Islam Tua - Masade

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 3

https://ejournal.unsrat.ac.id/v3/index.

php/holistik/article/download/19497/19047
● Keyakinan (jelaskan figur Tuhan yang mereka percayai)
- Dikenal sebagai ‘Islam Tua’
- Polytheisme — mengenal adanya beberapa penguasa kehidupan (Penguasa
Langit dan Penguasa Laut)
- Roh nenek moyang (arwah-arwah leluhur) disebut sebagai ‘Perantara Marapu’
yang berarti “yang dipertuan’ atau “yang dimuliakan”
- Mengakui duma macam roh; hamangu (jiwa semangat) dan ndiawa/ndewa (roh
suci, dewa)
- Mereka percaya untuk bertemu dengan sang penguasa harus pergi ke
tempat-tempat tertinggi seperti puncak-puncak bukit

● Ritual (ritual/ibadah rutin) — tradisi masyarakat masade


- Diko’u Solo — menyalakan lampu (lilin atau obor) pada sebuah wadah yang
berbentuk pohon
Merupakan acara tradisi yang dilakukan 3 hari menjelang hari raya Idul Fitri atau hari raya
Buka. Obor tersebut mengartikan awal terciptanya sebuah dunia yang ditempati sekarang.

Makanan-makanan yang digantung berupa ketupat dan hasil bumi ini menandakan bentuk rasa
syukur masyarakat Masade terhadap rezeki yang telah diberikan oleh tuhan.

Di dalam ornamen pohon tersebut disusun menggunkan tebu yang diikat secara vertikal dan
horizontal —- setiap tebu mempunyai ruas ruas yang mengartikan bahwa walaupun berbeda
keyakinan, bahasa, akan tetapi pada dasarnya manusia itu tetap satu.

Ikatan secara horizontal — menunjukkan hubungan manusia dengan manusia


Ikatan secara vertikal — menandakan hubungan manusia dengan sang Pencipta atau Tuhan.

- Puasa — dilakukan selama sepu;;uh hari sebelum Idul FItri


- Shalat Jumat — shalat yang hanya seminggu sekali di hari Jumat
- Sunatan

● Organisasi (struktur kepemimpinan, siapa pemimpin dalam agama mereka)


○ Imam — tidak menurun tetapi dilihat dari kearifannya dalam berjamaah dan
aktifitasnya dalam ibadah

● Bukti pengorbanan (perilaku yang dilarang)


- Diharapkan mematuhi nuku-hara (hukum dan tata cara) yang telah ditetapkan
oleh para leluhur, seperti adat, ritual, tradisi, dll.
- Inti ajaran adalah Kemurnian Jiwa — diusahakan umat menjauhi aktivitas yang
mengakibatkan dosa, pencerahan hanya ditemukan jika berada dalam satu ritual
keagamaan
- Menghormati simbol-simbol sakral, seperti benda-benda ritual. Penggunaan yang
tidak sesuai dengan nuku-hara (hukum dan tata cara) dapat dianggap sebagai
penghinaan terhadap agama tersebut.

● Aturan Praktis (Apa yang harus mereka lakukan setiap hari)


- Para jamaah ketika datang ke masjid, yang perempuan harus menggunakan
jilbab dan yang laki-laki ada yang menggunakan kain sarung.
- Dihari yang fitri nanti semua umat Islam Tua akan saling berkunjung dan
bersalam-salaman agar terbuka semua pintu maaf.
- Diusahakan agar umat menjauhi sedapat mungkin aktivitas yang
mengakibatkan dosa, dan pencerahan hanya dapat ditemukan jika berada
dalam satu ritual keagamaan

● Lokasi geografis para penganut (mereka pada umumnya tinggal di mana)


- Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara
- Hanya ditemukan di Kepulauan Sangihe

● Apakah ada diskriminasi terhadap mereka?


- Merupakan agama asli yang masih hidup sehingga diskriminasi terhadap
pemeluknya tidak selalu terjadi secara langsung/sistematis.
- Tidak diakui sebagai agama resmi
- Mereka harus dinyatakan sah menikah kalau menikah di pengadilan, tidak
sah kalau dinikahkan oleh pimpinan agama. Pada Kartu tanda penduduk
mereka harus menulis agama Islam padahal mereka bukan agama Islam.
- Namun karena Masade adalah agama minoritas (bukan dari 6 agama resmi yang
diakui di Indonesia), ada kemungkinan adanya ketidakpahaman atau stigma
terhadap praktik-praktik Masade di kalangan masyarakat yang berbeda
keyakinan khususnya pemeluk agama mayoritas.

Anda mungkin juga menyukai