Sunarya
2012.04.007
Magister Ilmu Hukum
Universitas Esa Unggul
ABSTRAK
Penulis memilih permasalahan ini dilatar belakangi bahwa Merek sebagai salah satu
kekayaan intelektual berfungsi sebagai tanda pengenal atau daya pembeda dari
merek lainnya. Karena demikian penting dan tingginya nilai sebuah merek bagi
pemilik merek, maka memicu adanya pemalsuan terhadap merek. Pemalsuan inilah
yang menimbulkan persengketaan antara pemilik merek terdaftar dan pemalsu
merek. Upaya penyelesaian sengketa itu sendiri lebih banyak melalui jalur
pengadilan yang membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang besar, serta
menghasilkan putusan akhir yang mendudukan para pihak menjadi pihak menang
dan pihak yang kalah. Sangat sedikit sengketa merek yang diselesaikan melalui jalur
non litigasi, yang memerlukan waktu lebih cepat, biaya murah dan putusan final
sesuai yang dikehendaki para pihak yang bersengketa. Dari latar belakang tersebut
maka masalah penelitian dibatasi pada bagaimana pengaturan iktikad baik dalam
undang – undang, Bagaimana praktek penerapan iktikad baik dalam penyelesaian
sengketa merek dan apa saja hambatan dan dorongan penerapan iktikad baik dalam
penyelesaian sengketa merek. Penelitian ini menggunakan metode penelitian Yuridis
– Empiris, dan dengan tekanan pada yuridis – normatif, serta menggunakan analisis
kualitatif terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum skunder, yang diperoleh
melalui pengumpulan data kepustakaan dan melalui wawancara. Dari analisis
terhadap bahan hukum tersebut penulis memperoleh jawaban, bahwa dari 7 kasus
yang diteliti penyelesaiannya cendenrung belum didasarkan kepada itikad baik, lima
kasus selesai sampai dengan tingkat peninjauan kembali di Mahkamah Agung dan
dua kasus selesai dengan negosiasi untuk melakukan perdamaian di luar pengadilan.
Kata Kunci: Merek, Pendaftaran Merek, Iktikad Baik, Sengketa, Penyelesaian Sengketa
diluar pengadilan, Alternatif Penyelesaian Sengketa, Arbitrase.
2
ABSTRACT
The author chose this issue background that, brand as one of the intellectual property,
which serves as identification or distinguishing from other brands. Becouse of the
important and high value of a brand for the owners, so it trigger as brand
counterfeiting. Counterfeiting causes of dispute between the owner of the registered
trademark and brand counterfeiters. Effort of dispute resolution more through the
courts, that take a long time and huge costs, and produce a final decision that the
seats the parties is a party wins and the loser. Very little dispute of brand resolved
through non-litigation, which takes more quickly, cheaply and final decision,as
desired by the parties of the dispute. From this background, the problem of research
limited on how to settings a good faith in the laws, How to practice of the application
of good faith in the disputes of brand resolution and any barriers and boost the
application of good faith in disputes of brands resolution. This study uses research
methods Juridical - Empirical, and the pressure on the juridical - normative, and
qualitative analysis of the primary legal materials and secondary legal materials,
which are collected through literature and through interviews. From the analysis of
the legal material, authors obtain answers, that of the seven cases studied the solution
tends to have not based on the good faith, five cases completed up to the judicial
review level in the Supreme Court and two cases are resolved by negotiations to
reach a peace outside the court.
Keywords: Brand, Trademark Registration, good faith, disputes, outside the court
Dispute Resolution, Alternative Dispute Resolution, Arbitration.
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Merek sebenarnya telah lama memang dapat memberikan dampak
dikenal oleh manusia, yaitu sejak yang positif, tidak saja bagi
manusia mulai memproduksi berbagai pengusaha namun juga bagi
barang dan jasa, dimana merek pemerintah dalam hal menaikkan
digunakan sebagai tanda pembeda pendapatan dari sektor pajak. Namun
antara produk yang dihasilkan oleh demikian, pada setiap perubahan
seseorang atau badan hukum dengan dampak negatif dapat selalu terjadi,
produk yang dihasilkan oleh orang terlebih dalam dunia perdagangan
atau badan hukum lain. yang tidak saja berskala nasional
Dewasa ini dunia perdagangan namun berskala internasional. Dampak
dan industri maju dengan pesat sejalan negatif tersebut timbul ketika
dengan laju pertumbuhan ekonomi persaingan usaha tidak terelakan
dibanyak negara. Ekspansi dan diantara para pengusaha. Pengusaha
perluasan perusahaan dan industri tentu saja menginginkan agar barang
banyak dilakukan oleh para produksinya menjadi paling laku di
pengusaha, dengan mencari dan pasaran. Persaingan usaha dapat
menggarap lahan bisnis baru guna terjadi atau dapat dilakukan dengan
memenuhi tuntutan pasar yang benar, namun persaingan usaha dapat
semakin meningkat. Perkembangan ini dilakukan dengan melanggar peraturan
3
6
Loren.Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta,
Gramedia, 2000), hal. 1144
7
Sri Guntoro, Gunawan, Teori – Teori
Hukum, (https:// gunawansriguntoro.
wordpress.com /2012/ 01/ 03/ teori-teori-
5
A. Mangunhardjana, Isme – isme dalam hukum), hal. 3.
8
Etika dari A sampai Z, (Jogjakarta, Kanisius, Saidin, H. OK, Aspek Hukum Hak Kekayaan
1997) hal. 228 – 231 (J.ThorneOT, Intelektual, Jakarta, Rajawali Press, 2013, hal
https://id.wikipedia.org/wiki/Utilitarianism) 334
6
bagian dari Hak seseorang atau badan b. Sebagai alat promosi, sehingga
yang disebut dengan Hak Kekayaan dalam mempromosikan barang
Intelektual (HKI). 13 produksinya hanya dengan
Berkaitan dengan perlindungan menyebut mereknya. Promosi
merek, pemerintah Indonesia (means of trade promotion) dan
sebenarnya telah membutikan reklame bagi produsen atau
keingian yang kuat yaitu dengan pengusaha-pengusaha yang
menerbitkan Undang – undang nomor memperdagangkan barang atau
15 tahun 2001 tentang merek sebagai jasa yang bersangkutan.
penyempurnaan terhadap undang – c. Menunjukan asal barang / jasa
undang nomor 21 tahun 1961 tentang
yang dihasilkan.
Merek Perusahaan dan Merek
Perniagaan. Dengan mengundangkan d. Sebagai jaminan atas mutu barang
undang – undang no 15 tahun 2001 yang diproduksinya.yaitu sebagai
tentang merek ini menunjukkan bahwa jaminan nilai atau kualitas dari
pemerintah Indonesia memiliki barang dan jasa yang
keinginan yang kuat untuk bersangkutan. Hal ini tidak hanya
memberikan perlindungan yang berguna bagi produsen pemilik
maksimal kepada pemilik hak atas merek tersebut, tetapi juga
merek yang beritikad baik, bahwa memberikan perlindungan dan
yang berhak atas merek adalah jaminan mutu barang kepada
seseorang yang mendaftarkannya di konsumen. 15
Indonesia tetapi dengan itikad baik, Jenis Merek
jika pendaftaran dilakukan dengan
Undang – undang no 15 tahun 2001
itikad buruk, maka tidak dapat
tentang Merek telah mengatur jenis –
diberikan perlindungan 14, sehingga
jenis merek menjadi Merek Dagang
diharapkan dapat menekan sekecil –
dan Merek Jasa sebagaimana telah
kecilnya kasus – kasus persaingan
dirumuskan pada pasal 1 Ayat (2) dan
curang dalam dunia perdagangan
ayat (3). Pasal 1 ayat (2) merumuskan
terutama masalah merek tersebut.
pengertian merek dagang. Merek
Merek memiliki fungsi :
dagang adalah merek yang digunakan
a. Sebagai tanda pengenal untuk pada barang yang diperdagangkan
membedakan hasil produksi yang oleh seseorang atau beberapa orang
dihasilkan seseorang atau secara bersama – sama atau badan
beberapa orang secara bersama – hukum untuk membedakan barang –
sama atau badan hukum dengan barang sejenis lainnya.Pasal 1 ayat (3)
produksi orang lain atau badan merumuskan pengeretian merek jasa.
hukum lainnya. Merek Jasa adalah merek yang
digunakan pada jasa yang
13
diperdagangkan oleh seseorang atai
Nisa Ayu Spica, Perlindungan Hukum beberapa orang secara bersama – sama
Terhadap Merek Jasa Terkenal, Studi Kasus
Waroeng Podjok dengan Warung Pojok,
atau badan hukum untuk membedakan
(jakarta, Tesis, UI, 2011) hal. 1. dengan jasa – jasa sejenis lainnya.
14
Sutrisno, 2010, Perlindungan Hukum Terhadap
Pemilik Merek Terdaftar Di Indonesia, Tinjauan Yuridis
15
UU. No. 15 tahun 2001, (Jurnal Ilmu Hukum, UPNV, Direktur Jendral HKI, 2006, Buku Panduan Hak
Jatim. Vol. 2 No. 1 Januari 2010) hal. 69. Kekayaan Intelektual, Jakarta, hal. 36
8
dengan itikad baik”. 21 Dan Pasal 1339 Itikad baik dalam pasal ini
KUH Perdata, menggunakan itikad dimaksudkan agar para pihak dengan
baik dalam arti kepatutan, “suatu kesungguhan dan niat didalam
perjanjian tidak hanya mengikat untuk hatinya, memilih penyelesaian
hal – hal yang dengan tegas sengketa melalui perdamaian dan
dinyatakan di dalamnya, tetapi juga menutup rapat – rapat penyelesaian
untuk segala sesuatu yang menurut sengketa melalui pengadilan, yang
sifat perjanjian diharuskan oleh tentu saja harus diimbangi dengan
kepatutan, kebiasaan atau Undang – sikap mental serta komunikasi yang
undang”. Itikad baik antara pasal 1338 baik sehingga tercipta suasana yang
dan pasal 1339 sebenarnya sama, yaitu ramah dan penuh kekeluargaan.
itikad baik dalam arti obyektif, yaitu 4. Pengertian Sengketa
kepatutan atas kejujuran jiwa manusia
Istilah sengketa berasal dari
yang terletak pada tindakan yang
terjemahan bahasa inggris yaitu
dilakukan oleh kedua belah pihak,
dispute sedangkan dalam bahasa
dalam melaksanakan perjanjian. 22
belanda disebut dengan istilah geeding
Itikad Baik Dalam Penyelesaian
atau process. 24
Sengketa Merek
Sementara itu penggunaan istilah
Pasal 6 ayat (1) Undang- undang
sengketa itu sendiri belum ada
nomor 30 tahun 1999 menegaskan
kesatuan pandangan dari para ahli, ada
bahwa, Sengketa atau beda pendapat
ahli yang menggunakan istilah
perdata dapat diselesaikan oleh para
sengketa dan ada juga yang
pihak melalui alternatif penyelesaian
menggunakan istilah konflik kedua
sengketa yang didasarkan pada itikad
istilah itu seringkali digunakan oleh
baik dengan mengesampingkan
para ahli.
penyelesaian secara litigasi di
Richard L. Abel melihat sengketa
Pengadilan Negeri. Yang maksud
dari aspek ketidak cocokan atau
itikad baik dalam pasal ini adalah
ketidak sesuaian antara pihak tentang
bahwa dalam penyelesaian sengketa
sesuatu yang bernilai sesuatu yang
itikad baik merupakan salah satu
bernilai dimaknakan sebagai sesuatu
prinsip yang dapat mencegah
yang mempunyai harga atau berharga
timbulnya sengketa lebih lanjut,
uang.sehingga Richard L.Abel
sehingga hubungan baik para pihak
mengartikan sengketa adalah
dapat tetap terjaga. Itikad baik juga
pernyataan publik mengenai tuntutan
menjadi persyaratan yang harus
yang tidak konsisten (inconsistent
dimaksukkan ke dalam klausul
claim) terhadap sesuatu yang
penyelesaian sengketa melalui
bernilai. 25
Alternatif Penyelesaian Sengketa
Sementara Dean G Pruitt dan
(APS) atau Alternative Dispute
Jeffrey Z Rubin melihat sengketa dari
Resolution (ADR). 23
perbedaan kepentingan atau tidak
dicapainya kesepakatan para pihak
21
Soimin, Soedharyo, op. Cit. Hal. 332
22 24
Subekti, Op. Cit., hal. 140 Kolopaking, Anita DA., Asas Itikad Baik
23
Widnyana, I. Made, Alternatif Penyelesaian Dalam Penyelesaian Sengketa Kontrak,
Sengketa dan Arbitrase, (Jakarta, Fikahati (Jakarta, Alumni, 2013) hal. 8
25
Aneska, 2014), hal. 292 Ibid. Hal. 8
11
26 29
Kolopaking, Anita DA. Op.cit. hal. 9 Muhammad, Abdulkadir, Hukum dan
27
Ibid. Hal. 9 Penelitian Hukum, (Lampung, Citra Aditya
28
Ibid. hal. 10 Bakti, 2004) hal. 201.
12
Itikad baik, merupakan salah satu asas 1.2. Pengaturan itikad baik dalam
hukum yang berlaku di Indonesia. Kitab Undang – Undang
Asas itikad baik disebut sebagai asas Hukum Perdata (KUHPerdata)
hukum khusus, karena pada awalnya Pasal 530 KUH Perdata mengatur
hanya berlaku dalam hukum perdata itikad baik dalam kaitannya
saja, namun sesuai dengan dengan bezit yaitu kedudukan
perkembangan hukum di Indonesia, menguasai atau menikmati suatu
asas itikad baik tidak hanya berlaku barang yang ada dalam kekuasaan
dalam hukum perdata, namun pada seseorang secara pribadi atau
bidang hukum lainnya, yang tentu saja dengan perantara orang lain,
diperlukan penyesuaian dalam seakan – akan barang itu miliknya
penerapannya. 32 sendiri. 35
1.1. Pengaturan itikad baik dalam Pasal 1338 ayat (3) Kitab Undang
Undang – Undang nomor 15 – Undang Hukum Perdata,
tahun 2001 tentang Merek. mengatur asas itikad baik dalam
Pasal 4 Undang – undang No 15 hal yang berkaitan dengan
tahun 2001 tentang Merek telah pelaksanaan perjanjian. Pasal
menjelaskan “Merek tidak dapat tersebut berbunyi “persetujuan
didaftar atas dasar Permohonan harus dilaksanakan dengan itikad
yang diajukan oleh Pemohon baik”. 36
yang beritikad tidak baik”. 33 Pasal 1339 KUH Perdata,
Pasal 68 ayat (1) memperkuat menggunakan itikad baik dalam
maksud pasal 4, undang – arti kepatutan, “suatu perjanjian
undang nomor 15 tahun 2001 tidak hanya mengikat untuk hal –
tentang merek, dengan hal yang dengan tegas dinyatakan
menegaskan bahwa, terhadap di dalamnya, tetapi juga untuk
pendaftaran merek yang segala sesuatu yang menurut sifat
didaftarkan oleh pemohon yang perjanjian diharuskan oleh
beritikad tidak baik, maka pihak kepatutan, kebiasaan atau Undang
yang berkepentingan atau yang – undang”. Itikad baik anatra
dirugikan dapat mengajukan pasal 1338 dan pasal 1339
gugatan pembatalan merek, sebenarnya sama, yaitu itikad baik
dengan mengajukan dalam arti obyektif, yaitu
permohonan ke Direktorat kepatutan atas kejujuran jiwa
Jendral HKI, dan gugatan di manusia yang terletak pada
ajukan melalui pengadilan tindakan yang dilakukan oleh
34
Niaga. kedua belah pihak, dalam
melaksanakan perjanjian. 37
32
Jenie, Siti Ismijati, Itikad Baik, 1.3. Pengaturan itikad baik dalam
Perkembangan Dari Asas Hukum Khusus Undang – undang nomor 30
Menjadi Asas Hukum Umum Di Indonesia, tahun 1999 tentang Arbitrase
(Yogyakarta, UGM, makalah 2007) hal 3
33
Saidin, OK, Aspek Hukum Hak Kekayaan
35
Intelektual (Intelectual Property Right), Soimin, Soedharyo, Kitab Undang Undang
(Jakarta, Rajawali Press, 2013) hal. 223. Hukum Perdata (KUH Per),(Jakarta, Sinar
34
Supramono, Gatot, Menyelesikan Sengketa Grafika, 1996) hal.162
36
Merek Menurut Hukum Indonesia, (Jakarta, Soimin, Soedharyo, op. Cit. Hal. 332
37
Rineka Cipta, 2008), hal 241 Subekti, Op. Cit., hal. 140
14
41 43
Mahkamah Agung, Putusan no 04 Mahkamah Agung RI., Putusan no. 08
PK/N/HaKI/2004, tanggal 4 November 2001 PK/N/HaKI/2004, 10 Npember 2004
42 44
Mahkamah Agung, Putusan nomor 010 Mahkamah Agung, Putusan no. 014
PK/N/HaKI/2003, tanggal 2 Maret 2004 PK/N/HaKI/2003, tanggal 6 Januari 2004.
16
Aryani, Esti. Pelanggaran Hak Atas Jeti, Siti Ismijani, Iktikad Baik,
Merek Dan Mekanisme Perkembangan dari Asas Hukum
Penyelesaiannya Di Indonesi, Khusus Menjadi Asas Hukum
Jurnal, Universitas Indonesia, Umum D Indonesia, Pidato
Jakarta. Pengukuhan Guru Besar,
Sutrisno dan Fauzul Uli W. Universitas Gajah Mada,
Perlindungan Hukum Terhadap Yogyakarta, 2007.
Pemilik Merek Terdaftar Di Haq, Miftahul, Tinjauan Yuridis
Indonesia (Tinjauan Yuridis UU. Terhadap Penyelesaian
No. 15 tahun 2001), Liga SengketaPembatalan
Hukum Vol. 2, No. 1, FH. Pendaftaran Merek
UPNV, Jawa Timur, Januari, BerdasarkanUndang – Undang
2010. No 15 tahun 2001 tentang Merek
Mahaeni DK, MRR Tiyas, Pengadilan (Studi Kasus Pada putusan –
Niaga sebagai Lembaga putusan Pengadilan Niaga
Penyelesaian Sengketa Merek, jakarta Pusat, Tesis, Sekolah
Ragam Jurnal Pengembangan Pascasarjana, Universitas
Humaniora Vol. 11 No. 2, Sumatera Utara, Medan, 2007.
Politeknik Negeri Semarang, Priamsari, Putri Ayu RR, Penerapan
Agustus 201. Itikad Baik Sebagai Alasan
Kaloay, NRS, Fungsi Pendaftaran Pembatalan Merek Menurut
Merek Sebagai Upaya Menjamin Undang-Undang Nomor 15
Kepastian Hukum Bagi Tahun 2001 Tentang Merek (di
Pemegang Hak Eksklusif Atas Tingkat Peninjauan Kembali),
Merek, Jurnal Vol. XIX, No. 2, Universitas Diponegoro,
Universitas Sam Ratulangi, Semarang, 2010.
Menado, Januari - Maret 2011. Fachrial, Tinjauan Yuridis
Direktorat Hukum dan Hak Asasi Penerapan Prinsip Itikad Baik
Manusia, Eksistensi Pengadilan Dalam Sengketa Merek (Studi
Niaga dan Perkembangannya Kasus di Pengadilan Niaga
Dalam Era Globalisasi, Medan), Tesis, Sekolah
Bappenas, Jakarta. Pascasarjana, universitas
Sumatera Utara, Medan, 2006.