Disusun Oleh :
Kelompok
Makalah yang berjudul “metode resitasi” ini telah kami selesaikan dengan
mendapat dari beberapa sumber. Kami sebagai penulis berharap dengan
tersusunnya makalah ini dapat bermanfaat dan memberikan sebagian ilmu yang
kami susun untuk sedikit menunjang penerapan metode resitasi meskipun tidak
sesempurna dari makalah yang lain sehingga kami mohon maaf sebesar besarnya.
Mungkin hanya ini yang dapat kami sampaikan, kurang lebihnya mohon maaf
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan Pembahasan......................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................3
PEMBAHASAN.....................................................................................................3
PENUTUP...............................................................................................................9
A. Kesimpulan...................................................................................................9
B. Saran..............................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peningkatan mutu pendidikan sangat ditentukan oleh guru sebagai
pendidik dalam pencapaian tujuan pendidikan yang diharapkan. Dengan
kata lain guru menempati titik sentral pendidikan. sekolah termasuk di
dalamnya penggunaan metode mengajar yang sesuai. Agar guru mampu
menunaikan tugasnya dengan baik, maka terlebih dahulu harus memahami
hal-hal yang berhubungan dengan proses belajar mengajar seperti halnya
proses pendidikan pada umumnya. Dengan demikian peranan guru yang
sangat penting adalah mengaktifkan dan mengefisienkan proses belajar di
Penggunaan metode mengajar yang tepat, merupakan suatu alternatif
mengatasi masalah rendahnya daya serap peserta didik terhadap pelajaran,
guna meningkatkan mutu pengajaran. Penerapan suatu metode pengajaran
harus ditinjau dari segi keefektifan, keefesienan dan kecocokannya dengan
karakteristik materi pelajaran serta keadaan peserta didik yang meliputi
kemampuan, kecepatan belajar, minat, waktu yang dimiliki dan keadaan
social ekonomi peserta didik sebagai obyek
Pembelajaran dengan metode mengajar yang sesuai dengan materi
yang diajarkan akan meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Sebagai
contoh adalah pemberian tugas pada setiap akhir pelajaran dengan harapan
aktifitas belajar peserta didik dapat ditingkatkan, sehingga prestasi belajar
peserta didik dapat pula meningkat. Menurut Harmawati “pemberian tugas
pada setiap pertemuan mempengaruhi hasil belajar peserta didik. Dengan
demikian tugas setiap pertemuan menyebabkan peserta didik termotivasi
dalam belajar, disamping itu peserta didik lebih aktif dalam kegiatan
belajar mengajar”
1
Perlu disadari bahwa yang diharapkan oleh guru terhadap peserta
didiknya adalah bahan pelajaran yang diterima peserta didik dapat
dikuasainya dengan baik. Olehnya itu, maka salah satu cara yang ditempuh
adalah tugas yang diberikan oleh guru tidak hanya dikerjakan di kelas
yang sempit dan terbatas oleh waktu, akan tetapi perlu dilanjutkan di
rumah, di perpustakaan, di laboratorium dan hasilnya harus
dipertanggungjawabkan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan
masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan metode pembelajaran resitasi?
2. Apa saja langkah langkah metode pembelajaran resitasi?
3. Apa kelebihan dan kekurangan metode resitasi?
C. Tujuan Pembahasan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka yang menjadi tujuan
pembahasan pada makalah ini adalah sebagai berikut :
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
pemeriksaan atas diri sendiri atau menampilkan diri dalam menyampaikan
hasil dengan tuntutan kualifikasi atau kompetensi yang ingin
dicapai(Abdul Majid, 2013: 208-209).
4
c. Diusahakan/dikerjakan oleh siswa sendiri, tidak meminta
tolong kepada orang lain
d. Dianjurkan agar siswa mencatat hasil-hasil yang ia peroleh
dengan baik dan sistematik
3. Fase mempertanggungjawabkan Tugas
Hal yang harus dikerjakan pada fase ini :
a. Laporan siswa baik secara lisan maupun tertulis dari apa
yang telah dikerjakan.
b. Ada Tanya jawab/diskusi.
c. Penilaian hasil pekerjaan siswa baik dengan tes maupun
non tes atau cara lainnya.
5
Dengan adanya metode resitasi hal itu dapat teratasi hingga muncul
rasa percaya diri yang lahir dari kemandirian tersebut.
3. dapat membina tanggung jawab dan disiplin peserta didik.
Penggunaan metode ini dalam pembelajaran PAI dapat membina
tanggung jawab dan disiplin peserta didik. Materi yang dikerjakan
dengan mandiri melalui tugas-tugas berdampak pada munculnya
tanggung jawab dari diri peserta didik. Tanggung jawab tersebut
muncul karena bila tugas yang dikerjakan tidak sesuai maka secara
individu peserta didik tersebut harus bertanggung jawab. Peserta
didik mengerjakan tugas-tugas yang diberikan melaksanakannya
secara sendirian tanpa melibatkan orang lain dan guru.
4. Dapat mengembangkan kreativitas peserta didik. Oleh karena
metode resitasi merupakan pengerjaan tugas-tugas secara individu
maka dituntut kreaativitas peserta didik secara mandiri. Peserta
didik harus mengerjakan tugas dengan sendirian melalui
pengoalahan pemikirannya sendiri. Bila sebuah pekerjaan
dilakukan dengan sendiri maka tentu harus dapat diselesaikan
dengan baik secara individu juga.
6
sebagian peserta didik yang aktif sementara yang lainnya pasif.
Akhirnya peserta didik bekerja secara invidu karena yang lainnya
tidak mau ambil pusing dengan tugas yang diberikan.
3. tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan
individu peserta didik.
4. sering memberikan tugas yang monoton dapat menimbulkan
kebosanan peserta didik. Tugas yang monoton dapat membuat
peserta didik kurang semangat dalam belajar karena tidak ada
inovasi-inovasi baru yang dapat dipetik oleh peserta didik.
MATERI PRAKTEK
7
16 ‘aliman Maha mengetahui Jahilan Yang bodoh
17 Hayyan Maha hidup Mayyitan Yang mati
18 Sami’an Maha mendengar Ashommu Yang tuli
19 Bashiran Maha mengetahui A’ma Yang buta
20 Mutakaliman Maha berfirman Abkam Yang bisu
8
Mustahil : Ihtiyaju Lighhoirihi artinya Butuh Kepada yang
Lain
6. Wajib : Wahdaniah artinya Esa. Allah itu Esa dalam Dzat-Nya
(Tidak tersusun dari beberapa unsur/badan dan tidak ada dzat yang
menyamai Dzat Allah Swt.), Esa Sifat-Nya (Sifat Allah Swt. tidak
terdiri dari dua sifat yang sama dan tidak ada satupun yang
menyamai sifat Allah Swt.) Esa Perbuatan-Nya (Hanyalah Allah
Swt. yang memiliki kesempurnaan dalam perbuatan dan tidak
satupun yang dapat menyamai perbuatan Allah Swt.).
Mustahil : Ta’addud artinya berbilang
7. Wajib : Qudrat artinya Kuasa. Allah Swt. Maha Kuasa dengan
kekuasaan yang tidak terbatas. Kekuasaan Allah Swt. itu meliputi
segala sesuatu, untuk mewujudkan dan meniadakan apapun yang
dikehendaki-Nya.
Mustahil : ’Ajzun artinya Lemah
8. Wajib : Iradah artinya Berkehendak. Allah Maha Berkehendak
dan tidak seorangpun yang mampu menghalanginya. Segala yang
terjadi di dunia berjalan sesuai dengan kehendak Allah Swt.
Mustahil : Karahah artinya Terpaksa
9. Wajib : ‘Ilmun artinya Mengetahui. Allah Swt. mengetahui
semua ciptaan-Nya Allah Swt. mengetahui dengan jelas akan
semua perkara yang tampak dan samar tanpa ada perbedaan antara
keduanya.
Mustahil : Jahlun artinya Bodoh
10. Wajib : Hayat artinya Hidup. Allah Swt. Maha Hidup. Hidup
Allah Swt. adalah kehidupan abadi tidak akan mati.
Mustahil : Mautun artinya Mati
11. Wajib : Sama’ artinya Mendengar. Pendengaran Allah Swt.
tidak sama dengan pendengaran manusia yang bias dibatasi ruang
dan waktu. Allah Swt. mendengar dengan jelas semua yang
diucapkan hamba-Nya lahir maupun batin.
9
mustahil : Shummun artinya Tuli
12. Wajib : Bashar artinya Melihat. Allah Maha Melihat segala
sesuatu yang tampak maupun samar. Bahkan andaikata ada semut
yang hitam berjalan ditengah malam yang gelap gulita, Allah Swt.
dapat melihatnya dengan jelas.
mustahil : ’Umyun artinya Buta
13. Wajib : Kalam artinya Berfirman. Firman Allah Swt. tanpa
suara dan kata-kata, tidak sama seperti perkataan manusia yang
terdiri dari suara dan susunan kata-kata
mustahil : Bukmun artinya Bisu
14. Wajib : Qadiran artinya Yang Maha Kuasa
Mustahil : ’Ajizan artinya yang lemah
15. Wajib : Muridan artinya Yang Maha berkehendak
Mustahil : Mukrahan artinya yang terpaksa
16. Wajib : ‘Aliman artinya Yang Maha Mengetahui
Mustahil : Jahilan artinya yang Bodoh
17. Wajib : Hayyan artinya Yang Maha Hidup
Mustahil : Mayyitan artinya yang Mati
18. Wajib : Sami’an artinya Yang Maha Mendengar
Mustahil : Ashommu artinya yang Tuli
19. Wajib : Bashiran artinya Yang Maha Melihat
Mustahil : A’ma artinya yang Buta
20. Wajib : Mutakalliman artinya Yang Maha Berfirman
Mustahil : Abkam artinya yang Bisu
10
2. Mempercayai bahwa Allah Maha Pencipta alam dan segala isinnya adalah
maha azali, yaitu sudah ada sebelum adanya sesuatu apapun selain diri Dia
sendiri.
3. Meyakini bahwa segala sesuatu yang bernama makhluk pasti binasa,
rusak, mati dan musnah kecuali Dzat Allah yang kekal, tidak mengalami
perubahan.
4. Percaya bahwa Allah swt sebagai maha pencipta pasti berbeda dengan
semua makhluk yang diciptakannya.
5. Senantiasa hidup bergantung pada kekuasaan dan kehendak Allah swt.
6. Tidak berbuat kemusyrikan (menyekutukan Allah dengan Tuhan yang
lain)
7.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpuan Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
metode resitasi adalah pemberian tugas kepada peserta didik di luar jadwal
sekolah atau diluar jadwal pelajaran yang pada akhirnya
dipertanggungjawabkan kepada guru yang bersangkutan. Metode resitasi
merupakan salah satu pilihan metode mengajar seorang guru, dimana guru
memberikan sejumlah item tes kepada peserta didiknya untuk dikerjakan
di luar jam pelajaran. Pemberian item tes ini biasanya dilakukan pada
setiap kegiatan belajar mengajar di kelas, pada akhir setiap pertemuan atau
akhir pertemuan di kelas.
12
DAFTAR PUSTAKA
13
LAMPIRAN
MATERI PRAKTEK
14
Perkembangan Islam di Indonesia tsk bisa dilepaskan dari dakwah era Waliosngo.
Yang dilakukan oleh Walisongo dan sukses adalah mengislamkan Nusantara
dengan cara cara damai melalui akulturasi kebudayaan atau dengan penghargaan
terhadap tradisi lokal.
A. Sunan Gresik
Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim adalah keturunan ke-22
dari Nabi Muhammad. Ia diperkirakan lahir di Samarkand (As-
Samarqandiy) di Asia Tengah, pada paruh awal abad ke-14. Dalam cerita
rakyat, ada yang memanggilnya “Kakek Bantal” karena beliau sangat
menyayangi dan dekat dengan kaum yang kurang mampu. Sunan Gresik
dianggap sebagai wali pertama yang mendakwahkan Islam di Jawa. Ia
mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam dan banyak merangkul rakyat
kebanyakan, yaitu golongan masyarakat Jawa yang tersisihkan pada masa
akhir kekuasaan Majapahit. Malik Ibrahim berusaha menarik hati
masyarakat, yang tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara. Ia
membangun pondokan tempat belajar agama di Leran, Gresik. Selain ahli
ilmu agama, Sunan Gresik juga ahli pertanian, ahli tata negara dan perintis
lembaga pendidikan pesantren. Beliau wafat pada tahun 1419 M (882 H),
beliau dimakamkan di Gapura Wetan Gresik
B. Sunan Ampel
15
Sunan Ampel bernama asli Raden Rahmat, keturunan ke-22 dari
Nabi Muhammad. Menurut riwayat, ia adalah putra Ibrahim Zainuddin Al-
Akbar dan seorang putri Champa yang bernama Dewi Condro Wulan Putri
Raja Champa terakhir dari Dinasti Ming. Sunan Ampel dilahirkan di Aceh
tahun 1401 M. Wejangan terkenal Sunan Ampel adalah MoLimo. Molimo
ini merupakan ajaran yang Moh (bhs Jawa= tidak mau atau menolak) pada
lima kata yang diawali huruf “M” dalam bahas Jawa, yaitu 1). Moh Madat
(tidak mau mengisap candu atau penggunaan obat-obatan terlarang), 2).
Moh Madon (yang artinya tidak mau main perempuan), 3). Moh Mabuk,
4). Moh Maling (tidak mencuri), 5). Moh Main (tidak main judi). Sunan
Ampel adalah sesepuh para wali lainnya. Pesantrennya bertempat di
Ampel Denta Surabaya, dan merupakan salah satu pusat penyebaran
agama Islam tertua di Jawa. Ia menikah dengan Dewi Condrowati yang
bergelar Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Tejo dan
menikah juga dengan Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning.
Pernikahan Sunan Ampel dengan Dewi Condrowati alias Nyai Ageng
Manila binti Aryo Tejo, berputera: Sunan Bonang, Siti Syari’ah alias Nyi
Ageng Maloka, Sunan Drajat, Siti Muthmainnah dan Siti Hafsah.
Pernikahan Sunan Ampel dengan Dewi Karimah putri Ki Kembang
Kuning, berputera: Dewi Murtasiyah (istri Sunan Giri), Asyiqah alias
Dewi Murtasimah (istri Raden Fatah), Raden Husamuddin (Sunan
Lamongan), Raden Zainal Abidin (Sunan Demak), Pangeran Tumapel dan
Raden Faqih (Sunan Ampel 2). Sunan Ampel wafat di Desa Ampel Denta
tahun 1481 M. Beliau dimakamkan di Ampel Denta dekat Masjid Sunan
Ampel Surabaya
C. Sunan Giri (Raden Paku)
Sunan Giri atau Raden Paku adalah putra dari Maulana Ishaq
dengan Dewi Sekardadu, yaitu putri dari Menak Sembuyu penguasa
wilayah Blambangan pada masa-masa akhir kekuasaan Majapahit. Lahir di
Blambangan tahun 1442, beliau memiliki beberapa nama panggilan, yaitu
Raden Paku, Prabu Satmata, Sultan Abdul Faqih, Raden ‘Ainul Yaqin dan
16
Joko Samudro. Sunan Giri merupakan murid dari Sunan Ampel dan
saudara seperguruanbbv dari Sunan Bonang yang ahli Fiqih dan
menguasai ilmu Falak. Di masa menjelang keruntuhan Majapahit, ia
dipercaya sebagai Raja peralihae cn sebelum Raden Fatah naik menjadi
Sultan Demak. Ketika Sunan Ampel wafat, ia menggantikannya sebagai
Mufti tanah Jawa. Sunan Giri mendirikan pemerintahan mandiri di Giri
Kedaton, Gresik; yang selanjutnya berperan sebagai pusat dakwah Islam di
wilayah Jawa, Madura, Lombok, Kalimantan, Sulawesi, bahkan sampai ke
kepulauan Maluku. Salah satu keturunannya yang terkenal ialah Sunan
Giri Prapen, yang menyebarkan agama Islam ke wilayah Lombok dan
Bima. Terdapat beberapa karya seni tradisional Jawa yang sering dianggap
berhubungkan dengan Sunan Giri, di antaranya adalah permainan-
permainan anak seperti Jelungan, dan Cublak-cublak Suweng, serta
beberapa gending (lagu instrumental Jawa) seperti Asmaradana dan
Pucung. Sunan Giri meninggal pada tahun 1506 M dan dimakamkan di
desa Giri kabupaten Gresik, provinsi Jawa Timur
D. Sunan Bonang
Sunan Bonang atau Makhdum Ibrahim adalah Putra Sunan Ampel
yang lahir tahun 1465. Sunan Bonang banyak berdakwah melalui kesenian
untuk menarik penduduk Jawa agar memeluk agama Islam. Sunan Bonang
terkenal sebagai penggubah suluk Wijil dan tembang Tombo Ati, yang
masih sering dinyanyikan orang. Ia menimba ilmu ke Pasai bersama-sama
Raden Paku. Beliaulah yang mendidik Raden Fatah. Beliau diperkirakan
wafat tahun 1525 M dan dimakamkan di kompleks Masjid Agung Tuban
Jawa Timur
E. Sunan Kalijaga
Sunan Kalijaga lahir pada tahun 1450 dengan nama Raden Said. Dia
adalah putra adipati Tuban yang bernama Tumenggung Wilatikta atau
Raden Sahur. Nama lain Sunan Kalijaga antara lain Lokajaya, Syaikh
Malaya, Pangeran Tuban, dan Raden Abdurrahman. Sunan Kalijaga
menikah dengan Dewi Saroh binti Maulana Ishak, dan mempunyai 3
17
putra: R. Umar Said alias Sunan Muria, Dewi Rakayuh, dan Dewi Soiah.
Sunan Kalijaga banyak menghasilkan karya seni berfalsafah Islam. Ia
membuat wayang kulit dan cerita wayang Hindu yang diislamkan. Selain
itu, beliau menciptakan Tembang suluk Lir-Ilir dan Gundul-gundul Pacul
F. Sunan Drajat
Nama aslinya adalah Syarifudin (putra Sunan Ampel, adik Sunan
Bonang). Dakwah beliau terutama dalam bidang sosial. Beliau juga
mengkader para da’i yang berdatangan dari berbagai daerah, antara lain
dari Ternate dan Hitu Ambon. Sunan Drajat lebih banyak berdakwah
kepada masyarakat kebanyakan. Ia menekankan kedermawanan, kerja
keras, dan peningkatan kemakmuran masyarakat, sebagai pengamalan dari
agama Islam. Pesantren Sunan Drajat dijalankan secara mandiri sebagai
wilayah perdikan, bertempat di Desa Drajat, Kecamatan Paciran,
Lamongan Jawa. Tembang macapat Pangkur disebutkan sebagai
ciptaannya. Gamelan Singomengkok peninggalannya terdapat di Musium
Daerah Sunan Drajat, Lamongan. Sunan Drajat wafat pada 1522 dan
dimakamkan di daerah Drajat Lamongan Jawa
G. Sunan Gunung Jati
Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah adalah putra Syarif
Abdullah Umdatuddin putra Ali Nurul Alam putra Syaikh Husain
Jamaluddin Akbar. Dari pihak ibu, ia masih keturunan keraton Pajajaran
melalui Nyai Rara Santang, yaitu anak dari Sri Baduga Maharaja Prabu
Siliwangi dari Nyai Subang Larang, dan merupakan adik dari Kian
Santang dan Pangeran Walangsungsang yang bergelar
Cakrabuwana/Cakra atau Mbah Kuwu Cirebon Girang. Sunan Gunung Jati
mengembangkan Cirebon sebagai pusat dakwah dan pemerintahannya,
yang sesudahnya kemudian menjadi Kesultanan Cirebon. Anaknya yang
bernama Maulana Hasanuddin, juga berhasil mengembangkan kekuasaan
dan menyebarkan agama Islam di Banten, sehingga kemudian menjadi
cikal-bakal berdirinya Kesultanan Banten
18
H. Sunan Kudus
Sunan Kudus lahir dengan nama asli Ja’far Shadiq, lahir pada
pertengahan abad ke 15. Sunan Kudus memiliki peran yang besar dalam
pemerintahan Kesultanan Demak, yaitu sebagai panglima perang,
penasihat Sultan Demak, mursyid thariqah, dan hakim peradilan negara.
Sunan Kudus banyak berdakwah di kalangan kaum penguasa dan Priayi
Jawa. Di antara yang pernah menjadi muridnya, ialah Sunan Prawoto
penguasa Demak Jawa Tengah, dan Arya Penangsang Adipati Jipang
Panolan. Salah satu peninggalannya yang terkenal ialah Masjid Menara
Kudus, yang arsitekturnya bergaya campuran Hindu dan Islam dan
merupakan salah satu warisan budaya Nusantara. Sunan Kudus wafat pada
tahun 1550 M
I. Sunan Muria
Sunan Muria dilahirkan dengan nama asli Raden Prawoto atau
Raden Umar Said putra Sunan Kalijaga. Beliau menyebarkan Islam
dengan menggunakan sarana gamelan, wayang, serta kesenian daerah
lainnya. Sunan Muria menikah dengan Dewi Sujinah, putri Sunan
Ngudung. Jadi, Sunan Muria adalah adik ipar dari Sunan Kudus Beliau
dimakamkan di Gunung Muria, di sebelah utara Kota Kudus Jawa Tengah
19