Anda di halaman 1dari 17

HUBUNGAN

KANTOR
PUSAT DAN
CABANG
INDAH WIDIA RAHMA ( 21040011)
HERDYANSYAH ( 21040040)
Bab 1 Akuntansi Hubungan Kantor Pusat dan Kantor Cabang

Untuk memperluas jaringan pemasaran atau meningkatkan omzet penjualan, suatu


perusahaan dapat membentuk agen penjualan atau kantor cabang (branch oýce).
Perusahaan yang memiliki kantor cabang disebut Kantor Pusat (home oýce).
Dibandingkan dengan agen penjualan, kantor cabang memiliki otonomi yang lebih
luas dan beroperasi sebagaimana perusahaan pada umumnya, yaitu menerima dan
menyimpan barang dagangan dari kantor pusat, melakukan pemasaran dan
penjualan, memberikan persetujuan kredit kepada pelanggan, melakukan
pengumpulan piutang, dan mengirimkan uang hasil penjualan ke kantor pusat.
Agen penjualan pada umumnya hanya memasarkan produk dari suatu perusahaan
tertentu dengan menggunakan sampel produk. Bab ini hanya membahas akuntansi
untuk hubungan kantor pusat dan kantor cabang, yaitu transaksi yang terjadi antar
kantor pusat dan kantor cabangnya.
P

Pencatatan Transaksi antar Kantor


Akuntansi hubungan kantor pusat dan kantor cabang dapat didasarkan pada
sistem sentralisasi dan desentralisasi. Pada sistem sentralisasi, transaksi antar
kantor (kantor pusat dan kantor cabang) hanya dicatat pada buku kantor
pusat, sedangkan pada sistem desentraliasi, transaksi antar kantor dicatat
pada buku kantor pusat dan kantor cabang. Oleh karena itu, ketika kantor
pusat membuka kantor cabang, maka kedua pihak harus membuka akun antar
perusahaan (intercompany accounts) yaitu akun Kantor Cabang pada buku
kantor pusat dan akun Kantor Pusat pada buku kantor cabang. Kedua akun ini
(akun Kantor Cabang dan akun Kantor Pusat) digunakan untuk
mengakomodasi transaksi-transaksi antar kantor dan keduanya merupakan
akun resiprokal. Artinya pendebitan pada akun Kantor Cabang akan diimbangi
dengan pengkreditan pada akun Kantor Pusat dengan jumlah nilai nominal
yang sama. Demikian pula sebaliknya.
P

Pencatatan Transaksi antar Kantor


Sifat dari akun Kantor Cabang adalah sama dengan akun
Investasi, yaitu didebit ketika terjadi penambahan dan dikredit
ketika terjadi pengurangan. Secara lebih spesiûk, akun Kantor
Cabang oleh kantor pusat akan didebit ketika kantor pusat
mentransfer aset (kas, barang dagangan, aset tetap, dan aset
lainnya) ke kantor cabang atau ketika kantor cabang melaporkan
laba bersih kepada kantor pusat. Sebaliknya, akun Kantor Cabang
akan dikredit ketika kantor pusat menerima transfer aset dari
kantor cabang atau ketika kantor cabang melaporkan rugi bersih
kepada kantor pusat.
P

Pencatatan Transaksi antar Kantor


kepada kantor pusat. Sifat dari akun Kantor Pusat adalah sama
dengan akun Modal, yaitu dikredit ketika terjadi penambahan dan
didebit ketika terjadi pengurangan. Akun Kantor Pusat oleh kantor
cabang akan dikredit ketika kantor cabang menerima transfer
aset dari kantor pusat atau ketika kantor cabang memperoleh
laba bersih. Sebaliknya, akun Kantor Pusat akan didebit ketika
Nuroûk – STIE YKPN Halaman 2 kantor cabang mentransfer aset
ke kantor pusat atau ketika kantor cabang mengalami kerugian.
P

Pengiriman Barang Dagangan ke


Kantor Cabang
Kantor cabang dibentuk sebagai kepanjangan tangan kantor pusat dalam
memasarkan dan menjualkan barang dagangan milik kantor pusat. Oleh karena itu,
barang dagangan yang terdapat di kantor cabang pada umumnya berasal dari kiriman
kantor pusat. Namun demikian, tidak menutup kemungkinan kantor pusat memberi
wewenang kepada kantor cabang untuk membeli barang dagangan dari pihak luar
(pihak independen). Transaksi pembelian barang dagangan yang dilakukan kantor
cabang kepada pihak eksternal dicatat sebagaimana perusahaan membeli barang
dagangan, yaitu mendebit akun Pembelian jika kantor cabang menggunakan sistem
sediaan periodik atau akun Sediaan jika kantor cabang menggunakan sistem sediaan
perpetual. Pengiriman barang dagangan dari kantor pusat ke kantor cabang dapat
difaktur sesuai kosnya atau lebih tinggi dari kosnya (misalnya kos ditambah markup).
Berikut ini uraian untuk kedua kemungkinan tersebut.
Kos Pengiriman. Kos pengiriman (kos angkut) yang terjadi
dalam pengiriman barang dagangan dari kantor pusat ke
kantor cabang merupakan unsur kos. Secara teori kos
angkut harus ditambahkan ke kos barang dagangan yang
dikirim ke kantor cabang. Namun demikian, kos angkut
yang berlebihan akibat ineûsiensi harus diperlakukan
sebagai biaya. Hanya ongkos angkut yang bersifat normal
yang seharusnya ditambahkan ke kos barang dagangan.
Selisih kos angkut di atas kos angkut normal harus dicatat
sebagai biaya tahun berjalan. Namun demikian, dari sudut
pandang kepraktisan, kos angkut yang tidak material
dapat diperlakukan sebagai biaya tahun berjalan dengan
cara mendebit akun Biaya Angkut pada buku kantor
cabang. Asumsi ini yang akan digunakan pada uraian-
uraian selanjutnya.
Contoh 1.1: Barang dagangan difaktur ke kantor cabang sesuai kosnya Untuk memperluas
jaringan pemasaran, PT Zigzag membentuk kantor cabang di Yogyakarta. Berikut ini
transaksi yang berkaitan dengan pembentukan kantor cabang (KC) dan operasinya pada
bulan pertama.
1. Kas Rp1.000.000 ditransfer ke KC.
2. Barang dagangan dengan kos Rp4.000.000 dikirim ke KC. Barang dagangan tersebut
oleh kantor pusat (KP) difaktur ke KC sesuai kosnya. Atas pengiriman ini kantor pusat
membayar biaya pengiriman Rp400.000, tunai.
3. Biaya operasi yang terjadi dan dibayar oleh KC Rp200.000.
4. KC membeli barang dagangan dari pihak eksternal seharga Rp2.500.000
5. KC melakukan transaksi penjualan secara kredit sebesar Rp8.000.000.
6. Pengumpulan piutang oleh KC Rp4.700.000
7. Kas Rp1.000.000 ditransfer ke KP.
8. Jurnal penutup oleh KC. Sediaan akhir barang dagangan di kantor cabang berjumlah
Rp2.000.000 dan seluruhnya merupakan barang dagangan dari KP. Ikhtisar laba rugi
bulanan dikirim ke KP.
Barang Dagangan Difaktur di atas Kos. Kantor pusat dapat
menerapkan kebijakan penetapan harga barang dagangan yang
dikirim ke kantor cabang pada harga yang berbeda dari kosnya. Hal ini
dilakukan dengan tujuan untuk mengamankan laba. Berikut ini contoh
kebijakan penetapan harga barang dagangan yang dikirm ke kantor
cabang. 1. Barang dagangan yang dikirim ke kantor cabang ditetapkan
sebesar kos ditambah mark-up sebesar persentase tertentu.
2. Barang dagangan yang dikirim ke kantor cabang ditetapkan sebesar
harga jual kepihak luar.
3. Harga eceran (ritel)
Apapun kebijakan yang dipilih oleh kantor pusat, keuntungan
karena mark-up atas barang dagangan yang dikirim ke kantor
cabang belum direalisasi sampai dengan barang dagangan
tersebut dijual oleh kantor cabang. Guna mempermudah akuntansi
untuk mark-up dan mempertahankan kos barang dagangan yang
dikirim ke kantor cabang, kantor pusat biasanya memisahkan laba
belum direalisasi dari kos barang dagangan. Sebagai contoh,
barang dagangan dengan kos Rp30.000 dikirim dan difaktur oleh
Kantor Pusat ke Kantor Cabang A seharga Rp36.000 (120% dari
kos).
Perolehan Aset Tetap untuk
Digunakan oleh Kantor Cabang
Dalam operasi kantor cabang, pada umumnya kantor
pusat mempertahankan pencatatan semua aset
tetapnya meskipun aset tetap tersebut ditempatkan di
kantor cabang. Untuk tujuan kontrol, kantor pusat
dapat membentuk akun aset tetap individual untuk
setiap kantor cabang (misalnya Peralatan – Kantor
Cabang A; Mesin – Kantor Cabang B, dan seterusnya).
Contoh Komprehensif
PT Damaris memiliki kantor cabang di kota Yogyakarta. Transaksi pada bulan
Juli 2018 adalah sebagai berikut. Juli,
1: Damaris mentransfer kas Rp250.000 ke kantor cabang.
2: Damaris mengirim barang dagangan ke kantor cabang sebanyak 1.000 unit
dengan kos Rp300 per unit pada harga faktur Rp500 per unit. Biaya angkut (total)
Rp2.000, dibayar oleh Damaris.
3: Tambahan barang dagangan dibeli oleh kantor cabang dari supplier eksternal
sebanyak 500 unit pada harga Rp310 per unit.
7: Peralatan display untuk kantor cabang dibeli oleh Damaris pada harga
Rp360.000. Sesuai kebijakan, semua aset tetap yang ditempatkan di kantor
cabang dibukukan oleh kantor pusat.
10: Penjualan barang dagangan secara kredit oleh kantor cabang untuk periode 3
– 10 Juli sebanyak 800 unit pada harga Rp500 per unit.
Contoh Komprehensif
18: Pengumpulan piutang oleh kantor cabang Rp320.000.
25: Penjualan barang dagangan secara kredit oleh kantor cabang untuk periode
11 – 25 Juli sebanyak 500 unit pada harga Rp500 per unit.
29: Kas Rp100.000 dikirim oleh kantor cabang ke kantor pusat.
30: Biaya yang terjadi pada kantor cabang dan dibayar tunai meliputi:
advertensi Rp4.000; komisi penjualan Rp65.000; dan macam-macam biaya
Rp1.000.
31: Damaris mencatat depresiasi Rp15.000, sudah termasuk depresiasi
peralatan display yang ditempatkan di kantor cabang. 31: Kantor cabang
membuat jurnal penutup. Pada akhir bulan (31 Juli), sesuai hasil perhitungan
ûsik sediaan, kantor cabang masih memiliki barang dagangan sebanyak 200
unit dengan rincian:
- Dari kiriman kantor pusat = 150 unit dengan kos Rp500 per unit.
- Dari pemasok eksternal = 50 unit dengan kos Rp310 per unit.
Alokasi Biaya dari Kantor Pusat

Sebagian kegiatan yang dilakukan di kantor pusat adalah kegiatan yang berkaitan dengan aktivitas
kantor cabang. Sebagian fasilitas yang ada di kantor pusat juga digunakan untuk kepentingan kantor
cabang. Artinya kantor pusat sangat mungkin harus membayar biaya untuk kemanfaatan kantor cabang,
misalnya biaya asuransi. Secara teori, biaya asuransi tersebut seharusnya dialokasikan ke kantor cabang
agar laporan laba rugi kantor cabang memperhitungan laba atau rugi secara tepat. Namun demikian, di
dalam praktik terdapat keragaman kebijakan alokasi biaya, yaitu:
1. Kantor pusat mengalokasi biaya ke kantor cabang hanya biaya yang secara langsung berkaitan
dengan operasi kantor cabang, misalnya biaya asuransi dan biaya advertensi.
2. Kantor pusat mengalokasi semua biaya (biaya asuransi, biaya advertensi, biaya gaji eksekutif kantor
pusat, biaya fasilitas, fee audit, biaya bunga, dan sebaginya) ke kantor cabang.
3. Kantor pusat tidak mengalokasi biaya ke kantor cabang dengan pertimbangan kantor cabang tidak
mempunyai kendali atas biaya-biaya tersebut.
Pengiriman Barang Dagangan antar Kantor Cabang

Kondisi ekonomi terkadang memaksa satu kantor cabang


untuk mengirimkan barang dagangan yang sebelumnya
diterima dari kantor pusat ke kantor cabang lainnya. Dalam
situasi seperti ini, kantor cabang penerima harus mencatat
transaksi pengiriman dari kantor cabang lain seperti halnya
ketika menerima kiriman barang dagangan secara langsung
dari kantor pusat. Oleh karena itu, ongkos angkut yang
dibebankan ke kantor cabang penerima adalah sebesar
ongkos angkut jika barang tersebut dikirim langsung dari
kantor pusat.
Laporan Keuangan Gabungan
Hasil akhir dari proses akuntansi di kantor pusat dan kantor
cabang adalah laporan keuangan kantor pusat dan kantor cabang. Mengingat
kantor pusat dan kantor cabang merupakan satu perusahaan (kesatuan bisnis
), maka penyajian laporan keuangan secara terpisah tidak cukup memuat
informasi penting tentang kinerja keuangan secara keseluruhan dari kesatuan
bisnis tersebut.
Laporan keuangan gabungan kantor pusat dan kantor cabang
diperlukan untuk mereüeksikan pengaruh transaksi dari kesatuan bisnis
(kantor pusat dan kantor cabang sebagai satu kesatuan bisnis) dengan pihak
luar. Oleh karena itu, pengaruh transaksi antar kantor pusat dan kantor
cabang (atau antar kantor cabang dengan kantor cabang lainnya) harus
dieliminasi untuk menghindari lebih saji atau duplikasi pengukuran dalam akun.
Laporan Keuangan Gabungan
Laporan keuangan gabungan dibuat berdasarkan prinsip substitusi, yaitu aset, liabilitas, dan akun laba
rugi kantor cabang menggantikan akun Kantor Cabang. Hal ini dicapai dalam kertas kerja (working
paper) laporan keuangan gabungan melalui eliminasi akun Kantor Cabang dan akun Kantor Pusat.
Selain itu, selagi ada akun lain yang timbul dari transaksi antar kantor, maka pengaruh dari akun tersebut
harus juga dieliminasi. Sebagai contoh, saldo akun resiprokal Pengiriman ke Kantor Cabang dan
Pengiriman dari Kantor Pusat harus dieliminasi karena akunakun tersebut hanya mereüeksikan
perpindahan internal barang dagangan (perpindahan KC A 1.080.000 Pengiriman dari KP 1.000.000
Pengiriman ke KC A 1.000.000 Biaya angkut 80.000 Kas 80.000 KP 1.080.000 Pengiriman ke KC A
1.000.000 KP 1.120.000 Pengiriman ke KC B 1.000.000 Pengiriman dari KP 1.000.000 Biaya angkut
80.000 KC B 1.100.000 Kas 40.000 Selisih biaya angkut 20.000 KC A 1.120.000 Pengiriman dari KP
1.000.000 Biaya angkut 100.000 KP 1.100.000 Buku Kantor Pusat Buku Kantor Cabang A Buku Kantor
Cabang B Nuroûk – STIE YKPN Halaman 13 barang dagangan dalam satu kesatuan bisnis). Contoh lain,
utang-piutang antar kantor juga harus dieliminasi karena hanya merupakan perpindahan internal kas.

Anda mungkin juga menyukai