Anda di halaman 1dari 21

1

PENERAPAN IKTIKAD BAIK DALAM


PENYELESAIAN SENGKETA MEREK
DI LUAR PENGADILAN

Sunarya
2012.04.007
Magister Ilmu Hukum
Universitas Esa Unggul

ABSTRAK

Penulis memilih permasalahan ini dilatar belakangi bahwa Merek sebagai salah satu
kekayaan intelektual berfungsi sebagai tanda pengenal atau daya pembeda dari
merek lainnya. Karena demikian penting dan tingginya nilai sebuah merek bagi
pemilik merek, maka memicu adanya pemalsuan terhadap merek. Pemalsuan inilah
yang menimbulkan persengketaan antara pemilik merek terdaftar dan pemalsu
merek. Upaya penyelesaian sengketa itu sendiri lebih banyak melalui jalur
pengadilan yang membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang besar, serta
menghasilkan putusan akhir yang mendudukan para pihak menjadi pihak menang
dan pihak yang kalah. Sangat sedikit sengketa merek yang diselesaikan melalui jalur
non litigasi, yang memerlukan waktu lebih cepat, biaya murah dan putusan final
sesuai yang dikehendaki para pihak yang bersengketa. Dari latar belakang tersebut
maka masalah penelitian dibatasi pada bagaimana pengaturan iktikad baik dalam
undang – undang, Bagaimana praktek penerapan iktikad baik dalam penyelesaian
sengketa merek dan apa saja hambatan dan dorongan penerapan iktikad baik dalam
penyelesaian sengketa merek. Penelitian ini menggunakan metode penelitian Yuridis
– Empiris, dan dengan tekanan pada yuridis – normatif, serta menggunakan analisis
kualitatif terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum skunder, yang diperoleh
melalui pengumpulan data kepustakaan dan melalui wawancara. Dari analisis
terhadap bahan hukum tersebut penulis memperoleh jawaban, bahwa dari 7 kasus
yang diteliti penyelesaiannya cendenrung belum didasarkan kepada itikad baik, lima
kasus selesai sampai dengan tingkat peninjauan kembali di Mahkamah Agung dan
dua kasus selesai dengan negosiasi untuk melakukan perdamaian di luar pengadilan.
Kata Kunci: Merek, Pendaftaran Merek, Iktikad Baik, Sengketa, Penyelesaian Sengketa
diluar pengadilan, Alternatif Penyelesaian Sengketa, Arbitrase.
2

ABSTRACT

The author chose this issue background that, brand as one of the intellectual property,
which serves as identification or distinguishing from other brands. Becouse of the
important and high value of a brand for the owners, so it trigger as brand
counterfeiting. Counterfeiting causes of dispute between the owner of the registered
trademark and brand counterfeiters. Effort of dispute resolution more through the
courts, that take a long time and huge costs, and produce a final decision that the
seats the parties is a party wins and the loser. Very little dispute of brand resolved
through non-litigation, which takes more quickly, cheaply and final decision,as
desired by the parties of the dispute. From this background, the problem of research
limited on how to settings a good faith in the laws, How to practice of the application
of good faith in the disputes of brand resolution and any barriers and boost the
application of good faith in disputes of brands resolution. This study uses research
methods Juridical - Empirical, and the pressure on the juridical - normative, and
qualitative analysis of the primary legal materials and secondary legal materials,
which are collected through literature and through interviews. From the analysis of
the legal material, authors obtain answers, that of the seven cases studied the solution
tends to have not based on the good faith, five cases completed up to the judicial
review level in the Supreme Court and two cases are resolved by negotiations to
reach a peace outside the court.
Keywords: Brand, Trademark Registration, good faith, disputes, outside the court
Dispute Resolution, Alternative Dispute Resolution, Arbitration.

PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Merek sebenarnya telah lama memang dapat memberikan dampak
dikenal oleh manusia, yaitu sejak yang positif, tidak saja bagi
manusia mulai memproduksi berbagai pengusaha namun juga bagi
barang dan jasa, dimana merek pemerintah dalam hal menaikkan
digunakan sebagai tanda pembeda pendapatan dari sektor pajak. Namun
antara produk yang dihasilkan oleh demikian, pada setiap perubahan
seseorang atau badan hukum dengan dampak negatif dapat selalu terjadi,
produk yang dihasilkan oleh orang terlebih dalam dunia perdagangan
atau badan hukum lain. yang tidak saja berskala nasional
Dewasa ini dunia perdagangan namun berskala internasional. Dampak
dan industri maju dengan pesat sejalan negatif tersebut timbul ketika
dengan laju pertumbuhan ekonomi persaingan usaha tidak terelakan
dibanyak negara. Ekspansi dan diantara para pengusaha. Pengusaha
perluasan perusahaan dan industri tentu saja menginginkan agar barang
banyak dilakukan oleh para produksinya menjadi paling laku di
pengusaha, dengan mencari dan pasaran. Persaingan usaha dapat
menggarap lahan bisnis baru guna terjadi atau dapat dilakukan dengan
memenuhi tuntutan pasar yang benar, namun persaingan usaha dapat
semakin meningkat. Perkembangan ini dilakukan dengan melanggar peraturan
3

perundang – undangan yang berlaku. jalur non litigasi yaitu melalui


Yaitu dengan cara curang, arbitrase atau alternative penyelesaian
menggunakan jalan pintas dan dapat sengketa. Masing – masing jalur tentu
merugikan orang atau perusahaan lain. saja memiliki kekurangan dan
Dalam persaingan usaha, kelebihan. Namun didalam penelitian
peniruan, penjiplakan atau ini, penulis akan memfokuskan
pembubuhan merek lain untuk barang pembahasan kepada penyelesaian
hasil produksinya termasuk dalam sengketa merek berdasarkan Undang –
persaingan curang yaitu Persaingan undang no 15 tahun 2001 tentang
yang dilakukan dengan cara yang Merek dan Undang – undang no 30
tidak mengindahkan aturan hukum, tahun 1999 tentang Arbitrase dan
norma sopan santun, norma sosial lain Alternatif Penyelesaian Sengketa.
dalam lalu lintas perdagangan dan Untuk mengetahui lebih
disebut juga persaingan tidak jujur mendalam tentang penerapan itikad
yaitu peristiwa di mana seseorang baik dalam penyelesaian sengketa
untuk menarik para langganan orang merek, penulis melakukan penelitian
lain kepada perusahaan dirinya sendiri terhadap beberapa kasus sengketa
atau demi perluasan penjualan omzet merek antara lain kasus antara PT.
perusahaannya, menggunakan cara- Krakatau Steel dengan PT. Tobu Steel,
cara yang bertentangan dengan itikad yang memperkarakan merek KS-TI
baik dan kejujuran di dalam untuk barang baja tulangan beton dan
perdagangan. 1 Tentu saja bagi dapat diselesaikan melalui
perusahaan yang merasa dirugikan penyelesaian non litigasi yaitu
dapat melakukan gugatan atas Alternatif Penyelesaian Sengketa dan
perbuatan melawan hukum tersebut, kasus antara Forever 21 Inc. Dengan
maka terjadilah sengketa merek. Hendro Wiyogo, yang dapat
Sengketa di bidang merek dapat diselesaikan melalui kesepakatan
diselesaikan di dalam pengadilan atau damai diluar pengadilan.
di luar pengadilan. Penyelesaian Secara konvensional,
sengketa di dalam pengadilan penyelesaian sengketa dalam dunia
dilakukan di Pengadilan Niaga melalui bisnis, seperti dalam perdagangan,
pengajuan gugatan pembatalan merek perbankan, proyek pertambangan,
terdaftar dan gugatan atas pelanggaran minyak dan gas, energi, infrastruktur,
merek terdaftar. Apabila terjadi tindak dan sebagainya dilakukan melalui
pidana pelanggaran merek maka dapat proses litigasi. Dalam proses litigasi
diajukan tuntutan pidana merek pada menempatkan para pihak saling
Pengadilan Negeri. Penyelesaian berlawanan satu sama lain, selain itu
sengketa di luar pengadilan dilakukan penyelesaian sengketa secara litigasi
melalui arbitrase atau Alternatif merupakan sarana akhir (ultimum
Penyelesaian Sengketa. Perusahaan remidium) setelah alternatif
dapat memilih penyelesaian mana penyelesaian sengketa lain tidak
yang akan digunakan, apakah jalur membuahkan hasil. 2 Namun selain
litigasi yaitu melalui pengadilan atau melalui pengadilan (litigasi),
penyelesaian sengketa juga dapat
1
H. OK Saidin,, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual
2
( Intellectual property Rights ),Jakarta, RajaGrafindo Frans Hendra Winarta, Hukum Penyelesaian Sengketa.
Persada, 2006, hal Jakarta: Sinar Grafika. 2012, hal.1-2.
4

diselesaikan di luar pengadilan (non 3. Tujuan Penelitian


litigasi), yang lazim dinamakan
Berdasarkan latar belakang yang
dengan Alternative Dispute Resolution
telah diuraikan di atas, penelitian ini
(ADR) atau Alternatif Penyelesaian
bertujuan untuk menjawab masalah
Sengketa. 3
penelitian di atas dan secara khusus
Maka kembali kepada prinsip
penelitian ini bertujuan untuk:
bahwa penyelesaian sengketa melalui
3.1 Memberikan pemahaman dan
jalur litigasi adalah sebagai sarana
pendalaman terhadap
akhir jika penyelesaian melalui jalur
permasalahan hukum Hak
non litigasi tidak membuahkan hasil.
Kekayaan Intelektual baik secara
Penyelesaian sengketa melalui jalur
teoritis maupun praktis khususnya
non litigasi (diluar pengadilan)
dalam hal penerapan itikad baik
memberikan keputusan yang final dan
dalam penyelesaian sengketa
prosesnya cepat serta biaya murah.
merek.
dan sebagaimana telah diatur dalam
3.2 Memberikan gambaran secara
undang – undang no 30 tahun 1999
empiris bagaimana penerapan
pasal 6, bahwa penyelesaian di luar
itikad baik dalam penyelesaian
pengadilan melalui alternatif
sengketa jika sengketa merek
penyelesaian sengketa harus
yang terjadi di masyarakat,
didasarkan kepada itikad baik. 4
sehingga dapat dijadikan bahan
untuk perubahan dan
penyempurnaan terhadap
2. Masalah Penelitian
peraturan – perundang –
Dari latar belakang di atas, maka undangan.
yang mennjadi masalah dalam 3.3 Sebagai bahan referensi,
penelitian ini adalah bagaimana perangkat penyempurnaan pada
penerapan itikad baik di dalam praktek bidang penelitian yang sama, bagi
penyelesaian sengketa merek di luar peneliti lainnya.
pengadilan. Untuk itu secara khusus 3.4 Menambah ilmu pengetahuan dan
akan dibagi: wawasan sehingga memberikan
2.1 Bagaimanakah itikad baik itu gambaran bagaimana itikad baik
diatur didalam peraturan itu menjadi penting, ketika akan
perundang – undangan di melakukan penyelesaian sengketa
Indonesia? terkait dengan kepemilikan
2.2 Bagaimana praktek penerapan merek, para pelaku bisnis.
itikad baik dalam penyelesaian 3.5 Memberikan wawasan dan ilmu
sengketa merek? pengetahuan baru, bagaimana
2.3 Apa sajakah hambatan dan penerapan itikad baik dapat
dorongan penerapan itikad baik diaplikasikan didalam masyarakat
dalam menyelesaikan sengketa? dalam penyelesaian sengketa
merek.
3
Rachmadi Usman. Mediasi di Pengadilan. Jakarta: Sinar 4. Kerangka Teori
Grafika. 2012, hal. 8.
4
Widnyana, I Made, Alternatif Penyelesaian
Sengketa dan arbitrase, Jakarta, Fikahati
Aneska, 2014, hal. 18
5

Jeremy Bentham (1748-1832), Perbuatan harus diusahakan agar


seorang penganut utilitarian . mendatangkan kebahagiaan daripada
Utilitarianisme adalah suatu teori dari penderitaan, manfaat daripada kesia-
segi etika normatif yang menyatakan siaan, keuntungan daripada kerugian,
bahwa suatu tindakan yang patut bagi sebagian besar orang. Dengan
adalah yang memaksimalkan demikian, perbuatan manusia baik
penggunaan (utility), biasanya secara etis dan membawa dampak
didefinisikan sebagai memaksimalkan sebaik-baiknya bagi diri sendiri dan
kebahagiaan dan mengurangi orang lain. 6
penderitaan. "Utilitarianisme" berasal Dengan pemikiran tersebut ia
dari kata Latin utilis, yang berarti yang menggunakan pendekatan
berguna, bermanfaat, berfaedah, atau tersebut ke dalam kawasan hukum,
menguntungkan. Istilah ini juga sering yaitu sebagai berikut: 7
disebut sebagai teori kebahagiaan 1. Bahwa manusia itu akan berbuat
terbesar (the greatest happiness dengan cara sedemikian rupa
theory). Utilitarianisme merupakan sehingga ia mendapatkan
suatu paham etis yang berpendapat kenikmatan yang sebesar-besarnya
bahwa yang baik adalah yang berguna, dan menekan serendah-rendahnya
berfaedah, dan menguntungkan. penderitaan;
Sebaliknya, yang jahat atau buruk 2. Tujuan akhir dari perundang-
adalah yang tak bermanfaat, tak undangan adalah untuk melayani
berfaedah, dan merugikan. Karena itu, kebahagiaan paling besar dari
baik buruknya perilaku dan perbuatan sejumlah terbesar rakyat.
ditetapkan dari segi berguna, Dalam Hak Kekayaan Intelektual,
berfaedah, dan menguntungkan atau Teori ini memperkenalkan pembatasan
tidak. Dari prinsip ini, tersusunlah terhadap invensi yang dipatenkan oleh
teori tujuan perbuatan. 5 pihak lain selain pemegang hak.
Menurut kaum utilitarianisme, Negara harus mengadopsi beberapa
tujuan perbuatan sekurang-kurangnya kebijakan yang dapat memaksimalkan
menghindari atau mengurangi kebahagiaan anggota masyarakat.
kerugian yang diakibatkan oleh Untuk mencapai hal tersebut hukum
perbuatan yang dilakukan, baik bagi paten diarahkan sebagai sebuah
diri sendiri ataupun orang lain. insentif terhadap ciptaan,
Adapun maksimalnya adalah dengan pengungkapan dan penyebaran
memperbesar kegunaan, manfaat, dan teknologi maju yang dimiliki inventor
keuntungan yang dihasilkan oleh kepada masyarakat luas. 8
perbuatan yang akan dilakukan.

6
Loren.Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta,
Gramedia, 2000), hal. 1144
7
Sri Guntoro, Gunawan, Teori – Teori
Hukum, (https:// gunawansriguntoro.
wordpress.com /2012/ 01/ 03/ teori-teori-
5
A. Mangunhardjana, Isme – isme dalam hukum), hal. 3.
8
Etika dari A sampai Z, (Jogjakarta, Kanisius, Saidin, H. OK, Aspek Hukum Hak Kekayaan
1997) hal. 228 – 231 (J.ThorneOT, Intelektual, Jakarta, Rajawali Press, 2013, hal
https://id.wikipedia.org/wiki/Utilitarianism) 334
6

TINJAUAN PUSTAKA Hak Kekayaan Intelektual juga


1. Hak Kekayaan Intelektual diartikan sebagai hak yang timbul bagi
hasil olah pikir otak yang
Hak Kekayaan Intelektual yang
menghasilkan suatu produk atau suatu
dalam bahasa inggris Intellectual
proses yang berguna untuk manusia. 11
Property Right adalah Hak
2. Merek
Kebendaan, hak atas sesuatu benda
yang bersumber dari hasil kerja otak, Pada mulanya, istilah merek atau
hasil kerja rasio yang menalar, dan brand dalam Bahasa Inggris diambil
hasil kerjanya itu berupa benda dari kata brand (bahasa Old Norse)
imateriil (tidak berwujud) seperti lagu yang mengandung makna “to burn”,
dengan alunan nada, adalah hasil kerja sementara dalam komunitas
otak. Hasil kerja otak itu kemudian Skotlandia kuno, istilah merek
dirumuskan sebagai intelektual. Orang bermakna “keep your hands off”. Hal
yang mampu mengoptimalkan kerja ini mengacu pada praktik
otaknya, mampu berpikir rasional, dan pengidentifikasian ternak pada zaman
logis, orang – orang yang demikian dahulu, yang sejatinya telah dimulai
termasuk dalam golongan kaum sejak tahun 2000 SM. Ini tercermin
intelektual. Sehingga setiap hasil pula dalam salah satu definisi merek
karya orang yang terkait dengan hasil yang termuat dalam Oxford Advanced
kerja otak disebut dengan kekayaan Learner’s Dictionary of Current
intelektual, dan hak nya menempel English edisi tahun 2000: “tanda yang
kepada orang yang menghasilkan kerja dibuat dengan logam panas,
otak tersebut. 9 khususnya pada hewan ternak untuk
Tidak semua orang mampu untuk menunjukkan siapa pemiliknya.”
memperkerjakan otak secara Dengan demikian, pada mulanya
maksimal. Oleh karena itu tidak semua merek dipakai sebagai semacam
orang dapat menghasilkan Hak pernyataan kepemilikan dan properti,
Kekayaan Inteletual. Maka Hak yang hingga kini masih dipraktikkan
Kekayaan Intelektual itu bersifat dalam berbagai konteks, misalnya
eksklusif, hanya orang tertentu saja peternakan, industri balap kuda, karya
yang dapat melahirkan hak tersebut. seni (seperti dalam seni lukis dan seni
Sehingga sebagai konsekuensi dari rupa), dan bahkan bisnis. 12
sifat Hak Kekayaan Inteletual yang Sehingga merek dapat dikatakan
eksklusif tersebut, maka setiap orang sebagai hasil pemikiran manusia
yang dapat melahirkan Hak Kekayaan dengan kecerdasannya sehingga dapat
Intelektual berhak untuk mendapat menemukan atau menghasilkan
perlindungan hukum dan Pemerintah sesuatu yang merupakan kekayaan
wajib memberikan perlindungan intelektual. Oleh karena itu, merek
hukum, dengan menerbitkan peraturan sebagai hasil karya, karsa dan cipta
dan perundang undangan terkait seseorang atau badan tersebut sebagai
dengan Hak Kekayaan Intelektual. 10
11
Dirjen, HKI, Buku Panduan Hak Kekayaan
9
Saidin, OK, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, (Jakarta, Ditjen. HKI, 2006) hal. 7
12
Inteletual, (Jakarta, Raja Grafindo Perkasa, Casavera, 15 Kasus Sengketa Merek di
2013), hal. 10 Indonesia, (Yogyakarta, Graha Ilmu, 2009)
10
Saidin, Ok, op. Cit. Hal. 17. hal. 3
7

bagian dari Hak seseorang atau badan b. Sebagai alat promosi, sehingga
yang disebut dengan Hak Kekayaan dalam mempromosikan barang
Intelektual (HKI). 13 produksinya hanya dengan
Berkaitan dengan perlindungan menyebut mereknya. Promosi
merek, pemerintah Indonesia (means of trade promotion) dan
sebenarnya telah membutikan reklame bagi produsen atau
keingian yang kuat yaitu dengan pengusaha-pengusaha yang
menerbitkan Undang – undang nomor memperdagangkan barang atau
15 tahun 2001 tentang merek sebagai jasa yang bersangkutan.
penyempurnaan terhadap undang – c. Menunjukan asal barang / jasa
undang nomor 21 tahun 1961 tentang
yang dihasilkan.
Merek Perusahaan dan Merek
Perniagaan. Dengan mengundangkan d. Sebagai jaminan atas mutu barang
undang – undang no 15 tahun 2001 yang diproduksinya.yaitu sebagai
tentang merek ini menunjukkan bahwa jaminan nilai atau kualitas dari
pemerintah Indonesia memiliki barang dan jasa yang
keinginan yang kuat untuk bersangkutan. Hal ini tidak hanya
memberikan perlindungan yang berguna bagi produsen pemilik
maksimal kepada pemilik hak atas merek tersebut, tetapi juga
merek yang beritikad baik, bahwa memberikan perlindungan dan
yang berhak atas merek adalah jaminan mutu barang kepada
seseorang yang mendaftarkannya di konsumen. 15
Indonesia tetapi dengan itikad baik, Jenis Merek
jika pendaftaran dilakukan dengan
Undang – undang no 15 tahun 2001
itikad buruk, maka tidak dapat
tentang Merek telah mengatur jenis –
diberikan perlindungan 14, sehingga
jenis merek menjadi Merek Dagang
diharapkan dapat menekan sekecil –
dan Merek Jasa sebagaimana telah
kecilnya kasus – kasus persaingan
dirumuskan pada pasal 1 Ayat (2) dan
curang dalam dunia perdagangan
ayat (3). Pasal 1 ayat (2) merumuskan
terutama masalah merek tersebut.
pengertian merek dagang. Merek
Merek memiliki fungsi :
dagang adalah merek yang digunakan
a. Sebagai tanda pengenal untuk pada barang yang diperdagangkan
membedakan hasil produksi yang oleh seseorang atau beberapa orang
dihasilkan seseorang atau secara bersama – sama atau badan
beberapa orang secara bersama – hukum untuk membedakan barang –
sama atau badan hukum dengan barang sejenis lainnya.Pasal 1 ayat (3)
produksi orang lain atau badan merumuskan pengeretian merek jasa.
hukum lainnya. Merek Jasa adalah merek yang
digunakan pada jasa yang
13
diperdagangkan oleh seseorang atai
Nisa Ayu Spica, Perlindungan Hukum beberapa orang secara bersama – sama
Terhadap Merek Jasa Terkenal, Studi Kasus
Waroeng Podjok dengan Warung Pojok,
atau badan hukum untuk membedakan
(jakarta, Tesis, UI, 2011) hal. 1. dengan jasa – jasa sejenis lainnya.
14
Sutrisno, 2010, Perlindungan Hukum Terhadap
Pemilik Merek Terdaftar Di Indonesia, Tinjauan Yuridis
15
UU. No. 15 tahun 2001, (Jurnal Ilmu Hukum, UPNV, Direktur Jendral HKI, 2006, Buku Panduan Hak
Jatim. Vol. 2 No. 1 Januari 2010) hal. 69. Kekayaan Intelektual, Jakarta, hal. 36
8

Syarat Merek kata “baik”, kata “itikad” itu sendiri


telah memiliki arti maksud yang baik.
Terdapat persyaratan yang secara
Maksud yang baik mengandung
mutlak harus dimiliki oleh setiap
keteguhan jiwa bagi pelakunya untuk
orang atau badan hukum yang akan
mengedepankan kemauan berbuat
menggunakan suatu tanda atau gambar
jujur, layak tanpa ada niat untuk
atau tulisan yang akan digunakan
melakukan perbuatan jahat. Sehingga
sebagai merek, supaya
kata itikad, terlebih ditambahkan kata
tanda,gambar,tulisan tersebut dapat
baik dibelakangnya, memiliki arti
diterima sebagai merek dagang atau
yang sangat dalam, jika dikaitkan
cap dagang. Syarat tersebut adalah
dengan kemauan, niat, hati seseorang
bahwa tanda/gambar/tulisan tersebut
yang hendak melakukan sebuah
harus memiliki daya pembeda yang
perbuatan hukum. Itikad baik
cukup, dalam arti harus sedemikian
merupakan ruh dalam memahami,
rupa sehingga memiliki kekuatan yang
melahirkan dan melaksanakan suatu
dapat membedakan barang hasil
perbuatan. 17 Didalam hukum, itikad
produksi suatu perusahaan atau jasa
baik diharapkan dapat menjadi
dari produksi seseorang dengan barang
landasan bagi setiap orang didalam
atau jasa yang diproduksi oleh orang
melakukan perbuatan hukum, baik
lain.
untuk melakukan suatu perjanjian,
Cara memperoleh Hak atas Merek
membuka atau memulai sebuah usaha,
Cara memperoleh hak atas merek mendaftarkan hak atas kekayaan
sesuai dengan kaidah hukum di intlektual sampai kepada perbuatan
Indonesia terdapat 2 macam sistem untuk menyelesaikan sengketa.
yang dianut dalam pendaftaran merek Dalam Black Law Dictionery,
yaitu sistem deklaratif dan sistem Itikad baik diartikan sebagai Kejujuran
konstitutif (atributif). Undang-undang dalam keyakinan atau tujuan, tidak
merek No 15 tahun 2001 dalam sistem adanya niat menipu atau mencari
pendaftaran yang menganut sistem keuntungan, ketaatan standar
konstitutif sama dengan undang- komersial yang wajar, adil dalam
undang sebelumnya yaitu undang perdagangan tertentu atau kesetiaan
undang no 19 tahun 1992 dan undang kepada tugas seseorang atau
-undang nomor 14 tahun 1997, ini kewajiban. 18
adalah perubahan yang mendasar Kitab Undang – Undang Hukum
dalam undang undang merek di Perdata mempergunakan istilah itikad
Indonesia yang semula menganut
sistem deklaratif yang telah diatur 17
Kolopaking, Anita DA., Asas Itikad Baik
dengan undang-undang no 21 tahun Dalam Penyelesian Sengketa Kontrak Melalui
1961. 16 arbitrase, (Bandung, PT. Alumni, 2013)
3. Pengertian Itikad Baik hal.vii.
18
Black Law Dictionery, good faith, n. (18c)
Didalam Kamus Besar Bahasa A state of mind consisting in (1) honesty in
Indonesia kata itikad diartikan sebagai belief or purpose, (2) faithfulness to one’s
maksud yang baik. Secara gramatikal duty or obligation, (3) observance of
reaonable commercial standards of fair in
saja, tanpa ditambah dengan kata – dealing in given trade or business, or (4)
absence of intent to defraud or to seek
16
Miru Ahmadi, op.cit. hal. 2 unconscionable advantage.
9

baik kedalam dua untuk hal hal yang dengan tegas


pengertian.Pengertian itikad baik yang dinyatakan di dalamnya, tetapi juga
pertama adalah dalam arti subyektif, untuk segala sesuatu yang menurut
didalam bahasa Indonesia, itikad baik sifat perjanjian diharuskan oleh
dalam arti subyektif disebut kepatutan, kebiasaan atau undang
kejujuran.Pengertian itikad baik dalam undang. 20
arti subyektif atau kejujuran terdapat Asas itikad baik tidak saja berlaku
dalam pasal 530 KUH Perdata yang di dalam hukum perikatan atau hukum
mengatur mengenai kedudukan perdata saja tetapi berlaku pula di
berkuasa (bezit).Pengertian itikad baik dalam bidang hukum lainnya misalnya
dalam arti subyektif meruakan sikap hukum bisnis, hukum pajak, dan juga
batin suatu keadaan jiwa. Dalam hal hukum agraria, yang merupakan
ini itikad baik (kejujuran) dimaknai hukum publik.
sebagai keinginan dalam hati sanubari Standar Itikad Baik Dalam
pihak yang memegang atau menguasai Pendaftaran Merek
barang pada waktu ia mulai menguasai Tidak terdapat standar yang jelas
barang itu bahwa syarat – syarat yang untuk mengukur penerapan itikad
telah diperlukan untuk mendapatkan baik. Demikian pula penerapan
hak milik atas barang tersebut telah standar itikad baik dalam pendaftaran
dipenuhi, sehingga kejujuran dapat merek. Namun, jika mengacu kepada
dikatakan bersifat statis. 19 pasal 530, pasal 1338, dan pasal 1339
Itikad baik dalam arti kejujuran KUH Perdata, terdapat 2 standar yang
ini juga diatur didalam pasal 1386 dapat digunakan dalam penerapan
KUH Perdata dalam pasal tersebut itikad baik.
menentukan bahwa, “pembayaran Itikad baik dalam arti subjektif.
yang dengan itikad baik dilakukan Iktikad baik dalam arti subyektif
kepada seseorang yang memegang mengacu kepada pasal 530 KUH
surat piutangnya adalah sah”. Perdata, terkait dengan Bezit, maka
Pengertian itikad baik yang kedua itikad baik diartikan suatu keadaan
adalah itikad baik dalam arti jiwa atau sikap batin seseorang sejak
obyektif.Didalam bahasa Indonesia awal pada waktu menguasai suatu
pengertian itikad baik dalam arti barang sunguh – sungguh tidak
obyektif disebut pula dengan istilah mengetahui adanya cacat serta telah
kepatutan.Itikad baik dalam arti memenuhi segala persyaratan untuk
obyektif dirumuskan didalam ayat (3) menguasai atau memiliki suatu
pasal 1338 KUH Perdata yaitu : barang.
“Suatu perjanjian harus dilaksanakan Itikad baik dalam arti objektif
dengan itikad baik”. Pasal 1338 ayat (3) Kitab Undang –
Itikad baik dalam arti kepatutan Undang Hukum Perdata, mengatur
itu dipergunakan juga di dalam pasal asas itikad baik dalam hal yang
1339 KUH Perdata yang menyebutkan berkaitan dengan pelaksanaan
suatu perjanjian tidak hanya mengikat perjanjian. Pasal tersebut berbunyi
“persetujuan harus dilaksanakan
19
Jenie, Siti Ismijati, Itikad Baik,
Perkembangan Dari Asas Hukum Khusus
20
Menjadi Asas Hukum Umum Di Indonesia, Subekti, Pokok – Pokok Hukum Perdata,
(Yogyakarta, UGM, makalah 2007) hal 7 (Jakarta, Internusa, 1993) hal. 138.
10

dengan itikad baik”. 21 Dan Pasal 1339 Itikad baik dalam pasal ini
KUH Perdata, menggunakan itikad dimaksudkan agar para pihak dengan
baik dalam arti kepatutan, “suatu kesungguhan dan niat didalam
perjanjian tidak hanya mengikat untuk hatinya, memilih penyelesaian
hal – hal yang dengan tegas sengketa melalui perdamaian dan
dinyatakan di dalamnya, tetapi juga menutup rapat – rapat penyelesaian
untuk segala sesuatu yang menurut sengketa melalui pengadilan, yang
sifat perjanjian diharuskan oleh tentu saja harus diimbangi dengan
kepatutan, kebiasaan atau Undang – sikap mental serta komunikasi yang
undang”. Itikad baik antara pasal 1338 baik sehingga tercipta suasana yang
dan pasal 1339 sebenarnya sama, yaitu ramah dan penuh kekeluargaan.
itikad baik dalam arti obyektif, yaitu 4. Pengertian Sengketa
kepatutan atas kejujuran jiwa manusia
Istilah sengketa berasal dari
yang terletak pada tindakan yang
terjemahan bahasa inggris yaitu
dilakukan oleh kedua belah pihak,
dispute sedangkan dalam bahasa
dalam melaksanakan perjanjian. 22
belanda disebut dengan istilah geeding
Itikad Baik Dalam Penyelesaian
atau process. 24
Sengketa Merek
Sementara itu penggunaan istilah
Pasal 6 ayat (1) Undang- undang
sengketa itu sendiri belum ada
nomor 30 tahun 1999 menegaskan
kesatuan pandangan dari para ahli, ada
bahwa, Sengketa atau beda pendapat
ahli yang menggunakan istilah
perdata dapat diselesaikan oleh para
sengketa dan ada juga yang
pihak melalui alternatif penyelesaian
menggunakan istilah konflik kedua
sengketa yang didasarkan pada itikad
istilah itu seringkali digunakan oleh
baik dengan mengesampingkan
para ahli.
penyelesaian secara litigasi di
Richard L. Abel melihat sengketa
Pengadilan Negeri. Yang maksud
dari aspek ketidak cocokan atau
itikad baik dalam pasal ini adalah
ketidak sesuaian antara pihak tentang
bahwa dalam penyelesaian sengketa
sesuatu yang bernilai sesuatu yang
itikad baik merupakan salah satu
bernilai dimaknakan sebagai sesuatu
prinsip yang dapat mencegah
yang mempunyai harga atau berharga
timbulnya sengketa lebih lanjut,
uang.sehingga Richard L.Abel
sehingga hubungan baik para pihak
mengartikan sengketa adalah
dapat tetap terjaga. Itikad baik juga
pernyataan publik mengenai tuntutan
menjadi persyaratan yang harus
yang tidak konsisten (inconsistent
dimaksukkan ke dalam klausul
claim) terhadap sesuatu yang
penyelesaian sengketa melalui
bernilai. 25
Alternatif Penyelesaian Sengketa
Sementara Dean G Pruitt dan
(APS) atau Alternative Dispute
Jeffrey Z Rubin melihat sengketa dari
Resolution (ADR). 23
perbedaan kepentingan atau tidak
dicapainya kesepakatan para pihak
21
Soimin, Soedharyo, op. Cit. Hal. 332
22 24
Subekti, Op. Cit., hal. 140 Kolopaking, Anita DA., Asas Itikad Baik
23
Widnyana, I. Made, Alternatif Penyelesaian Dalam Penyelesaian Sengketa Kontrak,
Sengketa dan Arbitrase, (Jakarta, Fikahati (Jakarta, Alumni, 2013) hal. 8
25
Aneska, 2014), hal. 292 Ibid. Hal. 8
11

diartikan dengan perbedaan Penyelesaian Sengketa Merek


kepentingan adalah berlainanya
UU No.15 Tahun 2001 tentang Merek
keperluan atau kebutuhan dari masing
telah memberikan ketentuan –
masing pihak misalnya A sebagai
ketentuan tentang penyelesian
salah satu ahli waris menginginkan
sengketa dibidang merek, upaya
bahwa rumah warisan yang
penyelesaian sengketa di bidangmerek
ditinggalkan oleh pewaris dijual
dapat ditempuh melalui penyelesaian
sementara B tidak bisa, tidak
sengketa melalui jalurlitigasi, yaitu
menginginkan rumah itu dijual karena
penyelesaian melalui lembaga
mengandung nilai nilai sejarah bagi
pengadilan dan juga dapat ditempuh
keluarga. 26
upaya penyelesaian sengketa melalui
Laura Nader dan Harry Jr mengartikan
jalur non litigasi yaitu penyelesaian
sengketa adalah keadaan bahwa
sengketa diluar pengadilan, seperti
sengketa tersebut dinyatakan dimuka
melalui alternatif penyelesaian
atau dengan melibatkan pihak
sengketa ataupun arbitrase.
ketiga.Selanjutnya ia mengemukakan
istilah pra sengketa dan sengketa
alasan kita adalah keadaan yang METODE PENELITIAN
mendasari rasa tidak puas seseorang 1. Jenis Penelitian
Sengketa itu sendiri adalah keadaan
ketika para pihak menyadari atau Penelitian ini menggunakan jenis
mengetahui tentang adanya perasaan penelitian yuridis – empiris, yaitu
tidak puas tersebut. 27 penelitian yang menggunakan
Apapun yang menjadi pengertian peraturan perundang – undangan
sengketa jika dikaitkan dengan hati dengan tekanan pada yuridis normatif
nurani manusia sebagai makhluk sebagai objek kajian, meliputi
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, bahwa ketentuan – ketentuan perundang –
manusia selalu menginginkan undangan, serta penerapannya pada
perdamaian, tetapi kenyataannya peristiwa hukum. Peraturan perundang
dalam kehidupan sengketa kian terus – undangan dan peristiwa hukum yang
terjadi.Hal ini karena adanya dimaksud adalah yang terkait dengan
keinginan dan hal hal yang penerapan itikad baik dalam
29
mengganggu kenyamanan seseorang penyelesaian sengketa merek.
sehingga tanpa disadari keinginan atau Tipe penelitian ini dikategorikan
terganggunya kenyamanan seseorang sebagai penelitian yang bersifat
itulah yang memicu terjadinya deskriptif analitis ini berupa
sengketa. Karena itu sengketa dapat penggambaran terhadap pengaturan
dikatakan sebagai sesuatu yang asas itikad baik didalam peraturan
membuat timbulnya ketidak perundang – undangan, kasus – kasus
nyamanan, tidak tercapainya sengketa merek yang dapat
keinginan yang diharapkan oleh diselesaikan di pengadilan serta faktor
seseorang tersebut. 28 – faktor yang mendorong pelaksanaan
itikad baik dalam penyelesaian

26 29
Kolopaking, Anita DA. Op.cit. hal. 9 Muhammad, Abdulkadir, Hukum dan
27
Ibid. Hal. 9 Penelitian Hukum, (Lampung, Citra Aditya
28
Ibid. hal. 10 Bakti, 2004) hal. 201.
12

sengketa merek sehingga mencapai hukum ke dalam suatu sistem yang


perdamaian. komprehensif. 30
2. Sumber Data Teknik untuk mengkaji dan
mengumpulkan bahan hukum primer,
Sumber data yang dibutuhkan
sekunder dan tertier tersebut dengan
dalam pelaksanaan penelitian ini
menggunakan studi dokumenter. Studi
menggunakan sumber data primer dan
dokumenter merupakan studi yang
data skunder. Sumber data terdiri dari
mengkaji tentang berbagai dokumen –
bahan hukum primer yaitu peraturan
dokumen, baik yang berkaitan dengan
perundang – undangan dan dokumen
peraturan perundang – undangan
hukum. Bahan hukum skunder terdiri
maupun dokumen – dokumen yang
dari buku – buku hukum dan tulisan –
telah ada. 31
tulisan hukum lainnya. Sedangkan
4. Analisis Data
data lainnya diperoleh dari hasil
wawancara dengan Ka. Subdit. Penelitian yang bersifat deskriptif
Pelayanan Hukum dan Ka. Subdit. analitis ini berupa penggambaran
Pemeriksaan Merek. Direktorat terhadap pengaturan asas itikad baik
Merek, Direktorat Jendral Hak didalam peraturan perundang –
Kekayaan Intelektual, Kementerian undangan, praktek penerapan itikad
Hukum dan Hak Asasi Manusia, baik dalam penyelesian sengketa
Republik Indonesia merek, serta faktor – faktor yang
3. Teknik Pengumpulan Data menghambat dan yang mendorong
penerapan itikad baik dalam
Menyangkut pengumpulan data
penyelesaian sengketa merek sehingga
dilaksanakan dengan memilih bahan-
mencapai perdamaian. Dari
bahan hukum yang relevan dengan
keseluruhan data yang diperoleh, baik
objek penelitian yang diajukan dengan
bahan hukum primer, bahan hukum
prosedur sebagai berikut: Terhadap
skunder maupun bahan hukum tertier,
bahan hukum primer, sekunder dan
di analisis secara kualitatif dan
tertier prosedur pengumpulannya
diberikan penggambaran terkait
dilakukan dengan menempatkan
dengan penerapan asas itikad baik
dalam kategorisasi sumber hukum dan
didalam penyelesaian sengketa merek.
kualifikasi hukum seperti bahan
hukum menyangkut pengertian dan
PENERAPAN ITIKAD BAIK
pengaturan asas itikad baik didalam
DALAM PENYELESAIAN
peraturan perundang – undangan,
SENGKETA MEREK
pengaturan pendaftan Hak atas Merek,
mekanisme penyelesaian sengketa
1. Pengaturan Itikad Baik dalam
merek baik melalui litigasi maupun
Peraturan dan Perundang –
non litigasi.
undangan di Indonesia.
Pengumpulan data tersebut
dilakukan dengan beberapa tahap yaitu
pertama, menetapkan kriteria
identifikasi untuk mengadakan seleksi 30
Adi, Rianto, Metodologi Penelitian Sosial
norma hukum, kedua, melakukan dan Hukum, (Jakarta, Granit, 2004), hal. 92.
31
koleksi norma – norma hukum, dan HS. Salim dan Nurbani, ES, Penerapan
ketiga, mengorganisir norma – norma Hukum Pada Penelitian Tesis dan Disertasi,
Jakarta, PT. Raja Grafindo, 2013, hal 19.
13

Itikad baik, merupakan salah satu asas 1.2. Pengaturan itikad baik dalam
hukum yang berlaku di Indonesia. Kitab Undang – Undang
Asas itikad baik disebut sebagai asas Hukum Perdata (KUHPerdata)
hukum khusus, karena pada awalnya Pasal 530 KUH Perdata mengatur
hanya berlaku dalam hukum perdata itikad baik dalam kaitannya
saja, namun sesuai dengan dengan bezit yaitu kedudukan
perkembangan hukum di Indonesia, menguasai atau menikmati suatu
asas itikad baik tidak hanya berlaku barang yang ada dalam kekuasaan
dalam hukum perdata, namun pada seseorang secara pribadi atau
bidang hukum lainnya, yang tentu saja dengan perantara orang lain,
diperlukan penyesuaian dalam seakan – akan barang itu miliknya
penerapannya. 32 sendiri. 35
1.1. Pengaturan itikad baik dalam Pasal 1338 ayat (3) Kitab Undang
Undang – Undang nomor 15 – Undang Hukum Perdata,
tahun 2001 tentang Merek. mengatur asas itikad baik dalam
Pasal 4 Undang – undang No 15 hal yang berkaitan dengan
tahun 2001 tentang Merek telah pelaksanaan perjanjian. Pasal
menjelaskan “Merek tidak dapat tersebut berbunyi “persetujuan
didaftar atas dasar Permohonan harus dilaksanakan dengan itikad
yang diajukan oleh Pemohon baik”. 36
yang beritikad tidak baik”. 33 Pasal 1339 KUH Perdata,
Pasal 68 ayat (1) memperkuat menggunakan itikad baik dalam
maksud pasal 4, undang – arti kepatutan, “suatu perjanjian
undang nomor 15 tahun 2001 tidak hanya mengikat untuk hal –
tentang merek, dengan hal yang dengan tegas dinyatakan
menegaskan bahwa, terhadap di dalamnya, tetapi juga untuk
pendaftaran merek yang segala sesuatu yang menurut sifat
didaftarkan oleh pemohon yang perjanjian diharuskan oleh
beritikad tidak baik, maka pihak kepatutan, kebiasaan atau Undang
yang berkepentingan atau yang – undang”. Itikad baik anatra
dirugikan dapat mengajukan pasal 1338 dan pasal 1339
gugatan pembatalan merek, sebenarnya sama, yaitu itikad baik
dengan mengajukan dalam arti obyektif, yaitu
permohonan ke Direktorat kepatutan atas kejujuran jiwa
Jendral HKI, dan gugatan di manusia yang terletak pada
ajukan melalui pengadilan tindakan yang dilakukan oleh
34
Niaga. kedua belah pihak, dalam
melaksanakan perjanjian. 37
32
Jenie, Siti Ismijati, Itikad Baik, 1.3. Pengaturan itikad baik dalam
Perkembangan Dari Asas Hukum Khusus Undang – undang nomor 30
Menjadi Asas Hukum Umum Di Indonesia, tahun 1999 tentang Arbitrase
(Yogyakarta, UGM, makalah 2007) hal 3
33
Saidin, OK, Aspek Hukum Hak Kekayaan
35
Intelektual (Intelectual Property Right), Soimin, Soedharyo, Kitab Undang Undang
(Jakarta, Rajawali Press, 2013) hal. 223. Hukum Perdata (KUH Per),(Jakarta, Sinar
34
Supramono, Gatot, Menyelesikan Sengketa Grafika, 1996) hal.162
36
Merek Menurut Hukum Indonesia, (Jakarta, Soimin, Soedharyo, op. Cit. Hal. 332
37
Rineka Cipta, 2008), hal 241 Subekti, Op. Cit., hal. 140
14

dan Alternatif Penyelesaian Indonesia Nomor 16 Tahun 2009


Sengketa. menegaskan bahwa Pembukuan
Pasal 6 ayat (1) Undang- undang atau pencatatan tersebut harus
nomor 30 tahun 1999 menegaskan diselenggarakan dengan
bahwa, Sengketa atau beda memperhatikan itikad baik dan
pendapat perdata dapat mencerminkan keadaan atau
diselesaikan oleh para pihak kegiatan usaha yang sebenarnya. 39
melalui alternatif penyelesaian 1.6. Pengaturan Itikad baik dalam
sengketa yang didasarkan pada Peraturan Pemerintah nomor
itikad baik dengan 24 tahun 1997 tentang
mengesampingkan penyelesaian pendaftaran tanah.
secara litigasi di Pengadilan Pasal 24 ayat (2), Peraturan
Negeri. Pemerintah nomor 24 tahun 1997
1.4. Pengaturan itikad baik dalam tentang pendaftaran tanah,
Undang – undang nomor 8 menyebutkan “Dalam hal tidak
tahun 1995 tentang Pasar atau tidak lagi tersedia secara
Modal lengkap alat – alat pembuktian
Pasal 71 Undang – Undang no 8 sebagaimana disebutkan dalam
tahun 1995 tentang Pasar Modal ayat (1) pembekuan hak dapat
menegaskan bahwa Tidak satu dilakukan berdasarkan kenyataan
Pihak pun dapat menjual Efek penguasaan fisik tentang tanah
dalam Penawaran Umum, kecuali yang bersangkutan selama 20
pembeli atau pemesan tahun / lebih secara berturut –
menyatakan dalam formulir turut oleh pemohon pendaftar dan
pemesanan Efek bahwa pembeli pendahulu – pendahulunya
40
atau pemesan telah menerima atau dengan syarat:
memperoleh kesempatan untuk a. Penguasaan tersebut dilakukan
membaca Prospektus berkenaan dengan itikad baik dan secara
dengan Efek yang bersangkutan terbuka oleh yang
sebelum atau pada saat bersangkutan sebagai yang
pemesanan dilakukan. 38 berhak atas tanah tersebut
1.5. Pengaturan itikad baik dalam diperkuat oleh kesaksian orang
Undang – undang nomor 6 – orang yang dapat dipercaya.
tahun 1983, dan perubahannya b. Penguasaan tersebut baik
Undang – undang nomor 16 sebelum maupun selama
tahun 2000 tentang Ketentuan pengumuman sebagaimana
dan Tata Cara Perpajakan dimaksud dalam Pasal 26 tidak
Pasal 28 ayat (3) Undang – dipermasalahkan oleh
undang no 6 tahun 1983 tentang masyarakat hukum adat atau
Ketentuan Umum Dan Tata Cara
Perpajakan Sebagaimana Telah 39
Dirjen Pajak, Undang – undang Ketentuan
Beberapa Kali Diubah Terakhir Umum dan tatacara Perpajakan, ( Jakarta.
Dengan Undangundang Republik Dir. Penyuluhan, Pelayanan dan Hubungan
Masyarakat), Hal. 75
38
Setneg. RI., Undang – Undang no. 8 tahun
40
1998 tentang Pasar Modal, (jakarta, Setneg. Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 1997,
1995) hal. 21 hal. 6.
15

desa/kelurahan yang merek HOLLAND BAKERY


bersangkutan ataupun pihak melawan Drs. F.X.Y. Kiatanto
lainnya. S. Pemilik merek BAKERI
2. Praktek Penerapan Itikad Baik HOLAN dan HOLLAND, telah
Dalam Penyelesiaan sengketa diputus terakhir dengan putusan
merek. Mahkamah Agung tanggal 2
Sesuai dengan kerangka pemikiran Maret 2004, nomor 010
yang telah diuraikan pada halaman PK/N/HaKI/2003. PT. Mustika
9, dari 6 kasus sengketa merek Citrarasa menjadi pihak yang
yang di kaji, seluruhnya menang, dan F.X.Y. Kiatanto S.
diselesaikan melalui Pengadilan Menjadi pihak yang kalah.
Niaga, 5 kasus sengketa merek 2.3. 100 melawan GAGA 100 43
selesai pada tingkat Peninjauan Sengketa antara Drs. Harry
Kembali, dan satu kasus sengketa Sanusi pemilik merek 100 dan
merek masih berlanjut. lukisan 100 melawan PT.
Lima kasus sengketa merek yang Jakarana Tama pemilik merek
dapat diselesaikan sampai GAGA 100 dan GAGA MIE
dengan tingkat Peninjauan 100. pada tingkat penijauan
Kembali sebagai berikut: kembali PT. Jakarana Tama
2.1. AQUA melawan menjadi pihak yang menang
41
INDOQUA sedangkan Drs. Harry Sanusi
Perkara gugatan antara Pt. menjadi pihak yang kalah.
Aqua Golden Mississippi Tbk, 2.4. TOP 1 melawan
pemilik merek AQUA MEGATOP 44
(Penggugat) melawan H.M. Kasus sengketa merek antara
Mansyur Syaerozi pemilik PT. Topindo Atlas Asia
merek INDOQUA (Tergugat), melawan PT. Lumasindo
telah diputus terkahir dengan Perkasa ini, telah diputus
putusan Mahkamah Agung no terakhir dengan putusan
04 PK/N/HaKI/2004 tanggal 4 Mahkamah Agung no. 014
November 2001, dengan PK/N/HaKI/2003 tanggal 6
putusan menyatakan gugatan Januari 2004. PT. Topindo
PT. Aqua Golden Mississippi Atlas Asia menjadi pihak yang
Tbk tidak dapat diterima, H.M. menang dan PT. Lumasindo
Mansyur Syaerozi menjadi Perkasa menjadi pihak yang
pihak yang menang dan PT. kalah.
Aqua Golden Mississippi 2.5. Djajadi Djaja melawan PT.
menjadi pihak yang kalah. Indofood Sukses Makmur
2.2. HOLLAND BAKERY untuk merek – merek
melawan BAKERI HOLAN 42
Perkara gugatan antara PT.
Mustika Citrarasa pemilik

41 43
Mahkamah Agung, Putusan no 04 Mahkamah Agung RI., Putusan no. 08
PK/N/HaKI/2004, tanggal 4 November 2001 PK/N/HaKI/2004, 10 Npember 2004
42 44
Mahkamah Agung, Putusan nomor 010 Mahkamah Agung, Putusan no. 014
PK/N/HaKI/2003, tanggal 2 Maret 2004 PK/N/HaKI/2003, tanggal 6 Januari 2004.
16

INDOMIE, CHIKI dan amar putusan mengabulkan


merek lainnya. 45 permohonan peninjauan
Perkara sengketa antara kembali PT. Krakatau Steel
Djajadi Djaja pemilik awal dan membatalkan putusan
merek – merek INDOMIE, Mahkamah Agung nomor
CHIKI dan merek lainnya 197 K/Pdt.Sus/2009, tanggal
melawan PT. Indofood 16 Juni 2009. PT. Krakatau
Sukses Makmur, pemilik Steel menjadi pihak yang
merek – merek dimaksud menang dan PT. Tobu
berdasarkan akte jual beli Indonesia Steel menjadi
saham no. 106 tanggal 20 Juli pihak yang kalah.
1984 di hadapan notaris Perkara ini sebenarnya belum
Julian Nimrod Siregar, SH. selesai, dalam arti bahwa
Dan pada tingkat Peninjauan masih terdapat para pihak
Kembali, permohonan masih melakukan gugatan
peninjauan kembali yang dan laporan, bahkan sampai
diajukan oleh Djajadi Djaja, pada tingkat Kasasi.
ditolak oleh Hakim Namun dengan berlandaskan
peninjauan kembali Itikad Baik para pihak, PT.
Mahkamah Agung, pada Tobu Indonesia Steel dan PT.
tanggal 5 September 2005, Krakatau Steel melakukan
dengan nomor 293 kesepakatan untuk melakukan
PK/Pdt./2003. PT. Indofood perjanjian perdamaian pada
Sukses Makmur menjadi tanggal 3 September 2013.
pihak yang menang dan 2.7. Sengketa antara Forever 21
Djajadi Djaja menjadi pihak Inc. Melawan Hendro
yang kalah. Wiyogo
2.6. Sengketa merek KS POLE Forever 21 Inc. Adalah suatu
dan KS milik PT. Krakatau perusahaan yang didirikan
Steel melawan merek KSTI dan berada dibawah Undang
milik PT. Tobu Indonesia – undang Negar Bagian
Steel. Delaware, Amerika Serikat,
Perkara sengketa merek beralamat di 2001 South
antara PT. Krakatau Steel Alameda Street, Los Angeles,
pemilik merek KS POLE dan Clifornia, 90058, USA.
KS melawan PT. Tobu Mengajukan gugatan kepada
Indonesia Steel pemilik Hendro Wiyogo, beralamat di
merek KSTI untuk barang Jalan Wijaya IV/14 A
kelas 6, yaitu besi baja RT.002, RW. 005 Kelurahan
tulangan beton. Terakhir Melawai, Jakarta Selatan, atas
diputus dengan putusan kepemilikan merek Forever
nomor 08 PK/Pdt.Sus/2010, 21, untuk kelas 35, merek
tanggal 15 Juni 2010 dengan dagang untuk perlengkapan,
pakaian pria dan wanita,
45
perhiasan, tas dan dompet.
Mahkamah Agung, Putusan nomor 293
PK/Pdt./2003, tanggal 5 September 2005,
17

Gugatan diajukan kepada Sampai saat ini masyarakat


Pengadilan Niaga pada pada umumnya berpandangan
Pengadilan Negeri Jakarta bahwa sengketa hanya dapat
Pusat dengan nomor diselesaikan melalui jalur
43/merek/2012/PN.Niaga.Jkt. Pengadilan, bahkan kalangan
Pst. tanggal 16 Juli 2012, dan profesional hukumpun
proses persidangan telag berpandangan yang sama,
berlangsung beberapa kali. yaitu hanya terpaku memilih
Di dalam proses tahapan jalur litigasi dan melupakan
persidangan, para pihak justru jalur non litigasi dalam
telah dapat menyelesaikan memberikan nasehat hukum
sengketa secara musyawarah kepada kliennya. 46
untuk mufakat dan telah 3.3. Hambatan psikologis
tercapai kesepakatan Kurangnya kebesaran jiwa
perdamaian di luar bagi peniru atau pemalsu
persidangan. merek terdaftar, ketika
3. Hambatan penerapan itikad baik mendapat peringatan atau
dalam penyelesaian sengketa somasi oleh pemilik merek
merek. terdaftar, dengan tetap
Dari uraian contoh kasus sengketa mempertahankan untuk terus
merek tersebut di atas, jelas bahwa menggunakan merek tersebut
seluruh kasus sengketa merek yang dalam usahanya. Sehingga
dijadikan contoh dalam penelitian gugatan kepada Pengadilan
ini pada awalnya diselesaikan Niaga tidak dapat
melalui pengadilan niaga dan hanya dihindarkan. Hal inilah yang
dua kasus yang kemudian menghambat penerapan itikad
bersepakat melakukan perdamaian. baik dalam upaya
Terdapat beberapa hambatan pelaksanaan Alternatif
penerapan itikad baik dalam Penyelesaian Sengketa.
penyelesaian sengketa merek yaitu: 3.4. Hambatan Edukasi
3.1. Hambatan yuridis. Belum seluruh Perguruan
Alternatif Penyelesaian Tinggi Hukum menawarkan
Sengketa yang dapat mata pelajaran Alternatif
dilakukan melalui Konsultasi, Penyelesaian Sengketa
Konsiliasi, Negosiasi, sebagai mata kuliah wajib di
Mediasi, dan Penilaian Ahli, dalam kurikulumnya,
mendapatkan porsi sehingga tidak seluruh
pembahasan yang sangat mahasiswa dapat
sedikit di dalam Undang – mendalaminya. Keadaan ini
Undang nomor 30 tahun 1999 tentu saja memberikan
tentang Arbitrase dan dampak terhadap lambannya
Penyelesaian Sengketa, hanya penggunaan jalur non litigasi
2 pasal yaitu pasal 1 angka 10 sebagai alternatif terhadap
dan pasal 6.
46
3.2. Hambatan budaya hukum Widnyana, I Made, Alternatif Penyelesaian
Snegketa dan Arbitrase, (Jakarta, Fikahati
Aneska, 2014) hal. 45.
18

penyelesaian sengketa. persengketaan utamanya.


Dengan memasukkan Sebagaimana proses
Alternatif Penyelesian penyelesaian sengketa antara
Sengketa ke dalam kurikulum PT. Tobu Indonesia steel
sebagai mata kuliah wajib, dengan PT. Krakatau Steel,
maka mahasiswa lulusan sengketa utamanya adalah
fakultas hukum di masa yang sengketa di bidang merek,
akan datang akan memiliki yang di proses peradilannya
pengetahuan yang luas dalam melalui Pengadilan Niaga,
ilmu hukum maupun pada Pengadilan Negeri Jakarta
ketrampilan dibindang litigasi Pusat.
dan non litigasi. 47 Berdasarkan uraian tersebut, jelas
4. Faktor yang mendorong bahwa seluruh kasus sengketa merek
dilaksanakannya itikad baik yang diuji, penyelesaiannya dilakukan
dalam penyelesaian sengketa melalui litigasi di pengadilan yang
merek. menempatkan para pihak menjadi
4.1. Faktor Psikologis. pihak kalah dan pihak yang menang.
Bahwa para pihak telah Walaupun pada akhirnya terdapat dua
menyatakan di dalam Akta kasus yang dapat diselesaikan melalui
Perjanjaian Perdamaian, sama perdamaian di luar pengadilan, namun
– sama menginginkan masih lebih banyak sengketa merek
penyelesaian perselisihan yang diselesaikan melaluli pengadilan,
secara damai dan hal ini belum memenuhi harapan
kekeluargaan. Secara dibuatnya peraturan perundang –
Psikologis terdapat keikhlasan undangan yang telah mencantumkan
para pihak untuk segera itikad baik di dalam pasal – pasalnya,
mengakhiri perselisihan sebagaimana diuraikan pada awal bab
dengan melepaskan segala ini, bahwa itikad baik dapat menjadi
tuntutan dikemudian hari. dasar dalam melakukan perbuatan
4.2. Faktor Ekonomi hukum dan penyelesaian sengketa,
Di dalam pasal 1 ayat (1) Akta terlebih jika didasarkan kepada teori
Perjanjian Perdamaian, utilitarian, bahwa menurut teori
sengketa antara PT. Tobu Utilitarian tujuan akhir dari
Indonesia Steel dan PT. perundang-undangan adalah untuk
Krakatau Steel, sebagaimana melayani kebahagiaan dan
tinjauan di atas, tertulis bahwa memberikan manfaat paling besar dari
para pihak menyatakan telah sejumlah terbesar rakyat.
sama – sama mengalami
kerugian. PENUTUP
4.3. Faktor Hukum 1. Kesimpulan
Proses penyelesaian sengketa, Dari 7 (tujuh) sengketa merek
sering kali menimbulkan yang dikaji dalam tesis ini, dapat
sengketa – sengketa lainnya, disimpulkan bahwa pernerapan
yang masih terkait dengan itikad baik dalam praktek
penyelesaian sengketa merek
47
ternyata cenderung belum
Widnyana, I Made, op. Cit. Hal. 25
19

didasarkan kepada itikad baik. menyelesaikan melalui Alternatif


Dari semua kasus sengketa merek Penyelesaian Sengketa diluar
yang dikaji diselesaikan melalui proses pengadilan.
jalur Pengadilan Niaga. 5 (lima) 2. Saran
kasus sengketa merek dapat Agar penyelesian sengketa merek
diselesaikan sampai dengan didasarkan kepada itikad baik
tingkat peninjauan kembali di maka, faktor – faktor yang
Mahkamah Agung, 1 (satu) kasus menghambat penerapan itikad
sengketa merek masih berlanjut baik (Faktor Yuridis, Faktor
sengketanya setelah putusan Budaya Hukum, Faktor
peninjauan kembali Mahkamah Psikologis, Faktor Edukasi) dapat
Agung, dengan gugatan dan dihapuskan dan faktor – faktor
laporan lainnya terkait dengan yang mendorong penerapan itikad
sengketa merek tersebut yaitu baik (Faktor Psikologis, Faktor
gugatan Perbuatan Melawan Ekonomi, Faktor Hukum) dapat
Hukum oleh PT. Tobu Indonesia dijalankan.
Steel ke Pengadilan Negeri
Tangerang dan Laporan Polisi
pelanggaran hukum oleh PT. DAFTAR PUSTAKA
Krakatau Steel ke Mabes. Polri Saidin, OK. Aspek Hukum Hak
dan Polda. Sumatera Barat. Kekayaan Intelektual
Namun sebelum gugatan dan (Intellectual Property Rights,
laporan polisi tersebut dapat Rajawali Pers, Jakarta, 2004.
terselesaikan, para pihak Gautama, Sudargo. Segi – Segi Hukum
mencapai kesepakatan untuk Hak Milik Intelektual, PT.
melakukan perdamaian dan Eresco, Bandung, 1990
gugatan ke Pengadilan Negeri Darmodiharjo, Darji. Pokok – Pokok
Tangerang serta laporan polisi ke Filsafat Hukum, Gramedia
Mabes. Polri dan Polda. Sumatera Pustaka Tama, Jakarta 1999.
Barat di cabut, dan 1 (satu) kasus Adi, Rianto, Metodologi Penelitian
dapat diselesaikan melalui Sosial dan Hukum, Granit,
kesepakatan perdamaian, sebelum Jakarta, 2010.
kasus sengketa tersebut diputus HS, Salim, Penerapan Teori Hukum
oleh pengadilan tingkat pertama, pada Tesis dan Disertasi, Raja
yaitu sengketa antara Forever 21 Grafindo Persada, Jakarta 2011.
Inc. Melawan Hendro Wiyogo. HS, Salim, Buku Kedua Penerapan
Dengan demikian jelas bahwa Teori Hukum pada Tesis dan
hanya 2 (dua) kasus yang dapat Disertasi, Raja Grafindo
diselesaikan melalui Alternatif Persada, Jakarta 2014.
Penyelesaian Sengketa yaitu Casavera, 15 Kasus Sengketa Merek
negosiasi atau perdamaian diluar Di Indonesia, Graha Ilmu,
proses peradilan yang didasarkan Yogyakarta, 2009.
kepada itikad baik. Sedangkan 5 Kolopaking, Anita DA, Asas Iktikad
(lima) kasus sengketa diputus Baik Dalam Penyelesaian
melalui Pengadilan Niaga, tanpa Sengketa Kontrak Melalui
adanya itikad baik untuk
20

Arbitrase, Almuni, Bandung, Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun


2013. 1993 Tata Cara Permintaan
Widnyana, I Made, Alternatif Pendaftaran Merek
Penyelesaian Sengketa dan Peraturan Pemerintah No. 24 tahun
Arbitrase, Fikahati Aneska, 1993 tentang Kelas Barang Atau
Jakarta, 2014. Jasa Bagi Pendaftaran Merek.
Abdullah, Idrus. Bentuk – Bentuk Peraturan Pemerintah No. 32 tahun
Penyelesaian Sengketa Di Luar 1995 tentang Komisi Banding
Pengadilan (Alternatif Dispute Merek.
Resolution), Yamba, Mataram, Convention for the Protection of
2013. Industrial Property (Konvensi
Supramono, Gatot, Menyelesaiakan Paris)
Sengketa Merek Menurut Hukum Keppres No. 15 Tahun 1997 tentang
Indonesia, Rinea Cipta, Jakarta, Perubahan Keputusan Presiden
2008. Nomor 24 Tahun 1979
Jamillah, Fitrotin, Stategi Pengesahan Paris Convention
Penyelesaian Sengketa Bisnis, For The Protection Of Industrial
Pustaka Yustisia, Yogyakarta, Property Dan Convention
2014. Establishing The World
Sudargo Gautama. Hak Milik Intellectual Property
Intelektual dan Perjanjian Organization.
Internasional, TRIPs, ATT, The Hague Agreement Concerning the
Putaran Uruguay (1994). PT. International Deposit of
Citra Aditya Bakti. Bandung, industrial Design (London Act)
2001. Trade Related Aspects of Intelectual
H. Ahmad Kamil dan M. Fauzan. Property Rights/TRIPS-WTO
Kaidah-kaidah hukum UU No. 7 Tahun 1994 tentang
Yurisprudensi. Jakarta: Kencana Pengesahan Agreement
Prenada Media Group, 2008. Establishing The World Trade
Munandar Haris dan Sally Sitanggang. Organization (Persetujuan
HaKI-Hak Kekayaan Intelektual. Pembentukan Oorganisasi
Penerbit Erlangga. Jakarta, Perdagangan Dunia)
2008. Putusan Pengadilan Tinggi Banten No.
Soerjono Soekanto. Pengantar 57/PDT/2011/PT. BTN.
Penelitian Hukum. UI Press. Banding PT. Tobu Indonesia
Jakarta,1986. Steel melawan Direktorat
Muhammad, Abdulkadir, Hukum dan Jendral HKI tergugat 1 dan PT.
Penelitian Hukum, Citra Aditya Krakatau Steel (Persero)
Bakti, Lampung, 2004. tergugat 2.
Undang-undang nomor 15 tahun 2001 Putusan Mahkamah Agung No.
tentang Merek. 311/K/Pdt/2012, Kasasi
Undang – Undang no 30 Tahun 1999 Direktorat Jendral HKI dan PT.
tentang Arbitrase dan Alternatif Karakatau Stell (Persero)
Penyelesaian Sengketa. pemohon 1 dan 2 melawan PT.
Tobu Indonesia Steel.
21

Aryani, Esti. Pelanggaran Hak Atas Jeti, Siti Ismijani, Iktikad Baik,
Merek Dan Mekanisme Perkembangan dari Asas Hukum
Penyelesaiannya Di Indonesi, Khusus Menjadi Asas Hukum
Jurnal, Universitas Indonesia, Umum D Indonesia, Pidato
Jakarta. Pengukuhan Guru Besar,
Sutrisno dan Fauzul Uli W. Universitas Gajah Mada,
Perlindungan Hukum Terhadap Yogyakarta, 2007.
Pemilik Merek Terdaftar Di Haq, Miftahul, Tinjauan Yuridis
Indonesia (Tinjauan Yuridis UU. Terhadap Penyelesaian
No. 15 tahun 2001), Liga SengketaPembatalan
Hukum Vol. 2, No. 1, FH. Pendaftaran Merek
UPNV, Jawa Timur, Januari, BerdasarkanUndang – Undang
2010. No 15 tahun 2001 tentang Merek
Mahaeni DK, MRR Tiyas, Pengadilan (Studi Kasus Pada putusan –
Niaga sebagai Lembaga putusan Pengadilan Niaga
Penyelesaian Sengketa Merek, jakarta Pusat, Tesis, Sekolah
Ragam Jurnal Pengembangan Pascasarjana, Universitas
Humaniora Vol. 11 No. 2, Sumatera Utara, Medan, 2007.
Politeknik Negeri Semarang, Priamsari, Putri Ayu RR, Penerapan
Agustus 201. Itikad Baik Sebagai Alasan
Kaloay, NRS, Fungsi Pendaftaran Pembatalan Merek Menurut
Merek Sebagai Upaya Menjamin Undang-Undang Nomor 15
Kepastian Hukum Bagi Tahun 2001 Tentang Merek (di
Pemegang Hak Eksklusif Atas Tingkat Peninjauan Kembali),
Merek, Jurnal Vol. XIX, No. 2, Universitas Diponegoro,
Universitas Sam Ratulangi, Semarang, 2010.
Menado, Januari - Maret 2011. Fachrial, Tinjauan Yuridis
Direktorat Hukum dan Hak Asasi Penerapan Prinsip Itikad Baik
Manusia, Eksistensi Pengadilan Dalam Sengketa Merek (Studi
Niaga dan Perkembangannya Kasus di Pengadilan Niaga
Dalam Era Globalisasi, Medan), Tesis, Sekolah
Bappenas, Jakarta. Pascasarjana, universitas
Sumatera Utara, Medan, 2006.

Anda mungkin juga menyukai