konsep tentang hukum hanya dibatasi pada atribut-atribut atau
ciri-cirinya yang pantas diberi prediksi hukum tetapi atribut atau ciri-ciri dirumuskan melalaui metode tersebut akan digunakan pola sebagai kriteria pengenal dan berdasarkan penggunaannya maka gejala hukum dapat dipisahkan secara jelas dari gejala sosial yang tidak termasuk dari gejala hukum, jadi hukum dilihat dari segi keputusan para pemegang otoritas (pemimpin, kepala suku, hakim, dll) padahal menurut Rodeliffe – Brown dan Malinovsky bahwa hukum itu tidak ada pada masyarakat primitif karena hukum hanya terbatas pada masyarakat yang memiliki organisasi politik yang lebih formal karena ini hakiki dan hukum itu adalah sanksi fisik. Tetapi yang menjadi persoalan bahwa didalam suatu masyarakat manusia mempunyai beragam kewajiban disamping kewajiban hukum seperti kewajiban agama, moral, dan lain-lain. Menurut Karl Liewellyn dan Adamson Hoebel mengemukakan 4 unsur hakiki dari hukum : 1. Unsur dapat dilaksanakannya suatu “Imperatif” (yang memerintahkan bahwa warga dari suatu masyarakat harus berfungsi sebagai masyarakat tertentu). 2. Unsur sistem (berarti yang bersifat hukum itu adalah bahian dari tatanan yang berlangsung). 3. Unsur supremasi (yang mengidentifikasi suatu gejala sebagai hukum berdasarkan fakta). 4. Unsur pengetahuan resmi (berarti bahwa hukum memiliki arti kwalitas publik). Keempat unsur di atas dapat diperincii menjadi gejala yang dinamakan otoritas dalam suatu kelompok kebudayaan, tetapi dianggap bahwa tanpa adanya petufas yang akan memaksakan dianggap tahu. Berdasarkan penelitian baik kepustakaan maupun dilapangan ada 4 atribut hukum yang sangat penting : Otoritas Obligasi (yang disamakan dengan kewajiban) Universal Sanksi adalah hukum/ peraturan tidak tertulis yang tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat yang hanya ditaati oleh masyarakat yang bersangkutan. Hukum adat mempunyai kemampuan menyesuaikan diri dan elastis karena peraturan-peraturannya tidak tertulis. Dalam hukum adat dikenal juga Masyarakat Hukum adat yaitu sekumpulan orang yang di ikat oleh tatanan hukum/ peraturan adat sebagai warga bersama dalams satu persekutuan hukum yang tumbuh karena dasar keturunan ataupun kesamaan lokasi tempat tinggal. Ciri-ciri hukum adat adalah : 1. Tidak tertulis dalam bentuk perundangan dan tidak dikodifikasi. 2. Tidak tersusun secara sistematis. 3. Tidak dihimpun dalam bentuk kitab perundangan. 4. Tidak tertatur. 5. Keputusannya tidak memakai konsideran (pertimbangan). 6. Pasal-pasal aturannya tidak sistematis dan tidak mempunyai penjelasan. Sumber-sumber hukum adat adalah : 1.Adat-istiadat atau kebiasaan yang merupakan tradisi rakyat 2.Kebudayaan tradisionil rakyat 3.Ugeran/ Kaidah dari kebudayaan Indonesia asli 4.Perasaan keadilan yang hidup dalam masyarakat 5.Pepatah adat 6.Yurisprudensi adat 7.Dokumen-dokumen yang hidup pada waktu itu, yang memuat ketentuan – ketentuan hukum yang hidup. 8.Kitab-kitab hukum yang pernah dikeluarkan oleh Raja-Raja. 9.Doktrin tentang hukum adat 10.Hasil-hasil penelitian tentang hukum adatNilai-nilai yang tumbuh dan berlaku dalam masyarakat.[2 hukum adat di wilayah Jawa Tengah atau Yogyakarta. Yang mana anak laki- laki mendapatkan warisan lebih banyak dibandingkan anak perempuan. Hal ini dikarenakan anak laki-laki kelak akan menghidupi istri dan anak-anaknya, sedangkan anak perempuan akan dinafkahi oleh suami. Rebutan Sisa Air Jamasan Kereta Keraton Grebeg Maulud Keraton 1. Adat Istiadat Suku Jawa Ketika Perempuan Sedang Hamil Pasti semua orang menggap bahwa ketika seorang perempuan hamil itu harus benar-benar dijaga supaya tidak akan terjadi hal-hal yang buruk menimpa dan anaknya. Didalam Adat istiadat suku jawapun mempunyai kepercayaan- kepercayaan seperti ini. Ketika seorang perempuan sedang hamil/mengandung bayi didalam perutnya, didalam suku jawa seorang perempuan yang sedang mengandung itu akan benar-benar yang namanya dijaga, supaya tidak akan terjadi hal yang buruk menimpa perempuan dan calon anaknya itu. Untuk mengenai hal ini, biasanya didalam penduduk suku jawa akan menyelenggarakan acara semacam selamatan- selamatan. 2. Adat Istiadat Suku Jawa – Upacara Sekaten qubicle.id Didalam suku jawa adanya upacara sekaten ini merupakan bentuk rasa hormat masyarakat Jawa kepada Baginda Nabi Rasulullah SAW yang mana Rasulullah SAW ini sudah menyebarkan agama yang mulia (Islam) di tanah Jawa ini. Selain itu, upacara sekaten juga merupakan upacara peringatan kelahiran Rasulullah SAW yang mana upacara sekaten ini diadakan selama 7 hari. Pada saat ini upacara sekaten ini masih dilestarikan di kawasan kerajaan-kerajaan, seperti di Yogyakarta dan Kota Solo. Bahkan ketika upacara sekaten dimulai, dari pihak kerajaan keraton didaerah Surakarta ini mengeluarkan 2 jenis alat musik gamelan, yaitu gamelan Guntur Sari, dan gamelan Kyai Gunturmadu. 3. Adat Istiadat Suku Jawa – Upacara Kenduren wangsasyailendra.org Apakah kamu pernah melihat sesaji seperti gambar diatas? Sesaji diatas ini identik dengan upacara adat suku jawa ini, yaitu upacara kenduren atau lebih dikenal oleh orang-orang sebagai sebutan nama selamatan. Adanya upacara kenduren ini meruapakan hasil penggabungan budaya Jawa dan agama Islam di pada abad 16 masehi. Pada awalnya, upacara kenduren ini menggunakan doa-doa agama budha atau menggunakan doa-doa agama hindu. Kemudian setelah mengalami penggabungan dengan agama Islam, digantikanlah doa- doa itu menjadi doa-doa yang biasa digunakan di agama Islam. Begitu juga dengan sesaji yang dulu biasanya digunakan ketika adanya upacara kenduren ini, namun pada saat ini sesaji-sesaji itu tidak di gunakan lagi. Untuk saat ini upacara kenduren ini hanya ditujukan untuk makan-makan bersama, itupun sebagai tanda syukur kepada Allah SWT, bukan untuk persembahan-persembahan seperti budaya Kejawen pada zaman dulu. 4. Adat Istiadat Suku Jawa – Upacara Kematian Apabila ada salah satu penduduk suku Jawa ada yang meninggal, ritual ada istiadat jawa pun tidak akan lepas untuk mengirinya. Yang dimaksud dengan ritual ini adalah supaya orang yang meninggal dunia dapat mendapatkan tempat yang terbaik di akhirat nanti. Ritual (Selamatan). Biasanya sebelum jenazah dibawa ke pemakaman itu ada ritual-ritul khusus yang dilakukan oleh seluruh pihak keluarga si jenazah tersebut. Ritual yang biasa diakukan ini adalah brobosan namanya, yang mana brobosan ini melintas di bawah mayat yang telah diatas tandu dengan cara berjongkok. Sesudah melakukan brobosan, ritual adat istiadat suku Jawa pun belum selesai. Ritual ini dinamakan sebagai istilah sebutan Selamatan. Selamatan orang meninggal ini dilakukan selama tujuh hari secara berturut-turut, dan acara salamatan ini dilakukan ketika malam hari sesudah solat maghrib atau sesudah solat isya. Itulah adat istiadat suku jawa yang digunakan untuk wanita hamil, orang meninggal, selamatan bayi, anak tunggal, dan lain sebagainya. Semua adat istiadat suku Jawa ini dilakukan dengan cara turun menurun. Selain itu juga, kita harus pandai-pandai memilih dalam mana yang memang diperbolehkan oleh syariat-syariat Islam atau tidak.