Anda di halaman 1dari 12

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada hakikatnya setiap manusia memiliki cita-cita dan tujuan yang ingin

dicapai dalam hidup, usaha serta dorongan dibutuhkan sebagai penggerakan

seseorang bertingkah laku untuk mencapai tujuan1 . Untuk itu dalam penyampaian

tujuan tersebut, manusia dibutuhkan penyelarasan dalam khasanah ilmu keagamaan

dengan aktivitas religiusnya agar proses pencapaian hasil yang optimal. Jika agama

menunjuk kepada aspek-aspek formal yang berkaitan dengan aturan dan kewajiban,

maka religiusitas menunjuk pada aspek religi yang telah dihayati seseorang 2 .

Religiusitas merupakan satu sistem yang kompleks dari kepercayaan,

keyakinan sikap-sikap yang menghubungkan individu dengan satu keberadaan atau

kepada sesuatu yang bersifat ketuhanan. Religiusitas meliputi pengetahuan agama,

keyakinan agama, perilaku (moralitas) agama, dan sikap sosial keagamaan 3 . Dalam

Islam, religiusitas pada garis besarnya tercermin dalam pengamalan aqidah,

syariah, dan akhlak, atau dengan ungkapan lain; iman, islam, dan ihsan. Nilai semua

unsur itu telah dimiliki oleh seseorang, maka itulah insan beragama yang

sesungguhnya.

1 Dinda Meirisa, Survei motivasi dan kepercayaan diri dalam olahraga Taekwondo pada
siswa perempuan SMA Negeri Tunas Bangsa Banda Aceh , (Skripsi: 2020), hal.1

2 Said Alwi, Perkembangan Religiusitas Remaja, (Lhokseumawe: Kaukaba


Dipantara,2014), hal. 8.

3 Annisa Fitriani, Peran Religiusutas dalam meningkatkan Psychological Well Being,

(Al-AdYan, vol. XI, No. 1 Januari-Juni, 2016) hal.12.


2

Religiusitas menurut Glock dan Stark sebagaimana dikutip oleh Said Alwi,

bahwa keberagamaan seseeorang merujuk pada ketaatan dan komitmen seseorang

terhadap agamanya., artinya keberagamaan seseorang pada dasarnya lebih

menunjukkan pada proses-proses internalisasi nilai-nilai agama yang kemudian

menyatu dalam dalam diri individu membentuk perilaku sehari-hari4 .

Sedangkan yang dimaksud dengan tingkat komitmen adalah sesuatu hal

yang perlu dipahami secara menyeluruh, sehingga terdapat berbagai cara bagi

individu untuk menjadi religius. Seberapa kokoh keyakinan, seberapa tekun

pelaksanaan ibadah dan seberapa dalam penghayatan agama yang dianut seseorang.

Dilihat dari dalam hati Nurani bahwa siapa yang mendekat pada tuhan,

maka individu merasa lebih tenang kehidupannya. Siapa yang menjauh dari tuhan,

maka kehidupannya akan lebih berasa stress dan ketidaktentraman5 . Sama halnya

membina anak dalam melaksanakan ibadah, berarti melatih anak-anak dalam

melakukan kegiatan fisik maupun mental spiritualnya yang dapat memberikan

makna baik hubungan kepada Allah, hubungan dengan manusia, maupun terhadap

diri sendiri. Sebagaimana pada surah Ar- Rad, Ayat 28 yang berbunyi :

Artinya : Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan

mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.

4 Said Alwi, Perkembangan Religiusitas Remaja,..,hal. 9.

5 Arbi Alfarabi, dkk, Religiusitas dengan Flow Akademik pada siswa, Jurnal Psikologi

Islami, Vol.3, No.2,( Desember 2017) hal. 148.


3

Dalam Tafsir Al-Misbah pada ayat ini, Orang-orang yang mendapat

petunjuk Ilahi dan kembali menerima tuntunan-Nya sebagaimana disebut pada ayat

tersebut, adalah orang- orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram

setelah sebelumnya bimbang dan ragu. Ketenteraman itu yang bersemi di dada

mereka disebabkan karena dzikrullah, yakni mengingat Allah, atau karena ayat-ayat

Allah, yakni al- Qur'an yang sangat mempesona kandungan dan redaksinya.

Sungguh! Camkanlah bahwa hanya dengan mengingat Allah, hati menjadi

tenteram. Orang- orang yang beriman dan beramal saleh, seperti yang keadaannya

seperti itu, yang tidak akan meminta bukti-bukti tambahan dan bagi mereka itulah

kehidupan yang penuh dengan kebahagiaan di dunia dan di akhirat dan bagi mereka

juga tempat kembali yang baik yaitu surga.

Kata ) ‫ ( ذكر‬dzikr / zikir pada mulanya berarti mengucapkan dengan lidah.

Walaupun makna ini kemudian berkembang menjadi "mengingat". Namun

demikian, mengingat sesuatu seringkali mengantar lidah menyebutnya. Demikian

juga menyebut dengan lidah dapat mengantar hati untuk mengingat lebih banyak

lagi apa yang disebut-sebut itu. Kalau kata "menyebut" dikaitkan dengan sesuatu,

maka apa yang disebut itu adalah namanya. Karena itu ayat di atas dipahami dalam

arti menyebut nama Allah. Selanjutnya nama sesuatu terucapkan apabila ia teringat

disebut sifat, perbuatan maupun peristiwa yang berkaitan dengannya. Dari sini

dzikrullah dapat mencakup makna menyebut keagungan Allah, surga atau neraka-

Nya, rahmat dan siksa-Nya atau perintah dan larangan-Nya dan juga wahyu-

wahyu-Nya.
4

Thabâthaba'i menggaris bawahi bahwa kata ( ‫ ) تطمئن‬tathminnu/ menjadi

tenteram adalah penjelasan tentang kata sebelumnya yakni beriman. Iman tentu saja

bukan sekadar pengetahuan tentang objek iman, karena pengetahuan tentang

sesuatu, belum mengantar kepada keyakinan dan ketenteraman hati. Ilmu tidak

menciptakan iman. Bahkan bisa saja pengetahuan itu melahirkan kecemasan atau

bahkan pengingkaran dari yang bersangkutan 6 .

Atlet atau olahragawan adalah seseorang yang mahir dalam olahraga dan

bentuk lain dari latihan fisik. Atlet diharuskan untuk mempersiapkan dirinya dalam

menghadapi permasalahan, baik permasalahan mengejar prestasi, menghadapi

tekanan-tekanan dari lawan maupun penonton, kemungkinan mengaIami kegagalan

dan sebagainya7 . Sebagaimana dikemukakan untuk mencapai puncak prestasi, atlet

harus melalui tahap yang dinamakan sebagai latihan. Tanpa adanya latihan atlet

tidak akan mampu mengembangkan keterampilan untuk mendapatkan puncak

prestasi yang sudah ditargetkan8 . Sejalan dengan itu dari cabang olahraga beladiri

Taekwondo, dibutuhkan kefokusan dan komitmen para atlet dalam

mengembangkan prestasinya, dalam menyukseskan pembinaan dan pengembangan

prestasi yang terus dilakukan oleh atlet.

6 M.Quraisy Shihab, Terjemahahn Tafsir Al- Misbah , Vol.6, Kelompok V ayat 28-29, hal
599-600.

7Rubianto Hadi, Peran Pelatih dalam Membentuk Karakter Atlet Jurnal Media Ilmu
Keolahragaan Indonesia, Vol 1, Edisi 1, (Juli 2011), hal. 90.

8 Meidy Reflin & Fifit Yeti, Pengaruh Motivasi Berprestasi Terhadap Peningkatan

Performa Atlet Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) Provinsi Papua Cabang Olahraga
Atletik Universitas Negeri Yogyakarta, Jurnal Prestasi Olahraga, Vol. 6, No.2 (Juli 2023),hal.47
5

Taekwondo merupakan olahraga beladiri yang berasal dari Korea yang

secara harafiah dapat diartikan sebagai berikut, Tae berarti menendang, Kwon

berarti memukul atau meninju dan Do berarti seni. Jadi, kata Taekwondo berarti

seni menendang dan meninju atau dengan kata lain dapat disebut juga sebagai seni

bealdiri yang menggunakan tangan dan kaki. Dalam olahraga Taekwondo terdapat

aspek-aspek yang mempengaruhi keberhasilan tendangan seperti aspek fisik, aspek

teknik, dan aspek mental9 .

Taekwondo termasuk dalam kesehatan olahraga sebagai kebugaran jasmani

dan olahraga prestasi sebagai pencapaian prestasi sebanyak-banyaknya Sebagai

olahraga prestasi, Taekwondo telah dipertandingkan di banyak event kejuaraan

resmi seperti Pekan Olahraga Nasional (PON), Olympic Games dan lain

sebagainya. Berbagai event kejuaraan yang telah diselenggarakan selalu disambut

baik oleh setiap pihak dalam Taekwondo. Dalam pertandingan Taekwondo tidak

luput dari emosional. Untuk mengontrol emosional itu maka dibutuhkan kecerdasan

spiritual. Hal ini sejalan dengan pendapat yang diungkapkan oleh Hidayat,

menyatakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kematangan emosi adalah

kecerdasan spiritual10 .

Salah satu cara dalam meningkatkan pengalaman religiusitas pada atlet

adalah dengan membina atlet dalam melaksanakan ibadah yang bentuk

pelaksanaannya tampak yaitu salat. Oleh karena itu, diperlukan berbagai macam

strategi membina atlet dalam beribadah untuk mengatasi masalah yang menjadikan

9 Dinda Meirisa, Survei motivasi…,hal. 2.

10 Faizun, Hubungan Antara Kecerdasan Spiritual dengan Kematangan Emosi Padda

Mahasiswa Uin Arraniry Banda Aceh, (Skripsi:2021), hal. 24.


6

atlet malas mengamalkan sikap religiusitasnya dalam agama. Membiasakan diri

dalam melaksanakan ibadah pada atlet, tidak terlepas dari peran serta seorang

pelatih pada suatu team karena mereka sebagai seorang figur yang ideal bagi

Atletnya, terutama dalam hal kewajiban melaksanaan ibadah shalat wajib lima

waktu sebagai salah satu kewajiban bagi setiap umat Islam, hal tersebut sangat

penting dilakukan oleh setiap atlet untuk meningkatkan pengamalan

keagamaannya.

Kesiapan mental atlet tidak cukup dilakukan dengan menimbulkan atau

menumbuhkan motivasi saja, tetapi aspek-aspek kejiwaan lainnya juga perlu

diperhatikan. Kesiapan mental sebelum bertanding akan menentukan keberhasilan

atlet dalam menghadapi situasi krisis dalam pertandingan maka disiplin mutlak

dibutuhkan untuk mencapai prestasi. Namun dalam hal ini juga sangat berdampak

pada kecemasan atlet Ketika bertanding. Kecemasan seringkali dirasakan atlet

memuncak Ketika sebelum bertanding. Semakin tinggi taraf kecemasan akan

berdampak buruk bagi atlet. Untuk itu peran pelatih sangat dibutuhkan dalam

membina mental serta meningkatkan motivasi keagamaan para atlet. Pemberian

motivasi, nasehat dalam bentuk penguatan religiusitas terhadap kepercayaan diri

serta pemantapan terhadap sikap atlet. Yaitu ketika mendekati hari pertandingan,

para atlet melakukan dengan hal seperti itu, maka keyakinan atlet terlihat lebih kuat

dan semangat serta meminimalisir kecemasan.

Penelitian (Iva Agustina & Nurul Hartini, 2021 ) menyimpulkan bahwa

Tingkat religiusitas yang dimiliki oleh seorang atlet taekwondo dapat berhubungan

dengan rendahnya tingkat kecemasan bertanding pada atlet. Hal ini berarti apabila
7

kecemasan bertanding yang muncul akibat ketakutan, dengan melibatkan adanya

Tuhan di dalamnya untuk memberikan keamanan dari rasa takut itu sendiri 11 .

Untuk meminimalisir kecemasan atlet agar dapat bertanding secara maksimal

dibutuhkan ketenangan jiwa. Ketenangan jiwa tersebut dapat diperoleh dari

religiusitasnya dalam beibadah.

Dengan meningkatkan religiusitas ibadah dan sebagainya, dapat

mempengaruhi hadirnya kecemasan agar tidak terlalu tinggi, dengan arti lain bahwa

hal ini dapat mempengaruhi penurunan kecemasan. untuk menyembuhkan penyakit

mental dengan menggunakan cara penyembuhan melalui keyakinan Allah SWT dan

aktivitas ibadahnya.

Hasil observasi awal, ditemukan sebuah masalah bahwa pelatih hanya

memberikan program dan materi latihan kepada atlet, serta dorongan motivasi

secara umum guna memberikan nilai-nilai semangat pada atlet, namun sebagian

besar atlet pada cabang olahraga taekwondo masi kurangnya dorongan religiusitas.

Dan juga ini dilihat pada waktu jam istirahat pertandingan, yang seharusnya

mengerjakan ibadah sholat malah sebalikknya tidak mengerjakan sholat. Selain itu

juga terjadinya emosinal tidak terkendali pada atlet Ketika menghadapi

pertandingan. Masalah ini menghambat proses pencapaian hasil yang optimal.

Padahal hal ini sangat penting dan berkaitan dalam khasanan ilmu keagaaman

terhadap atlet, agar kesiapan mental atlet serta kepercayaan diri menentukan

pemantapan keberhasilan atlet dalam menghadapi situasi krisis dalam pertandingan.

11 Iva Agustina Wijayanti, dan Nurul Hartini Korelasi antara Religiusitas dengan
Kecemasan Bertanding pada Atlet Taekwondo, Jurnal Psikologi dan Kesehatan Mental, Vol 6, No
1, (Januari 2021), hal.8.
8

Dari uraian tersebut peneliti terbaik untuk melakukan sebuah penelitian

yang berjudul “Gambaran Religiusitas Pada Atlet Taekwondo Di Dojang

Taekwondo Pidie”

B. Rumusan Masalah

Untuk menghindari topik pembahasan yang melebar dan meluas serta

penelitian yang tidak terfokus, maka peneliti memberi batasan dan memfokuskan

masalah tersebut dalam bentuk pertanyaan:

1. Bagaimana gambaran ibadah atlet di Dojang Taekwondo Pidie?

2. Apa saja faktor-faktor penghambat atlet taekwondo tidak melaksankakan ibadah

sholat secara rutin ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, penelitian ini bertujuan:

1. Untuk mengetahui gambaran ibadah atlet Di Dojang Taekwondo Pidie.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat atlet taekwondo tidak

melaksankakan ibadah sholat secara rutin

D. Manfaat Penelitian

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk:

1. Manfaat Teoritis

a. Dapat digunakan Sebagai bahan acuan penelitian Selaniutnya yang ada

kaitanya dengan gambaran religiusitas pada atlet taekwondo Di Dojang

Taekwondo Pidie.
9

b. Dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran dalam mewujudkan atlet

yang religiusitas dalam melaksanakan ibadah, memberikan perubahan

yang positif terhadap diri atlet, serta keyakinan atlet lebih kuat dan

semangat dalam pencapaian kemenangannya pada cabang olahraga

taekwondo.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi pihak yang relefan dengan penelitian ini, maka bisa dijadikan

Sebuah referensi, sebuah refleksi, ataupun sebagai bahan perbandingan

kajian yang dapat digunakan lebih lanjut dalam meningkatkan

religiusiatasnya.

b. Menambah khasanah ilmu pengetahuan bagi atlet agar atlet berwawasan

luas terutama terhadap religiusitas keagamaan dan mendapat motivasi

agar diberikan suatu pertolongan dan pembinaan juga Keberkahan dalam

pertandingan.

E. Istilah Penelitian

Definisi operasional adalah untuk menghindari berbagai macam penafsiran

dari judul penelitian.

1. Gambaran

Gambar Menurut Oemar Hamalik dalam Nurlela Warmey, adalah segala sesuatu

yang diwujudkan secara visual dalam bentuk dua dimensi sebagai curahan perasaan

atau pikiran. Sedangkan gambaran memiliki sinonim sebagai hasil gambar atau
10

uraian dari sebuah penjelasan12 . Secara umum, gambaran dapat diartikan sebagai

cara untuk menyajikan informasi atau pemahaman tentang sesuatu baik melalui

kata-kata, gambar, atau kombinasi keduanya.

Yang dimaksud gambaran oleh penulis adalah bayangan pemahaman yang

terlintas pada suatu objek. Dengan gambaran tersebut dapat diketahui makna pada

objek terebut. Gambaran yang dimaksudkan pada penulisan ini adalah gambaran

religiusitas pada atlet.

2. Religiusitas

Religiusitas merupakan suatu kewajiban dalam beragama, yang dianggap

sebagai keabsahan beragama, artinya yang dikerjakan seseorang merupakan bentuk

dari keyakinan, yakni bagaimana setiap individu hidup dan terdorong melakukan

sesuatu atas dasar agama yang yang diyakininya13 . Religiusitas yang dikemukakan

pada penelitian (Utama & Wahyudi, 2016) bersumber dari nilai-nilai agama yang

diterapkan dalam perilaku yang baik dan benar oleh pemeluk agama 14 .

Berdasarkan definisi tersebut, Religiusitas yang dimaksudkan penulis

merupakan tingkat komitmen seseorang dalam memeluk agamanya, dan seberapa

jauh pengetahuannya yang bersumber dari nilai-nilai agama yang diterapkan dalam

perilaku sehari-hari yang sesuai tantanan agamanya. Religiusitas pada penulisan ini

12 Nurlela Warwey, Penggunaan Media Gambar Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar

Siswa, Jurnal OSF Preprints, (2018), hal. 3.

13 Hendra Iskandar, dkk, “Pengaruh Religiusitas dan keterampilan social terhadap


kecemasan bertanding” Musamus Jurnal Of Physical Education and Sport (MJPES), Vol. 05, No.
02, (April 2023), hal. 212.

14 Rafli, dkk, ”Tekanan Mental Sebelum Bertanding Pada Atlet Sepak Takraw: Peran

Religiusitas” Journal of SPORT (Sport, Physical Education, Organization, Recreation, and


Training), Vol. 02,( 2023), hal.541.
11

dipandang mampu mengatasi kecemasan pada atlet, karena bersandar pada nilai dan

norma yang diyakininya.

3. Atlet Taekwondo

Atlet menurut Basuki Wibowo dalam Halida Ulfah, merupakan seseorang yang

berprofesi atau menekuni suatu cabang olahraga tertentu dan berprestasi pada

cabang olahraga tersebut 15 . Maka untuk memenangkan kompetisi, seorang atlet

harus berlatih untuk meningkatkan keahlian, kekuatan, dan ketangguhan diri untuk

bersaing dengan atlet lain.

Seperti cabang olahraga Taekwondo, menurut Yoyok Suyadi dalam Oji dkk,

Tae Kwon Do berarti seni atau cara mendisiplinkan diri/seni bela diri yang

menggunakan kaki dan tangan kosong16 . Secara fisik, taekwondo mengembangkan

kekuatan, kecepatan, keseimbangan, fleksibilitas, dan stamina. Sebagai olahraga

prestasi, Taekwondo telah dipertandingkan di banyak event kejuaraan resmi seperti

Pekan Olahraga Nasional (PON), Olympic Games dan lain sebagainya 17 .

Berdasarkan penjelasan di atas, Atlet Taekwondo merupakan seni beladiri

menggunakan kaki dan tangan sebagai senjata beladiri untuk menaklukan

lawannya. Atlet Taekwondo juga difokuskan pada ketahanan fisik, dan kesiapan

15 Halida Ulfah, Peran Komite Olahraga Nasional Indonesia (Koni) Dalam Mendukung
Prestasi Atlet Pada Cabang Olahraga Atletik di Kabupaten Hulu Sungai Utara, Jurnal Prestasi
Olahraga, Vol. 5, No.7 (2022), hal.8

16
Oji Muhammad Oga,dkk, Pengembangan Instrumen Tes Dwi Chagi Kyourugi
Taekwondoin Dojang Balai Taekwondo Sarolangun, Jurnal JPDO, Vol.5, No.8, (2023), hal.95

17 Iva Agustina Wijayanti, dan Nurul Hartini, Korelasi antara Religiusitas…,hal. 2


12

mental, melalui program latihan yang diberikan. Untuk itu atlet taekwondo akan

lebih siap bersaing dengan atlet lain di pertandingan.

Anda mungkin juga menyukai