Anda di halaman 1dari 2

Resiko Salib yang kita pikul

Suatu hari, seorang religius yang baik mengeluh kepada Kristus karena ia dianiaya. Katanya, “Ya Tuhan,
apakah yang telah aku lakukan hingga aku diperlakukan seperti ini?”

Kristus menjawabnya, “Dan Aku, apakah yang telah Aku lakukan hingga Aku digiring ke Kalvari?”

Maka, mengertilah orang religius itu; ia menangis sedih, ia mohon ampun, dan tak berani mengeluh lagi.

Ketika Allah yang baik mengirimkan salib-salib kepada kita, kita menolak, kita mengeluh, kita bersungut-
sungut; kita begitu antipati pada segala hal yang berlawanan dengan keinginan kita, bahwa kita ingin
selalu ditempatkan dalam kotak kapas: padahal, kita harus ditempatkan dalam kotak onak duri.

Dengan Salib kita menuju Surga. Segala penyakit, pencobaan, masalah, ada begitu banyak salib yang
akan menghantar kita ke Surga. Semuanya ini akan segera berakhir….

Salib-salib menghantar kita ke Surga, bagaikan sebuah jembatan batu yang kokoh di atas sungai dengan
mana orang menyeberang. Orang-orang Kristen yang tidak mengalami penderitaan menyeberang sungai
melalui suatu jembatan yang rapuh, jembatan dawai, sewaktu-waktu ia dapat tergelincir.

Ia yang tidak mencintai Salib memang dapat diselamatkan, tetapi dengan susah payah; ia akan bagaikan
sebuah bintang kecil di cakrawala. Ia yang menderita dan berjuang demi Tuhan-nya akan bersinar
bagaikan matahari yang cemerlang.

Lihatlah para kudus, yang telah tiba di sana sebelum kita…. Allah yang baik tidak menghendaki dari
setiap kita kemartiran tubuh; Ia hanya menghendaki kemartiran hati, dan kehendak ….

Kristus adalah teladan kita; marilah kita pikul salib kita, dan mengikuti Dia.
~ St. Yohanes Maria Vianney ~

[Pax Christi]

Anda mungkin juga menyukai