaluasi data.
8) Menyusun rekomendasi untuk mengembangkan pengajaran.
Metode ini dilengkapi dengan beberapa instrument
pengumpulan data disertai dengan kriteria-kriteria yang dapat
digunakan untuk mengevaluasi sebuah proyek ataupun kegiatan
program. Seperangkat instrument tersebut meliputi: tes, angket, check
list, serta cara-cara lain yang kesemuanya bertujuan untuk
menghimpun data penunjang.

h. Kirk Patrick Evaluation Model


Menurut Kirk Patrick terdapat empat level untuk mengevaluasi
suatu program. Setiap tingkat penting dan memiliki dampak pada tingkat
berikutnya. Ketika kita beralih dari satu level ke level berikutnya, proses
menjadi lebih sulit dan memakan waktu, tetapi juga memberikan
informasi lebih berharga (Kirkpatrick & Kirkpatrick, 2006). Adapun Empat
level tersebut yaitu: Level 1- Reaction, Level 2- Learning, Level 3-
Behavior, dan Level 4- Results.
1) Reaction Evaluation
22

Mengevaluasi terhadap reaksi peserta latih menurut Kirk Patrick


berarti mengukur kepuasan peserta latih (customer satisfaction).
Program pelatihan di anggap efektif apabila proses pelatihan dirasa
menyenangkan dan memuaskan bagi peserta latih sehingga mereka
tertarik dan termotivasi untuk belajar dan berlatih. Dengan kata lain
peserta latih akan termotivasi apabila proses pelatihan berjalan secara
memuaskan bagi peserta latih yang pada akhirnya akan memunculkan
reaksi dari peserta lain yang menyenangkan.

Sebaliknya apabila peserta lain tidak merasa puas terhadap proses


pelatihan yang diikutinya maka mereka tidak akan termotivasi untuk
mengikuti pelatihan lebih lanjut. Dengan demikian dapat dimaknai
bahwa keberhasilan proses kegiatan pelatihan tidak terlepas dari
minat, perhatian, dan motivasi peserta latih dalam mengikuti jalannya
kegiatan pelatihan. Orang akan belajar lebih baik manakala mereka
member reaksi positif terhadap lingkungan belajar.
Kepuasan peserta latih dapat dikaji dari beberapa aspek, yaitu
materi yang diberikan, fasilitas yang tersedia, strategi penyampaian,
materi yang digunakan oleh instruktur, media pembelajaran yang
tersedia, jadwal kegiatan sampai menu dan penyajian konsumsi yang
disediakan.
2) Learning Evaluation
Kirkpatrick berpendapat bahwa apabila peserta pelatihan terjadi
perubahan sikap, peningkatan pengetahuan, dan peningkatan
keterampilan sebagai dampak dalam mengikuti program pelatihan.
Oleh karena itu untuk mengukur efektivitas program pelatihan maka
ketiga aspek tersebut perlu untuk diukur. Tanpa adanya perubahan
sikap, pengetahuan maupun perbaikan keterampilan maka program
pelatihan tersebut dikatakan gagal.
3) Behavior Evaluation
Evaluasi perilaku digunakan untuk mengukur sejauh mana
perubahan perilaku peserta yang menghadiri program pelatihan.
23

Beberapa pelatih ingin memotong level 1 dan 2 yaitu level reaksi dan
pembelajaran untuk mengukur perubahan perilaku. Ini adalah
kesalahan serius. Misalnya, bahwa tidak ada perubahan dalam
perilaku ditemukan. Kesimpulan yang jelas adalah bahwa program ini
tidak efektif dan bahwa itu harus dihentikan. Kesimpulan ini mungkin
tidak akurat. Reaksi mungkin telah menguntungkan, dan tujuan
pembelajaran mungkin telah dicapai, namun tingkat 3 atau 4 kondisi
mungkin belum ada.
4) Results Evaluation
Evaluasi ini difokuskan pada hasil akhir setelah peserta pelatihan
mengikuti program pelatihan. Kategori hasil akhir suatu pelatihan
antara lain kenaikan produksi, peningkatan kualitas, penurunan biaya,
penurunan kuantitas kecelakaan kerja, dan kenaikan keuntungan, serta
peningkatan moral kerja dan tim kerja yang lebih baik.

i. Model Evaluasi Kesenjangan (The Dicrepancy Evaluation Model)


Dalam kata bahasa Inggris discrepancy diterjemahkan menjadi
“kesenjangan”. The Discrepancy Evaluation Model (DEM) yang
dikembangkan oleh Malcom Provus 1969. Model evaluasi ini dirancang
khusus untuk mengevaluasi program pendidikan khususnya di Pittsburgh
Public School. Provus mendefinisikan evaluasi sebagai proses kesesuaian
program terhadap standar-standar program kemudian menentukan apakah
suatu ketimpangan (dicrepancy) terjadi antara sejumlah aspek dari
program dengan standar-standar yang mengatur aspek-aspek program
tersebut, dan memakai informasi mengenai ketimpangan tersebut untuk
mengidentifikasi kelemahan-kelemahan program. Jadi evaluasi
merupakan perbandingan kinerja sesungguhnya dengan kinerja yang
diharapkan oleh standar (Wirawan, 2012). Adapun berikut peneliti
sajikan tahapan evaluasi pada tabel di bawah ini.
24

Tabel 2.1. Tahapan Evaluasi DEM


Stage Performance Standard
I Program Disign Input Design Criteria
Dimension
II Program Operation Program Design
III Program Interim Product Input Dimention
Process Dimention
Program Design
IV Program Terminal Process Dimention
Product Output Dimention
Program Disign
V Program Cost Cost of Other Programs
with Same Product

Dalam evaluasi program model DEM memiliki lima tahapan


analisis. Tahap Pertama, rancangan (design), yaitu menetapkan tahapan
evaluasi DEM, menyusun rencana kerja dan menyiapkan instrumen
penelitian. Tahap Kedua, penetapan langkah operasional program
(installation), yaitu mengkaji berbagai literatur/data dan mengadakan
analisis data tentang daya dukung program. Tahap Ketiga, hasil capaian
sementara (interim product), yaitu mengumpulkan, menganalisis data dan
menemukan hubungan antara proses dan hasil sementara. Tahap
Keempat, hasil akhir capaian (terminal products), yaitu membandingkan
hasil dengan standar dan alternatif solusi. Tahap Kelima, manfaat biaya
(cost benefit), yaitu membandingkan biaya program yang dievaluasi
denga biaya program lain yang menghasilkan produk sejenis.

B. Konsep Pembelajaran Daring


Pembelajaran daring merupakan suatu metode pembelajaran baru
yang diberlakukan di Indonesia dimana pelaksanaannya dilatar belakangi oleh
25

adanya pandemi covid-19. Adapun penjelasan yang lebih rinci tentang


Pembelajaran daring ini yaitu sebagai berikut:
1. Definisi Pembelajaran Daring
Menurut Isman (Dewi, 2020) pembelajaran daring merupakan
pemanfaatan jaringan internet dalam pembelajaran. Pembelajaran daring
merupakan sebuah pembelajaran yang dilakukan dalam jarak jauh
melalui media berupa internet dan alat penunjang lainnya seperti telepon
seluler dan komputer (Putria et al., 2020). Sedangkan menurut Moore et
al (Handarini & Wulandari, 2020b) Menyebutkan bahwa pembelajaran
daring atau disebut juga pembelajaran online merupakan suatu kegiatan
belajar yang membutuhkan jaringan internet dengan konektivitas,
aksesibilitas, fleksibilitas, serta kemampuan untuk memunculkan
berbagai jenis interaksi pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran daring
membutuhkan adanya fasilitas sebagai penunjang, yaitu seperti
smartphone, laptop, ataupun tablet yang dapat digunakan untuk
mengakses informasi dimanapun dan kapanpun (Gikas & Grant, 2013)
(Handarini & Wulandari, 2020b).
Pembelajaran daring juga sering disebut sebagai pembelajaran
alternatif yang dilakukan pada masa pandemic covid 19 dengan didukung
beberapa komponen, diantranya kolaborasi peran guru dan orang tua,
kuota internet, serta sinyal (Utami, 2020). Hal lain juga diungkapkan
bahwa pembelajaran daring merupakan pembelajaran yang dilakukan
dalam jaringan yang yang bersifat terbuka yang dapat dijangkau oleh
banyak orang secara terbuka (Surahman et al., 2020).
Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran daring merupakan sebuah metode pembelajaran
yang dalam pelaksanaannya membutuhkan jaringan internet serta fasilitas
gadget seperti smartphone, laptop atau tablet. Dengan metode
pembelajaran daring ini siswa tidak dituntut untuk hadir di kelas.
Pembelajaran ini dapat dilakukan secara jarak jauh tanpa harus tatap
muka secara langsung tara guru dan siswa.
26

2. Media Pendukung Pembelajaran Daring


Teknologi informasi dan komunikasi saat ini begitu cepat
berkembang. Hal tersebut tentu menyebabkan beberapa perubahan dalam
segala bidang kehidupan, tak terkecuali Pendidikan. Teknologi dapat
dimanfaatkan dalam kegiatan belajar mengajar, yang dapat menggantikan
cara mengajar konvensional menjadi modern. Menurut Gheytasi, Azizifar
& Gowhary (Handarini & Wulandari, 2020b) Beberapa Penelitian
menunjukkan bahwa dengan adanya teknologi memberikan banyak
pengaruh positif terhadap pembelajaran. Dengan bantuan internet yang
dapat dijadikan sebuah alat untuk melengkapi aktivitas pembelajaran
sehingga proses kegiatan belajar mengajar tidak harus dilakukan dengan
bertatap muka secara langsung.
Pembelajaran daring merupakan sistem pembelajaran yang
dilakukan dengan tidak bertatap muka langsung, tetapi menggunakan
platform yang dapat membantu proses belajar mengajar yang dilakukan
meskipun jarak jauh. Tujuan dari adanya pembelajaran daring ialah
memberikan layanan pembelajaran bermutu dalam jaringan yang bersifat
masif dan terbuka untuk menjangkau peminat ruang belajar agar lebih
banyak dan lebih luas (Sofyana & Abdul, 2019) (Handarini & Wulandari,
2020). Berikut ini beberapa platform atau aplikasi yang dapat digunakan
sebagai media pendukung pembelajaran daring diantaranya yaitu:
a. Google Classroom
Google Classroom merupakan sebuah aplikasi yang
digunakan dalam lingkup dunia pendidikan yang dapat
mempermudah dalam pelaksaan sebuah pembelajaran secara daring
terutama pada saat masa pandemi seperti sekarang ini. Google
Classroom dapat digunakan mulai dari jenjang Pendidikan SD, SMP,
SMA/SMK maupun perguruan tinggi. Disamping penggunaannya
yang tergolong mudah, Google Classroom juga sangat efisien untuk
digunakan dalam mengakses pembelajaran yang diberikan oleh guru
27

maupun dosen serta mempermudah dalam pemberian dan


pengumpulan tugas.
Gmail, Youtube, Google Drive, Google Maps, dan Google
Translate merupakan fitur-fitur pendukung yang ada pada platform
google classroom. Di antara fitur yang dimiliki oleh google
classroom adalah assignments (tugas), grading (pengukuran),
communication (komunikasi), time-cost (hemat waktu), archieve
course (arsip program), kode kelas tampilan, mobile application
(aplikasi seluler), dan privacy (keamanan pribadi) (Islami, 2020)
(Salsabila et al., 2020a).
b. WhatsApp
WhatsApp merupakan salah satu media komunikasi online
yang sangat populer dan hamper dimiliki oleh semua pengguna
gadget. Selain dapat digunakan untuk berkomunikasi secara jarak
jauh, platform ini juga dapat digunakan sebagai media penunjang
pembelajaran daring. Platform ini memungkinkan peggunanya
melakukan komunikasi jarak jauh baik berupa tulisan, gambar, suara
maupun video.
c. Zoom Meeting
Zoom Meeting merupakan aplikasi video conference atau
merupakan sebuah teknologi yang memungkinkan dua pihak atau
lebih meskipun dari lokasi yang tidak sama namun dapat melakukan
komunikasi interaktif dua arah yaitu audio dan video secara
bersamaan. Aplikasi ini menggunakan sistem berbagi layar dimana
pengguna menggunakan akun google yang dimiliki untuk dapat
bergabung dalam meeting yang akan dilaksanakan. Peserta dapat
masuk ke ruang meeting melalui tautan (link) yang dibagikan oleh
pembuat ruang meeting. Jumlah peserta yang dapat memasuki ruang
meeting pada platform dapat mencapai 100 bahkan sampai 1000
anggota.
28

Zoom Meeting merupakan aplikasi komunikasi dengan


menggunakan video sehingga pada saat digunakan untuk
pembelajaran maka kita akan merasa bahwa kita sedang tatap muka
secara langsung karena kita mampu melihat orang yang jauh dengan
menyalakan camera yang kita miliki didalam menggunakan platform
zoom ini (Astini, 2020) (Salsabila et al., 2020b).

3. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Daring


a. Kelebihan Pembelajaran daring
Menurut Sari (Putria et al., 2020) menyatakan bahwa
kelebihan dari pembelajaran daring adalah membangun suasana
belajar baru, pembelajaran daring akan membawa suasana yang baru
bagi peserta didik, yang biasanya belajar di kelas, di mana suasana
baru tersebut dapat menumbuhkan antusias peserta didik dalam
belajar.
Sedangkan di sisi lain terdapat beberapa kelebihan dalam
pembelajaran daring (Anugrahana, 2020b) diantaranya yaitu:
1) Pembelajaran daring lebih praktis dan santai.
2) Lebih fleksibel bagi wali yang bekerja di luar rumah karena bisa
menyesuaikan waktu untuk mendampingi siswa belajar.
3) Menghemat waktu karena dapat dilakukan kapan saja dan
dimana saja.
4) Lebih praktis dan memudahkan dalam pegambilan nilai
pengetahuan terutama bila memakai google form.
5) Siswa bisa dipantau dan didampingi oleh orang tua masing-
masing sehingga dapat meningkatkan kebersamaan antara orang
tua dan anak.
6) Guru dan siswa memperoleh pengalaman baru terkait
pembelajaran daring. Peran orang tua dalam mendampingi siswa
lebih banyak.
29

b. Kekurangan Pembelajaran daring


Selain memiliki kelebihan, pembelajaran daring juga
memiliki beberapa kekurangan. Menurut Hadisi & Muna (2015: 131)
(Putria et al., 2020) pembelajaran daring mengakibatkan kurangnya
interaksi antara guru dan siswa bahkan antar-siswa itu sendiri.
Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya values
dalam proses belajar mengajar. Sejalan dengan hal itu, (Anugrahana,
2020b) dinyatakan bahwa kelemahan dalam pembelajaran daring
adalah kurang maksimalnya keterlibatan siswa. Keterlibatan siswa
yang dimaksud dapat dilihat dari hasil keterlibatan siswa dalam
mengikuti pembelajaran daring secara penuh dari awal pembelajaran
sampai akhir pembelajaran. Dari hasil penelitian menunjukkan
bahwa hanya 50% siswa yang aktif terlibat secara penuh, 33 % siswa
yang terlibat aktif. Sedangkan 17% lainnya, siswa yang kurang aktif
dan kurang berpartisipasi dalam pembelajaran daring.

4. Kebijakan Pembelajaran Daring


Pemerintah telah menyusun sistem dan aturan untuk pelaksanaan
pembelajaran daring di indonesia. Terdapat rumusan dasar-dasar hukum
yang telah ditetapkan untuk mengatur penyelenggaraan pembelajaran
daring di masa pandemi covid-19. Menurut Isman (Lubis, 2020) dasar
hukum yang mengatur pelaksanaan pembelajaran daring yaitu UU No.
12/2012 tentang Pendidikan Tinggi Bagian Ketujuh Pendidikan Jarak
Jauh Pasal 31:
a. Pendidikan jarak jauh merupakan proses belajar mengajar yang
dilakukan secara jarak jauh melalui penggunaan berbagai media
komunikasi.
b. Pendidikan jarak jauh sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
bertujuan:
30

1) Memberikan layanan Pendidikan Tinggi kepada kelompok


Masyarakat yang tidak dapat mengikuti Pendidikan secara tatap
muka atau regular dan
2) Memperluas akses serta mempermudah layanan Pendidikan
Tinggi dalam Pendidikan dan pembelajaran.
c. Pendidikan jarak jauh diselenggarakan dalam berbagai bentuk,
modus, dan cakupan yang didukung oleh sarana dan layanan belajar
serta system penilaian yang menjamin mutu lulusan sesuai dengan
Standar Nasional Pendidikan Tinggi.
d. Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraanpendidikan jarak
jauh sebagaimana dimaksud padaayat (1), ayat (2), dan ayat (3)
diatur dalam Peraturan Menteri.
Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
daring adalah pembelajaran yang dilakukan secara jarak jauh dengan
menggunakan berbagai media atau aplikasi.

C. Model Evaluasi CIPP-O


Model evaluasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu model
evaluasi CIPP-O. Model ini dikembangkan oleh Stufflebeam di Ohio State
University, model CIPP yang merupakan sebuah singkatan dari huruf awal
empat buah kata, yaitu Context, Input, Process, and Product. Keempat kata
yang disebutkan dalam singkatan CIPP tersebut merupakan sasaran evaluasi,
yang tidak lain adalah komponen dari proses sebuah program kegiatan.
Model CIPP ditujukan untuk melayani kebutuhan orang-orang yang
merencanakan dan melaksanakan program. Keputusan dalam model CIPP
berupa penilaian apakah kebutuhan- kebutuhan sasaran program sudah atau
belum terpenuhi. Menurut stufflebeam (Mahmudi, 2011).
Model evaluasi CIPP merupakan model evaluasi komprehensif yang
memiliki fungsi formatif dan sumatif. Fungsi formatif adalah memberikan
informasi guna memperbaiki dan mengembangkan program. Sementara
fungsi sumatif adalah memberi pertimbangan untuk menentukan keberhasilan
31

atau kelanjutan suatu program. Model CIPP adalah model yang menawarkan
cara-cara secara menyeluruh yang berkaitan dengan data yang dikumpulkan
dan dilaporkan (Eshun et al., 2020).
Model ini bertitik tolak pada pandangan bahwa keberhasilan program
dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti karakteristik sumber daya manusia
dan lingkungan, tujuan program dan peralatan yang digunakan, prosedur dan
mekanisme pelaksanaan program itu sendiri.
Empat aspek yang terdapat dalam model CIPP yang dikembangkan
oleh Stufflebeam ini baik Context, Input, Process dan Output ini dapat
membantu dalam pengambilan keputusan untuk menjawab pertanyaan yang
mendasar terkait apa yang harus dilakukan, bagaimana melakukannya,
apakah dikerjakan sesuai rencana dan apakah berhasil atau justru sebaliknya.
Ask the following questions about the design role of a model, context, input,
process, or product evaluation. What do you need to do? How should it be
done? Did you do it? Will you succeed? (Flick et al., 2004).
Penjelasan dari masing-masing aspek dalam model evaluasi CIPP
adalah sebagai berikut:
Pertama, evaluasi konteks (conteks). Diartikan sebagai latar belakang
yang mempengaruhi jenis-jenis tujuan dan strategi yang dikembangkan dalam
program yang bersangkutan. Kedua, evaluasi masukan (input) adalah evaluasi
yang berkaitan dengan tujuan, konteks, input, proses dengan hasil program.
Evaluasi ini juga untuk menentukan kesesuaian lingkungan dalam membantu
pencapaian tujuan dan objek program. Ketiga, evaluasi proses, dalam model
ini diarahkan pada seberapa jauh kegiatan yang dilaksanakan di dalam
program sudah terleksana sesuai dengan rencana. Keempat, evaluasi pada
produk atau hasil diarahkan pada hal-hal yang yang menunjukkan perubahan
yang terjadi pada masukan mentah, dan tahapan ini dilakukan pada periode
akhir program untuk mengetahui keberhasilan program (Stufflebeam et al.,
2002)
Model CIPP merupakan sebuah kerangka kerja untuk melakukan
pelaporan dan evaluasi yang komprehensif karena memiliki orientasi yang
32

kuat untuk pelayanan, dan juga memiliki prinsip-prinsip yang terbuka untuk
masyarakat karena model ini tidak hanya menilai pada dampak suatu program
akan tetapi membantu juga merumuskan program, memanrau pelaksanaan
program, mengevaluasi hasil program, dan memberikan rekomendasi untuk
perbaikan suatu program. Berikut gambar model CIPP yang dikembangkan
oleh Stufflebeam:

Gambar 2.4 Model Evaluasi CIPP

Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa keterlibatan evaluator


terhadap tujuan program terlihat berada pada semua tahapan evaluasi. Pada
tahap konteks, evaluator mengukur dan menilai sejauh mana tujuan program
sesuai dengan kenyataan yang terjadi. Pada evaluasi masukan, evaluator
mengukur dan menilai kondisi perencanaan yang kemudian disandingkan
dengan pelaksanaan program. Pelaksanaan program di evaluasi melalui
tahapan proses, evaluator lebih kepada memantau, mendeskripsikan,
mengadministrasikan dan mencatat keberlangsungan proses melalui rekam
jejak program. Sedangkan evaluasi produk lebih berorientasi pada hasil yang
bermanfaat atau hasil yang mengakibatkan efek positif bagi pengelola
program maupun untuk program itu sendiri.
33

D. Hasil Penelitian yang Relevan


Tabel 2.2. Penelitian yang Relevan
No Penulis/Tahun Judul Penelitian Hasil Penelitian
1 Sarmadhan Lubis Evaluasi Penelitian ini bertujuan untuk
(Lubis, 2020) Pembelajaran mengetahui dan kendala yang
daring (Online) dihadapi dalam pembelajaran
Pada Mata online Matematika Kelas 4
Pelajaran Sekolah Dasar Islam Plus
Matematika Kelas (SDIP) YLPI Pekanbaru.
Empat Sekolah Penelitian ini merupakan
Dasar Islam (SDIP) penelitian deskriptif kualitatif
YLPI Pekanbaru dengan metode pengumpulan
data observasi, dokumentasi dan
wawancara. Hasil dari
penelitian ini mengungkapkan
bahwa terdapat berbagai
kemudahan yang didapat dari
pembelajaran online antara lain
guru dapat mengetahui hasil
belajar secara langsung, proses
pembelajaran dilakukan secara
fleksibel, tidak terikat jarak,
tempat dan waktu. Selain itu
siswa juga dapat memanfaatkan
berbagai media yang ada di
sekitar. Namun, terdapat
kendala yang dihadapi dari hasil
penelitian ini, diantaranya guru
harus lebih teliti dalam
mengoreksi hasil belajar siswa,
siswa atu orng tua yang tidak
memiliki handphone berbasis
android, tidak adanya peket data
internet, siswa tidak memahami
materi yang disampaikan guru
secara jelas, dan jaringan
internet yang tidak stabil
mempengaruhi proses
pembelajaran.
2 Andi Lely Analisis Evaluasi Pembelajaran daring (online)
Nurmaya Pembelajaran pada masa pandemic covid-19
(Lely Nurmaya daring (Online) jumlah partisipasi siswa yang
et al., 2021) Sekolah Dasar mengikuti sangat tinggi
Selama Pandemi sejumlah 98,8%. Sedangkan
Covid-19 siswa yang tidak mengikuti
34

No Penulis/Tahun Judul Penelitian Hasil Penelitian


pembelajaran daring (online)
sejumlah 1,2%. Siswa yang
tidak bisa mengikuti
pembelajaran daring
dipengaruhi oleh faktor fasilitas
teknologi yang tidak
mendukung.
Pembelajaran daring
menggunakan beberapa aplikasi
belajar seperti whatsapp, google
classroom dan zoom. 61,3%
siswa menggunakan aplikasi
whatsapp selama pembelajaran
daring, sedangkan diurutan
kedua adalah aplikasi google
classroom yang digunakan
sebanyak 32,5% dalam
pembelajaran serta penggunaan
aplikasi zoom meating sebanyak
6,3% yang digunakan.
Kategori kualitas jaringan
selama pembelajaran daring
yakni sangat baik 0%, cukup
baik 55%, baik 10%, dan
kategori tidak baik 35%.
Dengan kondisi seperti dapat
diberikan kesimpulan bahwa
pelaksanaan pembelajaran
daring belum optimal.
Berdasarkan data yang
diperoleh kualitas materi yang
diberikan guru berada pada
ketegori yang baik akan tetapi
perlu ditingkatkan.
3 Esmi Tsalsa Evaluation of Tujuan dari penelitian ini adalah
Sofiawati, Online Learning at untuk mendeskripsikan capaian
Ratnasari, Asep SDIT Adzkia 2 pembelajaran daring di masa
Aonudin Sukabumi pandemic dengan menggunakan
(Sofiawati et al., CIPP. Adapun hasil yang
2022) diperoleh bahwa pelaksanaan
pembelajaran daring di SDIT
Adzkia 2 Sukabumi telah
efektif, namun masih terdapat
beberapa hal yang perlu
ditingkatkan diantaranya: 1)
35

No Penulis/Tahun Judul Penelitian Hasil Penelitian


adanya program tambahan yang
dilakukan siswa di rumah agar
bisa mengisi waktu luang untuk
belajar, 2) pihak sekolah agar
lebih intens berkomunikasi
dengan orang tua, 3) adanya
variasi dalam media
pembelajran yang disediakan
oleh guru

Berdasarkan hasil analisis terhadap beberapa penelitian terdahulu,


maka terdapat beberapa persamaan dan perbedaan dengan yang penulis
lakukan. Adapun persamaan dari penelitian yang dilakukan adalah bahwa
penelitian ini sama-sama melakukan penelitian evaluasi pada pembelajaran
daring di tingkat sekolah dasar. Sedangkan perbedaan penelitian yang
dilakukan adalah penelitian sebelumnya menggunakan metode penelitian
kualitatif dengan jenis penelitian lapangan (field research) dan berfokus pada
satu mata pelajaran yaitu Matematika. Penelitian yang lainnya menggunakan
model penelitian kuantitatif dengan menggunakn metode survey. Adapun
penelitian yang menggunakan CIPP, masih terdapat perbedaan dengan yang
dilakukan oleh peneliti, yaitu tempat penelitian dan yang dilakukan peneliti
adalah mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran daring secara keseluruhan
dan tidak dibatasi oleh kelas ataupun semester. Sehingga peneliti dapat
memperoleh informasi lebih banyak yang menjadikan penelitan ini suatu
kebaruan.

E. Kriteria Evaluasi
Kriteria atau yang disebut juga dengan tolak ukur merupakan sesuatu
yang digunakan sebagai patokan atau batas minimal untuk sesuatu yang
diukur (Arikunto dan Jabar, 2009) (Ananda & Rafida, 2017b). Dalam
pembuatan kriteria yang akan digunakan dalam penelitian evaluasi tentu ada
dasar yang melatarbelakangi penentuan kriteria tersebut. Maka, merujuk pada
pendapat (Arikunto, Suharsimi dan Jabar, 2018) setidaknya terdapat 7 sumber
pembuatan kriteria, yaitu:
36

1. Sumber Pertama
Apabila yang dievaluasi merupakan suatu implementasi kebijakan maka
yang dijadikan sebagai kriteria atau tolak ukur adalah pertauran atau
ketentuan yang sudah dikeluarkan berkenaan dengan kebijakan yang
bersangkutan. Apabila penentu kebijakan tidak mengeluarkan ketentuan
secara khusus maka penyususn kriteria menggunakan ketentuan yang
pernah berlaku umum yang sudah dikeluarkan oleh pengambil kebijakan
terdahulu dan belum pernah dicabut masa berlakunya.
2. Sumber Kedua
Dalam mengeluarkan kebijakan biasanya disertai dengan buku pedoman
atau petunjuk pelaksanaan (juklak). Di dalam juklak tertuang informasi
yang lengkap, antara lain dasar pertimbangan dikeluarkannya
kebijaksanaan, prinsip, tujuan, sasaran, dan rambu-rambu
pelaksanaannya. Butir-butir yang tertera di dalamnya, terutama dalam
tujuan kebijakan, mencerminkan harapan dari kebijakan, oleh karena itu,
pedoman atau petunjuk pelaksanaan itulah yang distatuskan sebagai
sumber kriteria.
3. Sumber Ketiga
Apabila tidak ada ketentuan atau petunjuk pelaksanaan yang dapat
digunakan oleh penyusun sebagai sumber kriteria maka penyususn
menggunakan konsep atau teori-teori yang terdapat dalam buku-buku
ilmiah.
4. Sumber Keempat
Jika tidak ada ketentuan, peraturan atau petunjuk pelaksanaan, dan juga
tidak ada teoriyang diacu, penyusun disarankan untuk menggunakan hasil
penlitian. Disarankan sekurang-kurangnya penelitian yang sudah
dipublikasikan atau diseminarkan. Jika ada, yang sudah disajikan kepada
orang banyak, yaitu disimpan di perpustakaan umum.
5. Sumber Kelima
Apabila penyusun tidak menemukan acuan yang tertulis dan mantap,
dapat minta bantuan kepada orang yang dipandang mempunyai kelebihan
37

dalam bidang yang sedang dievaluasi sehingga terjadi langkah yang


dikenal dengan expert judgment.
6. Sumber Keenam
Apabila sumber acuan tidak ada, sedangkan ahli yang dapat diandalkan
sebagai orang yang lebih memahami masalah dibanding penyusun juga
sukar dicari atau dihubungi maka penyusun dapat menentukan kriteria
secara bersama dengan anggota tim atau beberapa orang yang
mempunyai wawasan tentang program yang akan dşevaluasi. Perbadaan
cara ini dengan expert judgment adalah bahwa seorang expert tentunya
memiliki keahlian yang menonjol, sedangkan kelompok yang diundang
dalam diskusi ini tidak harus yang sangat mempunyai kemampuan lebih.
Kriteria atau tolak ukur yang tersusun dari diskusi ini tidak harus yang
sangat mempunyai kemampuan lebih. Kriteria atau tolak ukur yang
tersusun dari diskusi ini merupakan hasil kesepakatan kelompok.
7. Sumber Ketujuh
Dalam keadaan sangat terpaksa karena acuan tidak ada, ahli juga tidak
ada, sedangkan untuk menyelenggarakan diskusi terlalu sulit maka jalan
terakhir adalah melakukan pemikiran sendiri. Dalam keterpaksaan seperti
ini penyusun kriteria atau tolak ukur hanya mengandalkan akal atau nalar
penyusun sendiri sebagai dasar untuk menyusun kriteria yang akan
digunakan dalam mengevaluasi masih menjumpai kesulitan, penyusun
harus meninjau kembali dan wajib memperbaikinya berkali-kali sampai
mencapai suatu rumusan yang sesuai dengan kondisi yang diinginkan.
Menurut (Arikunto dan Jabar, 2009) (Ananda & Rafida, 2017b) jenis
kriteria yang digunakan dalam evaluasi program dibedakan menjadi dua jenis
yaitu kriteria Kuantitatif dan kriteria kualitatif.
1. Kriteria Kuantitatif.
Kriteria kuantitatif dapat dibedakan menjadi dua yaitu: kriteria kuantitatif
tanpa pertimbangan dan kriteria kuantitatif dengan pertimbangan.
Kriteria kuantiatif tanpa pertimbangan adalah kriteria yang disusun
hanya dengan memperhatikan rentangan bilangan tanpa
38

mempertimbangkan apa-apa dilakukan dengan membagi rentangan


bilangan. Contoh: kondisi maksimal yang diharapkan untuk hasil tes
diperhitungkan 100. Jika penyusun menggunakan lima kategori nilai
maka antara nilai 0 sampai 100 dibagi rata sehingga menghasilkan
kategori sebagai berikut:
• Nilai 5 (baik sekali) yaitu skor 81 – 100.
• Nilai 4 (baik) yaitu skor 61 – 80.
• Nilai 3 (cukup) yaitu skor 41 – 60.
• Nilai 2 (kurang) yaitu skor 21 – 40.
• Nilai 1 (kurang sekali) yaitu skor < 21.
Kategori tidak saja dalam bentuk baik sekali sampai kurang sekali, tetapi
dapat juga tinggi sekali sampai rendah sekali, sering kali sampai jarang
sekali. Selain itu dapat juga menggunakan istilah lain yang menunjukkan
kualitas suatu keadaan, sifat atau kondisi seperti banyak sekali, sibuk
sekali, dan sebagainya. Untuk pertimbangan atau pendapat, maka dapat
menggunakan kata sangat setuju, setuju dan seterusnya.
Kriteria kuantiatif dengan pertimbangan yaitu kriteria kuantitatif
dikategorikan yang dibuat karena adanya pertimbangan tertentu
berdasarkan sudut pandang dan pertimbangan evaluator.
2. Kriteria Kualitatif.
Kriteria kualitatif adalah kriteria yang dibuat tidak menggunakan angka-
angka, dalam hal ini yang dipertimbangkan adalah indikator dan yang
dikenai kriteria adalah komponen. Kriteria kualitatif dibedakan ada dua
jenis yaitu kriteria kualitatif tanpa pertimbangan dan kriteria kualitatif
dengan pertimbangan.
Kriteria kualitatif tanpa pertimbangan, dalam hal ini penyusun kriteria
tinggal menghitung indikator dalam komponen yang dapat memenuhi
persyaratan. Dari penjelasan tersebut dapatlah dimaknai bahwa
komponen adalah unsur pembentuk kriteria program dan indikator adalah
unsur pembentuk kriteria komponen.
39

Kriteria kualitatif dengan pertimbangan. Dalam menyusun kriteria


terlebih dahulu evaluator perlu merundingkan jenis kriteria mana yang
akan digunakan, yaitu memilih kriteria tanpa perimbangan atau dengan
pertimbangan. Jika yang dipilih adalah kriteria dengan pertimbangan
maka tentukan indikator mana yang harus diprioritaskan atau dianggap
lebih penting dari yang lain. Kriteria kualitatif dengan pertimbangan
disusun melalui dua cara yaitu: (1) dengan mengurutkan indikator, dan
(2) menggunakan pembobotan.
Kriteria kualitatif dengan pertimbangan pembobotan dalam hal ini jika
dalam menentukan kriteria dengan pertimbangan indikator, nilai dari
tiap-tiap indikator tidaklah sama, kemudian letak, kedudukan dan
pemenuhan persyaratannya dibedakan dengan menentukan urutan, dalam
pertimbangan pembobotan indikator-indikator yang ada diberi nilai
dengan bobot berbeda. Penentuan peranan subindikator dalam
mendukung nilai-nilai indikator harus disertai dengan alasan-alasan yang
tepat. Jika sudah ditentukan pembobotan maka evaluator tinggal memilih
akan menggunaakan skala dalam menilai objek, dapat skala 1 – 3, skala 1
– 5 atau skala 1 – 100.
Dari penjelasan di atas, maka dalam penelitian ini peneliti memutuskan
untuk menggunakan kriteria yang berdasar pada sumber kedua yaitu
kriteria ditentukan dengan dilatar belakangi buku pedoman yang telah
dibuat oleh para pemangku kebijakan pembelajaran daring yaitu
direktorat jenderal guru dan tenaga kependidikan kementerian pendidikan
dan kebudayaan 2020. Kriteria yang tertuang dalam buku pedoman
kemudian peneliti tetapkan sebagai indikator yang dibagi kedalam 4
komponen CIPP yaitu context, ınput, process, product. Semua indikator
tersebut kemudian menjadi patokan apakah pembelajaran daring telah
berhasil dilakukan atau tidak.
Sedangkan jenis kriteria yang digunakan adalah kriteria kualitatif tanpa
pertimbangan dengan menghitung indikator dalam komponen yang dapat
40

memenuhi persyaratan. Jenis kriteria ini dipilih karena dianggap sebagai


jenis kriteria yang mudah diterapkan dalam melaksanakan penelitian ini.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di SD Islam Al-Azhar 7 Sukabumi, yang
berlokasi di Jalan Bhayangkara No. 219 Selabatu Kecamatan Cikole Kota
Sukabumi Jawa Barat 43114. Tempat ini dipilih sebagai tempat melakukan
Penelitian karena mudah dijangkau dan pelaksanaan pembelajaran daring di
sekolah tersebut dinilai efektif untuk dijadikan sebagai bahan Penelitian yang
sesuai dengan judul yang diteliti.
Adapun waktu penelitian dilaksanakan mulai bulai November 2021
sampai dengan selesai. Pelaksanaan penelitian ini dapat dilihat secara lebih
rinci dalam tabel 3.1 sebagai berikut:
Tabel 3.1 Waktu Penelitian

Tahun 2021-2022
No Kegiatan Nov Des Jan Feb Maret April Mei Juni
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
1 Penelitian Pendahuluan
2 Penyusunan Proposal
3 Seminar Proposal
4 Perbaikan Proposal
5 Pengumpulan Data
6 Analisis Data
7 Penyusunan Tesis
8 Ujian Tesis

B. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan untuk melihat kesesuaian tujuan dan
efektifitas dari pelaksanaan Pembelajaran daring SD Islam Al-Azhar 7
Sukabumi menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif-evaluatif.
Tujuan utama dilakukannya Penelitian deskriptif adalah untuk membuat
deskripsi, gambaran, atau untuk melukiskan secara sistematis, faktual dan

41
42

akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena


yang diselidiki. Penelitian ini melihat realitas situasi sosial di lapangan
mengenai kegiatan Pembelajaran daring di SD Islam Al-Azhar 7
Sukabumi.
2. Metode Penelitian
Metode penelitian digunakan untuk memudahkan peneliti dalam
mendapatkan sebuah data hasil penelitian yang diinginkan. Dalam
penelitian ini menggunakan metode riset evaluasi dengan tujuan menilai
dan menguji keterlaksanaan satu program atau efektifitas program.
Riset evaluasi adalah sebuah kegiatan mengukur dan menilai.
Sebuah program tak dapat dinilai bila tidak ada kriteria sebagai tolak
ukur pembanding. Periset atau peneliti akan kesulitan ketika memberikan
pertimbangan nilai tanpa adanya kriteria tertentu. Tanpa kriteria,
pertimbangan yang diberikan adalah tanpa dasar. Dengan kata lain tak
ada evaluasi tanpa kriteria. (Akhyar, 2007).
Berdasarkan pernyataan tersebut di atas, maka seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya bahwa dalam penelitian ini terdapat pula kriteria
yang telah ditentukan berdasarkan model evaluasi yang digunakan.
Dikemukakan sebelumnya bahwa penelitian ini menggunakan model
evaluasi CIPP-O, maka riset evaluasi dilakukan dengan menggunakan
kriteria evaluasi yang merujuk pada empat komponen evaluasi CIPP-O
yaitu Context (konteks), Input (masukan), Process (proses), Product
(hasil), dan Outcome. Maka secara singkat dapat dikatakan bahwa dalam
penelitian ini riset evaluasi yang dilakukan pada Pembelajaran daring SD
Islam Al-Azhar 7 Sukabumi menggunakan kriteria yang berdasar pada
model CIPP-O sebagai penentu hasil penilaian.
3. Desain Penelitian
National Study Committe on Evaluation menyatakan bahwa
Evaluasi merupakan suatu proses atau kegiatan pemilihan, pengumpulan,
analisis, dan penyajian informasi yang dapat digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan serta penyusunan program selanjutnya (Ananda
43

& Rafida, 2017b). Produk evaluasi adalah tersusunnya nilai-nilai (values)


seperti bermanfaat atau tidak bermanfaat, baik atau buruk, berhasil atau
tidak berhasil, diperluas atau dibatasi, dilanjutkan atau dihentikan, dan
sebagainya, mengenai program yang sedang atau telah dilaksanakan.
Untuk mendapatkan produk evaluasi dalam penelitian ini, maka peneliti
menggunakan model CIPP dengan desain penelitian sebagai berikut:

Pembelajaran daring Outcome

Evaluasi Product Judgement


Hasil Program
Implementasi Program

Evaluasi Process
Perencanaan dan Sosialisasi, Pelaksanaan, Judgement
Monitoring dan Evaluasi Program

Evaluasi Input
Sumber Daya Manusia, Sasaran, Sarana & Judgement
Prasarana Pendukung Program

Evaluasi Context
Latar belakang, Tujuan, Analisis kebutuhan Judgement
Program

Gambar 3.1 Desain Evaluasi Pembelajaran Daring

C. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, tidak terdapat pilihan lain kecuali
menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama (Nasution, 2008)
(Hardani et al., 2020a). Alasannya, karena pada penelitian kualitatif segala
44

sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian,


hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan belum dapat
ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Maka, yang menjadi instrument
pada penelitian ini adalah peneliti sendiri sebagai human instrument dibantu
dengan penggunaan pedoman wawancara, pedoman observasi, dan studi
dokumentasi. Wawancara yang dilakukan oleh peneliti yaitu wawancara
terhadap kepala sekolah, guru dan orang tua siswa.

1. Kisi-kisi Instrumen
Menurut Djaali (Matondang, 2009a) menyatakan bahwa secara umum
yang dimaksud dengan instrumen adalah suatu alat yang karena memenuhi
persyaratan akademis maka dapat dipergunakan sebagai alat untuk mengukur
suatu obyek ukur atau mengumpulkan data mengenai suatu variabel. Dalam
pembuatan instrumen penelitian evaluasi Pembelajaran daring SD Islam Al-
Azhar 7 Sukabumi ini, peneliti membuat kisi-kisi instrumen agar dapat
memudahkan penelitian dalam mengumpulkan data-data yang dibutuhkan
terkait program serta menunjukkan secara jelas dan terperinci instrumen yang
akan digunakan untuk mengungkap data yang akan dievaluasi. Kisi-kisi
instrumen yang dibuat meliputi komponen, sub komponen, dan indikator
yang akan dijadikan sebagai acuan peneliti dalam membuat instrumen
evaluasi Pembelajaran daring SD Islam Al-Azhar 7 Sukabumi yang penulis
tuangkan dalam tabel berikut:
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Evaluasi Program Pembelajaran Daring SD
Islam Al-Azhar 7
Teknik
Aspek Evaluasi Kriteria Evaluasi Pengumpulan
Data
Konteks Tujuan ✓ Adanya tujuan untuk ✓ Analisis
(context) mendukung pelaksanaan dokumen
Pembelajaran daring ✓ Observasi
✓ Adanya tujuan untuk ✓ Wawancara
pemenuhan kebutuhan terstruktur
sarana dan prasarana
Pembelajaran daring
Dasar Adanya dasar hukum dan
45

Teknik
Aspek Evaluasi Kriteria Evaluasi Pengumpulan
Data
Hukum pedoman pelaksanaan
pembelajaran daring
Sasaran Adanya sasaran dalam
program Pembelajaran daring

Masukan Sumber Daya Adanya tugas pokok dan ✓ Analisis


(Input) Manusia fungsi organisasi pelaksana dokumen
pembelajaran daring di SD ✓ Observasi
Islam Al-Azhar 7 Sukabumi ✓ Wawancara
Sarana dan ✓ Memiliki ruang dan terstruktur
Prasarana fasilitas yang memadai
Pembelajaran untuk mendukung
daring pelaksanaaan
Pembelajaran daring
✓ Memiliki Media
Informasi
Proses Perencanaan ✓ Perencanaan ✓ Analisis
(Process) dan Pembelajaran daring dokumen
sosialisasi ✓ Pelaksanaan Sosialisasi ✓ Observasi
Pembelajaran Pembelajaran daring ✓ Wawancara
daring terstruktur
Pelaksanaan ✓ Tahapan pelaksanaan
Pembelajaran kegiatan Pembelajaran
daring daring
✓ Tahap pendanaan
Pembelajaran daring
Monitoring ✓ Pelaksanaan monitoring
dan Evaluasi dan evaluasi
Pembelajaran Pembelajaran daring
daring ✓ Pengawasan Pembelajaran
daring
Produk Hasil ✓ Pelaporan Pembelajaran ✓ Analisis
(Product) Pembelajaran daring dokumen
daring ✓ Ketercapaian Tujuan dan ✓ Observasi
Target keberhasilan ✓ Wawancara
Pembelajaran daring terstruktur
Outcome ✓ Hasil yangterlihat dan dirasakan selama pembelajaran daring

Dalam menyusun instrumen evaluasi Pembelajaran daring SD Islam Al-


Azhar 7 Sukabumi ini, peneliti mengacu pada Buku Panduan Pembelajaran
46

Jarak Jauh Bagi Guru selama Sekolah Tutup dan Pandemi Covid-19 dengan
semangat Merdeka Belajar yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Guru
dan tenaga Kependidikan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan 2020
sebagai petujuk pelaksanaan Pembelajaran daring.

2. Validasi Instrumen
Setelah menentukan instrumen yang akan digunakan dalam penelitian,
maka instrumen yang akan digunakan harus diuji terlebih dahulu melalui uji
validitas dan reliabilitas (Suryabrata, 2000) (Matondang, 2009b). Validitas tes
pada dasarnya menunjuk kepada derajat fungsi pengukurnya suatu tes, atau
derajat kecermatan ukurnya sesuatu tes. Sedangkan validitas sendiri
berkenaan dengan ketepatan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai
sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai (Sudjana, 2004)
(Matondang, 2009b).
Dari beberapa pengertian di atas artinya, valid berarti instrumen dapat
digunakan untuk mengukur data yang akan diukur. Dalam penelitian ini,
digunakan uji validitas yang dilakukan oleh dosen pembimbing, baik dosen
pembimbing pertama maupun pembimbing kedua dalam penulisan tesis ini
melalui lembar validitas.

D. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data


Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer
dan data sekunder. Data primer berupa bentuk kata-kata atau ucapan dan
perilaku dari para Informan yang berkaitan dengan pelaksanaan Pembelajaran
daring SD Islam Al-Azhar 7 Sukabumi yang diperoleh langsung dari
responden dengan melakukan pegukuran, menghitung sendiri dalam bentuk
observasi, dan wawancara. Data sekunder merupakan data yang didapat dari
data yang sudah ada dan bersumber dari dokumen, kebijakan, petunjuk
operasional, foto-foto pelaksanaan program yang diperoleh melalui studi
dokumentasi sebagai pelengkap data primer.
Dalam menentukan informan yang akan menjadi sumberdata dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan teknik Purposive sampling. Teknik
47

Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan


pertimbangan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya
orang tersebut dianggap palling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau
mungkin dia sebagai “penguasa” dan memiliki pengetahuan tentang
pelaksanaan Pembelajaran daring SD Islam Al-Azhar 7 Sukabumi sehingga
dapat memudahkan peneliti menjelajahi obyek/situasi sosial yang diteliti.
Dari penjelasan di atas, maka teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah teknik tringulasi atau gabungan antara teknik observasi, wawancara,
dan studi dokumentasi dengan alat pengumpulan data berupa analisis
dokumen, pedoman observasi, dan pedoman wawancara yang di uraikan
sebagai berikut:
1. Observasi
Menurut (Nasution, 1998) (Sugiyono, 2019a) Observasi adalah
dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja
berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh
melalui observasi. Observasi ialah pengamatan dengan pencatatan yang
sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti (Usman dan Purnomo,
2004). (Hardani et al., 2020b). Sedangkan Menurut Sukmadinata (2005)
menyatakan bahwa observasi (observation) atau pengamatan merupakan
suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan
pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.
Dari ketiga definisi diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
observasi merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data yang
sistematis dengan melakukan pengamatan terhadap obyek penelitian.
Observasi dapat dilakukan secara partisipatif ataupun
nonpartisipatif. Dalam observasi partisipatif (participatory observation)
pengamat ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung, pengamat
ikut sebagai peserta rapat atau peserta pelatihan. Dalam observasi
nonpartisipatif (nonparticipatory observation) pengamat tidak ikut serta
dalam kegiatan, dia hanya berperan mengamati kegiatan, tidak ikut dalam
48

kegiatan. Observasi juga dapat dilakukan secara langsung maupun tidak


langsung.
Observasi langsung adalah mengadakan pengamatan secara
langsung (tanpa alat) terhadap gejala-gejala subyek yang diselidiki, baik
pengamatan itu dilakukan di dalam situasi sebenarnya maupun dilakukan
di dalam situasi buatan yang khusus diadakan. Sedangkan observasi tak
langsung adalah mengadakan pengamatan terhadap gejala-gejala subyek
yang diselidiki dengan perantara sebuah alat. Pelaksanaannya dapat
berlangsung di dalam situasi yang sebenarnya maupun di dalam situasi
buatan.
Dalam penelitian ini, teknik observasi yang digunakan adalah
teknik observasi nonpartisipatif dengan mengadakan pengamatan
langsung kepada para responden.
2. Wawancara (Interview)
Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar
informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan
makna dalam suatu topik tertentu. (Esterberg, 2002) (Sugiyono, 2019b).
Sementara Nazir (1999) (Hardani et al., 2020b) memberikan pengertian
wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian
dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau
pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan
alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara).
Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat penulis simpulkan
bahwa wawancara dalam konteks penelitian merupakan proses tanya
jawab antara pewawancara dengan responden yang bertujuan untuk
saling bertukar informasi mengenai suatu topik tertentu untuk tujuan
penelitian. Menurut (Esterberg, 2002) (Sugiyono, 2019b) Ada beberapa
jenis wawancara yang dapat digunakan dalam sebuah penelitian
diantarannya yaitu:
49

a. Wawancara terstruktur
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan
data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan
pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu
dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapakan
instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang
alternatif jawabannya pun telah disiapkan. Dengan wawancara
terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama, dan
pengumpul data mencatatnya.
Kelemahan teknik ini ialah: terkesan seperti angket yang
diucapkan, suasana menjadi kaku dan formal. Sedangkan
keuntungan teknik ini ialah: pertanyaan sistematis sehingga mudah
diolah kembali, pemecahan masalah lebih mudah memungkinkan
analisa kuantitatif dan kualitatif dan kesimpulan yang diperoleh lebih
reliable.
b. Wawancara tak berstruktur
Wawancara tak berstruktur adalah wawancara yang bebas
dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah
tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.
Kelemahanya teknik wawancara ini yaitu tidak efisien waktu, biaya,
dan tenaga. Namun keuntungannya yaitu cocok untuk penelitian
pendahuluan, tidak memerlukan keterampilan bertanya dan dapat
memelihara kewajaran suasana.
Dalam penelitian ini, teknik wawancara yang digunakan adalah
teknik wawancara terstruktur, dimana peneliti telah menyiapkan
pertanyaan-pertanyaan tertulis yang akan diajukan kepada
responden.
3. Studi Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumentasl
dari seseorang. Data-data yang dikumpulkan dengan teknik dokumentasi
50

cenderung merupakan data sekunder, sedangkan data-data yang


dikumpulkan dengan teknik observasi dan wawancara cenderung
merupakan data primer atau data yang langsung didapat dari pihak
pertama. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode
observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.
Dalam menggunakan metode dokumentasi ini, biasanya peneliti
membuat instrumen dokumentasi yang berisi instansi variabel-variabel
yang akan didokumentasikan dengan menggunakan check list untuk
mencatat variabel yang sudah ditentukan tadi dan nantinya tinggal
membubuhkan tanda cek di tempat yang sesuai. Alat penelitian tersebut
di atas, kemudian akan digunakan untuk mengumpulkan data pada aspek-
aspek yang akan dievaluasi pada penelitian ini.

E. Teknik Analisis Data


Analisis data yang digunakan dalam Penelitian ini adalah analisis data
model Miles and Huberman. Miles and Huberman (1984) (Sugiyono, 2019b)
mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan
secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas,
sehingga datanya sudah jenuh. Proses analisis data dalam Penelitian ini
digambarkan dalam skema berikut ini:

Data
Collection
Data
Display

Data
Reduction Collection:
drawing/verifying

Gambar 3.2 Tahapan Analisis Data


51

Dari skema di atas, maka dapat dilihat bahwa terdapat 4 tahap analisis
yang harus dilakukan dalam penelitian ini agar dapat menghasilkan data yang
sesuai dengan kebutuhan penelitian. 4 tahap di atas akan dijelaskan secara
rinci sebagai berikut:
1. Data Collection (Pengumpulan Data)
Pada setiap penelitian, kegiatan paling utama adalah
mengumpulkan data. dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data
dilakukan dengan observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi
atau gabungan ketiganya (triangulasi). Pengumpulan data dilakukan
berhari-hari, mungkin berbulan-bulan, sehingga akan banyak data yang
dapat diperoleh. Pada tahap awal peneliti melakukan penjelajahan secara
umum terhadap situasi sosial/obyek yang diteliti, semua yang dilihat dan
didengar direkam semua. Dengan demikian peneliti akan memperoleh
data yang banyak dan bervariasi.
2. Data Reduction (Reduksi Data)
Semakin lama peneliti ke lapangan, maka data yang diperoleh akan
semakin banyak pula. Maka dari itu, data yang telah diperoleh dari
lapangan perlu dicatat secara telliti dan rinci. Selain jumlah data yang
akan semakin banyak, data yang diperoleh pun akan semakin kompleks
dan rumit. Untuk itu perlu dilakukan analisis data melalui reduksi data.
mereduksi data berarti merangkum, memilih dan memilah hal-hal yang
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang dianggap penting, dicari tema
dan polanya. Dengan demikan peneliti akan mendapat gambaran yang
lebih jelas, dan lebih mudah untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.
Reduksi data merupakan proses berpikir sensitif yang memerlukan
kecerdasan, keluasan, serta kedalaman wawasan yang tinggi. Dengan
reduksi, maka peneliti merangkum, mengambil data yang penting,
membuat kategorisasi, berdasarkan huruf besar, huruf kecil, dan angka.
Data yang tidak penting dapat diilustrasikan dengan simbol-simbol
tertentu.
52

3. Data Display (Penyajian Data)


Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa
dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,
flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles and Huberman (1984)
(Sugiyono, 2019b) menyatakan bahwa “the most frequent form of display
data for qualitative research data in the past has been narrative tex”.
Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian
kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Begitupun dalam
penelitian ini, peneliti menyajikan data dalam bentuk teks naratif.
Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk
memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan
apa yang telah dipahami tersebut.
4. Verifying (Verifikasi Data)
Langkah ke empat dalam analisis data kualitatif menurut Miles and
Humberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan
awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila
tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang
dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valis dan
konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka
kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan
baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat merupakan
temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa
deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-
remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa
hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.
53

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Hasil evaluasi penelitian mengacu dan menjawab kepada rumusan
permasalahan yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, terkait pelaksanaan
evaluasi program pembelajran daring di SD Islam Al-Azhar 7 Sukabumi.

Adapun fokus penelitian adalah: 1) Komponen evaluasi Context yang


meliputi: tujuan, dasar hukum, dan sasaran program pembelajaran daring di SD
Islam Al-Azhar 7 Sukabumi; 2) Komponen evaluasi input yaitu sumber daya
yang digunakan dalam pembelajaran daring di SD Islam Al-Azhar 7 Sukabumi;
3) Komponen evaluasi process yaitu pelaksanaan yang meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran daring di SD Islam
Al-Azhar 7 Sukabumi; dan 4) Komponen evaluasi product yaitu hasil
pelaksanaan pembelajaran daring di SD Islam Al-Azhar 7 Sukabumi.

1. Hasil Evaluasi Konteks yang meliputi: Tujuan, Dasar Hukum, dan


Sasaran Program
Evaluasi konteks dalam program pembelajaran daring pada penelitian
ini, dilakukan untuk mengevaluasi tujuan, dasar hukum atau kebijakan dan
sasaran program pembelajaran daring di SD Islam Al-Azhar 7 Sukabumi.
Dalam evaluasi konteks, peneliti melakukan wawancara dengan beberapa
informan dari kepala sekolah dan dewan guru di lingkungan SD Islam Al-
Azhar 7 Sukabumi selaku pengelola program pembelajaran daring di
sekolah. Selain itu juga dilakukan telaah dokumen terkait pelaksanaan
program pembelajaran daring.
a. Tujuan Program Pembelajaran Daring
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara terstruktur
kepada kepala sekolah SD Islam Al-Azhar 7 Sukabumi, tujuan
dilaksanakannya Program Pembelajaran Daring SD Islam Al-Azhar 7
Sukabumi adalah agar tetap terlaksananya transfer ilmu dari pendidik

53
54

kepada peserta didik walaupun dalam keadaan pandemi Covıd-19 serta


mendukung untuk melatih dan meningkatkan keahlian dalam penggunaan
teknologi dan informasi pada guru maupun peserta didik.
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan mengenai tujuan
program pembelajaran daring di SD Islam Al-Azhar 7 Sukabumi,
diperoleh informasi bahwa:
Pembelajaran daring merupakan sebuah program pembelajaran
yang baik dan bermanfaat bagi guru dan peserta didik terutama di
masa pandemic. Agar guru dan peserta didik tetap melakukan
pembelajaran yang bermanfaat dengan ketersediaan dan
keterjangkauan fasilitas Ketika awal pandemi. Akan tetapi seiring
berjalannya waktu sarana dan prasarana bisa dipenuhi sesuai
dengan kebutuhan. Sehingga pembelajaran daring ini bisa lebih
berkualitas. (Lamp. A1)

Penjelasan tersebut semakin memperkuat data bahwa program ini


ditujukan untuk mengembangkan potensi guru dan peserta didik agar
lebih memahami teknologi dan lebih maju.
Selain daripada itu, kepala sekolah mengungkapkan bahwa dengan
melaksanakan program pembelajaran daring ini berharap dapat melatih
dan meningkatkan keahlian dalam penggunaan teknologi dan informasi
pada guru maupun peserta didik. Walaupun tidak semua peserta didik
mempunyai handphone, tetapi para peserta didik bisa menggunakan
handphond orang tuanya sebagai media pembelajaran daring.
Berdasarkan analisa hasil wawancara tergambar bahwa tujuan
program yaitu mendukung program pembelajaran daring, ketersediaan,
keterjangkauan dan pemerataan kesempatan belajar khususnya di SD
Islam Al-Azhar 7 Sukabumi di masa pandemic agar lebih baik.
b. Dasar Hukum Pembelajaran Daring
Pelaksanaan proses pembelajaran merupakan amanat Undang-
undang, termasuk juga dalam pelaksanaan proses pembelajaran daring.
Dalam undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pasal 11 ayat 1 dijelaskan bahwa Pemerintah
dan Pemerintah Daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta
55

menjamin terselenggaranya Pendidikan yang bermutu begi setiap warga


negara tanpa diskriminasi (Undang-Undang Republik Indonesia Tentang
Sistem Pendidikan Nasional, 2003)
Selain amanah UUD 1945, terdapat Peraturan Pemerintah Nomor
17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan
dan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 33 Tahun
2019 tentang Satuan Pendidikan Aman Bencana. Adapun kebijakan
program pembelajaran daring didukung oleh berbagai peraturan
perundang-undangan terkait. Berdasarkan hasil analisis dokumentasi dan
wawancara dengan berbagai pihak khususnya kepala sekolah SD Islam
Al-Azhar 7 maka diperoleh informasi bahwa dasar hukum pelaksanaan
Program Pembelajaran Daring SD Islam Al-Azhar 7 Sukabumi adalah
mengacu pada kebijakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan melalui
Surat Edaran Mendikbud Nomor 4 Tahun 2020 tantang Pelaksanaan
Kebijakan Pendidikan Dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus
Disease (Covid-19) dan Surat Edaran Sekretaris Jenderal Kemendikbud
Nomor 15 Tahun 2020 tantang Penyelenggaraan Belajar dari Rumah
Dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19).
Kedua surat edaran tersebut berisi pelaksanaan kebijakan Pendidikan dan
panduan penyeleggaraan belajar dari rumah dalam masa darurat
penyebaran Covid-19.
Berdasarkan dasar hukum di atas peneliti menganalisis panduan
pelaksanaan Program Pembelajaran Daring, kebijakan pembelajaran
daring di SD Islam Al-Azhar 7 Sukabumi berpedoman pada kebijakan
yang diterapkan oleh Mendikbud dimana pembelajaran daring diterapkan
untuk semua peserta didik dari mulai kelas 1-6. Namun, berdasarkan
kondisi lapangan, terdapat beberapa kendala yang mengharuskan sekolah
untuk melakukan beberapa kegiatan belajar secara tatap muka
diantaranya yaitu kegiatan program Upgrading baca untuk siswa kelas 1
dan kegiatan ketuntasan bagi kelas 6. Maka khusus untuk pelaksanaan
kegiatan tersebut, sekolah menetapkan sistem shift dengan protokol
56

kesehatan yang ketat dan pembatasan jumlah siswa yang dapat datang ke
sekolah.
Berdasarkan hasil wawancara kepada kepala sekolah SD Islam Al-
Azhar 7 Sukabumi diketahui bahwa ada ada beberapa kebijakan baru
yang sebelumnya belum pernah diterapkan, namun dalam keadaan yang
darurat ini maka sekolah menerapkan kebijakan tersebut. Kebijakan
tersebut yaitu pengurangan uang SPP untuk memfasilitasi pembelian
kuota yang diperlukan oleh peserta didik untuk melaksanakan
pembelajaran daring di rumah masing-masing. Selain daripada itu,
kepala sekolah memaparkan bahwa terdapat pengurangan jam pelajaran
yang membedakan pembelajaran daring dengan pembelajaran tatap muka
pada masa sebelum pandemi. Tidak hanya itu, jam pelajaran juga
menyesuaikan dengan keadaan peserta didik di rumah, dimana terdapat
peserta didik yang menggunakan fasilitas orang tua dalam melaksanakan
pembelajaran daring, sementara orang tua tidak dapat mendampingi di
waktu pembelajaran daring dilakukan karena harus bekerja. Kepala
sekolah mengungkapkan bahwa hal ini banyak terjadi pada siswa kelas
rendah.
Menyikapi hal itu, maka kepala sekolah memberikan kebijakan
untuk siswa dapat melakukan pembelajaran daring yang menyesuaikan
dengan ketersediaan waktu orang tua di rumah. Maka biasanya guru
memberikan pembelajaran disertai tugas yang dapat dikerjakan dengan
didampingi orang tua setelah pulang bekerja.
Selain daripada itu, berdasarkan hasil wawancara langsung bersama
kepala sekolah, dikatakan bahwa terdapat perubahan yang sangat
signifikan dari pembelajaran tatap muka menjadi pembelajaran online
dimana semua kegiatan sekolah harus dilaksanakan secara online. Maka
dari itu, sekolah mengeluarkan kebijakan yaitu mengalihkan semua
program sekolah yang rutin dilakukan baik pekanan, bulanan, semesteran
maupun tahunan dimana selalu dilakukan secara tatap muka menjadi
virtual secara online atau melalui Video Conference. Contoh program
57

tersebut yaitu seperti program Wali Kelas Day (WKD) yaitu pertemuan
antara orang tua dan wali kelas yang dilakukan satu bulan sekali, serta
program Parenting.
Dari semua penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
terdapat beberapa kebijakan baru yang dikeluarkan oleh SD Islam Al-
Azhar 7 Sukabumi dalam melaksanakan Program Pembelajaran Daring.
Diantaranya yaitu:
1) Menetapkan Kegiatan Belajar Mengajar secara daring untuk
semua siswa kelas 1-6
2) Menetapkan kegiatan tatap muka khusus untuk program
Upgrading Baca bagi siswa kelas 1 dan program Ketuntasan
bagi siswa kelas 6 dengan sistem Shift serta menerapkan
protokol kesehatan yang ketat dan membatasi jumlah siswa yang
dapat datang ke sekolah.
3) Pengurangan biaya SPP
4) Memberikan fleksibilitas waktu bagi sebagian siswa yang masih
menggunakan fasilitas berupa Handphone orang tua sementara
orang tuanya bekerja. Maka guru memberikan pembelajaran
disertai tugas yang dapat dikerjakan dengan didampingi orang
tua setelah pulang bekerja.
Mengalihkan semua program pertemuan dengan orang tua yang
biasanya dilakukan tatap muka secara langsung, kini dilakukan secara
online melalui Video Conference.

c. Sasaran Program Pembelajaran Daring


Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, diketahui bahwa
subjek sasaran dalam Program Pembelajaran Daring di SD Islam Al-
Azhar 7 Sukabumi ini yaitu semua warga sekolah tersebut. Lebih
jelasnya, kepala sekolah SD Islam Al-Azhar 7 Sukabumi dalam sesi
wawancara memaparkan bahwa subjek tersebut yaitu peserta didik, orang
58

tua siswa, dan guru serta seluruh tenaga kependidikan seperti petugas tata
usaha dan para pekerja sekolah lainnya.
Kepala sekolah memaparkan bahwa semua subjek sasaran diatas
diharapkan mampu memahami jalannya Program Pembelajaran daring
yang dilaksanakan di SD Islam Al-Azhar 7 Sukabumi sehingga dapat
membantu mencapai tujuan yang diinginkan dalam program
pembelajaran daring ini.

2. Hasil Evaluasi Input yang meliputi: Sumber Daya Manusia serta


Sarana dan Prasarana Program Pembelajaran Daring

Hasil evaluasi input dalam program pembelajran daring ini dilakukan


untuk mengevaluasi: 1) Sumber daya yang digunakan dalam pelaksanaan
program yang meliputi peran dan tugas pokok kepala sekolah serta guru
dalam Program Pembelajaran Daring di SD Islam Al-Azhar 7 Sukabumi; 2)
Sarana dan Prasarana pendukung Program Pembelajaran Daring di SD Islam
Al-Azhar 7 Sukabumi; Petunjuk teknis, dan media informasi.
Dalam evaluasi input ini, peneliti melakukan wawancara dengan
beberapa informan dari SD Al-Azhar 7 Sukabumi selaku pengelola
program di sekolah baik kepada kepala sekolah, bagian kurikulum dan
sebagian guru, serta dilakukan wawancara dengan beberapa orang tua siswa
untuk memastikan pelaksanaan program di lapangan. Selain itu pula
dilakukan telaahan dokumen yang terkait, dan melakukan observasi
terhadap objek-objek yang terkait dengan pelaksanaan program
pembelajaran daring.
a. Sumber Daya Manusia Pada Program Pembelajaran Daring SD
Islam Al-Azhar 7 Sukabumi
Berdasarkan hasil wawancara dengan para informan di sekolah SD
Islam Al-Azhar 7 Sukabumi, disampaikan bahwa kepala sekolah dan
guru memiliki peranan dan tugas masing-masing yang telah ditetapkan
dalam pelaksanaan pembelajaran daring. Dalam sesi wawancara
dipaparkan bahwa peran dan tugas kepala sekolah yaitu menciptakan
59

situasi belajar mengajar yang kondusif dengan menyiapkan berbagai


fasilitas sekolah yang memadai untuk melaksanakan pembelajaran
daring. Selain daripada itu, kepala sekolah berperan sebagai
pembimbing bagi para pendidik untuk terus meningkatkan kompetensi
dalam menyiatasi pembelajaran daring.
Sementara itu, tugas dan peran para pendidik atau guru adalah
melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dengan benar, yaitu
memastikan bahwa peserta didik mampu mengikuti pembelajaran
daring dengan baik dan membantu peserta didik mencari jalan keluar
untuk setiap kendala yang dihadapi selama proses pembelajaran daring
berlangsung.
b. Sarana dan Prasarana Pendukung Program Pembelajaran Daring
SD Islam Al-Azhar 7 Sukabumi
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, diketahui bahwa
sekolah menyediakan beberapa sarana dan prasarana untuk mendukung
pelaksanaan Program Pembelajaran Daring SD Islam Al-Azhar 7
Sukabumi ini. Perangkat pendukung seperti laptop, komputer dan
gadget harus dipersiapkan oleh guru sebagai pengajar dan orang tua
harus memfasilitasi anak dalam melaksanakan pembelajaran daring.
Sementara itu, sekolah menyediakan fasilitas berupa jaringan wifi dan
ruang kelas di sekolah untuk guru dan pemberian kuota internet kepada
peserta didik yang belajar daring di rumah.
Dikatakan bahwa anggaran dana yang digunakan untuk pemberian
kuota belajar kepada siswa merupakan dana dari Biaya Operasional
Sekolah (BOS) yang diberikan oleh pemerintah dengan membuat
kebijakan berupa fleksibilitas bagi kepala sekolah dalam memanfaatkan
dana BOS untuk mendukung pembelajaran selama masa pandemi
Covid-19.
60

3. Hasil Penelitian Evaluasi Proses (Process) Program Pembelajaran


Daring
Komponen Process yang dievaluasi meliputi: 1) Perencanaan dan
Sosialisasi Program Pembelajaran Daring di SD Islam Al-Azhar 7
Sukabumi; Perencanaan Program Pembelajaran Daring di SD Islam Al-
Azhar 7 Sukabumi; Tahapan sosialisasi Program Pembelajaran Daring di
SD Islam Al-Azhar 7 Sukabumi, 2) Pelaksanaan Program Pembelajaran
Daring di SD Islam Al-Azhar 7 Sukabumi; Tahapan pelaksanaan;
Kegiatan yang dilaksanakan dalam Program Pembelajaran Daring di SD
Islam Al-Azhar 7 Sukabumi, 3) Monitoring dan Evaluasi Program
Pembelajaran Daring di SD Islam Al-Azhar 7 Sukabumi; Proses
monitoring dan evaluasi Program Pembelajaran Daring di SD Islam Al-
Azhar 7 Sukabumi.
a. Perencanaan dan Sosialisasi Program Pembelajaran Daring SD
Islam Al-Azhar 7 Sukabumi
1) Perencanaan Program Pembelajaran Daring SD Islam Al-
Azhar 7 Sukabumi
Berdasarkan observasi yang dilakukan, rencana Program
Pembelajaran Daring SD Islam Al-Azhar 7 Sukabumi disusun
berdasarkan pedoman program pembelajaran daring. Dari hasil
wawancara dikatakan bahwa rencana Program Pembelajaran
Daring SD Islam Al-Azhar 7 Sukabumi disusun dan dibuat
bersama antara guru dan staff bagian kurikulum dengan arahan
kepala sekolah dan dibuat secara tersusun dan terstruktur agar
pembelajaran daring dapat terlaksana dengan baik.
2) Tahapan Sosialisasi Program Pembelajaran Daring di SD
Islam Al-Azhar 7 Sukabumi
Berdasarkan hasil observasi dan analisis studi dokumentasi
yang dilakukan, maka dapat diketahui bahwa upaya sosialisasi
Program Pembelajaran Daring SD Islam Al-Azhar 7 Sukabumi
61

dilakukan dengan berbagai cara, baik melalui daring maupun


secara langsung dengan tetap mematuhi protokol kesehatan.
Dalam tahap sosialisasi ini, sekolah mencoba menyebarluaskan
informasi dan memberikan edukasi secara lengkap dan utuh kepada
seluruh warga sekolah agar dapat memahami pelaksanaan program
pembelajaran daring di masa pandemi Covid-19.
b. Pelaksanaan Program Pembelajaran Daring SD Islam Al-Azhar 7
Sukabumi
Berdasar pada hasil observasi yang dilakukan, pelaksanaan
pembelajaran daring di SD Islam Al-Azhar 7 Sukabumi berjalan
dengan efektif. Walaupun terdapat beberapa kendala yang harus
dihadapi, namun tidak terlalu banyak menghambat proses
pembelajaran.
Pada hasil wawancara terhadap informan yang menjadi
pengajar, dikatakan bahwa kendala yang dihadapi lebih banyak datang
dari siswa itu sendiri. Kendala tersebut seperti terdapat siswa yang
belum memiliki gadget sendiri dan orang tuanya pun bekerja, jaringan
internet yang kadang tidak stabil, dan mood belajar siswa yang
berubah-ubah sehingga harus terus dimotivasi.
Informan mengatakan bahwa dalam pelaksanaannya,
pembelajaran daring membutuhkan strategi khusus agar siswa tidak
jenuh karena harus belajar secara daring di rumah saja. Maka, guru
harus dapat membuat proses pembelajaran menjadi lebih menarik dan
inovatif. Selain belajar tatap muka secara virtual melalui aplikasi
video conference seperti zoom, G-meet, dll. Para pengajar
memvariasikan pembelajaran dengan menggunakan media
pembelajaran yang lebih menarik seperti dengan video animasi,
youtube, dan melakukan praktek di rumah masing-masing.
62

c. Monitoring dan Evaluasi Program Pembelajaran Daring di SD


Islam Al-Azhar 7 Sukabumi
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, proses
monitoring dan evaluasi Program Pembelajaran Daring SD Islam Al-
Azhar 7 Sukabumi dilakukan secara berkala oleh pimpinan pusat,
pengawas, dan dinas terkait yang bertugas untuk melakukan proses
monitoring dan evaluasi tersebut.

4. Hasil Penelitian Evaluasi Product Program Pembelajaran Daring


Komponen Product yang dievaluasi meliputi: 1) Pelaporan Program;
Mekanisme pelaporan Program Pembelajaran Daring di SD Islam Al-
Azhar 7 Sukabumi; Aspek-aspek yang dilaporkan, 2) Ketercapaian tujuan
Program Pembelajaran Daring di SD Islam Al-Azhar 7 Sukabumi .
1) Pelaporan Program Pembelajran Daring SD Islam Al-Azhar 7
Sukabumi

Berdasarkan hasil analisis dokumen, dapat diketahui bahwa


laporan program dituangkan dalam bentuk dokumen cetak yang dibuat
oleh staff bagian kurikulum dengan pengawasan dan arahan kepala
sekolah. Dari hasil wawancara disebutkan bahwa mekanisme pelaporan
Program Pembelajaran Daring SD Islam Al-Azhar 7 Sukabumi dimulai
dari 1) Guru dan Kepala Sekolah; 2) Manajemen Yayasan; 3) Pengawas
Dinas.

Pada saat wawancara yang dilakukan, informan menyatakan


bahwa terdapat beberapa aspek yang dilaporkan dalam laporan Program
Pembelajaran Daring SD Islam Al-Azhar 7 Sukabumi.

Aspek-aspek yang dilaporkan tersebut diantaranya yaitu:

1. Tingkat kehadiran peserta didik;


2. Kendala yang dihadapi peserta didik selama mengikuti
Program Pembelajaran Daring;
63

3. Capaian kompetensi peserta didik; dan


4. Tindak lanjut bagi yang belum mencapai kompetensi.
Informan menyebutkan bahwa dalam pembuatan laporan
Program Pembelajaran Daring SD Islam Al-Azhar 7 Sukabumi ini
melibatkan peran orang tua yang turut memberi tanggapan dan
masukan terhadap jalannya Program Pembelajaran Daring sehingga
informasi tersampaikan secara transparan agar tercapainya tujuan
bersama.
2) Ketercapaian Tujuan Program Pembelajaran Daring SD Islam
Al-Azhar 7 Sukabumi
Berdasarkan hasil wawancara yang di dapat dari informan, dapat
diketahui bahwa Program Pembelajaran Daring SD Islam Al-Azhar
7 Sukabumi berjalan dengan cukup efektif dan tujuan pembelajaran
sebagian besar sudah tercapai. Dari pernyataan tersebut dapat
diambil kesimpulan bahwa masih terdapat kendala yang terjadi
dalam pelaksanaan Program Pembelajaran Daring SD Islam Al-
Azhar 7 Sukabumi yang menyebabkan adanya sebagian tujuan
yang belum tercapai. Maka perlu adanya dievaluasi guna
menjadikan Program Pembelajaran Daring SD Islam Al-Azhar 7
Sukabumi lebih efektif dan semua tujuan program tercapai dengan
maksimal.

5. Hasil Outcome Program Pembelajaran Daring


Berdasarkan analisis dan hasil wawancara yang dilakukan oleh
peneliti yang berkaitan dengan outcome pembelajaran daring dikemukakan
bahwa:

Pembelajaran daring ini memberikan pengalaman kepada kami


sebagai orang tua untuk tetap membersamai anak kami dalam belajar.
Karena selama ini yang kami rasa bahwa pembelajaran daring ini
pembelajaran yang sangat fleksibel, bisa dilakukan dimana saja karena
berbasis teknologi.
64

Hal lain juga dipaparkan bahwa pembelajaran daring ini memberikan


pengalaman yang sangat menyenangkan bagi anak karena siswa
merasakan pengalaman dengan guru dalam berinteraksi dua arah dalam
satu waktu melalui dunia maya. Yang mana hal ini menjadi hemat waktu
dan biaya serta ramah lingkungan.

Berdasarkan hal diatas diungkapkan bahwa pembelajaran daring ini


memiliki dampak yang positif di lingkungan masyarakat dan menyadarkan
kita akan potensi yang luar biasa terkait teknologi yang terus berkembang.

Akan tetapi selain sisi positif yang dirasakan, terdapat pula sisi
negatifnya dari pembelajaran daring ini. Salah satunya adalah
terabaikannya Pendidikan karakter dan guru kesulitan dalam memastikan
bahwa siswa mengikuti proses pembelajaran secara serius atau sebaliknya.

B. Pembahasan Hasil Penelitian


Pada bagian ini merupakan deskripsi pembahasan dari hasil evaluasi
yang dilakukan pada program Pembelajara Daring SD Islam Al-Azhar 7
Sukabumi yang terdiri dari 4 tahapan evaluasi. Yaitu Context, Input, Process
dan Product.

1. Pembahasan Penelitian Hasil Evaluasi Konteks (Context) Program


Pembelajaran Daring SD Islam Al-Azhar 7 Sukabumi
Komponen Context yang dievaluasi meliputi: 1) Tujuan Program
Pembelajaran Daring; Kesesuaian tujuan Program Pembelajaran Daring, 2)
Latar belakang Program Pembelajaran Daring; Dasar hukum pelaksanaan
Program Pembelajaran Daring, dan latar belakang Program Pembelajaran
Daring, 3) Sasaran Program Pembelajaran Daring; Kebijakan Pelaksanaan
Program Pembelajaran Daring SD Islam Al-Azhar 7 Sukabumi.
a. Tujuan Program Pembelajaran Daring SD Islam Al-Azhar 7
Sukabumi
Menurut Sofyan & Abdul, 2019 (Handarini & Wulandari, 2020a)
tujuan umum dari adanya pembelajaran daring adalah untuk memberikan
65

layanan pembelajaran bermutu dalam jaringan yang bersifat masif dan


terbuka untuk menjangkau peminat ruang belajar agar lebih banyak dan
lebih luas. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa program
pembelajaran daring di İndonesia dilatarbelakangi oleh adanya pandemi
Covid-19 yang mengharuskan sekolah di tutup dan pemerintah melarang
untuk melakukan pembelajaran tatap muka. Maka dari itu, pemerintah
mengeluarkan kebijakan pembelajaran daring melalui Surat Edaran
Nomor 15 Tahun 2020 yang berisi Pedoman Penyelenggaraan Belajar
Dari Rumah Dalam Masa Darurat Penyebaran Covid-19 dengan tujuan
sebagai berikut:
1) Memastikan pemenuhan hak peserta didik untuk mendapatkan
layanan pendidikan selama darurat Covid-19;
2) Melindungi warga satuan pendidikan dari dampak buruk COVID-
19;
3) Mencegah penyebaran dan penularan COVID-19 di satuan
pendidikan; dan
4) Memastikan pemenuhan dukungan psikososial bagi pendidik,
peserta didik dan orang tua/wali.
Untuk mencapai tujuan tersebut, program pembelajaran daring SD
Islam Al-Azhar 7 Sukabumi 2 mengikuti acuan pada pedoman
pelaksanaan agar program yang dilaksanakan berjalan dengan sesuai
tujuan. Maka berdasarkan kriteria evaluasi terkait tujuan pelaksanaan
program pembelajaran daring SD Islam Al-Azhar 7 Sukabumi terdapat
kesesuaian antara hasil penelitian dengan kriteria yang ditentukan dimana
dapat disimpulkan bahwa tujuan pelaksanaan program pembelajaran
daring SD Islam Al-Azhar 7 Sukabumi telah tercapai dan sesuai dengan
yang tercantum pada pedoman pelaksanaan program pembelajaran
daring.
b. Latar Belakang Program Pembelajaran Daring SD Islam Al-Azhar
7 Sukabumi
66

Dari hasil penelitian ini, Program Pembelajaran Daring merupakan


program pembelajaran dengan memanfaatkan internet. Program
pembelajaran daring sendiri mulai diterapkan di indonesia semenjak
adanya pandemi virus Covid-19 yang menjadi sebab diberlakukannya
kebijakan pembelajaran daring karena pemerintah melarang adanya
pembelajaran tatap muka untuk mencegah penularan virus Covid-19.
Program pembelajaran daring didasar dari UU No. 12/2012 tentang
Pendidikan Tinggi Bagian Ketujuh Pendidikan Jarak Jauh Pasal 31
selain itu, pembelajaran di masa pandemi ini juga didasar pada
peraturan Undang-Undang Kekarantinaan Kesehatan Pasal 59 Ayat 3
tahun 2020 menjelaskan bahwa “pembatasan sosial berskala besar ini
paling sedikit meliputi peliburan sekolah dan tempat kerja, pembatasan
kegiatan keagamaan, dan atau pembatasan kegiatan di tempat atau
fasilitas umum”. Hal itu juga didukung dengan adanya Surat Edaran
Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan
Dalam Masa Darurat Penyebaran Covid-19 dalam format PDF yang
ditandatangai oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem
Makarim pada tanggal 24 Maret 2020. Maka, agar pembelajaran dapat
tetap dilaksanakan pemerintah mengeluarkan kebijakan berupa
peralihan pembelajaran tatap muka menjadi pembelajaran daring.
Berdasar kriteria evaluasi untuk latar belakang pelaksanaan
program Pembelajaran Daring SD Islam Al-Azhar 7 Sukabumi 2, maka
sekolah harus memiliki dasar hukum yang kuat sebagai pedoman acuan
dalam mencapai tujuan program Pembelajaran Daring. Dengan
membandingkan hasil temuan penelitian dan kriteria evaluasi di atas
maka dapat disimpulkan bahwa latar belakang program Pembelajaran
Daring yang dilaksanakan di SD Islam Al-Azhar 7 Sukabumi 2 telah
sesuai dengan latar belakang pembelajaran daring pada pedoman, serta
memiliki landasan hukum dan pedoman yang jelas mengenai
pelaksanaan program Pembelajaran Daring.
67

Diketahui bahwa pengadaan kebijakan program pembelajaran


daring ini merupakan suatu upaya pemerintah dalam mencegah
penyebaran dan penularan virus Covid-19 di satuan pendidikan serta
sebagai alternatif metode pembelajaran yang dapat digunakan agar
proses pembelajaran dapat tetap dilaksanakan di masa pandemi ini.
Program ini diharapkan mampu menjadi solusi untuk setiap satuan
pendidikan sehingga tidak terjadi Lost Learning atau hilangnya
pembelajaran selama sekolah ditutup. Namun diketahui bahwa dalam
proses penerapannya diperlukan penyesuaian dengan keadaan sekolah
dimana tidak semua sekolah mempunyai fasilitas yang memadai untuk
dapat melaksanakan program pembelajaran daring.
Berdasarkan pernyataan diatas maka setiap sekolah melakukan
analisis kebutuhan sesuai dengan keadaan sekolahnya dan menetapkan
kebijakan yang berbeda-beda dalam menghadapi situasi ini. Tak
terkecuali dengan program Pembelajaran Daring SD Islam Al-Azhar 7
Sukabumi yang telah melakukan analisis kebutuhan dan membuat
kebijakan terkait program Pembelajaran Daring yang akan
dilaksanakan. Maka berdasarkan perbandingan antara temuan hasil
penelitian dengan kriteria evaluasi, maka dapat disimpulkan bahwa
analisis kebutuhan program Pembelajaran Daring SD Islam Al-Azhar 7
Sukabumi telah sesuai dengan upaya pemerintah dalam pencegahan
penyebaran dan penularan Covid-19 dan tetap memenuhi hak peserta
didik untuk tetap mendapatkan layanan pendidikan selama pandemi
Covid-19.

c. Sasaran Pembelajaran Daring SD Islam Al-Azhar 7 Sukabumi


Dalam sebuah program perlu adanya sasaran yang jelas untuk siapa
program tersebut dibuat. Karena pada hakikatnya, program disebut
sebagai hal yang termasuk didalamnya serangkaian kegiatan sistematis
yang direncanakan, adanya sumber daya yang dikelola, adanya sasaran
target atu tujuan, adanya kebutuhan yang spesifik, diidentifikasi, adanya
68

partisipasi individu atau kelompok, adanya konteks tertentu,


menghasilkan output terdokumentasi, hasil dan dampak, adanya sistem
keyakinan yang terimplementasi dengan program kerja, dan memiliki
manfaat (Munthe, 2015c). Sama halnya dalam program pendidikan,
sasaran dalam program pendidikan tentu adalah manusia. Manusia
disini dapat kita jabarkan bahwa semua orang yang terlibat dalam
program pendidikan tersebut. Dalam program pembelajaran daring,
maka sasaran utama dalam pembuatan program ini yaitu guru dan
siswa.
Guru dan siswa merupakan pelaksana pembelajaran daring, dimana
keberhasilan dari program pembelajaran daring ini ditentukan oleh
proses belajar yang dilakukan oleh guru dan siswa. Maka berdasarkan
kriteria evaluasi terkait sasaran pelaksanaan program pembelajaran
daring SD Islam Al-Azhar 7 Sukabumi terdapat kesesuaian antara hasil
penelitian dengan kriteria yang ditentukan dimana dapat disimpulkan
bahwa guru dan siswa telah melaksanakan pembelajaran daring dengan
cukup efektif setiap harinya.

2. Pembahasan Penelitian Hasil Evaluasi Masukan (Input) Program


Pembelajaran Daring SD Islam Al-Azhar 7 Sukabumi

Komponen Input yang dievaluasi meliputi: 1) Sumber Daya Manusia;


peran dan tugas pokok kepala sekolah serta guru dalam Program
Pembelajaran Daring SD Islam Al-Azhar 7 Sukabumi; 2) Sarana dan
Prasarana pendukung Program Pembelajaran Daring SD Islam Al-Azhar 7
Sukabumi; Petunjuk teknis dan media informasi.
a. Sumber Daya Manusia
Dari penelitian ini ditemukan bahwa pihak yang paling berperan
penting dalam pelaksanaan program Pembelajaran Daring SD Islam Al-
Azhar 7 Sukabumi merupakan kepala sekolah dan guru. Walaupun
banyak pihak lain yang berperan, namun kepala sekolah dan guru
merupakan tombak keberhasilan pembelajaran daring ini. Mengacu
69

pada pedoman yang dikeluarkan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga


Kependidikan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan serta Surat
edaran yang dikeluarkannya, peran penting kepala satuan pendidikan
dalam pelaksanaan pembelajaran daring diantaranya:
1. Menetapkan model pengelolaan satuan pendidikan selama belajar
daring
2. Memastikan sistem pembelajaran yang terjangkau bagi semua
peserta didik termasuk peserta didik penyandang disabilitas.
3. Membuat rencana keberlanjutan pembelajaran. Jika masa darurat
Covid-19 dan kegiatan belajar daring diperpanjang maka perlu
mengoordinir para guru untuk berkreasi dalam menggunakan bahan
ajar
4. Melakukan pembinaan dan pemantauan kepada guru melalui laporan
pembelajaran yang dikumpulkan setiap minggu
5. Memastikan ketersediaan sarana dan prasarana yang dimiliki guru
dalam memfasilitasi pembelajaran jarak jauh baik secara daring
maupun luring selama darurat COVID-19.
6. Membuat program pengasuhan untuk mendukung orang tua/wali
dalam mendampingi peserta didik belajar, minimal satu kali dalam
satu minggu. Materi tentang pengasuhan dapat dilihat pada laman
https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/laman/
7. Membentuk tim siaga darurat untuk penanganan COVID-19 di
satuan pendidikan, memberikan pembekalan mengenai tugas dan
tanggung jawab kepada tim, dan berkoordinasi dengan dinas
pendidikan dan/atau gugus tugas penanganan COVID-19 setempat
dan/atau fasilitas kesehatan/rujukan penanganan COVID-19
terdekat.
8. Memberikan laporan secara berkala kepada dinas pendidikan
dan/atau pos pendidikan daerah terkait.
Adapun peran penting guru yang tertuang dalam pedoman ini
diantaranya yaitu:
70

1. Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran jarak jauh


Dalam menyiapkan pembelajaran, guru perlu memastikan beberapa
hal berikut:
a. Memastikan kompetensi pembelajaran yang ingin dicapai.
dilarang memaksakan penuntasan kurikulum dan fokus pada
pendidikan kecakapan hidup.
b. Menyiapkan materi pembelajaran. Dalam pelaksanaan BDR,
materi dapat difokuskan pada:
1) Literasi dan numerasi;
2) Pencegahan dan penanganan pandemi COVID-19;
3) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Gerakan
Masyarakat Sehat (Germas);
4) Kegiatan rekreasional dan aktivitas fisik;
5) Spiritual keagamaan; dan/atau
6) Penguatan karakter dan budaya.
c. Menentukan metode dan interaksi yang dipakai dalam
penyampaian pembelajaran melalui daring, luring, atau kombinasi
keduanya.
d. Menentukan jenis media pembelajaran, seperti format teks,
audio/video simulasi, multimedia, alat peraga, dan sebagainya
yang sesuai dengan metode pembelajaran yang digunakan; dan
e. Guru perlu meningkatkan kapasitas dengan mengikuti pelatihan
daring yang disediakan oleh pemerintah maupun lembaga
nonpemerintah guna mendukung menyelenggarakan PJJ pasa
situasi darurat Covid-19.
2. Fasilitasi pembelajaran jarak jauh daring
Waktu pembelajaran daring sepanjang hari menyesuaikan
ketersediaan waktu, kondisi, dan kesepakatan peserta didik dan
orangtua/walinya. Proses pembelajaran daring terdiri atas:
a. Tatap muka Virtual melalui video conference, teleconference,
dan/atau diskusi dalam group di media sosial atau aplikasi pesan.
71

Dalam tatap muka virtual memastikan adanya interaksi secara


langsung antara guru dengan peserta didik.
b. Learning Management System (LMS). LMS merupakan sistem
pengelolaan pembelajaran terintegrasi secara daring melalui
aplikasi. Aktivitas pembelajaran dalam LMS antara lain
pendaftaran dan pengelolaan akun, penguasaan materi,
penyelesaian tugas, pemantauan capaian hasil belajar, terlibat
dalam forum diskusi, konsultasi dan ujian/penilaian. Contoh LMS
antara lain kelas maya rumah belajar, google classroom, ruang
guru, zenius, edmodo, moodle, siajar LMS seamolec, dan lain
sebagainya.

b. Sarana dan Prasarana Program Pembelajaran Daring SD Islam


Al-Azhar 7 Sukabumi
Sarana dan prasarana pendidikan merupakan salah satu sumber
daya yang penting dan utama dalam menunjang proses pembelajaran di
sekolah, untuk itu perlu dilakukan peningkatan dalam pendayagunaan
dan pengelolaannya, agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai (Sinta,
2019). Dalam kegiatan pembelajaran sarana dan prasarana sangat
diperlukan dalam rangka menunjang kelancaran proses kegiatannya,
sehingga pengelolaan sarana dan prasarana sangat diperlukan oleh
setiap instansi terutama sekolah (Hajeng Darmastuti, 2014) (Sinta,
2019).
Dalam kegiatan pembelajaran daring, sarana dan prasarana yang
dibutuhkan tentu berbeda dengan pembelajaran tatap muka pada
umumnya. Dalam melakukan pembelajaran daring dibutuhkan sarana
dan prasarana berupa laptop, komputer, smartphone, dan bantuan
jaringan internet. Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan,
penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa terdapat kesesuaian antara
hasil penelitian dengan kriteria terkait sarana dan prasarana
pembelajaran daring SD Islam Al-Azhar 7 Sukabumi dimana telah
72

tersedia sarana dan prasarana yang memadai untuk melakukan


pembelajaran daring. Diantaranya, sekolah memfasilitasi guru dalam
penyediaan jaringan internet berupa wifi dan penyediaan bantuan kuota
internet bagi siswa serta orang tua yang memfasilitasi penggunaan
gadget untuk anaknya dapat belajar daring.

3. Pembahasan Penelitian Hasil Evaluasi Proses (Process) Program


Pembelajaran Daring SD Islam Al-Azhar 7 Sukabumi

Komponen Process yang dievaluasi meliputi: 1) Perencanaan dan


Sosialisasi Program Pembelajaran Daring SD Islam Al-Azhar 7 Sukabumi,
2) Pelaksanaan Program Pembelajaran Daring di SD Islam Al-Azhar 7
Sukabumi, 3) Monitoring dan Evaluasi Program Pembelajaran Daring SD
Islam Al-Azhar 7 Sukabumi.
a. Perencanaan dan Sosialisasi Program Pembelajaran Daring SD
Islam Al-Azhar 7 Sukabumi
Menurut Kauffman (K, Dedy Achmad, 2016) perencanaan
merupakan “proses penentuan tujuan atau sasaran yang hendak dicapai,
menetapkan jalan dan sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan
secara efektif dan efisien”. Sedangkan menurut Sa´ud dan Makmun
(2007) perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan berbagai
keputusan yang akan dilaksanakan pada masa yang akan datang untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan (K, Dedy Achmad, 2016).
Setelah perencanaan dilakukan, maka untuk menyebarluaskan
informasi hasil perencanaan harus dilakukan sosialisasi. Sosialisasi
merupakan proses mengkomunikasikan program-program yang telah
direncanakan dengan tujuan untuk memberikan pengenalan dan
pemahaman terhadap semua pihak yang akan terlibat dalam program
yang disusun. Dalam hal ini, setelah adanya perencanaan program
pembelajaran daring maka pihak sekolah harus melakukan sosialisasi
terhadap orang tua dan peserta didik yang akan menjadi sasaran
program pembelajaran daring ini.
73

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dalam pelaksanan program


pembelajaran daring ini, perlu adanya perencanaan yang matang.
Menurut Rusdiana, E., & Nugroho, A. (2020) pembelajaran daring yang
dilaksanakan secara mendadak mendapat hambatan sehingga
pelaksanaanya tidak berjalan maksimal (G et al., 2021). Dari hasil
penelitian yang ditemukan, dapat disimpulkan bahwa terdapat adanya
kesesuaian antara hasil penelitian dengan kriteria yang telah ditentukan
dimana SD Islam Al-Azhar 7 Sukabumi telah melaksanakan
perencanaan yang matang serta sosialisasi yang meyeluruh dengan
orang tua dan siswa secara daring
b. Pelaksanaan Program Pembelajaran Daring SD Islam Al-Azhar 7
Sukabumi
Tahap pelaksanaan merupakan suatu aksi (action) dari sebuah
program yang telah direncanakan. Dalam pelaksanaannya, program
pembelajaran daring merupakan program yang terbilang baru
diterapkan dan diberlakukan di indonesia karena adanya pandemi.
Pandemi covid-19 yang telah mempengaruhi dunia pendidikan
merupakan situasi yang tidak pernah terduga sebelumnya bagi guru,
dan siswa.
Dalam pelaksanaan sebuah program, akan terdapat keunggulan dan
kekurangan yang ditimbulkan. Namun kita dapat memaksimalkan
keunggulan yang ada dalam program tersebut sehingga dapat dirasakan
manfaatnya dan memimimalisir dampak buruk yang ditimbulkan akibat
kekurangannya. Begitu pula dalam program pembelajaran daring,
(Riyanda, Herlina, dan Wicaksono, 2020) (G et al., 2021) menjelaskan
bahwa beberapa hal yang dapat dilakukan selama pembelajaran daring
(daring) adalah saling berkomunikasi dan berdiskusi secara online.
Perubahan sistem pembelajaran dari tatap muka yang melibatkan guru
dan siswa didalam kelas mengalami perubahan sistem pembelajaran
daring mengakibatkan guru harus mengubah stategi pembelajarannya.
74

Apabila strategi belajar daring sesuai dengan apa yang dibutuhkan


siswa, maka pembelajaran daring dapat berjalan dengan baik.
Dari hasil wawancara yang dilakukan terkait pelaksanaan program
pembelajaran daring SD Islam Al-Azhar 7 Sukabumi maka penulis
menyimpulkan bahwa terdapat kesesuaian antara hasil penelitian
dengan kriteria yang telah ditentukan dimana pelaksanaan program
pembelajaran daring SD Islam Al-Azhar 7 Sukabumi telah efektif
dilakukan dengan didukung oleh strategi pembelajaran dan fasilitas
yang memadai sehingga tidak banyak kendala yang ditemukan.
c. Monitoring dan Evaluasi Program Pembelajaran Daring SD Islam
Al-Azhar 7 Sukabumi
Proses monitoring dan evaluasi dalam suatu program penting untuk
dilakukan agar kita dapat mengetahui capaian dari pelaksanaan program
tersebut. Monitoring adalah proses pengumpulan dan analisis informasi
(berdasarkan indikator yang sudah ditetapkan) mengenai kegiatan
program atau kegiatan sekolah sehingga dapat dilakukan tindakan
koreksi untuk penyempurnaan program atau kegiatan sekolah
selanjutnya (Triwijayanto, 2015). Tujuan pelaksanaan monitoring dan
evaluasi yaitu memberikan penilaian apakah program yang
dilaksanakan oleh sekolah telah sesuai dengan rencana yang dibuat dan
mengidentifikasi masalah yang timbul dalam pelaksanaan program
sekolah agar dapat diatasi.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa Proses monitoring dan
evaluasi dalam suatu program penting untuk dilakukan agar kita dapat
mengetahui capaian dari pelaksanaan program tersebut. Dari hasil
wawancara yang dilakukan terkait monitoring dan evaluasi pada
program pembelajaran daring SD Islam Al-Azhar 7 Sukabumi maka
penulis menyimpulkan bahwa terdapat kesesuaian antara hasil
penelitian dengan kriteria yang telah ditentukan dimana SD Islam Al-
Azhar 7 Sukabumi telah melakukan monitoring dan evaluasi pada
75

program pembelajaran daring yang dilaksanakan mulai pada semester


ganjil dan genap tahun ajaran 2020/2021.

4. Pembahasan Penelitian Hasil Evaluasi Hasil (Product) Program


Pembelajaran Daring SD Islam Al-Azhar 7 Sukabumi

Hasil evaluasi suatu program ditandai dengan adanya sebuah


laporan dari pencapaian program yang telah dilaksanakan. Laporan
merupakan catatan hasil dari monitoring dan evaluasi program atau
kegiatan sekolah dalam bentuk kualitatif atau kuantitif berdasarkan pada
hasil pengamatan dan evaluasi yang dilakukan dengan menggunakan
instrumen yang dibuat (Triwijayanto, 2015).
Berdasarkan hasil studi dokumentasi yang dilakukan pada program
pembelajaran daring yang dilaksanakan SD Islam Al-Azhar 7 Sukabumi,
laporan hasil program pembelajaran daring yang dilaksanakan pada
semester ganjil ini masih dalam tahap pembuatan dan belum rampung
secara keseluruhan. Maka dari itu, penulis menyimpulkan bahwa terdapat
ketidaksesuaian antara hasil penelitian dengan kriteria yang telah
ditentukan dimana SD Islam Al-Azhar 7 Sukabumi belum menyelesaikan
laporan hasil pembelajaran daring pada semester ganjil yang seharusnya
sudah tersedia. Sedangkan saat dilaksanakannya penelitian ini sekolah
telah memasuki semester genap tahun ajaran 2021/2022 dan sudah
menerapkan pembelajaran tatap muka kembali.

5. Pembahasan Outcome
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti, hasil
outcome yang dirasakan dari pembelajaran daring ini menunjukkan hal
positif dan negatif. Adapun outcome yang positif diantaranya: 1)
pembelajaran daring ini di nilai sangat praktis dalam melakukan
pembelajaran, karena siswa tidak perlu menempuh perjalanan untuk
bertemu tatap muka; 2) pembelajaran daring ini hemat waktu karena bisa
76

dilakukan dimana saja; 3) orang tua dapat membersamai anak dalam


belajar lebih banyak; 4) memberikan pengalaman baru bagi guru dan siswa
dalam belajar (Anugrahana, 2020b).

Sedangkan outcome yang negatif dari pembelajaran daring ini


diantaranya: 1) hilangnya pembiasaan pendidikan karakter kepada siswa;
2) guru mengalami kesulitan dalam memastikan siswa mengikuti
pembelajaran secara serius; 3) siswa menjadi terbiasa dengan berbagai
kemudahan yang tidak mendidik karena segala sesuatu mudah di akses
melalui internet (Sari et al., 2021).
77

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan
Setelah melakukan tahapan penelitian, kesimpulan dari penelitian
program pembelajaran daring di SD Islam Al-Azhar 7 Sukabumi perlu
dilakukan untuk mengetahui ketercapaian tujuan, efektifitas serta efisiensi
pelaksanaan program yang berdasar pada fokus penelitian dan hasil evaluasi
serta pembahasan. Dari hasil evaluasi yang diperoleh, hasil temuan program
pembelajaran daring di SD Islam Al-Azhar 7 Sukabumi telah terlaksana
dengan cukup efektif dilihat dari kesesuaian program dengan kriteria yang
telah ditentukan, terdapat beberapa hal yang perlu diperbaiki agar kendala yang
dirasakan pada program pembelajaran daring yang telah dilakukan dapat
dijadikan dasar dan bahan untuk dilaksanakan pembelajaran blended learning
sesuai dengan program pembelajaran saat ini dengan adanya merdeka belajar.
Untuk itu secara khusus dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pada komponen konteks (context), terdapat tiga indikator yaitu tujuan,


dasar hukum dan sasaran program pembelajaran daring. Ketiga indikator
yang ada pada komponen ini telah sesuai dengan kriteria yang telah
ditetapkan. Pertama, tujuan program pembelajaran daring SD Islam Al-
Azhar 7 Sukabumi telah sesuai dan tercapai dengan baik sesuai dengan
pedoman pelaksanaan pembelajaran daring. Kedua, program pembelajaran
daring SD Islam Al-Azhar 7 Sukabumi memiliki dasar hukum pelaksanaan
program yang jelas dan sesuai dengan ketentuan kebijakan yang
dikeluarkan oleh pemerintah yaitu Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020
tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Dalam Masa Darurat
Penyebaran Covid-19. Ketiga, sasaran program pembelajaran daring SD
Islam Al-Azhar 7 Sukabumi telah sesuai dengan target dimana guru dan
siswa telah melaksanakan pembelajaran daring cukup efektif setiap
harinya.

77
78

2. Pada komponen masukan (input), terdapat dua indikator yaitu sumber daya
manusia dan sarana dan prasarana penunjang program pembelajaran
daring. Kedua indikator yang ada pada komponen ini telah sesuai dengan
kriteria yang telah ditetapkan. Pertama, program pembelajaran daring SD
Islam Al-Azhar 7 Sukabumi memiliki tenaga pendidik yang telah
menguasai penggunaan fasilitas teknologi yang dibutuhkan dalam
melakukan pembelajaran daring. Kedua, program pembelajaran daring SD
Islam Al-Azhar 7 Sukabumi telah memiliki sarana dan prasarana yang
baik yang menunjang keterlaksanaan program sehingga dapat berjalan
dengan efektif dan efesien.
3. Pada komponen proses (process), terdapat tiga indikator yaitu perencanaan
dan sosalisasi, pelaksaan serta monitoring dan evaluasi program
pembelajaran daring. Ketiga indikator yang ada pada komponen ini telah
sesuai dengan kriteria kriteria yang telah ditetapkan. Pertama, SD Islam
Al-Azhar 7 Sukabumi telah melaksanakan perencanaan yang matang serta
sosialisasi yang menyeluruh dengan orang tua dan siswa secara daring.
Kedua, tahapan pelaksanaan program pembelajaran daring SD Islam Al-
Azhar 7 Sukabumi telah efektif dilakukan dengan didukung oleh strategi
pembelajaran dan fasilitas yang memadai sehingga tidak banyak kendala
yang ditemukan. Ketiga, monitoring dan evaluasi program pembelajaran
daring telah melakukan monitoring dan evaluasi pada program
pembelajaran daring yang dilaksanakan mulai pada semester ganjil dan
genap tahun ajaran 2020/2021.
4. Pada komponen produk (product), terdapat satu indikator yaitu hasil
program pembelajaran daring SD Islam Al-Azhar 7 Sukabumi. İndikator
yang ada pada komponen terdapat ketidaksesuaian dengan kriteria yang
telah ditentukan. Hal itu dilihat dari tidak tersedianya dokumen laporan
tertulis hasil pelaksanaan program pembelajaran daring SD Islam Al-
Azhar 7 Sukabumi karena penyusunannya belum rampung dilakukan.
5. Untuk outcome dalam penelitian ini terdapat 2 hal yang dirasakan, yaitu
sisi positif dan negatif. Sisi positifnya semua hal mudah diakses, praktis
79

dan fleksibel. Selain itu juga menambah wawasan akan kebutuhan


teknologi seiring perkembangan zaman. Waktu bersama keluarga lebih
banyak. Namun di sisi lain pendidikan karakter tidak terbangun seutuhnya,
guru tidak bisa memastikan keseriusan siswa dalam belajar. Selain itu juga
siswa terbiasa dengan berbagai kemudahan dalam mencari informasi dari
internet sehingga terkadang cenderung menjadi lebih lalai dalam belajar.
Secara umum, keseluruhan komponen evaluasi pada program
pembelajaran daring SD Islam Al-Azhar 7 Sukabumi menunjukkan hasil yang
cukup maksimal sesuai dengan kriteria evaluasi, hanya terdapat
ketidaksesuaian pada komponen produk. Berdasarkan deskripsi data dan
pembahasan hasil penelitian maka pogram pembelajaran daring tetap dapat
dilaksanakan dengan konsep yang berbeda, misalnya dengan penerapan
pembelajaran blended learning mengingat penerapan pendidikan saat ini tidak
hanya terpaku di kelas saja dan didukung oleh program pemerintah yaitu
merdeka belajar. Namun hasil dari pembelajaran daring ini perlu didukung
dengan beberapa perbaikan.

B. Rekomendasi
Dari kesimpulan di atas, maka peneliti menyampaikan beberapa
rekomendasi yang dapat digunakan serta menjadi bahan pertimbangan dalam
melakukan perbaikan pelaksanaan program pembelajaran daring, dalam rangka
meningkatkan efektifitas dan efesiensi pelaksanaan program pembelajaran
daring SD Islam Al-Azhar 7 Sukabumi pada program lainnya. Rekomendasi
tersebut yaitu sebagai berikut:

1. Kepada kepala sekolah agar tetap terus melakukan bimbingan dan


monitoring melalui supervisi akademik terhadap guru mengenai perbaikan
proses pembelajaran yaitu menggunakan media pembelajaran digital. Selain
itu melakukan monitoring terhadap siswa melalui sosialisasi dan
memotivasi untuk senantiasa aktif dalam pembelajaran daring.
2. Kepada guru agar terus melakukan inovasi dalam mengkreasikan strategi
dan media pembelajaran melalui In House Training (IHT) untuk
80

meningkatkan profesionalisme dan kompetensi guru dalam melakukan


pembelajaran berbasis digital agar peserta didik tidak jenuh selama
pembelajaran.
3. Kepada orang tua agar membangun kerjasama yang baik dengan pihak
sekolah dan menjadi mitra dalam membantu mendidik siswa di rumah agar
para orang tua mengetahui berbagai hal terkait perkembangan anak dalam
proses belajar.
DAFTAR PUSTAKA

Akhyar, M. (2007). PENERAPAN RISET EVALUASIDALAM BIDANG


PENDIDIKAN : SEBUAH PEDOMAN PRAKTIS. Jurnal Pendidikan
Agama Islam, IV(1).
Ananda, R., & Rafida, T. (2017a). Pengantar Evaluasi Program Pendidikan (C.
Wijaya, Ed.). Perdana Publishing.
Ananda, R., & Rafida, T. (2017b). Pengantar Evaluasi Program Pendidikan (C.
Wijaya, Ed.). Perdana Publishing.
Anugrahana, A. (2020a). Hambatan , Solusi dan Harapan : Pembelajaran Daring
Selama Masa Pandemi Covid-19 Oleh Guru Sekolah Dasar. Scholaria:
Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 10(3).
Anugrahana, A. (2020b). Hambatan , Solusi dan Harapan : Pembelajaran Daring
Selama Masa Pandemi Covid-19 Oleh Guru Sekolah Dasar. Scholaria:
Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 10(3).
Arikunto, Suharsimi dan Jabar, C. S. A. (2018a). Evaluasi Program Pendidikan
(kedua). PT Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi dan Jabar, C. S. A. (2018b). Evaluasi Program Pendidikan
(kedua). PT Bumi Aksara.
Dewi, W. A. F. (2020). Dampak COVID-19 terhadap Implementasi Pembelajaran
Daring di Sekolah Dasar. Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan, 2(1).
https://doi.org/10.31004/edukatif.v2i1.89
E. Stake, R. (2011). Program Evaluation Particullarly Responsive Evaluation.
Evaluation, 7(1).
Eshun, P., Dampson, D. G., & Dzakadzie, Y. (2020). Evaluation of Effectiveness
of Internal Quality Assurance System in Public Universities in Ghana.
Education Quarterly Reviews, 3(2).
https://doi.org/10.31014/aior.1993.03.02.136
Flick, U., Kardorff, E. Von, & Steinke, I. (2004). A Companion to Qualitative
Research. Sage Publications.
G, A. L. N., Lestari, A. A., & Melani, F. (2021). ANALISIS EVALUASI
PEMBELAJARAN DARING ( ONLINE ) SEKOLAH DASAR SELAMA
PANDEMI COVID 19. Jurnal Kajian Pendidikan Dasar, 6.

81
82

Guba, E. G., & Lincoln, Y. S. (1981). Effective Evaluation-Improving The


Usefulness of Evaluation Results Through Responsive and Naturalistic
Approaches. In Jossey-Bass Publishers. Jossey-Bass Publishers.
Handarini, O. I., & Wulandari, S. S. (2020a). Pembelajaran Daring Sebagai Upaya
Study From Home ( SFH ) Selama Pandemi Covid 19 Pembelajaran Daring
Sebagai Upaya Study From Home (SFH). Jurnal Pendidikan Administrasi
Perkantoran, 8(1).
Handarini, O. I., & Wulandari, S. S. (2020b). Pembelajaran Daring Sebagai
Upaya Study From Home ( SFH ) Selama Pandemi Covid 19 Pembelajaran
Daring Sebagai Upaya Study From Home (SFH). Jurnal Pendidikan
Administrasi Perkantoran, 8(1).
Hardani, H., Medica, P., Husada, F., Andriani, H., Sukmana, D. J., & Mada, U. G.
(2020a). Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif (H. Abadi, Ed.; Issue
March). CV. Pustaka Ilmu Group.
Hardani, H., Medica, P., Husada, F., Andriani, H., Sukmana, D. J., & Mada, U. G.
(2020b). Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif (H. Abadi, Ed.; Issue
March). CV. Pustaka Ilmu Group.
Jaya, J. P., Dudung, A., & Triana, D. D. (2018). Evaluasi Program Pendidikan
Inklusi Pada Pendidikan Dasar Sekolah SIF Al Fikri Depok (Penerapan
Model Evaluasi Stake). JEP Jurnal Evaluasi Pendidikan, 9(2), 97–106.
K, Dedy Achmad, dkk. (2016). PERENCANAAN PEMBIAYAAN
PENDIDIKAN (Studi Kasus di Sekolah Dasar). PEDAGOGIA Jurnal Ilmu
Pendidikan, 12(2). https://doi.org/10.17509/pedagogia.v12i2.3326
Kirkpatrick, D. L., & Kirkpatrick, J. D. (2006). Evaluating Training Programs.
Berrett-Koehler Publishers, Inc.
Lely Nurmaya, A. G., Ayu Lestari, A., & Melani, F. (2021). Analisis Evaluasi
Pembelajaran Daring (Online) Sekolah Dasar Selama Pandemi Covid 19.
JKPD) Jurnal Kajian Pendidikan Dasar, 6(1), 80–85.
https://jurnal.unismuh.ac.id/index.php/jkpd/article/view/4745
Lubis, S. (2020). Evaluasi Pembelajaran Daring (Online) Pada Mata Pelajaran
Matematika Kelas Empat Sekolah Dasar Islam Plus (SDIP) YLPI Pekanbaru.
Jurnal Pendidikan Islam, 9(2), 77–102.
Mahmudi, I. (2011). CIPP: Suatu Model Evaluasi Program Pendidikan. Jurnal At-
Ta’dibrnal At-Ta’dib, 6(1).
Matondang, Z. (2009a). Validitas dan Reliabilitas Suatu Instrumen Penelitian.
Tabularasa PPS Unimed, 6(1).
https://doi.org/10.4028/www.scientific.net/AMM.496-500.1510
83

Matondang, Z. (2009b). Validitas dan Reliabilitas Suatu Instrumen Penelitian.


Tabularasa PPS Unimed, 6(1).
https://doi.org/10.4028/www.scientific.net/AMM.496-500.1510
Miles, M. B., Huberman, A. M., & Saldana, J. (2014). Qualitative Data Analysis
A Methods Sourcebook-Edition 3. In The British Journal of Psychiatry (Vol.
3). SAGE Publications. https://doi.org/10.1192/bjp.111.479.1009-a
Munthe, A. P. (2015a). Pentingnya Evaluasi Program Di Institusi Pendidikan:
Sebuah Pengantar, Pengertian, Tujuan dan Manfaat. Scholaria : Jurnal
Pendidikan Dan Kebudayaan, 5(2), 1.
https://doi.org/10.24246/j.scholaria.2015.v5.i2.p1-14
Munthe, A. P. (2015b). PENTINGYA EVALUASI PROGRAM DI INSTITUSI
PENDIDIKAN: Sebuah Pengantar, Pengertian, Tujuan dan Manfaat.
Scholaria : Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 5(2), 1.
https://doi.org/10.24246/j.scholaria.2015.v5.i2.p1-14
Munthe, A. P. (2015c). PENTINGYA EVALUASI PROGRAM DI INSTITUSI
PENDIDIKAN: Sebuah Pengantar, Pengertian, Tujuan dan Manfaat.
Scholaria : Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 5(2), 1.
https://doi.org/10.24246/j.scholaria.2015.v5.i2.p1-14
Muryadi, A. D. (2017). Model Evaluasi Program dalam Penelitian Evaluasi.
Jurnal Ilmiah Penjas, 3(1).
Putria, H., Maula, L. H., & Uswatun, D. A. (2020). Analisis Proses Pembelajaran
Dalam Jaringan (DARING) Masa Pandemi COVID-19 pada Guru Sekolah
Dasar. Jurnal Basicedu, 4(4), 861–872.
https://doi.org/10.31004/basicedu.v4i4.460
Salsabila, U. H., Lestari, W. M., Habibah, R., & Dahlan, U. A. (2020a).
Pemanfaatan Teknologi Media Pembelajaran di Masa Pandemi. Jurnal
Pendidikan Dasar, 2(2).
Salsabila, U. H., Lestari, W. M., Habibah, R., & Dahlan, U. A. (2020b).
Pemanfaatan Teknologi Media Pembelajaran di Masa Pandemi. Jurnal
Pendidikan Dasar, 2(2).
Sari, R. P., Tusyantari, N. B., & Suswandari, M. (2021). Dampak Pembelajaran
Daring Bagi Siswa Sekolah Dasar Selama Covid-19. Prima Magistra: Jurnal
Ilmiah Kependidikan, 2(1), 9–15.
Sinta, I. M. (2019). Manajemen Sarana dan Prasarana. Jurnal Islamic Educational
Management, 4(1). https://doi.org/10.15575/isema.v3i2.5645
Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Nomor 20 (2003).
84

Sofiawati, E. T., Ratnasari, & Aonudin, A. (2022). Evaluation of Online Learning


at SDIT Adzkia 2 Sukabumi. Proceedings The 4th International Conference
on Elementary Education, 4(1), 201–212.
Stufflebeam, D. L., Madaus, G. F., & Kellaghan, T. (2002). Evaluation Models
Viewpoints on Educational and Human Services Evaluation, Second Edition.
Kluwer Academic Publishers.
Sugiyono. (2019a). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Sutopo,
Ed.; kedua). Alfabeta, cv.
Sugiyono. (2019b). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Sutopo,
Ed.; kedua). Alfabeta, cv.
Surahman, E., Santaria, R., & Setiawan, E. I. (2020). Tantangan Pembelajaran
Daring di Indonesia. Kelola: Journal of Islamic Education Management,
5(2), 89–98.
Tayibnapis, F. Y. (2008). Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi. Rineka
Cipta.
Triwijayanto, T. (2015). Pelaksanaan Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan Untuk
Penilaian Kinerja Manajerial Kepala Sekolah. Cakrawala Pendidikan, Vol 1,
No.
Utami, E. (2020). Kendala dan Peran Orangtua dalam Pembelajaran Daring Pada
Masa Pandemi Covid-19. Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana, 471–
479.
Wirawan. (2012). Evaluasi: Teori, Model, Standar, Aplikasi, dan Profesi.
Rajawali Pers.
85

LAMPIRAN 1

KODE INFORMAN

No Nama Jabatan Informan Kode


1 Drs. Fahrul Roji, S.Pd. Kepala Sekolah AA
2 Eti Setiawati, S.Pd. Wakil Kepala Sekolah AB
3 Ema Marlia, S.Pd. Guru Kelas AC
4 Nurma Rahmawati, S.Pd Guru Kelas AD
5 M. Rakha Kaymany Orang Tua Siswa BA
6 Fahriza Ibrahim Orang Tua Siswa BB
7 Azzalea Renata Orang Tua Siswa BC
8 Muhammad Revaro Ryuga Orang Tua Siswa BD
9 M. Chaka Putra Rusvansyah Orang Tua Siswa BE
10 Cherish Syakira. S Orang Tua Siswa BF
11 Abyaza Muhammad Ibrahim Orang Tua Siswa BG
12 Ben Maliki Yusuf Ariaputra Orang Tua Siswa BH
13 Rainy Melody Orang Tua Siswa BI
14 Kevin Ali Abdillah Orang Tua Siswa BJ
15 Alice Patricia Renata Orang Tua Siswa BK
16 Alfarel Orang Tua Siswa BL
17 Naura Dewi Sakhi Orang Tua Siswa BM
18 Nayyara Orang Tua Siswa BN
19 M. Razqa Azfairel Orang Tua Siswa BO
20 Fulikadina Orang Tua Siswa BP
21 M. Ghaisan al-Ahsan Orang Tua Siswa BQ
22 Adrina Jessica Marcelline Orang Tua Siswa BR
Tumiwang
23 Fadlan Khoury Mulyadi Orang Tua Siswa BS
86

LAMPIRAN 2

PEDOMAN OBSERVASI

Komponen Context
4. Dasar Hukum pelaksanaan pembelajaran daring SD Islam Al-Azhar 7
Sukabumi.
5. Latar belakang pelaksanaan pembelajaran daring SD Islam Al-Azhar 7
Sukabumi
Komponen Input
1. Tugas pokok dan fungsi pelaksanaan pembelajaran daring SD Islam Al-
Azhar 7 Sukabumi.
2. Saran dan prasarana pendukung pembelajaran daring SD Islam Al-Azhar
7 Sukabumi.
3. Sasaran keberhasilan pembelajaran daring SD Islam Al-Azhar 7
Sukabumi
Komponen Process
1. Perencanaan kegiatan pembelajaran daring SD Islam Al-Azhar 7
Sukabumi.
2. Sosialisasi pembelajaran daring SD Islam Al-Azhar 7 Sukabumi.
3. Pelaksanaan kegiatan Pembelajaran daring SD Islam Al-Azhar 7
Sukabumi.
4. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan pembelajaran daring SD Islam Al-
Azhar 7 Sukabumi.
Komponen Product
1. Pelaporan pembelajaran daring SD Islam Al-Azhar 7 Sukabumi.
2. Eektifitas pembelajaran daring SD Islam Al-Azhar 7 Sukabumi.
87

LAMPIRAN 3

PEDOMAN DOKUMENTASI

Komponen Aspek Jenis Dokumen


Konteks Dasar hukum Dasar hukum pelaksanaan
Pembelajaran daring (Peraturan
Perundang-undangan Pembelajaran
daring)
Tujuan Pedoman pembelajaran daring
Sasaran Keberhasilan Kesesuaian subjek sasaran
Pembelajaran daring Pembelajaran daring
Input Sumber Daya Manusia Kesesuaian tugas pokok dan fungsi
organisasi pelaksana pembelajaran
daring di SD Islam Al-Azhar 7
Sukabumi
Sarana dan Prasarana Pedoman pembelajaran daring
Pembelajaran daring
Proses Perencanaan dan Pedoman pembelajaran daring
sosialisasi Pembelajaran
daring
Pelaksanaan Pedoman pembelajaran daring
Pembelajaran daring
Monitoring dan Evaluasi Pedoman pembelajaran daring
Pembelajaran daring
Produk Hasil Pembelajaran Dokumen hasil belajar siswa
daring
88

LAMPIRAN 4

PEDOMAN WAWANCARA TERHADAP KEPALA SEKOLAH DAN


GURU

A. Komponen Konteks: terkait dengan latar belakang, tujuan, dan analisis


kebutuhan program.
1. Apa yang dimaksud dengan pembelajaran daring?
2. Apa yang menjadi latar belakang pelaksanaan pembelajaran daring?
3. Apa saja landasan atau dasar hukum dilaksanakannya pembelajaran
daring?
4. Apa tujuan pembelajaran daring?
5. Apa saja kebijakan aturan yang diterapkan SD Islam Al-Azhar 7
Sukabumi terhadap pembelajaran daring?
B. Komponen Input: terkait dengan sumber daya manusia, sasaran, sarana
dan prasarana program.
1. Bagaimana peran dan tugas kepala sekolah serta guru dalam mendukung
pembelajaran daring di SD Islam Al-Azhar 7 Sukabumi?
2. Siapa saja yang menjadi sasaran keberhasilan dalam pembelajaran daring
di SD Islam Al-Azhar 7 Sukabumi?
3. Bagaimana cara memastikan bahwa subyek sasaran telah berhasil
melakukan pembelajaran daring?
4. Apa saja sarana dan prasarana pendukung pembelajaran daring di SD
Islam Al-Azhar 7 Sukabumi?
C. Komponen Proses: terkait dengan proses perencanaan dan sosiaslisasi,
pelaksanaan, monitoring dan evaluasi program.
1. Bagaimana perencanaan pembelajaran daring di SD Islam Al-Azhar 7
Sukabumi?
2. Bagaimana proses sosialisasi yang dilakukan oleh pihak sekolah kepada
guru, orang tua dan peserta didik tentang pembelajaran daring di SD
Islam Al-Azhar 7 Sukabumi?
89

3. Apa saja kegiatan-kegiatan dalam pelaksanaan pembelajaran daring di


SD Islam Al-Azhar 7 Sukabumi?
4. Bagaimana upaya dalam mencapai tujuan pada pembelajaran daring di
SD Islam Al-Azhar 7 Sukabumi?
5. Apakah terdapat kendala dalam proses pelaksanaan pembelajaran daring
di SD Islam Al-Azhar 7 Sukabumi?
6. Apakah dilakukan monitoring dan evaluasi pada pelaksanaan
pembelajaran daring di SD Islam Al-Azhar 7 Sukabumi?
7. Siapakah pihak yang bertugas melakukan monitoring dan evaluasi
terhadap pelaksanaan pembelajaran daring di SD Islam Al-Azhar 7
Sukabumi?
8. Bagaimana proses monitoring dan evaluasi pembelajaran daring SD
Islam Al-Azhar 7 Sukabumi?
D. Komponen Produk: terkait dengan hasil program dan harapan
program.
1. Bagaimana mekanisme pelaporan pada pembelajaran daring di SD Islam
Al-Azhar 7 Sukabumi?
2. Apa sajakah aspek-aspek yang dilaporkan dalam laporan pembelajaran
daring di SDIT Adkia 2 Sukabumi?
3. Apakah tujuan pembelajaran daring di SD Islam Al-Azhar 7 Sukabumi
tercapai?
4. Seberapa efektif pembelajaran daring di SD Islam Al-Azhar 7 Sukabumi?
90

LAMPIRAN 5

PEDOMAN WAWANCARA TERHADAP ORANG TUA

A. Komponen Konteks: terkait dengan latar belakang, tujuan, dan analisis


kebutuhan program.
1. Apa yang Bapak/Ibu pahami terkait dengan pembelajaran daring?
2. Apa yang Bapak/Ibu ketahui terkait kebijakan/aturan yang diterapkan SD
Islam Al-Azhar 7 Sukabumi terhadap pembelajaran daring?
B. Komponen Input: terkait dengan sumber daya manusia, sasaran, sarana
dan prasarana program.
1. Bagaimana peran dan tugas orang tua dalam mendukung pembelajaran
daring Ananda di rumah?
2. Bagaimana peran guru SD Islam Al-Azhar 7 Sukabumi dalam
pembelajaran daring yang dilaksanakan?
3. Bagaimana cara sekolah dalam memastikan bahwa Ananda telah berhasil
melakukan pembelajaran daring?
4. Apa saja sarana dan prasarana pendukung pembelajaran daring yang
disiapkan SD Islam Al-Azhar 7 Sukabumi?
C. Komponen Proses: terkait dengan proses perencanaan dan sosiaslisasi,
pelaksanaan, monitoring dan evaluasi program.
1. Bagaimana perencanaan pembelajaran daring di SD Islam Al-Azhar 7
Sukabumi?
2. Bagaimana proses sosialisasi yang dilakukan oleh pihak sekolah kepada
guru, orang tua dan peserta didik tentang pembelajaran daring di SD
Islam Al-Azhar 7 Sukabumi?
3. Apa saja kegiatan-kegiatan dalam pelaksanaan pembelajaran daring di
SD Islam Al-Azhar 7 Sukabumi?
4. Bagaimana upaya sekolah dalam mencapai tujuan pembelajaran daring di
SD Islam Al-Azhar 7 Sukabumi?
91

5. Apakah terdapat kendala dalam proses pelaksanaan pembelajaran daring


di SD Islam Al-Azhar 7 Sukabumi?
6. Apakah dilakukan monitoring dan evaluasi pada pelaksanaan
pembelajaran daring di SD Islam Al-Azhar 7 Sukabumi?
7. Siapakah pihak yang bertugas melakukan monitoring dan evaluasi
terhadap pelaksanaan pembelajaran daring di SD Islam Al-Azhar 7
Sukabumi? Dan bagaimana prosesnya?
D. Komponen Produk: terkait dengan hasil program dan harapan
program.
1. Bagaimana mekanisme pelaporan pada pembelajaran daring di SD Islam
Al-Azhar 7 Sukabumi?
2. Apa sajakah aspek-aspek yang dilaporkan dalam laporan pembelajaran
daring di SD Islam Al-Azhar 7 Sukabumi?
3. Apakah tujuan pembelajaran daring di SD Islam Al-Azhar 7 Sukabumi
tercapai?
4. Seberapa efektif pembelajaran daring di SD Islam Al-Azhar 7 Sukabumi?
92

LAMPIRAN 6

KODING HASIL JAWABAN

No Deskripsi Pertanyaan Jawaban


Konteks
1 Apa yang Bapak/Ibu ✓ Pembelajaran secara online (BA)
pahami terkait dengan ✓ Pembelajaran online (BB)
pembelajaran daring? ✓ Pembelajaran yang fleksibel bisa
dilaksanakan dimana saja (BC)
✓ Pembelajaran online yang dilakukan jarak
jauh secara daring (BD)
✓ Pembelajaran tanpa tatap muka, guru dan
murid tidak berada di tempat yang sama,
dihubungkan melalui jaringan internet
dengan aplikasi daring seperti zoom atau
google meet (BE)
✓ Sistem dalam jaringan merupakan
pembelajaran tanpa tatap muka antara guru
dan siswa (BF)
✓ Pembelajaran jarak jauh. Dengan
menggunakan laptop atau HP dengan
beberapa aplikasi tertentu (BG)
✓ Pembelajaran secara online (BH)
✓ Ya (BI)
✓ Proses belajar mengajar secara virtual dengan
materi dan kurikulum penyesuaian (BJ)
✓ Pembelajaran yang dilakukan secara online
melalui media HP/Laptop (BK)
✓ Pembelajaran berbasis online atau dilakukan
93

secara jarak jauh/non tatap muka (BL)


✓ Belajar yang di lakukan secara online (BM)
✓ Pembelajaran yang dilakukan secara online,
menggunakan aplikasi pembelajaran maupun
jejaring sosial. Pembelajaran daring
merupakan pembelajaran yang dilakukan
tanpa melakukan tatap muka (BN)
✓ Pembelajaran yang bisa dilakukan dimana
saja (BO)
✓ Pembelajaran jarak jauh (BP)
✓ Pemberian materi pelajaran sekolah melalui
media online (BQ)
✓ Pembelajaran tanpa tatap muka yang
dilakukan melalui media elektronik (BR)
2 Apa yang Bapak/Ibu ✓ Untuk menghindari penyebarluasan virus
ketahui terkait corona (BA)
kebijakan/aturan yang ✓ Tergantung level PPKM (BB)
diterapkan SD Islam Al- ✓ Dilakukan atas intruksi dari Pemerintah (BC)
Azhar 7 Sukabumi ✓ Pembelajaran daring diberlakukan selama
terhadap pembelajaran kota sukabumi berada pada status yang tidak
daring? aman (level 4 ke atas) untuk melaksanakan
pembelajaran tatap muka (BD)
✓ Guru melaporkan aktivitas harian siswa ke
kepala sekolah (BE)
✓ Siswa tetap mingikuti aturan sekolah
meskipun pembelajaran lewat daring (BF)
✓ Sudah bagus, mungkin bisa ditingkatkan lagi
kualitasnya (BG)
✓ Pembelajaran tetap dilaksanakan sesuai
dengan jadwal setiap harinya walaupun
secara daring (BH)
94

✓ Anak boleh memilih pmbelajan secara


langsung atau online (BI)
✓ Belajar di rmh lewat media elektronik (BJ)
✓ Dengan zoom PJJ (BK)
✓ Proses pembelajaran daring memiliki aturan
dan tujuan yang sama seperti PTM (BL)
✓ Aturan yang diterapkan cukup disiplin. Mulai
dari jam pertama diisi dengan ikrar, kegiatan
tilawah, pembelajaran inti. Interaksi guru
dengan murid juga untuk saat ini lebih baik
daripada proses daring pada masa awal-awal
(BM)
✓ Kurangnya pengetahuan SDM mumpuni
mengenai teknologi saat ini dan fasilitas
sekolah yang jauh dari memadai
pembelajaran daring (BN)
✓ Dilakukan setiap hari dari jam 7:30 - 10:30
dengan di dampingi guru bidang studi (BO)
✓ Menuruti aturan pemerintah (BP)
✓ SD Islam Al-Azhar mengikuti apa yang
dianjurkan pemerintah dan tentunya atas
kesepakatan bersama dengan pihak orangtua
(BQ)
✓ Kebijakan dan aturan tetap diterapkan sama
dengan sekolah tatap muka (BR)
✓ Fleksibel (BS)
Input
1 Bagaimana peran dan ✓ Memastikan anak belajar dan mengikuti
tugas orang tua dalam plajrn dengan baik (BA)
mendukung ✓ Ikut mengawasi pembelajaran (BB)
95

pembelajaran daring ✓ Membantu anak untuk memahami


Ananda di rumah? pembelajaran yang dilakukan secara daring
(BC)
✓ sangat penting, khususnya dalam memotivasi
dan menjaga kedisiplinan anak (BD)
✓ Orang tua memastikan anak belajar daring
dengan aman, memberikan semangat untuk
anak belajar meskipun lewat daring,
menghubungi guru apabila anak terkendala
terkait pembelajaran (BE)
✓ Sangat mendukung di situasi masih pandemi
seperti ini. Dan pastinya ikut membantu
dalam pembelajaran di rumah (BF)
✓ Kami selalu memantau keberlangsungan
kegiatan belajar secara daring yang
dilaksanakan anak-anak di rumah (BG)
✓ Sangat penting (BH)
✓ Melakakukan pendampingan (BI)
✓ Memfasilitasi kebutuhan anak,
komputer/laptop, internet dan menerapkan
aturan yang sama seperti di sekolah tentang
peraturan belajar mengajar (tidak makan dan
ngobrol saat pembelajaran, menggunakan
seragam, tidak mematikan kamera, izin jika
ada halangan, dll) (BJ)
✓ Berusaha mempersiapkan media daring
seperti HP dan Laptop. Kemudian juga
jaringan wifi yang memadai (BK)
✓ Sangat berperan penting dalam mendukung
pembelajaran daring dengan cara mengawasi
dan mengisi kekosongan peran guru di
96

sekolah secara langsung (BL)


✓ Ikut memantau kadang mendampingi karena
dengan pembelajaran daring anak biasanya
kurang fokus (BM)
✓ Beberapa peran orang tua yang mesti
ditingkatkan selama pembelajaran sistem
daring ini antara lain yakni; sebagai guru
yang mana orang tua harus memberikan
pengajaran dan pembimbingan dalam belajar
jarak jauh; sebagai fasilitator dimana orang
tua menjadi sarana dan prasarana
pembelajaran daring anak; sebagai motivator,
yakni orang tua harus mampu memotivasi
atau memberikan dorongan semangat agar
anak melaksanakan proses pembelajaran
secara optimal ditengah banyaknya kendala
yang ada (BN)
✓ Ikuti mengawasi dan tanpa terlibat langsung
(BO)
✓ Mempersiapkan segala kebutuhan siswa
untuk mengikuti pembelajaran daring (BP)
✓ Lebih sering melakukan pemantauan
terhadap pembelajaran anak contoh tugas
sekolah anak, mengulang pembahasan
pelajaran yang kurang dimengeri oleh anak,
lebih sering melakukan tanya jawab soal-soal
latihan dan menjawab soal-soal Latihan (BQ)
✓ Mendampingi (BR)
2 Bagaimana peran guru ✓ Peran harus menyemangati siswa agar belajar
SD Islam Al-Azhar 7 ttapi maksimal (BA)
Sukabumi dalam ✓ Sangat membantu tidak ada beda online dan
97

pembelajaran daring offline (BB)


yang dilaksanakan? ✓ Melaksanakan pembelajaran daring dengan
baik (BC)
✓ sangat penting, guru harus bisa memberikan
pembelajaran dan pemahaman kepada murid
dalam suatu bidang studi dengan kualitas
yang sama seperti pembelajaran tatap muka
(BD)
✓ Perannya sangat besar, dengan kondisi
pandemi seperti ini kebutuhan anak akan
pembelajaran bisa terpenuhi (BE)
✓ Baik. Tapi perlu ditingkatkan (BF)
✓ Guru setiap harinya memberikn materi
pembelajaran yang baik kepada anak sesui
dengan jadwal yang sudah ditentukan (BG)
✓ Sangat penting (BH)
✓ Menjelaskan materi pelajaran (BI)
✓ Guru SDIA 7 khususnya guru-guru kelas 4
disiplin, kooperatif dan memiliki semangat
belajar yang tinggi untuk pembelajaran
virtual (hanya ada beberapa guru-guru yang
sudah senior mungkin ada sedikit kesulitan
dengan teknologi, tetapi tetap mau mencoba
belajar IT demi anak didiknya) (BJ)
✓ Guru-gurunya mengisi kegiatan daring sudah
cukup profesional untuk saat ini..ada
kemajuan dibandingkan pas masa awal-awal
pandemi dahulu (BK)
✓ Perlu adanya pelatihan, pemahaman dan
pembaharuan sistem agar pembelajaran
daring dilaksanakan secara maksimal (BL)
98

✓ Cukup baik (BM)


✓ Semua guru sudah memenuhi peran
sebagaimana mestinya,sudah maximal dan
kesiapan untuk sistem daring sudah jauh
lebih baik daripada sekolah lain (BN)
✓ Sangat membantu (BO)
✓ Terutama Wali kelas, sangat kompeten sekali
dalam membimbing siswa. Guru-guru
sebagian ada yang aktif memberikan zoom
ada yang memberikan tugas. Alhamdulillah
tidak lepas tanggung jawabnnya (BQ)
✓ Peran guru sudah baik dalam mendampingi
anak-anak dalam pembelajaran (BR)
✓ Mengajarkan (BS)
3 Bagaimana cara sekolah ✓ Memberikan pnjlasan dan tugas (BA)
dalam memastikan ✓ Anak tetap menguasai dengan baik (BB)
bahwa Ananda telah ✓ Melakukan ulangan harian dan tugas yang
berhasil melakukan diberikan oleh sekolah (BC)
pembelajaran daring? ✓ Absensi, memberi tugas, memberi latihan
soal dan tes pertengahan dan akhir semester
(BD)
✓ Selalu mengevaluasi kinerja Guru,
mengevaluasi juga pemahaman anak dalam
menangkap materi pembelajaran, dan psikis
anak dalam progress pembelajaran yang tidak
seperti biasanya (BE)
✓ Harus ditingkatkan lagi komunikasi selain
dengan anak tapi dengan orangtua nya juga
(BF)
✓ Pihak sekolah/guru selalu memantau
perkembangan masing-masing anak dan
99

memberikan latihan soal sesuai dengan


pembelajaran yang dipelajari (BG)
✓ Dilihat dari abisaensi anak.guru mengontrol
anak masih stand by atau tidak (BH)
✓ Menguji anak dengan evalusai dan test soal
(BI)
✓ Lewat tugas, dan penilaian tengah dan akhir
semester (BJ)
✓ Walaupun kegiatan daring tapi proses
kegiatan belajar, ulangan dan ujian tetap
terlaksana sesuai jadwal. Oleh karena itu
hasil rapot merupakan evaluasi dari kegiatan
siswa selama daring (BK)
✓ Melalui pemahaman berdasarkan tahapan
siswa, pola pikir dan pola sikap yang
terbentuk (BL)
✓ Dengan melihat hasil tes atau ulangan (BM)
✓ Selalu memberikan laporan perkembangan
pembelajaran, kendala selama proses
pembelajaran untuk mendapatkan umpan
balik dari Kepala Sekolah. Mengikuti
pertemuan atau diskusi kelompok dengan
Kepala Sekolah menggunakan saluran formal
dan informal (BN)
✓ Target pembelajaran tercapai (BO)
✓ Dengan nilai raport dan kemampuan siswa
dalam menjawab pertanyaan baik dari guru
maupun orangtua di rmh (BP)
✓ Dengan melakuan ulangan harian,
memberikan soal-soal tugas harian, dan ujian
pra UAS nilai yang dapatkan tersebut
100

menjadi gambaran keberhasilan anak dalam


proses pembelajaran (BQ)
✓ Nilai ujian baik (BR)
4 Apa saja sarana dan ✓ Guru dibekali ilmu online (BA)
prasarana pendukung ✓ Zoom Meeting, google form, Quiz,
pembelajaran daring Whatsapp, Video Conference (BB)
yang disiapkan SD Islam ✓ Kuota dan materi yang disiapkan untuk
Al-Azhar 7 Sukabumi? melakukan pembelajaran daring (BC)
✓ Lebih ke penyediaan fasilitas bagi guru untuk
mengajar secara daring, murid sendiri lebih
menggunakan fasilitas pribadi seperti Internet
dan laptop (BD)
✓ Tidak ada. Pihak sekolah menyiapkan
kelengkapan untuk guru di masing-masing
kelas demi terlaksananya pembelajaran
daring yang efektif (BE)
✓ Jaringan yang lancar karena didukung oleh
alat elektronik Wifi khususnya (BF)
✓ Koneksi internet, laptop dan bahan
pembelajaran (BG)
✓ Modul presentasi, wifi sekolah, Laptop Guru
(BH)
✓ Pemberian tugas dengan video dan alat
peraga (BI)
✓ Fasilitas kesehatan, hand sanitizer (BJ)
✓ Kesiapan menerapkan wajib masker (BK)
✓ Laptop sekolah (BL)
✓ Thermo gun, pemetaan satuan pendidikan
untuk tahu siapa yang punya komorbid (BP)
✓ Persetujuan komite sekolah dan orang tua
Wali melalui Zoom Meeting, Google phone,
101

Quizi, Whatsapp dan video call (BQ)


✓ Laptop sebagai pegangan guru. Karena
sumber belajar dibeli oleh orangtua seperti
buku. (BR)
✓ Pemberian soal-soal latihan pra UAS,
ulangan dan tugas melalui group Whatsapp
(BS)
Proses
1 Bagaimana perencanaan ✓ Cukup baik (BA)
pembelajaran daring di ✓ Masih kurang maksimal (BB)
SD Islam Al-Azhar 7 ✓ Sangat maksimal (BC)
Sukabumi? ✓ Menyiapkan materi pembelajaran daring
dengan baik (BD)
✓ Dilaksanakan selama kondisi daerah kota
Sukabumi masih dalam level 4 ke atas dan
mengantisipasi perubahan-perubahan kondisi,
baik membaik atau memburuk (BE)
✓ Sudah cukup maximal (BF)
✓ Belum tau. Karna selalu di evaluasi
perminggu.. Jadi tidak menentu (BG)
✓ Pembelajaran daring akan dilaksanakan
sampi dengan adanya penurunan level
kerawanan covid di Kota Sukabumi (BH)
✓ Dengan melakukan korsinasi pihak terkait
guna kelancarannya (BI)
✓ Sistem daring diijinkan oleh pihak sekolah
bagi orang tua yang tidak mengijinkan
anaknya ke sekolah. Hal ini ditanggapi oleh
pihak sekolah dan diberikan kemudahan
sehingga beberapa waktu lalu ada anak yang
102

belajar di sekolah dan ada anak yang daring


di rumah. Sehingga pembelajaran daring
terencana dengan baik dengan jadwal
pembelajaran yang cukup padat (BJ)
✓ Kurang matang (BK)
✓ Standar (BL)
✓ KBM blended learning (BM)
✓ Sangat baik dan membantu (BN)
✓ Baik (BO)
✓ Sudah berjalan cukup baik, terencana, dan
terprogram (BP)
✓ Via zoom (BQ)
2 Bagaimana proses ✓ Baik (BA)
sosialisasi yang ✓ Lumayan di mengerti (BB)
dilakukan oleh pihak ✓ Semua info lewat Whatsapp group (BC)
sekolah kepada guru, ✓ Sebelum dilakukan pembelajaran, terlebih
orang tua dan peserta dahulu dilakukan sosialisasi di group
didik tentang Whatsapp kelas (BD)
pembelajaran daring di ✓ Cukup baik (BE)
SD Islam Al-Azhar 7 ✓ Sosialisasi dilakukan cukup baik sehingga
Sukabumi? mudah dipahami orangtua dan siswa (BF)
✓ Bagus (BG)
✓ Pihak sekolah/guru kelas selalu memberi
pemberitahuan terlebih dahulu melalui
Whatsapp Group (BH)
✓ Cukup baik (BI)
✓ Melaksanakan kordinasi lewat zoom rapat
dengan orang tua murid (BJ)
✓ Sudah cukup baik sampai saat ini (BK)
✓ Kurang komunikatif (BL)
✓ Cukup Kooperatif (BM)
103

✓ Memberikan informasi terkait pelaksanaan


PJJ dan jadwal, juga menginformasikan
tentang persiapan sarana prasarana sekolah
dalam PJJ dan pelaksanaan metode belajar
(BN)
✓ Dilakukan melalui Whatsapp group (BO)
✓ Cukup interaktif, dengan mengundang ortu
Untuk ikut serta dalam sosialisasi program
pembelajaran secara daring (BP)
✓ Group Whatsapp (BQ)
3 Apa saja kegiatan- ✓ Belajar online biasa (BA)
kegiatan dalam ✓ Pembelajaran, hapalan Ayat (BB)
pelaksanaan ✓ Ikrar, baca surat-surat pendek, sholat dhuha.
pembelajaran daring di (BC)
SD Islam Al-Azhar 7 ✓ Pembelajaran semua bidang studi, rapat
Sukabumi? orang tua murid, pengajian, pesantren kilat,
perayaan hari besar keagamaan (BD)
✓ Kegiatan belajar, virtual camping dll (BE)
✓ Smua kegiatan belajar mengajar dan lainnya
dilaksanakan jarak jauh melalui zoom (BF)
✓ Kegiatan belajar mengajar sesuai dengan
jadwal pembelajaran (BG)
✓ Belajar seperti biasa, Sholat dhuha
berjamaah, Hafalan bareng, dll (BH)
✓ KBM interaktif dan tugas (BI)
✓ Kegiatan pagi diawal-awali dengan ikrar dan
tilawah, masuk ke kegiatan pembelajaran
pertama. Lanjut ke pembelajaran kedua.
Istirahat selang beberapa waktu kemudian
lanjut ke pembelajaran ketiga, tutorial.
Menyampaikan materi baik secara lisan dan
104

video, tanya jawab, memberikan tugas (BJ)


✓ Pembelajaran via zoom, ikrar, pembahasan
mata pelajaran dan pemberian tugas (BK)
✓ Metode blended learning adalah metode yang
menggunakan dua pendekatan sekaligus.
Dalam artian, metode ini menggunakan
sistem daring sekaligus tatap muka melalui
video converence. Jadi, meskipun pelajar dan
pengajar melakukan pembelajaran dari jarak
jauh, keduanya masih bisa berinteraksi satu
sama lain. (BL)
✓ Pembelajaran, setoran hapalan al Qur'an
(BM)
✓ Hampir semua program sekolah
dilaksanakan. (BN)
✓ Kegiatan belajar mengajar secara daring yang
dilaksanakan 5 hari dalam seminggu, 3-4 jam
sehari (BO)
✓ Belajar dan mengaji (BP)
4 Bagaimana upaya ✓ Upayanya standar (BA)
sekolah dalam mencapai ✓ Mensosialisasikan dengan baik (BB)
tujuan pembelajaran ✓ Memberikan penjelasan tentang materi
daring di SD Islam Al- pembelajaran dengan baik (BC)
Azhar 7 Sukabumi? ✓ Sejauh apa yang saya ketahui sekolah
berusaha untuk tetap memberikan
pembelajaran pada murid sesuai dengan
kurikulum, melalui pembelajaran daring (BD)
✓ Selalu mengevaluasi semua kegiatan
sehingga dapat mengkoreksi kekurangan
(BE)
✓ Saya rasa belum maksimal di beberapa guru
105

jadi perlu ditingkatkan (BF)


✓ Guru selalu memberikan pembelajaran yang
baik dan tepat waktu kepada peserta didik
(BG)
✓ Berusaha agar anak paham dengan apa yang
disampaikan guru (BH)
✓ Dengan mengevaluasi dengan soal-soal
tehadap anak-anak (BI)
✓ Membekali para guru dengan update
teknologi dan mempersiapkan kurikulum
penyesuaian untuk pembelajaran daring,
sesuai dinas Pendidikan (BJ)
✓ Sekolah selalu berkomunikasi dengan dewan
orang tua (jamiyyah) mengenai situasi anak
dan pembelajaran daring (BK)
✓ Tidak tahu (BL)
✓ Dengan memperbaiki jaringan (BM)
✓ Setiap guru bidang studi selalu melakukan
zoom meeting sesuai jadwal (BN)
✓ Sekolah telah berupaya dengan baik untuk
meningkatkan mutu (BO)
✓ Guru selama proses belajar, memberikan
motivasi dorongan untuk mengikuti
pelatihan- pelatihan baik online ataaupun
dengan tatap muka yang diadakan oleh dinas,
tidakmengawasi dan memberikan arahan agar
proses pembelajaran tetap dapat dilaksanakan
dengan baik oleh guru di masa pandemi
covid-19 ini (BP)
✓ Menyediakan fasilitas yang di butuhkan (BQ)
✓ Memberikan materi pembelajaran sesuai
106

kurikulum tingkat satuan Pendidikan (BR)


✓ Upaya sekolah masih belum maksimal,
diharapkan sekolah mempunyai data
siWhatsapp yang pemahaman pelajarannya
masih perlu dibimbing, didampingi atau
diberi tambahan untuk terus belajar (BS)
5 Apakah terdapat kendala ✓ Tidak (BA)
dalam proses ✓ Tidak ada (BB)
pelaksanaan ✓ Ya (BC)
pembelajaran daring di ✓ Kendala bagi anak pendiam tidak berani
SD Islam Al-Azhar 7 bertanya jika tidak ngerti maka harus lebih
Sukabumi? diperhatikn (BD)
✓ Alhamdulillah selama ini lancar (BE)
✓ Terkendala dengan jaringan (BF)
✓ Pemahaman murid terhadap suatu bidang
studi memang belum sebaik pembelajaran
tatap muka, terutama bidang studi yang
memerlukan praktek (BG)
✓ Dulu internet sekarang sudah diperbaharui
(BH)
✓ Kadang di jaringan koneksi internet (BI)
✓ Sampi dengan saat ini tidak ada (BJ)
✓ Terkadang wifi nya kurang bagus (BK)
✓ Jaringan yang kadang terganggu, link yang
kadang susah masuk, anak yang kurang fokus
dalam menerima pelajaran (BL)
✓ Sinyal (BM)
✓ Selalu ada, siswanya yang sakit, gurunya
yang sakit dan internet yang kurang
maxsimal sehingga siswa sulit terhubung ke
zoom (BN)
107

✓ Kendala sinyal, kehadiran siswa tidak seratus


persen, guru yang lebih sering memberi tugas
dari pada menerangkan dan menjelaskan
materi pembelajaran, kurangnya proses tanya
jawab antar guru dan siswa Untuk
mengetahui sejauh mana pemahaman anak-
anak dalam proses belajar mengajar (BO)
✓ Sinyal (BP)
6 Apakah dilakukan ✓ Ya (BA)
monitoring dan evaluasi ✓ Iya (BB)
pada pelaksanaan ✓ Tidak (BC)
pembelajaran daring di ✓ Setiap 2 minggu sekali (BD)
SD Islam Al-Azhar 7 ✓ Ya, dilakukan melalui tugas dan ulangan
Sukabumi? (BE)
✓ Saya tidak tau persis tapi seharusnya memang
ada monev dari pihak sekolah terkait
pelaksanaan pembelajaran daring, termasuk
meminta feedback dari orang tua murid (BF)
✓ Tidak tahu (BG)
✓ Tidak selalu (BH)
✓ Tidak ada (BI)
✓ Iya dilakukan (BJ)
✓ Dilakukan namun belum cukup maksimal
sehigga kurang efektif (BS)
7 Siapakah pihak yang ✓ Tidak (BA)
bertugas melakukan ✓ Wali kelas dan kepala sekolah, di lakukan
monitoring dan evaluasi supervise (BB)
terhadap pelaksanaan ✓ Guru kelas dan kepala sekolah, dengan
pembelajaran daring di melalui hasil evaluasi maupun tugas yang
SD Islam Al-Azhar 7 dilakukan oleh siswa (BC)
108

Sukabumi? Dan ✓ Saya kurang tau persis (BD)


bagaimana prosesnya? ✓ Pihak sekolah, para siswa, Jamiyyah dan
tentunya kita sebagai orangtua. Untuk
prosesnya pihak sekolah yang
berkewenangan menjelaskan (BE)
✓ Tidak tahu (BF)
✓ Giat monitoring yang dilaksanakan kepada
murid adalah guru (BG)
✓ Guru, mengulang kembali pembelajaran
sebelumnya (BH)
✓ Wali kelas dengan test soal terhadap peserta
didik (BI)
✓ Pihak sekolah dan orang tua evaluasi
dilakukan perpekan (BJ)
✓ Setahu saya yang bertanggung jawab penuh
itu adalah Walikelas. Yang memastikan anak-
anak ikut kelas dan mengikuti serangkaian
tugas yang diberikan (BK)
✓ Pihak Sekolah dan Jami’yyah serta orangtua
murid (BL)
✓ Kepala sekolah dan staf guru (BM)
✓ Monitoring dan evaluasi sekolah dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu internal dan
eksternal. Yang dimaksud dengan monitoring
dan evaluasi internal adalah yang dilakukan
oleh sekolah sendiri yaitu kepala sekolah,
guru, siswa, orang tua siswa, dan warga
sekolah lainnya (BN)
✓ Kepala sekolah (BO)
✓ Dari dinas pendidikan, pastinya pengawas
pembina. Dari yayasan: ketua yayasan, dan
109

juga dari orangtua yaitu koomite sekolah dan


orangtua di rumah (BP)
✓ Semua guru bidang study, memberikan
laporan hasil evaluasi dan monitoring peserta
didik kepada Wali kelas dan kemudian
disampaikan kepada orangtua peserta didik
(BQ)
✓ IT (BR)
Produk
1 Bagaimana mekanisme ✓ Kurang tau (BA)
pelaporan pada ✓ Dari Wali kelas di laporkan ke kepala sekolah
pembelajaran daring di (BB)
SD Islam Al-Azhar 7 ✓ Melalui guru kelas (BC)
Sukabumi? ✓ Saya kurang tau persis (BD)
✓ Mungkin diawal-awal dilaporkan terhadap
guru di kelas (BE)
✓ Biasanya guru atau orang tua murid melalui
korlass masing-masing atau disampaikan
secara pribadi ke guru atau Wali kelas
bersangkutan (BF)
✓ Dilaksanakan oleh pihak sekolah (BG)
✓ Tidak tahu (BH)
✓ Langsung ke pihak terkait kepsek dahulu (BI)
✓ Dilakukan evaluasi perpekan (BJ)
✓ Biasanya jika terkait anak-anak mengikuti
daring atau tidak memberitahukan kepada
Wali kelas. Jika ada masalah yang
menyangkut kegiatan daring
dikomunikasikan oleh dewan orang tua
(jamiyyah) melalui musyawarah dengan
110

pihak sekolah. Dan hasilnya akan di share


kepada orang tua (BK)
✓ Melalui surat langsung.
Teguran/saran/pendapat otm-Jami’yyah-
kepala sekolah. (BL)
✓ Melalui tanya jawab dan pekan ulangan juga
tugas (BM)
✓ Sistem Pelaporan Pembelajaran daring
merupakan pembelajaran yang dilakukan
secara online dengan jarak jauh (BN)
✓ Dilakukan supervisi seminggu sekali (BO)
✓ Pengawas, mungkin langsung memberikan
laporan kepada pihak sekolah. (BP)
✓ Orangtua: Memberikan komentar atau
masukkan kepada Wali kelas terlebih dahulu
(diskusi) (BQ)
✓ Diberikan laporan hasil evaluasi peserta didik
pada pertengahan semester dan akhir
semester kepada otang tua peserta didik (BR)
✓ Koordinasi dengan Wali kelas (BS)
2 Apa sajakah aspek-aspek ✓ Kurang tau (BA)
yang dilaporkan dalam ✓ Tentang pembelajaran online dan hambatan-
laporan pembelajaran hambatannya (BB)
daring di SD Islam Al- ✓ Hasil dari pembelajaran daring dan
Azhar 7 Sukabumi? kendalanya (BC)
✓ Saya kurang tau persis (BD)
✓ Kendala teknis (BE)
✓ Mengenai kinerja guru atau kedisiplinan
murid atau mengenai. Kendala-kendala
selama daring (BF)
✓ Aspek-aspek yang dilaporkan dilaksanakan
111

oleh pihak sekolah (BG)


✓ Tidak tahu (BH)
✓ Pencapaian target (BI)
✓ Pencapaian dan kendala saat proses
pembelajaran, seperti signal internet yang
kadang terganggu, atau anak-anak yang
masih suka mematikan kamera saat daring
(BJ)
✓ Jadwal daring, kendala jaringan, minat dan
semangat anak, tugas dan ulangan-ulangan
(BK)
✓ Fasilitas, kualitas pengajar, bahan ajaran,
sikap siswa, waktu (BL)
✓ Jaringan yang hilang timbul (BM)
✓ Penilaian kognitif dan psikomotor. Untuk
penilaian aspek kognitif, yang menjadi
persoalan, seberapa jauh peserta
didik,mengerjakan sendiri tugas-tugasnya
(BN)
✓ Kelancaran pelaksanaan daring dan hambatan
hambatannya (BO)
✓ Proses pembelajaran, sistem penilaian dll
(BP)
✓ Perkembangan hasil pembelajaran,
pemahaman terhadap materi pembelajaran,
kesimpulan atas seluruh proses pembelajaran
yang diterima peserta didik (BQ)
✓ Jadwal, tugas (BR)
3 Apakah tujuan ✓ Tercapai (BA)
pembelajaran daring di ✓ Belum maksimal lumayan (BB)
SD Islam Al-Azhar 7 ✓ Sudah (BC)
112

Sukabumi tercapai? ✓ Tercapai, namun tidak seefektif pembelajaran


tatap muka. (BD)
✓ Menurut saya cukup tercapai (BE)
✓ Lumayan (BF)
✓ Mungkin (BG)
✓ Sampi dengan saat ini anak-anak bisa
mengikuti dan senang memgikuti
pembelajaran daring (BH)
✓ Agar anak mendapatkan hak belajarnya (BI)
✓ Tidak sepenuhnya berhasil (BJ)
✓ Sudah tercapai dengan baik, sebagai contoh
melihat anak saya sudah bisa mengikuti
pembelajaran daring dengan nyaman (BK)
✓ Belum (BL)
✓ Sudah meski banyak kendala di jaringan
(BM)
✓ Kurang (BN)
✓ Untuk mencapai target pembelajaran (BO)
✓ Pembelajaran daring itu hasilnya akan
berbeda dengan pembelajaran luring. Karena
penyampaiannya melalui media berbeda
dengan luring ada bentuk kasih sayang dari
guru tatapan senyuman keramahan dan hati
yang tulus. (BP)
✓ Berbeda dengan daring (BQ)
✓ 70 persen tercapai (BR)
✓ Ya (BS)
4 Seberapa efektif ✓ Lumayan (BA)
pembelajaran daring di ✓ Sangat efektif (BB)
SD Islam Al-Azhar 7 ✓ Sangat efektif, dikarenakan mayoritas siswa
Sukabumi? di SD Islam Al_Azhar 7 Sukabumi memiliki
113

gadenganet masing-masing sehingga dapat


mengikuti pembelajaran daring dengan baik
(BC)
✓ Menurut saya cukup efektif (BD)
✓ Tetap pembelajaran daring tidak akan
seefektif pertemuan langsung, Untuk saat ini
cukup saja (BE)
✓ Efektif. Tapi harus ditingkatkan (BF)
✓ Kami merasa cukup efektif (BG)
✓ Kurang efektif,karena kadang anak tidak
paham (BH)
✓ Paling hanya 50% an (BI)
✓ Cukup efektif khususnya untuk anak saya
(BJ)
✓ Cukup efektif/ baik (BK)
✓ Tidak terlalu efektif (BL)
✓ Pembelajaran online tidak seefektif
pembelajaran tatap muka (BM)
✓ Kurang efektif (BN)
✓ Lebih efektif dan lebih siap di banding
sekolah lain (BO)
✓ Sangat efektif (BP)
✓ 60% efektif (BQ)
✓ Tidak seratus persen efektif seperti
pembelajaran tatap muka, karena daring
sifatnya lebih banyak satu arah, masih
kurangnya proses monitoring dan evaluasi
terhadap efektifitas proses pembelajaran yang
diterima oleh peserta didik (BR)
✓ Efektif (BS)
114

LAMPIRAN 7

PROFIL SEKOLAH

Nama dan Alamat Sekolah

Nama : SD Islam Al-Azhar 7 Sukabumi


Alamat : Jalan Bhayangkara No. 222
Kelurahan : Selabatu
Kecamatan : Cikole
Kota : Sukabumi
Provinsi : Jawa Barat

Nama dan Alamat Yayasan Penyelenggara Sekolah

Nama : Yayasan Al-Islam Sukabumi


NSS : 104026201060
Jenjang Akreditasi : DISAMAKAN
Tahun didirikan : Tahun 1986
Tahun beroperasi : Tahun 1987
Status tanah : Milik Sendiri
a. Surat kepemilikan tanah : Akte Tanah
b. Luas tanah : 1047 m2
: 1882 m2
c. Luas bangunan
Status bangunan : Milik Sendiri

Lintasan Sejarah SD Islam Al-Azhar 7 Sukabumi

a. Tokoh – Tokoh Pendiri


1. H. M. Agus Afzal
2. H. Mustafa
3. Dr. Ana Uyainah Z.N.
4. H. Hillman Asmarahadi
5. H. Sahbandar
6. H. Abdullah Aldjaidi
7. Dr. H. Sumedi Gadjali, Sp.Og.
8. Hj. Suri Gunawan

b. Diawali Perjalanan
➢ Dipimpin oleh Hj. Maryati Hillman
➢ Jumlah siswa 36 anak
➢ Jumlah kelas 2 ruangan
115

c. Kepala Sekolah Yang Telah Menjabat


1. Hj. Maryati Hillman ( 1986 – 2005 )
2. Nazli Habibi, S.Pd. ( 2005 – 2013 )
3. Yuyun Yuningsih, S.Pd. ( 2013 – 2014 )
4. Mohamad Yusup, S.Pd. ( 2014 – 2019 )
5. Drs. H. Fahrul Roji ( 2019 – sekarang )

Sarana dan Prasarana


a. Lokasi : Jalan Bhayangkara No. 222 Sukabumi Telp./Fax. (0266) 221 104
b. Sarana Kegiatan Belajar Mengajar
➢ Ruang belajar 19 Kelas
➢ Ruang Perpustakaan
➢ Ruang Pusat Sumber Belajar
➢ Lab. Komputer
➢ Ruang UKS
➢ Lapangan Olahraga
➢ Mushalla
➢ Ruang Kepala Sekolah
➢ Ruang Guru
➢ Ruang Tata Usaha

Jumlah siswa dalam 4 (empat) tahun terakhir

DATA SISWA
Jumlah Jumlah Siswa Ket
Siswa 2016/2017 2017/2018 2018/2019 2019/2020 2020/2021
I 102 89 70 61 82
II 75 98 90 68 61
III 74 74 92 86 70
IV 72 74 69 91 86
V 66 72 73 68 88
VI 81 66 71 72 68
JUMLAH 470 473 465 446 455
116

VISI DAN MISI


SD ISLAM AL-AZHAR 7 SUKABUMI

VISI
1. Mewujudkan cendikiawan muslim yang sehat rohani dan jasmani.
2. Bertaqwa dan berakhlakul mulia, cerdas, cakap, terampil, dan percaya
pada diri sendiri.
3. Cinta kepada tanah air, bangsa, Negara, dan agama.

MISI
1. Mewujudkan sistem pendidikan yang bertumpu pada IMTAQ dan IPTEK.
2. Menjadi sumber penyebarluasan pendidikan yang berkualitas berjiwa
Islami.
3. Menciptakan pelajar yang shaleh/shalehah berakhlak mulia, hormat pada
sesama, orangtua, dan guru.
4. Mengembangkan ukuwah Islamiyah dan semangat kebersamaan dengan
penuh dedikasi dan disiplin.
5. Berwatak pejuang dan memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri
dan keluarga.
6. Bertanggungjawab atas pembangunan umat dan bangsa.
7. Memiliki kepribadian yang kuat.
117

TUJUAN

Tujuan umum pendidikan dasar adalah meletakan kecerdasan,


pengetahuan, kepribadian, aklak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri
dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
Dengan berpedoman pada tujuan umum pendidikan dasar serta mengacu
pada visi dan misi maka tujuan pendidikan SD Islam Al-Azhar 7 sebagai berikut :
1. Murid memiliki perilaku Islami yang direfleksikan dalam keidupan sehari-
hari, baik di keluarga maupun masyarakat.
2. Murid menguasai pengetahuan, kemampuan dasar, dan memiliki
kedisiplinan serta kemandirian belajar.
3. Murid mampu menyesuaikan diri dalam era globalisasi, yaitu memiliki
kemampuan berkompetisi secara sehat, serta mampu mengikuti kemajuan
teknologi dan informasi.

STRATEGI

1. Keteladanan guru, kepala sekolah, dan seluruh karyawan sekolah.


2. Peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM), tenaga kependidikan dan
warga pelajar.
3. Penanaman kedisiplinan warga sekolah.
4. Membiasakan tiap pagi membaca doa-doa, surat-surat pendek Al-Qur’an
dan terjemahannya dengan bahasa inggris.
5. Membiasakan guru dan siswa dalam berkomunikasi dikelas memakai
bahasa inggris.
6. Membiasakan shalat dhuha, shalat dzuhur berjamaah, tadarus Al-Qur’an
bersama, khatam Al-Qur’an, mendengarkan dan melihat VCD bernafaskan
Islami.
7. Mengadakan kegiatan pesantren kilat, pembagian zakat mal, zakat fitrah
pada mustahiq, kurban, dan Peringatan Hari Besar Islam (PHBI).
8. Pelaksanaan Kegiatan Sosial.
118

9. Pelaksanaan KBM dengan kurikulum berbasis kompetensi pola tematik.


10. Terintegrasi dan kontekstual.

KEADAAN GURU DAN PEGAWAI


SD ISLAM AL-AZHAR 7 SUKABUMI
Ijazah
No Nama, Tanggal Lahir NIPY L/P Jabatan
dan Tahun
Drs. Fahrul Roji Kepala
1 771985055 L S1-1993
Jakarta, 20-02-1968 Sekolah
Wakil
Eti Setiawati, S.Pd.
2 771985010 P S1-2008 Kepala
Cianjur, 19-06-1967
Sekolah
Nazli Habibi, S.Pd.
3 M.M. 771985020 P S1-1996 Guru Kelas
Sukabumi, 19-02-1968
Hj. Siti Solihat, S.Pd.I
4 771985011 P S1-2003 Guru Kelas
Sukabumi, 31-01-1967
Yuyun Yuningsih, S.Pd.
5 771985008 P S1-2005 Guru Kelas
Sukabumi, 09-10-1968
Empud Saepudin, S.Pd.
6 771985047 L S1-2005 Guru Kelas
Jakarta, 22-02-1966
Restria Alfitriyah, S.Pd.
7 771985148 P S1-2014 Guru Kelas
Sukabumi,01-04-1992
Baban Solih AR, S.Pd.
8 771985019 L S1-2009 Guru Kelas
Sukabumi, 05-04-1966
H. Soleh Jamil, S.Ag.
9 M.M. 771985037 L S1-1995 Guru Agama
Sukabumi, 08-02-1970
Ema Marlia, S.Pd.
10 771985013 P S1-2008 Guru Kelas
Sukabumi, 05-02-1969
Ade Herdiyansyah, S.Ag.
11 771985050 L S1-1997 Guru Kelas
Sukabumi, 13-08-1971
Nurma Rahmawati, S.Pd
12 771985133 P S1-2014 Guru Kelas
Sukabumi, 15/5/1990
Sopian, S.Ag.
13 771985045 L S1-1995 Guru Kelas
Sukabumi, 05-03-1969
Hj. Heni Herlinawati,
14 S.Pd. 771985009 P S1-2008 Guru Kelas
Sukabumi, 13-09-1968
Tri Sutrisna
15 771985149 L S1-2015 Guru Kelas
Sukabumi,07/05/1992
Dian Nurdiani, Ama.Pd.
16 771985118 P S1-2010 Guru Kelas
Sukabumi, 12-09-1988
17 Caswin, S.Ag. 771985053 L S1-1998 Guru Kelas
119

Brebes, 30-03-1972
H. Mohamad Yusup,
18 S.Pd. 771985030 L S1-2005 Guru Kelas
Sukabumi, 12-10-1972
Dra. Vopon Hendrawati
19 Tebing Tinggi, 16-02- 771985034 P S1-1991 Guru Kelas
1967
Cucu Agustini, S.Pd.
20 771985190 P S1-2019 Guru Kelas
Sukabumi, 15-08-1997
Enung Rubai’ah, S.Pd.I
21 771985007 P S1-2010 Guru Agama
Sukabumi, 02-03-1968
Erlan Kurniawan,
22 S.Pd.I. 771985125 L S1-2007 Guru Agama
Sukabumi, 27-12-1980
Rani Nuryani, S.Pd.
23 771985119 P S1-2010 Guru Agama
Sukabumi, 20-10-1985
Wahyu Ubaidillah,
Guru Al-
24 S.Pd.I. 771985181 L S1-2013
Qur’an
Sukabumi, 09-03-1988
Dedi Mulyadi, S. Pd. S1 PJKR-
25 771985075 L Guru Penjas
Sukabumi, 04-05-1971 2015
Al Arif Billah A, S.Pd.
26 771985130 L S1-2013 Guru Penjas
Riau, 26-01-1991
Ratih Mega Damayanti Guru B.
27 771985126 P S1-2004
Jakarta, 26-07-1982 Inggris
Deni Iskandar, S.Pd. Guru
28 771985056 L SLA-1992
Sukabumi, 21-05-1974 Komputer
Suwandi, Amd. PSB/Pustaka
29 771985113 L D3-2003
Sukabumi, 13-03-1981 wan
Fitri Suciani, S.kom.
30 S.Pd. 771985136 P S1-2019 Staff TU
Sukabumi, 14/04/1991
Mukhsin Saliman, Amd.
31 AB 771985116 L D3-2020 Staff TU
Sukabumi, 08-01-1998
Inne Shentya Syarief
32 771985196 P SMK-2020 Staff TU
Sukabumi, 14-01-2002
Abdul Muiz, S.Pd.I. Guru Al-
33 771985187 L S1-2012
Sukabumi, 17-04-1987 Qur’an
Andini Ayu Puspita,
Guru B.
34 S.Pd. 771985188 P S1-2014
Inggris
Sukabumi, 06-11-1988
Eman Sulaeman
35 771985128 L SMK-2007 Satpam
Sukabumi, 14-08-1989
36 Ajim Rustandi 771985052 L SLA-2003 Karyawan/ja
120

Sukabumi, 12-02-1982 nitor

Hendi Rohendi Karyawan/ja


37 771985004 L SD-1976
Sukabumi, nitor
Ali Sodikin Karyawan/ja
38 771985061 L SD-1978
Sukabumi, nitor
Uloh Saepuloh Karyawan/Ja
39 - L SD-1974
Sukabumi, 01-01-1968 nitor
Ratna Karyawan/ja
40 - P SD
Sukabumi, nitor

Sukabumi, Januari 2021


Kepala Sekolah,

Drs. H. Fahrul Roji


NIPY. 771985055
121

LAMPIRAN 8
122

LAMPIRAN 9
123

RIWAYAT HIDUP

Dewi Mutiara

Experience
2003–2005
Sekretaris Dirut Hotel Panghegar Bandung
2005–2008
Sekretaris DPR RI

2008–2012
Wakil Bendaraha Partai PAN Kabupaten Sukabumi
2008–2013
Jl Cendana 21 Puri Humas KNPI Kabupaten Sukabumi
Cibeureum Permai 2
Kota Sukabumi
Education
085723616767
• SDN Citanglar 2 Surade Sukabumi
• SMP Negeri 1 Surade Sukabumi
dewimutiaraa85@gmail. • SMA Negeri 1 Jampang Kulon Sukabumi
com • STKIP Bina Mutiara Sukabumi

mutiara_ctd Hobby
• Zumba
• Kuliner
• Traveling
• Shopping

Expertise
• Microsoft Word
• Microsoft Exel
• Dance

Anda mungkin juga menyukai