Anda di halaman 1dari 8

MASALAH-MASALAH KHUSUS DALAM HUBUNGAN KANTOR PUSAT DENGAN KANTOR CABANG

Suatu perusahaan yang memiliki lebih dari satu kantor cabang, ada kemungkinan bahwa pada saat
suatu cabang kekurangan dana, persediaan dan lain sebagainya atas persetujuan kantor pusat
kekurangan-kekurangan tersebut ditutup oleh cabang lain.

Disamping itu pengiriman barang-barang ke kantor cabang (dari kantor pusat atau kantor cabang
lain) mungkin dinilai diatas harga pokoknya, sehingga pada akhir periode dimana terdapat barang
yang belum terjual harus diadakan penyesuaian.

1. Transfer kekayaan antar kantor cabang (selain barang dagangan).


Kantor cabang yang lokasinya jauh dari kantor pusat tetapi berdekatan dengan cabang lain, pada
saat kekurangan dana (kebutuhan lain) dapat ditutup oleh cabang lain atas persetujuan dan perintah
dari kantor pusat. Karena semua cabang 100% berada dibawah kekuasaan kantor pusat.

Pada saat pemindahan kekayaan bagi kantor pusat terjadi pencatatan untuk menggeser suatu
jumlah dari kantor cabang yang satu ke yang lain. Bagi kantor cabang, terjadi pertambahan atau
penurunan kekayaan yang berarti berubah pula rekening kantor pusat pada nya. Biaya pemindahan
akan mempengaruhi selama dalam batas wajar, biaya yang melebihi batas selisih nya dicatat
sebagiai rugi.

Contoh:

Dengan persetujuan PT. Abadi di Jakarta, kantor cabang Semarang (I) mengirimkan uang ke kantor
cabang Surakarta (II) sebesar Rp. 5.000.000,- disamping iut, mebel dan alat kantor seharga Rp.
500.000,- juga dipindahkan dari cabang Semarang ke cabang Surakarta dengan biaya pemindahan
Rp. 400.000,- (biaya bila diperhitungkan dari Jakarta ke Surakarta Rp. 100.000,-). Dari kejadian dapat
dikatakan bahwa biaya pemindahan Rp. 40.000,- masih wajar.

Kantor pusat (PT. Abadi) Kantor Cabang Semarang (I) Kantor Cabang Surakarta (II)

Kantor pusat Rp. 5.540.000 Kas Rp. 5.000.000


Mebel dan Mebel dan

Alat kantor Rp. 500.000 Alat kantor Rp. 540.000

Kantor cabang II Rp. 5.540.000


Kantor Cabang I Rp. 5.540.000 Kas Rp. 5.040.000 Kantor Pusat Rp. 5.540.000

2. Transfer barang dagangan antar cabang


Kekurangan persediaan dari suatu kantor cabang sama halnya dengan kekayaan lain, atas
persetujuan dan perintah kantor pusat dapat dipenuhi dari cabang lain. Hanya saja untuk barang
dagangan, rekening “pengiriman barang ke kantor cabang” harus dihapuskan ditimbulkan,
dihapuskan untuk kantor cabang yang mengirim barang dan ditimbulkan untuk cabang yang
menrimanya. Demikian pula rekening penerimaan barang dari kantor pusat harus dihapuskan dan
ditimbulkan.

Yang menjadi masalah mengenaiongkos angkut dari cabang yang lain, ongkos angkut yang boleh
dibebankan pada cabang yang menerima barang maksimum sama dengan ongkos angkut dari pusat
ke cabang tersebut, apabila jumlah melebihi maka selisihnya dicatat dalam rekening “ kelebihan
ongkos angkut” atau sebagai rugi pada periode tersebut, apabila jumlahnya dibawah ongkos dari
pusat maka sejumlah ongkos tersebut semuanya dibebankan pada cabang yang bersangkutan.

Contoh:

Kantor cabang Yogyakarta (1) kehabisan persediaan, pada tanggal tersebut atas perintah Knator
Pusat di Jakarta segera dikirimkan barang dari cabang Semarang (II). Barang yang dikirimkan harga
pokonya Rp 15.000.000,- dengan ongkos angkut dari Semarang Rp 300.000,- barang tersebut dikirim
ke Semarang dari Jakarata dengan ongkos angkut Rp 750.000,-. Apabila barang tersebut langsung
dikirim dari Jakarta ke Yogyakarta ongkos angkutnya Rp 800.000,-.

Jadi ongkos angkut Jakarta-Yogya Rp 800.000,-

Ongkos angkut Jakarta – Yoga lewat Semarang Rp 1.050.000,- Kelebihan


Rp 250.000,-
3. Pengiriman Barang Dagangan ke Cabang dengan Hrga diatas Harga Pokok.
Didalam pengiriman barang dagangan dari kantor pusat kekantor cabang seringkali dinotai atau
dihargai diatas harga pokok. Harga yang dibebankan pada kantor cabang tersebut dapat sebesar
harga jual dan dapat juga sebesar harga pokok ditambah mark-up tertentu. Pengiriman barang
dagangan dari kantor pusat ke kantor cabang tersebut akan dicatat oleh masing-masing pihak
sebagai berikut:

1) Pencatatan oleh kantor pusat

Oleh kantor pusat kelebihan harga nota (harga yang dibebankan pada kantor cabang) diatas harga
pokok akan di kredit rekening “cadangan kelebihan harga” atau “laba kotor belum di realisir”. Jadi
waktu pengiriman barang dagangan ke kantor cabang, kantor pusat mencatat:

1. Apabila mencatat persediaan dengan sistem fisik:


Rekening koran kantor cabang Rp. Xx

Pengiriman barang ke kantor cabang Rp. Xx

Cadangan kelebihan harga Rp. Xx

1. Apabila mencatat persediaan dengan sistem perpetual:


Rekening koran kantor cabang Rp. Xx

Persediaan barang dagangan Rp. Xx

Cad. Kelebihan harga Rp. Xx

2) Pencatatan Oleh Kantor Cabang

Kantor cabang tidak akan mengetahui kalau harga nota yang dibebankan oleh kantor pusat tersebut
adalah diatas harga pokok. Jadi kantor cabang akan mencatat berdasarkan harga nota yang diterima.
Jadi kantor cabang akan mencatat pengiriman barang dari kantor pusat tersebut adalah:

1. Apabila mencatat persediaan dengan sistem fisik:


Pengiriman barang dari kantor pusat Rp. Xx

Rekening koran kantor pusat Rp. Xx

1. Apabila mencatat dengan sistem perpetual:


Persediaan barang dagangan Rp. Xx

Rekening koran kantor pusat Rp. Xx


MASALAH KHUSUS ANTARA KANTOR PUSAT DAN KANTOR CABANG

 Pengiriman (transfer) uang antar cabang. Pengiriman uang antar cabang (interbranch transfer of
cash) ini terjadi, apabila perusahaan mempunyai cabang lebih dari satu. Untuk mengendalikan
aktivitas tiap-tiap cabangnya, biasanya kantor pusat mengadakan pembatasan-pembatasan yang
menyangkut hubungan antara cabang tertentu dengan cabang lainnya.
 Pengiriman barang-barang antar cabang. Seperti halnya pada pengiriman uang antar cabang, dalam
hal pengiriman barang antar cabang (interbranch transfer of merchandise), maka otorisasi terjadinya
transaksi tersebut, biasanya ada pada kantor pusatnya
Perusahaan yang mempunyai lebih dari satu kantor cabang dan akuntansinya menerapkan sistem
desentralisasi mempunyai beberapa transaksi yang perlu diperhatikan secara khusus, diantaranya
yaitu:

1. Pengiriman uang antar-cabang;


2. Pengiriman barang antar-cabang;
3. Pengiriman ke cabang dengan harga jual diatas harga pokok;
4. Pengiriman barang ke cabang dengan harga jual eceran;
Pengiriman Uang Antar Cabang
Pengiriman uang antar-cabang bisa terjadi bila perusahaan memiliki cabang lebih dari satu. Pada
waktu-waktu tertentu kantor cabang diperintah oleh kantor pusat untuk mengirim uang ke kantor
cabang lain. Bila terjadi hal demikian, transaksi tersebut harus diselesaikan melalui akun kantor
pusat.

Pengiriman Barang Antar cabang


Pengiriman barang antar cabang sama dengan pengiriman uang antar cabang. Hanya saja dalam
pengiriman barang ini mungkin ada biaya pengiriman yang diperhitungkan dan menjadi beban
kantor cabang. Bila terjadi hal yang demikian, pencatatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Biaya pengiriman yang dibayar dahulu oleh kantor cabang nantinya dapat diperhitungkan sebagai
beban kantor pusat.
2. Bila kantor pusat mengirimkan barang langsung ke kantor cabang, biaya pengiriman dibebankan
kepada kantor cabang yang menerima barang kiriman dihitung sesuai biaya pengiriman yang benar-
benar terjadi.
3. Bila terjadi selisih dalam perhitungan pembebanan biaya pengiriman antar cabang, maka akan
dicatat selisish pengiriman antarcabang.
Pengiriman Barang ke Cabang
Dengan Harga Jual diatas Harga Pokok • Tujuan pengiriman barang ke cabang dengan harga jual
diatas harga pokok adalah sebagai berikut:
1. Kelebihan harga bisa untuk biaya pengiriman barang ke kantor cabang.
2. Kantor pusat mempunyai suatu gambaran konkret tentang pendapatan yang mungkin diperoleh
kantor cabang.
3. Dan untuk mengantisipasi jika laba kurang dari target yang diinginkan.
Pengiriman Barang ke Cabang dengan Harga Jual Eceran
Tujuan pengiriman barang ke kantor cabang dengan harga jual eceran adalah sebagai berikut:

1. Agar kantor cabang tidak mengetahui laba kantor pusat sesungguhnya.


2. Kantor pusat dapat segera menghitung nilai persediaan yang ada di kantor cabang.
3. Memudahkan inventarisasi firik barang di kantor cabang.
4. Adanya keseragaman harga untuk beberapa daerah pemasaran.
5. Barang-barang yang dikirim ke kantor cabang di faktur dengan harga pokok penjualan di kantor
cabang yang besarnya sama dengan harga penjualan, sehingga biaya usaha yang dikeluarkan oleh
kantor cabang merugikan kantor cabang.
MASALAH KHUSUS KANTOR PUSAT DAN KANTOR CABANG

Masalah khusus kantor pusat dan kantor cabang

Perusahaan yang mempunyai lebih dari satu kantor cabang dan akuntansinya menerapkan sistem
desentralisasi mempunyai beberapa transaksi yang perlu diperhatikan secara khusus, diantaranya :

Pengiriman uang (transfer) uang antar cabang

Pengiriman barang antar cabang

Barang untuk cabang di nota di atas harga pokok

1. Pengiriman uang (transfer) uang antar cabang

Pengiriman uang antar cabang (interbranch transfer of cash) ini terjadi, apabila perusahaan
mempunyai cabang lebih dari satu. Untuk mengendalikan aktivitas tiap – tiap cabangnya biasanya
kantor pusat mengadakan pembatasan – pembatasan yang menyangkut hubungan cabang tertentu
dengan cabang lainnya.

Pada waktu – waktu tertentu kantor cabang diperintah oleh kantor pusat untuk mengirim uang ke
kantor cabang lain. Bila terjadi hal demikian, transaksi tersebut harus diselesaikan melalui akun
kantor pusat.

2. pengiriman barang antar cabang

Seperti halnya pada pengiriman uang antar cabang, dalam hal pengiriman barang antar cabang
(interbranch transfer of marchandise) maka otorisasinya terjadi transaksi tersebut, biasanya ada
pada kantor pusatnya.

Hubungan umum, kantor pusat menyediakan barang dagangan untuk masing – masing kantor
cabang.

Hubungan khusus, kantor pusat dapat meminta dan menyetujui pengiriman barang dagangan dari
satu kantor cabang ke kantor cabang lainnya.
Masalah khusus, biaya angkut (freight charges) yang dibebankan kebada dan dibayarkan oleh kantor
cabang yang mengirim : kepada kantor cabang yang menerima serta perhitungan pembebanan biaya
angkut di kantor pusat.

Jika dalam pegiriman barang ada biaya pengiriman yang diperhitungkan dan menjadi beban kantor
cabang maka pencatatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

Biaya pengiriman yang dibayar dahulu oleh kantor cabang nantinya dapat diperhitungkan sebagai
beban kantor pusat.

Bila kantor pusat mengirimkan barang langsung ke kantor cabang, biaya pengiriman dibebankan
kepada kantor cabang yang menerima barang kiriman dihitung sesuai biaya pengiriman yang benar-
benar terjadi.

Bila terjadi selisih dalam perhitungan pembebanan biaya pengiriman antar cabang, maka akan
dicatat selisish pengiriman antarcabang.

3. Barang untuk cabang di nota diatas harga pokok

Barang – barang yang dikirim oleh kantor pusat ke cabang yang di nota diatas harga pokoknya
biasanya dilakukan salah satu dari dua macam harga berikut ini :

Di nota dengan tambahan % tertentu di atas harga pokok

di nota dengan harga jual eceran

Di nota dengan tambahan di atas harga pokok bertujuan sebagai berikut :

kelebihan harga bisa untuk biaya pengiriman barang ke kantor cabang

kantor pusat mempunyai suatu gambaran konkret tentang pendapatan yang mungkin diperoleh
kantor cabang.

Di nota dengan harga eceran bertujuan untuk :

Agar kantor cabang tidak mengetahui laba kantor pusat sesungguhnya.

Kantor pusat dapat segera menghitung nilai persediaan yang ada di kantor cabang.

Memudahkan inventarisasi firik barang di kantor cabang.

Adanya keseragaman harga untuk beberapa daerah pemasaran


Kantor cabang di luar negeri

Apabila kantor cabang berada di luar neger maka masalah khusus yang dihadapi bertambah, yaitu
yang berkenaan dengan penjabaran laporan keuangan kantor cabang dari yang semula disajikan di
dalam mata uang asing (dilihat dari kantor pusat) kedalam mata uang domestik yang digunakan oleh
kantor pusat. Masalah ini timbul karena kurs suatu mata uang terhadap mata uang lain selalu
mengalami perubahan.

Anda mungkin juga menyukai