Anda di halaman 1dari 8

METODE PENELITIAN KUANTITATIF

TUGAS BESAR I

ADITIA SAPUTRA – 44322120013

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI


JURUSAN MARKETING COMMUNICATION
UNIVERSITAS MERCU BUANA
TAHUN 2023
Jawaban Nomor 1
Tema Penelitian : Pengaruh Media Sosial dalam Pemasaran: Mempelajari
strategi dan pengaruh media sosial terhadap citra merek,
keterlibatan konsumen, dan penjualan.
Jurnal Nasional
Nama Jurnal : Jurnal Studi Komunikasi dan Media
Terdaftar : Sinta 2
Tahun Artikel Jurnal : 2022

Jawaban Nomor 2
Tema : Pengaruh Media Sosial dalam Pemasaran: Mempelajari
strategi dan pengaruh media sosial terhadap citra merek,
keterlibatan konsumen, dan penjualan.
Judul : Tanggapan Masyarakat Siber Mengenai Faith-Based
Marketing Communication Dalam Promosi Produk
Cryptocurrency di Indonesia
Link Artikel Jurnal : https://sinta.kemdikbud.go.id/journals/profile/2809

Jawaban Nomor 3
Tidak di translate karena ini jurnal nasional
Jawaban Nomor 4

Tanggapan Masyarakat Siber Mengenai Faith-Based Marketing


Communication Dalam Promosi Produk Cryptocurrency di Indonesia

Aditia Saputra
Universitas Mercu Buana, Indonesia

PENDAHULUAN

Ketertarikan masyarakat modern kepada aset investasi dalam bentuk mata uang
kripto atau Cryptocurrency, saat ini mengalami peningkatan di seluruh dunia.
Cryptocurrency menjadi yang terpopuler seperti Bitcoin dan telah ditransaksikan
sebanyak 330.000 kali per hari pada bulan Desember 2020 dan memiliki
pencapaian 400.000 transaksi pada awal bulan Januari 2021. Pada tahun 2020,
jumlah pelaku perdagangan Cryptocurrency di Indonesia mencapai lebih dari 1,5
juta orang dengan total pembayaran perdagangan Cryptocurrency mencapai Rp
22.671 triliun. Bahkan di tahun 2021, Cryptocurrency Investor Report di
Indonesia yang dikelola oleh Tokenomy dan Indodax yang merupakan
Cryptocurrency Exchange di Indonesia menyebutkan jika usia muda memiliki
kecenderungan dan ketertarikan lebih tinggi masuk ke dunia Cryptocurrency.

Jumlah pembayaran yang begitu masif menjadi ketertarikan yang kuat di tengah
masyarakat, termasuk di Indonesia. Riset dari Asosiasi Blockchain Indonesia
mencatat bahwa masyarakat di Indonesia menjadi pasar potensial untuk
perdagangan aset crypto. Hal ini tercermin dari jumlah pengguna Indodax yang
terkonsentrasi pada perkiraan usia 20-30 tahun. Meningkatnya keinginan
masyarakat akan investasi crypto, menjadi perdebatan antara pro dan kontra
terkait hukum halal atau haramnya Cryptocurrency yang banyak dibahas oleh
masyarakat. Di tengah-tengah pro dan kontra tersebut, produk Cryptocurrency
yang dibuat di Indonesia justru mencoba memasuki pasar Indonesia dengan
melakukan promosi/pemasaran menggunakan simbol-simbol agama, atau dapat
disebut sebagai strategi Faith-Based Marketing.

Contoh pemasaran yang dilakukan adalah dengan memakai kata-kata seperti


“Insya Allah to the Moon” hingga “To the Heaven” yang bisa diartikan sebagai
nilai aset yang terus melambung tinggi. Produk Cryptocurrency yang dimaksud
ini adalah I-COIN. I-COIN merupakan salah satu pekerjaan Cryptocurrency untuk
membangun sebuah ekosistem dengan teknologi blockchain yang diperluas
hingga disebarkan di Indonesia. Proyek ini telah resmi diluncurkan pada 14
Februari 2020.

Faith-Based Marketing Communication (FbM) yaitu sebuah marketing


komunikasi pemasaran yang ditujukan kepada konsumen dengan
mengembangkan penawaran-penawaran yang sesuai dengan kepercayaan
konsumen hingga menggunakan unsur-unsur keagamaan yang menjadi salah satu
strategi pemasaran dan sudah dianggap efektif sebagai dasar promosi.

Praktik FbM melakukan penekanan unsur-unsur agama Islam yang dijadikan


praktik pada suatu produk, seperti label halal dan pemasaran dengan
menggunakan prinsip syariah, atau dikenal juga sebagai praktik Islamic Branding.
Selain itu, dalam 10 tahun terakhir, terjadi peningkatan gaya hidup modern yang
terjadi di Indonesia. Agama sangat memengaruhi sifat investasi yang akan
diterima, dan pilihan instrumen investasi.

Komunikasi pemasaran berbasis agama atau biasa disebut dengan konsep Faith-
based Marketing pada produk keuangan, khususnya crypto di Indonesia masih
terbatas. Indonesia dinilai tepat untuk menjadi pencarian pada penelitian ini.
Peneliti memilih I-COIN sebab token ini merupakan satu-satunya Cryptocurrency
buatan Indonesia yang dipromosikan dengan FbM. Selain itu, profil pendiri I-
COIN beserta keluarganya yang dianggap sebagai tokoh relijius Islam membuat I-
COIN mendapat perhatian dari masyarakat siber Indonesia yang masih
memperdebatkan tentang hukum Cryptocurrency secara syariah.

TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini memiliki tujuan sebagaimana dalam bentuk mencari tahu bagaimana
cara mempromosikan suatu produk yang dianggap sudah menarik perhatian dari
kalangan muda hingga kepada orang yang sudah berumur 30 keatas. Salah satu
pemasaran yang dilakukan di dalam media ini adalah dengan menguhubungkan
kepada ke agamaan yang di mana dapat dinilai sebagai suatu keefektivitasan
dalam mempercayai produk ini.

TINJAUAN PUSTAKA

Pemasaran dalam konteks ini adalah tempat terjadinya pertemuan transaksi jual-
beli atau tempat bertemunya penjual dan pembeli. Pemasaran berarti juga
melakukan suatu aktivitas penjualan dan pembelian suatu produk atau jasa,
didasari oleh kepentingan atau keinginan untuk membeli dan menjual.

Kotler selanjutnya memberikan batasan bahwa teori pasar memiliki dua dimensi
yaitu dimensi sosial dan dimensi ekonomi. Dimensi sosial yaitu terjadinya
kegiatan transaksi atas dasar suka sama suka. Sementara dimensi ekonomi yaitu
terjadinya keuntungan dari kegiatan transaksi yang saling memberikan kepuasan.

Umumnya para ahli pemasaran berpendapat bahwa kegiatan pemasaran tidak


hanya bertujuan bagaimana menjual barang dan jasa ataumemindahkan hak milik
dari produsen ke pelanggan akhir, akan tetapipemasaran merupakan suatu usaha
terpadu untuk mengembangkan rencanastrategis yang diarahkan pada usaha
bagaimana memuaskan kebutuhan dankeinginan pembeli guna mendapatkan
penjualan yang dapat menghasilkan keuntungan yang diharapkan.

Pemasaran ini juga ditunjukan sebagai targer dari adanya aturan-aturan yang
dilakukan dalam bentuk strategi pemasaran, marketing mix, adanya suatu produk,
harga, cara melakukan promosi, hingga distribusi.

Dalam penelitian ini juga dapat diketahui bahwa pemasaran dalam bentuk produk
harus dilakukan melalui promosi yang di mana kegiatan tersebut dapat ditujukan
kepada orang-orang yang menginginkannya. Promosi sendiri dapat diartikan
sebagai produk yang sudah diciptakan, harga juga sudah ditetapkan, dan tempat
(lokasi layout) yang sudah disediakan, artinya produk sudah benar-benar siap
untuk dipasarkan dan dijual.

Menurut Fandy Tjiptono, pada hakikatnya promosi adalah suatu bentuk


komunikasi pemasaran. Yang di maksud komunikasi pemasaran adalah aktivitas
pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi atau
membujuk, dan mengingatkan pasar sasaran atas produknya agar bersedia
menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang
bersangkutan.

Dalam penelitan ini, adanya bentuk promosi pemasaran pada faith-based


marketing yang dilakukan pada produk Cryptocurrency di Indonesia menjadi
dasar dalam melakukan penelitian ini. Di mana bentuk promosi ini dilakukan dari
berbagi prlatform yang sudah dilakukan dengan model keagamaan sehingga dapat
meminimalisrkan adanya pro dan kontra terhadap produk yang sudah dibuat
sehingga dapat diterima oleh pengguna produk ini.

METODE PENELITIAN

Riset penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan


netnografi yang menjadi dasar penelitian sehingga bisa selaras dengan
perkembangan dunia digital. Pendekatan netnografi juga melibatkan interpretatif
dan naturalistik terhadap dunia yang bisa dipahami, atau menafsirkan fenomena
yang sudah dikelola oleh orang lain kepada mereka yang menerimanya.

Data yang digunakan bersumber dari komentar masyarakat siber di media sosial
Instagram sebagai data primer penelitian. Riset ini memunculkan bahwa pengguna
instagram sudah sudah tercatat sebanyak 19,1 juta pengguna dengan adanya
ketertarikan yang diinginkannya. Platform ini dinyatakan sebagai pengguna
terbesar dalam media sosial.

Pendekatan sample yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cultural


Experience berkaitan dengan bagaimana masyarakat siber Indonesia merespons
isu promosi Cryptocurrency yang menggunakan pendekatan FbM di media sosial
Instagram yang secara khusus membahas promosi token crypto I-COIN.
Teknik sampling dalam pencarian data ini berdasarkan adanya portal berita
dengan berjudul “Anak Yusuf Mansyur Luncurkan Koin Crypto: Insya Allah to
the Moon” yang dipublis pada tanggal 14 Febuari 2022. Sehingga penelitian ini
mendapatkan banyaknya pengguna Cryptocurrency dalam bentuk promosi yang
dilakukan oleh pembuat Crypto berlandasan ke agamaan.

HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian ini dapat dijelaskan bahwa I-COIN dapat dipromosikan dengan
pendekatan Faith-based Marketing (FbM). Point ini dapat dilihat dari berbagai
pemberitaan promosi yang ditunjukan kepada masyarakat dengan menggunakan
beberapa narasi keagamaan. Narasi keagamaan dalam promosi I-COIN yang
ditemukan oleh peneliti antara lain: (1) penggunaan kata “to the heaven” sebagai
bentuk keuntungan yang ditawarkan pada pengguna Crypto; (2) Penggunaan kata
“Insya Allah (dengan izin Allah) to the moon”; dan (3) Ajakan ikhtiar untuk
kelancaran yang berkaitan dengan adanya keuntungan yang didapat.

FbM ini menimbulakan dinamika respons atas produk cryptocurrency di


masyarakat Indonesia berupa perdebatan dari berbagai gagasan yang ada.
Penelitian ini menemukan bahwa respons masyarakat siber cenderung
mempertanyakan hukum produk Cryptocurrency, khususnya I-COIN menurut
agama Islam dan menunjukkan rasa keberatan dengan pendekatan FbM yang
digunakan untuk mempromosikan Cryptocurrency.

Selain itu, kategorisasi kemampuan komunikator dan produk diperoleh dari


komentar-komentar yang menyiratkan perdebatan masyarakat siber terkait
kapabilitas dan kepercayaan terhadap tokoh CEO I-COIN dan anggota
keluarganya, yakni Ayahnya. Komentar ditandai dengan kata kunci Bapak, Anak,
Ustadz, Yusuf, Mansur, dan Wirda. Sedangkan untuk kategori tidak peduli,
didapat dari komentar-komentar dengan kata kunci peduli, atau hanya
menggunakan emotikon.

Ketidakpercayaan pada penggunaan promosi berdasarkan faith-based marketing,


penelitian ini mengungkapkan bahwa Faith-Based Marketing dengan sentimen
agama Islam tidak selalu diterima dan disetujui pada komunitas Muslim
Indonesia, salah satunya tercermin melalui komentar masyarakat siber. Respons
masyarakat siber Indonesia pada topik ini menilai bahwa penggunaan sentimen-
sentimen agama merupakan berbentuk “penjualan agama.”

Instagram tidak hanya membuka kesempatan bagi penggunanya untuk berperan


sebagai pengguna yang pasif, tetapi juga berkesempatan memberi respons
didalamnya. Instagram menyediakan ruang yang membuka peluang diskusi antar
masyarakat siber, salah satunya melalui kolom komentar. Fenomena keterbukaan
media Instagram ini membuka kesempatan masyarakat umum untuk berpartisipasi
pada pemberitaan dan informasi yang tersedia di media, sebagaimana konsep
media dari sudut pandang teori participatory culture oleh Henry Jenkins.

Penelitian ini mengungkapkan bahwa sekalipun komunikator dengan pendekatan


pemasaran menggunakan FbM memiliki keahlian di bidang keagamaan,
masyarakat tetap mempunyai masalah terhadap pendekatan FbM yang digunakan
dalam bentuk promosi. Kredibilitas berkaitan dengan keahlian komunikator
terkait produk yang dipasarkan, bukan hanya pada kredibilitas agama. Proses
komunikasi, termasuk komunikasi pemasaran, pada dasarnya akan sukses jika
komunikator memiliki source of credibility yang dapat ditentukan oleh keahlian
komunikator terkait profesinya.

Pada dasarnya, secara ketentuannya, keberhasilan promosi dengan menggunakan


pendekatan FbM memiliki peluang yang lebih besar jika dilakukan oleh
komunikator yang memiliki keahlian agama. Namun perdebatan halal atau haram,
fatwa MUI mengenai cryptocurrency serta berbagai permasalahan yang
melatarbelakangi orang-orang yang terlibat pada promosi produk cryptocurrency
ini menjadi pemikiran ketidakpercayaan masyarakat pada kredibilitas
komunikator pemasaran produk ini. Selain itu, sosok yang terlibat dalam
mempromosikan produk ini belum memiliki portfolio yang mumpuni di bidang
investasi dan keuangan.

Anda mungkin juga menyukai