Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS PERATURAN BUPATI SUKABUMI NOMOR 6

TAHUN 2006 TENTANG WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN


KEAGAMAAN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Ilmu Taqninil Ahkam

Dosen Pengampu : Dr. Nurrohman, M. Ag.

Oleh :

Rika Feronika ( 1173030081)

Rizal Sauqi Hidayat (1173030083)

Roby Mauludin (1173030084)

Salman Alfarisy (1173030085)

Sariani (1173030086)

Syifa Mauludia Yuniar (1173030087)

Syiva Nur Fauziah (1173030088)

HUKUM TATA NEGARA 5B

UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG


Analisis Terhadap Peraturan Bupati Sukabumi Nomor 6 Tahun 2006
tentang Wajib Belajar Keagamaan.

Kabupaten Sukabumi telah memberlakukan wajib belajar Keagamaan


(madrasah Diniyah ) melalui peraturan Bupati dan peraturan Daerah. Kebijakan
ini sangat fenomenal karena dilakukan berdasarkan gerakan seluruh komponen
ysng peduli terhadap pendidikan Islam. Kususnya pada keberadaan MDT
sendiri.hal ini dilatarbelakangi karna pada saat otonomi daera mulai diterapkan di
Indonesia, pendidikan agama islampun kurang diperhatikan. Sukabumi
merupakan salah satu daerah yang berada di Provinsi Jawa Barat yang mana
mayoritas penduduknya menganut agama Islam, maka peraturan bupati yang
diterapkannya pun pendidikan berbasis agama Islam.

Peraturan bupati sukabumi ini merupakan suatu produk hukum sebagai


tugas bupati yang merupakan pengaplikasian penerapan otonomi daerah di
Indonesia, dimana pemerintah itu memepercayakan dan memberikan
wewenangnya kepada pemerintah daerah untuk mengurus sendiri-sendiri daerah
otonomnya masing-masing. Dengan ini Peraturan Bupati mengeluarkan peraturan
Nomor 6 Tahun 2006 tentang Wajib Belajar Keagamaan yang kemudian didukung
dengan dikeluarkannya Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2009 tentang hal yang
sama pula, sebagai bentuk dukungan dan bentuk kepedulian pemerintah daerah
terhadap pendidikan keagamaan di kabupaten Sukabumi ini.

Kabupaten Sukabumi menjadikan prioritas utamanya khususnya untuk


mengejar IPM khususnya di bidang Pendidikan. Pada saat itu pendidikan di
Kabupaten Sukabumi khususnya pendidikan keagamaan Islam sangatlah
tertinggal dibandingkan dengan pendidikan umum.

Penyelenggaraan pendidikan keagamaan telah berlangsung sejak lama,


sangat fenomenal dan begitu mengakar. Allah SWT telah mengkaruniai
Kabupaten Sukabumi dengan potensi pendidikan keagamaan adalah bagian dari
kehidupan masyarakat sehari-hari. Yang dahulu tidak asing lagi dengan nama-
nama seperti Majelis Ta'lim, TK/TKA, TPA, Madrasah dan Pondok Pesantren
yang konsisten sampai hari ini. "Membangun Budaya Literasi Pendidikan &
Bimbingan dan Konseling Dalam Mempersiapkan Generasi Emas"

Perda memiliki fungsi Pendidikan Agama yaitu untuk memperkuat


pengamalan nilai- nilai agama sejalan dengan ilmu pengetahuan, teknologi dan
seni. Pembentukan lembaga pendidikan MDT harus memenuhi ketentuan, bahwa:
1. Bertujuan untuk melengkapi kajian Islam di sekolah umum

2. Penyelengaraannya berjenjang;

3. Penyelenggaraan dapat dilaksanakan di masjid, mushalah atau ditempat lainnya


yang memenuhi syarat;

4. Penamaan MDT merupakan kewenangan penyelenggara; dan

5. Dapat dilaksanakan secara terpadu dengan lembaga format tingkat dasar,


menengah atau pendidikan tinggi.

Kurikulum tahun 1994 (Depag RI,) yang berlaku saat ini disusun sesuai
dengan jenjang yang ada yaitu: (1) Kurikulum tingkat Awaliyah 4 tahun (2)
Kurikulum tingkat Wustha 2 tahun dan (3) Kurikulum tingkat Ulya 2 tahun
dengan 18 jam seminggu. Selanjutnya meskipun dalam penyelenggaraannya
memiliki keragaman, namun dalam rangka memudahkan pengelolaan madrasah
tersebut Kementerian Agama membuat acuan program kurikulum tahun 1983 dan
dikembangkan menjadi kurikulum 2014 berdasarkan Permenag Nomor 13 Tahun
2014 untuk setiap jenjang pendidikannva.

Kehadiran perda-perda yang bernuansa pada Syariat Islam, tidak saja


menarik dicermati karena adanya pro dan kontra, tetapi juga pergulatan ide yang
ada di balik perda-perda tersebut. Perda sebagai produk dari kebijakan publik
tidak dapat dilepaskan dari sebuah proses politik yang dapat dilatarbelakangi oleh
berbagai macam idealisasi politik yang dianut oleh para pembuat kebijakan.
Dalam kaidah kebijakan, sebuah produk kebijakan publik termasuk di dalamnya
perda-perda syariah lazimnya ditujukan untuk mengatur kepentingan umum yang
di dalamnya terdapat banyak nilainilai tidak saja kolektif tetapi juga individual
yang harus dipertimbangkan sebagai norma dasar kehidupan bersama.

Dilihat dari kemunculan berbagai perda bernuansa Syariah Islam, nuansa


yang berkembang hampir sama, yakni nafas melindungi kepentingan publik yang
bernama moralitas kolektif dengan menggunakan pelaksanaan syariat Islam
sebagai instrument operasionalnya. Secara teoritis suatu kebijakan publik
diproyeksikan untuk menyelesaikan masalah-masalah publik dan bukan masalah-
masalah privat. Masalah dalam konteks kebijakan publik berarti adanya kondisi
dan situasi yang secara formal menghasilkan kebutuhan-kebutuhan atau
ketidakpuasan-ketidakpuasan dalam masyarakat sehingga perlu dicari cara-cara
penanggulangannya.

Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran
dan latihan (Muhibbin Syah, 2008:10)Pendidikan menurut Hasan Basri (2009:53)
bertujuan membentuk anak didik yang cerdas, berkepribadian, memiliki
keterampilan atau keahlian tertentu sebagai bekal dalam kehidupannya di
masyarakat.
Tujuan dan target pendidikan tersebut, sejalan dengan tujuan pendidikan Nasional
sebagaimana telah dinyatakan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 yang berbunyi :

“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan


membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab”.
Berdasarkan Tujuan Pendidikan Nasional sebagaimana disebutkan pada pasal 3
Undang-Undang No 20 tahun 2003 dapat dicapai oleh suatu lembaga pendidikan
secara seutuhnya, maka hal tersebut dapat membentuk pribadi manusia yang utuh
(Insan kamil) yaitu manusia sebagai hamba Allah (Abid) dan menjadi khalifah
Allah Fil ard yaitu manusia yang dapat dan mampu memakmurkan bumi dan
melestarikannya serta menjadi rahmat bagi alam 2 sekitarnya. Tetapi hal tersebut
tergantung pada pengaruh pendidikannya, baik keluarga, sekolah/ madrasah,
maupun lingkungan masyarakat. Terbentuknya manusia paripurna dengan
pendidikan, adalah proses penguasaan ilmu Pendidikan Keagamaan (‘al-Diniyah)
dan penguasaan ilmu pengetahuan umum („al-Kauniyah) dikuasai secara
seimbang dan/atau secara utuh, penguasaan terhadap ilmu diniyah melahirkan
manusia sebagai abid yaitu manusia yang beriman dan bertakwa serta berakhlak
sedangkan ilmu pengetahuan umum melahirkan manusia sebagai khalifah yaitu
manusia yang sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab.

Berdasarkan Tujuan Pendidikan Nasional sebagaimana disebutkan pada


pasal 3 Undang-Undang No 20 tahun 2003 dapat dicapai oleh suatu lembaga
pendidikan secara seutuhnya, maka hal tersebut dapat membentuk pribadi
manusia yang utuh (Insan kamil) yaitu manusia sebagai hamba Allah (Abid) dan
menjadi khalifah Allah Fil ard yaitu manusia yang dapat dan mampu
memakmurkan bumi dan melestarikannya serta menjadi rahmat bagi alam
sekitarnya (Ramayulis,2008:134-135). Tetapi hal tersebut tergantung pada
pengaruh pendidikannya, baik keluarga, sekolah/ madrasah, maupun lingkungan
masyarakat.
Terbentuknya manusia paripurna dengan pendidikan,adalah proses
penguasaan ilmu Pendidikan Keagamaan (‘al-Diniyah) dan penguasaan ilmu
pengetahuan umum(„al-Kauniyah) dikuasai secara seimbang dan/atau secara utuh,
penguasaan terhadap ilmu diniyah melahirkan manusia sebagai abid yaitu manusia
yang beriman dan bertakwa serta berakhlak sedangkan ilmu pengetahuan umum
melahirkan manusia sebagai khalifah yaitu manusia yang sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Dalam rangka mewujudkan pembangunan masyarakat dan pemerintahan
yang berkualitas, Pemerintah Daerah kabupaten Sukabumidalam rangka mencapai
visinya tahun yaitu mewujudkan masyarakat yang berakhlak mulia, maju dan
sejahtera, telah menjadikan Pendidikan Keagamaan (Diniyah) sebagai fondasi
dalam pembentukan masyarakat yang berakhlak mulia denganditerbitkannya
Peraturan Daerah No 08 Tahun 2009 tentang wajib belajar 3 pendidikan
keagamaan (Diniyah).
Inti peraturan tersebut adalah bahwa seluruh masyarakat wajib memiliki
pengetahuan minimal dasar pendidikan keagamaan (Diniyah) baik anak usia
pendidikan dasar,remaja, maupun orang dewasa. Prioritas pembangunan akhlak
mulia melalui pendidikan ini adalah Pendidikan Diniyah Takmiliyah Awaliyah
(DTA) dan Diniyah Takmiliyah Wusto (DTW) yang wajib diikuti dan
dilaksanakan untuk para murid SD/MI, dan ijazah Diniyah Takmiliyah Awaliyah
(DTA) sebagai bukti telah tamat dan lulus pendidikan diniyah dijadikan syarat
diterima menjadi peserta didik pada SMP/MTS.
Dan menurut data lulusan Pendidikan Diniyah Takmiliyah Awaliyah pada
tahun 2011 telah mencapai angka 82,72% dari data angka peserta didik kelas VI
SD/MIkabupaten Sukabumi. Maka jelas secara kuantitatif, masih terdapat sekitar
17,28% yang belum berpendidikan diniyah. Dalam Peraturan Bupati kabupaten
Sukabumi nomor 30 tahun 2007 tentang kurikulum madrasah diniyah awaliyah
(MDA) dan diniyah takmiliyah awaliyah (DTA) tersebut, bahwa ruang lingkup isi
kurikulum adalah sebagai berikut :
a. Masa belajar peserta didik MDA selama 6 tahun.
b. Peserta didik berusia 7-15 tahun.
c. Peserta didik adalah murid MI/SDd.Struktur kurikulum PAI disajikan
dalam 24 jam perminggue.
d. Pelajaran PAI berbentuk tujuh bidang studi yaitu : bidang studi Al-qur‟an,
Hadis,Akidah, Akhlak, Fikih, Tarikh Islam dan bahasa Arab.

Anda mungkin juga menyukai