Anda di halaman 1dari 162

KAJIAN PENGADAAN LAHAN PEMBANGUNAN JALAN

STUDI KASUS: FLYOVER AMPLAS MEDAN

TESIS

Oleh

SYARIFUDDIN HUTABARAT
0670200012/AR

K O L A
E
H
S
PA

A
N

C
A S A R JA
S

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
KAJIAN PENGADAAN LAHAN PEMBANGUNAN JALAN

STUDI KASUS: FLYOVER AMPLAS MEDAN

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Teknik


dalam Program Studi Arsitektur
pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

SYARIFUDDIN HUTABARAT
0670200012/AR

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
Judul Tesis : KAJIAN PENGADAAN LAHAN PEMBANGUNAN
JALAN STUDI KASUS: FLYOVER AMPLAS
MEDAN
Nama Mahasiswa : Syarifuddin Hutabarat
Nomor Pokok : 0670200012
Program Studi : Teknik Arsitektur

Menyetujui,
Komisi Pembimbing

(Prof. Abdul Ghani Salleh,B.Ec, M.sc, PhD) (Ir. Rahmad Dian, MT.)
Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Ir. Nurlisa Ginting, MSc) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B. MSc)

Tanggal Lulus: 04 Desember 2008

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
Telah diuji pada
Tanggal: 04 Desember 2008

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof . Abdul Ghani Salleh, B.Ec, M.Sc., PhD.

Anggota : 1. Ir. Rahmad Dian, MT

2. Ir. Novrial, M.Eng

3. Ir. N. Vinky Rahman, MT

4. Ir. Basaria Talarosha, MT

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
ABSTRAK

Kota Medan yang kini berpenduduk sekitar 3.000.000 jiwa sepertinya akan
mengalami kemacetan besar. Kota Medan yang tahun 1970-an, masih sejuk dan
nyaman, kini panas dan berpolusi. Dari tahun ke tahun, Kota Medan semakin tambah
semrawut. Angkutan kota memenuhi jalan–jalan di Kota Medan, pedagang kaki lima
semakin tak terbendung. Trotoar, jembatan, dan badan jalan digunakan untuk
menggelar dagangannya di pagi hari, sore, malam, dan subuh hingga matahari terbit.
Sedangkan rumah toko dan mal tumbuh subur di sudut-sudut kota. Itu semua
membuat kemacetan di mana-mana. Hal ini menyebabkan trotoar, terutama di
kawasan jalan-jalan utama yang sebagian besar telah beralih fungsi. Fungsinya tidak
sekedar untuk berjalan kaki tetapi juga untuk berdagang atau kegiatan lainnya.
Pertumbuhan penduduk perkotaan akan menimbulkan tekanan-tekanan
diantaranya semakin mahalnya harga lahan disekitar pusat kota, peningkatan
kebutuhan perumahan, penurunan mutu lingkungan, banjir, kemacetan lalu lintas dan
lain-lain. Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan (Study Kasus Fly Over
Amplas Medan) merupakan salah satu alternatif guna menghindari tekanan-tekanan
yang ditimbulkan oleh perkembangan kota, khususnya dalam mengatasi kemacetan
yang sudah terjadi sejak beberapa tahun lamanya. Tujuan penelitian mengenai Kajian
Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan ( Study Kasus Fly Over Amplas Medan )ini
adalah untuk mengetahui Apa saja permasalahan (tipologi permasalahan) dalam
pengadaan tanah pada pembangunan jalan Fly Over Amplas dan apa faktor yang
menyebabkan munculnya berbagai tipologi permasalahan pengadaan tanah
pembangunan jalan Fly Over Amplas tersebut dengan cara mengidentifikasi lokasi
daerah penelitian yang terpilih.
Lokasi penelitian ini berada di propinsi Sumatera Utara di daerah perbatasan
antara Kota Medan dan Kabupaten Deliserdang. Secara administrasi kedua lokasi ini
terletak di kawasan Metropolitan Mebidang yang secara detail berada di kelurahan
Timbang Deli dan kelurahan Amplas kecamatan Medan Amplas serta berada dalam
kota inti dan Kecamatan Medan Amplas berada dalam kawasan pinggiran dalam
Metropolitan Mebidang.

Kata Kunci: Jalan Layang, Lahan Pembangunan, Bentuk Pengadaan Lahan

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
ABSTRACT

Medan Municipality which now has approximately 3.000.000 person as if


will be trapped by traffic congestion. Medan that was still cold and comfortable in
1970s, it is now hot and dense. The city, year by year becomes more messy. Urban
vehicles occupied majority of the Medan area, and even the vendors were more
inevitable. The sidewalks, bridges, and shoulder of roads were occupied for
merchandising their goods either in morning, afternoon and even night and every
early morning until sunset. Whereas the storehouses and malls grown progressively
in the downtown. All these made traffic congestion anywhere. And even these
caused the sidewalks especially in the main roads that majority have changed their
functions. Their function were not only for the pedestrians but also for those vendors
or for other activities.
Growth of urban population will lead to pressure such as the increased prices
of lands around the downtown, the increased demand for housing, the reduced
environmental quality, flood, traffic congestion and other problems. The Study of
Land for Construction of flyover Road (A case study of Flyover Amplas Medan) is
one alternative for avoidance of the pressures caused by the urban development
particularly in preventing the traffic congestion occurred since longer time. The
objective of study of Provision of Land for Construction of Flyover Road (a case
study of Flyover Amplas Medan) is to know what the problems (typology of
problems) in providing the land for construction of Flyover road of Amplas Medan
and what the causative factors of various problem typology of provision of land for
construction of flyover road of Amplas Medan by identifying the selected location of
the study.
The location of the study is in North Sumatra Province exactly in the
boundary area of Medan Municipality and Deli Serdang Regency. Administratively,
both areas are located in the Metropolitan Mebidang Area which is detailed at
Timbang Deli Country and Amplas Country of Medan Amplas Subregency and they
are located in the center of Medan Amplas Sibregency in the outskirt of Metropolitan
Mebidang.

Keywords: Fly Over, Land for Construction, Typology Providing Land

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan Rahmat

dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas penyusunan tesis ini

tepat pada waktunya. Tesis yang berjudul “Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan

Jalan (Study Kasus Fly Over Amplas Medan)“ ini disusun sebagai persyaratan untuk

memperoleh Gelar Magister Teknik dalam Program Studi Teknik Arsitektur pada

Sekolah Pascasarjana di Universitas Sumatera Utara.

Dengan segala kerendahan hati, pada kesempatan yang baik ini penulis ingin

menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa.B, M.Sc selaku Direktur Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara;

2. Ir. Nurlisa Ginting, M.Sc selaku Ketua Program Studi Magister Teknik Arsitektur

Universitas Sumatera Utara;

3. Prof. Abdul Ghani Salleh, B.Ec, M.Sc, PhD selaku Ketua Komisi Pembimbing I

dan Ir. Rahmad Dian, MT, selaku Pembimbing II yang banyak memberikan

masukan, arahan serta ikut membantu dalam penyelesaian tesis ini sesuai jadwal

waktu yang ditetapkan;

4. Bapak dan Ibu Dosen Magister Teknik Arsitektur Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan

bimbingannya selama perkuliahan;

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
5. Staf pengelola Program Magister Teknik Arsitektur Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara (Imelda dan Novi);

6. Rekan-rekan mahasiswa Program Magister Teknik Arsitektur Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Angkatan 2006 yang tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu;

7. Buat seluruh keluarga saya, istri saya Syarifah Rahbi dan anak-anak saya

Syafrizal Syarif Hutabarat, Faiz Syarif Hutabarat dan Amirul Akbar Hutabarat

yang selalu setia mendukung saya;

8. Buat para staff saya di Dinas Jalan dan Jembatan Departemen Pekerjaan Umum

Lintas Barat Sumatera Utara (Riama Br. Panggabean, Kaur Adiministrasi Tata

Usaha dan kawan-kawan) atas dukungan yang telah diberikan;

9. Semua pihak yang telah membantu baik moril maupun materiil dalam

penyelesaian tesis ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, oleh

karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.

Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang

membutuhkannya.

Medan, 4 Desember

2008

Penulis,

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
RIWAYAT HIDUP

Nama : SYARIFUDDIN HUTABARAT

Tempat/ Tanggal Lahir : Sibolga, 26 Juni 1957

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pekerjaan : PNS

Alamat : Jl. Bunga Terompet 6 No. 2. Medan Selayang

Pendidikan :

1. Taman Kanak-Kanak (TK) Bunda Maria, Sibolga Tamat (1964)

2. Sekolah Dasar (SD) RK, Sibolga Tamat (1970)

3. Sekolah Menengah Pertama (SMP) Fatima, Sibolga Tamat (1973)

4. Sekolah Menengah Atas (SMA) RK, Sibolga Tamat (1976)

5. Sarjana Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara (USU), Medan Tamat (1984)

6. Magister Teknik Arsitektur Universitas Sumatera Utara (USU), Medan Tamat (2008)

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ............................................................................................................... i

ABSTRACT .............................................................................................................. ii

KATA PENGANTAR ............................................................................................. iii

RIWAYAT HIDUP ................................................................................................... v

DAFTAR ISI ........................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL ..................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xi

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xiii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang .......................................................................................... 1

1.2. Perumusan Masalah .................................................................................. 5

1.3. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 6

1.4. Manfaat Penelitian .................................................................................... 6

1.5. Kerangka Konseptual Penelitian ............................................................. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 10

2.1. Pertumbuhan Perkotaan dan Kebutuhan akan Tanah ............................... 10

2.2. Pencabutan Hak ........................................................................................ 15

2.3. Pengadaan Tanah ...................................................................................... 15

2.3.1. Pengertian ...................................................................................... 15

2.3.2. Prosedur Pengadaan Tanah ............................................................ 17

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
2.3.3. Pemberian Ganti Rugi .................................................................... 20

2.4. Permasalahan Pengadaan Tanah untuk Pembangunan Infrastruktur ........ 21

2.4.1. Kinerja Panitia Pembebasan Lahan ............................................... 24

2.4.2. Mekanisme Penanganan Sengketa Yang Dihadapi ..................... 25

2.4.3. Nilai atau Besaran Ganti Rugi ...................................................... 28

2.4.4. Sistem Pembayaran Ganti Rugi .................................................... 29

BAB III METODE PENELITIAN ...................................................................... 30

3.1. Jenis Penelitian ...................................................................................... 30

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 30

3.3. Populasi dan Responden Penelitian ........................................................ 31

3.4. Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 31

3.5. Metode Analisa dan Penafsiran Data ...................................................... 32

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI ............................................................ 35

4.1 Lokasi Penelitian ....................................................................................... 35

4.2 Kecamatan Medan Amplas ....................................................................... 39

4.3 Kondisi Lokasi Penelitian ......................................................................... 42

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 44

5.1. Karakteristik Responden .......................................................................... 44

5.1.1. Jenis Kelamin dan Umur ............................................................. 45

5.1.2. Pendidikan .................................................................................. 46

5.1.3. Pekerjaan ..................................................................................... 47

5.1.4. Pendapatan .................................................................................. 48

5.1.5. Lama Bermukim ........................................................................ 49

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
5.1.6. Agama ......................................................................................... 50

5.1.7. Suku ............................................................................................ 50

5.1.8 Klasifikasi Luas Tanah ............................................................... 51

5.1.9. Status Kepemilikan ..................................................................... 53

5.2. Proses Ganti Rugi Pengadaan Lahan ........................................................ 55

5.2.1. Nilai atau Besaran Ganti Rugi ...................................................... 55

5.2.2. Sistem Pembayaran Ganti Rugi .................................................... 56

5.3. Tipologi Permasalahan Pengadaan Lahan ................................................ 58

5.3.1. Mekanisme Penanganan Sengketa Yang Dihadapi ..................... 60

5.4. Faktor-Faktor Pengadaan Lahan Terhadap Pembangunan


Jalan Fly Over Amplas ............................................................................ 65

5.4.1. Hubungan Mekanisme Penanganan Masalah Dengan


Karakteristik Sosial Masyarakat Yang Lahannya Mengalami
Pembebasan Lahan ..................................................................... 66

5.4.2. Hubungan Mekanisme Penanganan Masalah Dengan


Karakteristik Ekonomi Masyarakat Yang Lahannya
Mengalami Pembebasan Lahan ................................................. 72

5.4.3. Hubungan Mekanisme Penanganan Masalah Dengan


Karakteristik Status dan Luas Tanah Masyarakat Yang
Lahannya Mengalami Pembebasan Lahan ................................. 76

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
BAB VI KESIMPULAN ....................................................................................... 81

6. 1. Kesimpulan Dan Saran ............................................................................ 81

6.1.1. Kesimpulan ................................................................................. 81

6.1.2. Saran ........................................................................................... 83

6.1.3. Rekomendasi kepada Pihak-Pihak Terkait ............................... 84

a. Umum .................................................................................... 84

b. Masyarakat ............................................................................. 86

c. Pemerintah ............................................................................. 87

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 88

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
DAFTAR TABEL

Nomor Judul

Halaman

1. Kebutuhan Luas Tanah Untuk Pembangunan Jalan Layang


Amplas berdasarkan Kategori Pemilik dan Surat Tanah ............................... 3

5.1. Mekanisme Penanganan Masalah Terhadap Umur ...................................... 66

5.2. Mekanisme Penanganan Masalah Terhadap Pendidikan ............................... 68

5.3. Mekanisme Penanganan Masalah Terhadap Suku.......................................... 70

5.4. Mekanisme Penanganan Masalah Terhadap Pendidikan ............................... 72

5.5. Mekanisme Penanganan Masalah Terhadap Penghasilan ............................. 74

5.6. Mekanisme Penanganan Masalah Terhadap Status Kepemilikan ................. 76

5.7. Mekanisme Penanganan Masalah Terhadap Luas Tanah ............................. 78

6.1. Faktor Yang Mempengaruhi Pembebasan Lahan ......................................... 81

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul

Halaman

1.1 Status Hukum Kepemilikan Tanah Sebelah Utara ......................................... 4

1.2 Status Hukum Kepemilikan Tanah Sebelah Selatan ....................................... 4

1.3 Kerangka Penelitian Kajian Pengadaan


Lahan Pembangunan Jalan ............................................................................... 9

4.1. Peta wilayah Propinsi Sumatera Utara ............................................................. 5

4.2. Kota Medan dan Kabupaten Deliserdang ........................................................ 6

4.3. Peta Kota Medan ............................................................................................. 7

4.4. Rumah toko terkena pembebasan lahan ........................................................... 40

4.5. Rumah toko terkena pembebasan lahan ........................................................... 40

4.6. Unit perkantoran yang terkena proses pembebasan lahan ............................... 41

4.7. Lahan dan areal pabrik yang terkena pembebasan lahan ................................. 41

4.8. Lahan dan areal yang terkena pembebasan lahan sebelah selatan .................. 42

4.9. Lahan dan areal yang terkena pembebasan lahan sebelah utara ..................... 43

5.1 Karakteristik responden menurut jenis kelamin ............................................... 45

5.2. Karakteristik responden menurut kelompok umur .......................................... 46

5.3. Karakteristik responden menurut tingkat pendidikan ...................................... 47

5.4. Karakteristik responden menurut pekerjaan ..................................................... 48

5.5. Karakteristik responden menurut pendapatan .................................................. 48

5.6. Karakteristik responden berdasarkan lamanya bermukim ............................... 49

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
5.7. Karakteristik responden menurut agama yang dianut ..................................... 50

5.8. Karakteristik responden menurut suku ............................................................ 51

5.9. Diagram Mekanisme penanganan masalah ganti rugi dengan luas tanah ...... 52

5.10. Persentase penanganan masalah ganti rugi dengan luas tanah ....................... 52

5.11. Hasil Analisa Penanganan Masalah Berdasarkan Status Kepemilikan ........... 54

5.12. Persentase Mekanisme Penanganan Masalah dengan status lahan ................. 54

5.13. Hasil Analisa Cross-Tab Ganti Rugi ............................................................... 56

5.14. Persentase Hasil Analisa Ganti Rugi ............................................................... 56

5.15. Diagram Mekanisme penanganan masalah ganti rugi dengan luas tanah ....... 57

5.16. Persentase penanganan masalah ganti rugi dengan luas tanah ........................ 57

5.17. Diagram Batang Mekanisme Penanganan Sengketa Melalui Pengaduan ...... 61

5.18. Persentase Mekanisme Penanganan Sengketa Melalui Pengaduan ................ 61

5.19. Diagram Batang Mekanisme Penanganan Sengketa Melalui Musyawarah .... 63

5.20. Persentase Mekanisme Penanganan Sengketa Melalui Musyawarah ............ 63

5.21. Diagram Batang Mekanisme Penanganan Sengketa Melalui Musyawarah .. 64

5.22. Persentase Mekanisme Penanganan Sengketa Melalui Pengadilan ................ 64

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

Halaman

1. Lampiran 1. Tabel Chi-Square (X2) .............................................................. 90

2. Lampiran 2. Variabel – variabel Penelitian ................................................... 92

3. Lampiran 3. Hasil Perhitungan Crosstabulation dan Chi-square Test ........... 96

4. Lampiran 4. Hasil Kuesioner untuk Masyarakat ........................................... 104

5. Lampiran 5. Foto Lokasi Rencana Pembangunan Jembatan Flyover


Amplas Medan ............................................................................................... 140

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Berbagai persoalan seputar sumber daya tanah muncul akibat kebutuhannya

yang terus meningkat, sementara potensi dan luas tanah yang tersedia sangat terbatas.

Peranan tanah semakin penting dengan semakin kompleksnya aktivitas manusia

sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk yang pada gilirannya menimbulkan

tekanan pada permintaan terhadap tanah. Kelangkaan tanah tersebut bukan hanya

karena persediaannya yang terbatas secara fisik tetapi juga karena adanya kendala

kelembagaan atau institusional menyangkut hak-hak atas tanah.

Terkait dengan terbatasnya ketersediaan tanah tersebut, pembangunan jalan

perkotaan di provinsi Sumatera Utara dan kota Medan yang dibutuhkan pengadaan

tanah dari masyarakat umumnya terkendala pembangunannya akibat proses

pembebasan tanah. Seperti pembangunan jalan Aek Nabara Bypass, jalan lingkar

luar Ngumban Surbakti, jalan lingkar luar Binjai, Padang Sidempuan Bypass, dan

lain – lain.

Permasalahan paling dominan pada pengembangan jalan di kota Medan

khususnya jalan lingkar luar kota Medan (Medan Outer Ring Road) adalah

permasalahan pengadaan tanah. Permasalahan pengadaan tanah yang dilakukan

dengan pembebasan tanah tersebut pada gilirannya secara signifikan berdampak pada

pembiayaan pembangunan jalan, jadwal pekerjaan dan disain fisik jalan.

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
Selanjutnya hasil penelitian yang dilaksanakan menunjukkan bahwa

munculnya permasalahan pembebasan tanah pada proyek pembangunan jalan lingkar

luar Ngumban Surbakti adalah akibat ketidaksepakatan harga ganti rugi tanah. Pada

proyek pembangunan jalan tersebut, penetapan nilai ganti rugi dibedakan

berdasarkan status kepemilikan tanah (hak milik, hak guna bangunan dan tanah

negara), lokasi tanah (yang menghadap jalan Setia Budi, yang menghadap jalan

Djamin Ginting dan yang menghadap jalan Ngumban Surbakti) dan kategori tanah

(tanah habis dan tidak habis). Salah satu alasan utama penolakan warga atas nilai

ganti rugi pembebasan tanah adalah perbedaan nilai ganti rugi berdasarkan lokasi

tanah. Dimana lokasi tanah yang menghadap jalan Djamin Ginting nilai ganti

ruginya lebih besar hingga 75% dibandingkan dengan lokasi tanah yang menghadap

jalan Setia Budi dan sebesar 180% dibandingkan tanah yang menghadap jalan

Ngumban Surbakti.

Begitu juga pembangunan jalan Fly Over Amplas Medan hingga saat ini

masih terkendala dalam hal pembebasan tanahnya dimana sebanyak 38 (tiga puluh

delapan) persil tanah belum dibebaskan, yang terdiri dari 16 (enam belas) persil

sebelah utara jalan dan 22 (dua puluh dua) persil sebelah selatan jalan dengan total

luas tanah adalah 7.002 M2 (Departemen Pekerjaan Umum 2008). Adapun gambaran

persil tanah yang dibutuhkan untuk pembangunan Jalan Layang Amplas berdasarkan

kategori Pemilik dan Surat Tanah dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini.

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
Tabel 1. Kebutuhan Luas Tanah Untuk Pembangunan Jalan Layang Amplas
berdasarkan Kategori Pemilik dan Surat Tanah

Kategori Surat Tanah (M2) Total


No Lokasi / Kategori Pemilik
SHM HGB SK (M2)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

I Sebelah Utara Jalan

1. Masyarakat 2.182,16 142,30 1.523,52 3.847,68

2. Swasta - 5.041,00 161,00 5.202,00

3. BUMN (PT. Pos Indonesia) - - - -

4. Pemerintah (Kodam II/BB) - 2.737,00 - 2.737,00

Sub Total 2.182,16 7.920,30 1.684,52 11.786,68

II Sebelah Selatan Jalan -

1. Masyarakat 1.729,03 36,00 1.632,86 3.397,89

2. Swasta - - - -

3. BUMN (PT. Pos Indonesia) - 36,00 - 36,00

4. Pemerintah (Kodam II/BB) - - - -

Sub Total 1.729,03 72,00 1.632,86 3.433,89

Total 3.911,19 7.992,30 3.317,38 15,220,57

Sumber: SNVT P2JJ Metropolitan Medan, Ditjen Bina Marga, Departemen


Pekerjaan Umum Republik Indonesia tahun 2008

Keterangan: SHM= Surat Hak Milik, HGB =Hak Guna Bangunan, SK=Surat
Keterangan Camat

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
1. Status Hukum Kepemilikan Tanah Sebelah Utara

Sumber. Data penelitian Lapangan 2008


Gambar. 1.1. Status Hukum Kepemilikan Tanah Sebelah Utara

2. Status Hukum Kepemilikan Tanah Sebelah Selatan

Sumber. Data penelitian Lapangan 2008


Gambar. 1.2. Status Hukum Kepemilikan Tanah Sebelah Selatan

Dengan adanya permasalahan pengadaan tanah pada pembangunan jalan

layang Amplas Medan, maka penelitian ini akan mengkaji lebih dalam mengenai

permasalahan pengadaan tanah tersebut. Selanjutnya diharapkan dapat memberikan

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
masukan bagi Pemerintah Kota Medan dan Direktorat Jenderal Bina Marga

Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia.

1.2. Perumusan Masalah

Pembangunan infrastruktur jalan kota banyak terhambat umumnya

diakibatkan oleh ketiadaan tanah milik pemerintah daerah, sehingga dalam

pelaksanaan pembangunan jalan kota tersebut pengadaan tanahnya dari masyarakat.

Kemudian, isu pembebasan tanah untuk pembangunan infrastruktur jalan diperburuk

karena terbatasnya alokasi anggaran pengadaan tanah dalam Anggaran Pendapatan

dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD).

Selanjutnya terhambatnya proses pengadaan tanah umumnya terjadi karena

ketidaksepakatan harga ganti rugi tanah antara pemerintah daerah dengan masyarakat

pemilik tanah. Dimana pemilik tanah (masyarakat) umumnya menginginkan harga

tanah sesuai dengan harga pasar (market price) yang berlaku, sedangkan pemerintah

daerah dengan keterbatasan dananya cenderung berdasarkan NJOP (Nilai Jual Objek

Pajak). Walaupun dengan dibangunnya atau ditingkatkannya jalan kota tersebut

masyarakat juga akan mendapatkan keuntungan (benefit) akibat pertambahan nilai

tanahnya (increasing of land value).

Begitu juga pada pembangunan jalan Fly Over Amplas terjadi permasalahan

pada pengadaan tanahnya, yaitu pembebasan tanah sepanjang 1,2 Km. Kondisi

permasalahan pengadaan lahan tersebut akan berpengaruh langsung pada

keterlambatan pekerjaan fisik jalan yang selanjuntya berdampak pada pembiayaan

pembangunan jalan secara keseluruhan.

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
Berkaitan dengan hal tersebut di atas, maka yang menjadi permasalahan pada

penelitian ini adalah;

1. Apa saja permasalahan (tipologi permasalahan) dalam pengadaan tanah pada

pembangunan jalan Fly Over Amplas;

2. Apa faktor yang menyebabkan munculnya berbagai tipologi permasalahan

pengadaan tanah pembangunan jalan Fly Over Amplas tersebut;

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan

penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui tipologi permasalahan pengadaan tanah pembangunan jalan

Fly Over Amplas;

2. Untuk mengetahui faktor penyebab munculnya berbagai tipologi permasalahan

pengadaan tanah pembangunan jalan Fly Over Amplas.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat terhadap

pengembangan kota Medan khususnya pembangunan jalan perkotaan, antara lain:

1. Sebagai bahan masukan pengambilan kebijakan bagi Pemerintah Kota Medan

dalam penanganan permasalahan pengadaan tanah bagi pembangunan jalan

perkotaan dan infrastruktur perkotaan;

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
2. Sebagai bahan masukan bagi Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen

Pekerjaan Umum dalam pelaksanaan pembangunan jalan yang membutuhkan

pembebasan lahan;

3. Sebagai bahan masukan untuk penelitian lanjutan dalam bidang pengembangan

infrastruktur perkotaan khususnya pengadaan lahan untuk pembangunan jalan

perkotaan.

1.5. Kerangka Konseptual Penelitian

Pembangunan jalan Fly Over Amplas Medan membutuhkan pengadaan lahan

dari masyarakat karena tidak tersedianya tanah dari pemerintah daerah kota Medan.

Tanah yang dibutuhkan adalah seluas 15,220,57 m2 yang pengadaannya dengan

pembebasan tanah (land acquisition). Dalam perjalanannya proses pembebasan tanah

masyarakat yang dimulai sejak tahun 2006 tersebut mengalami hambatan yaitu

hingga saat ini masih ada sebanyak 38 persil tanah yang belum bisa dibebaskan atau

seluas 7.002,20 m2.

Berkaitan dengan adanya permasalahan pembebasan tanah pada

pembangunan Fly Over Amplas Medan tersebut, penelitian ini akan mengidentifikasi

tipologi permasalahan pengadaan lahan bagi pembangunan jalan Fly Over Amplas

dan mengkaji faktor penyebab munculnya permasalahan pengadaan lahan tersebut.

Tipologi permasalahan pengadaan lahan yang akan dikaji adalah

alasan – alasan masyarakat untuk tidak melepaskan tanahnya bagi pembangunan

jalan tersebut. Sedangkan faktor – faktor penyebab munculnya permasalahan

pengadaan tanah pada penelitian ini adalah untuk mengetahui lebih dalam tentang

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
latar belakang mengapa masyarakat tidak melepaskan tanahnya untuk pembangunan

jalan Fly Over Amplas.

Selanjutnya hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi

pengambil kebijakan khususnya Pemerintah Kota Medan dan Departemen Pekerjaan

Umum dalam hal penanganan permasalahan pengadaan tanah bagi pembangunan

infrastruktur.

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
Untuk lebih jelasnya kerangka penelitian dipresentasikan pada gambar 1.3

berikut ini:

Pembangunan Fly Over/FO


(Jalan Layang) Amplas Medan

Dibutuhkan Pembebasan Tanah untuk


Pembangunan Jalan Layang Amplas

Muncul Permasalahan pada


Pembangunan Jalan Layang Amplas
- Tanah Warisan/Keterikatan Keluarga
- Nilai Ganti Rugi
- Kinerja Panitia Pembebasan/Pengadaan Lahan
- Kesadaran Masyarakat

Faktor-faktor Penyebab Munculnya Permasalahan (Tipologi) Pembebasan Tanah


- Faktor Dana
- Faktor Pelepasan /Penyerahan Hak
- Faktor Cara Jual Beli, Tukar Menukar
- Faktor Fisikologis Masyarakat

Tipologi Permasalahan pada


Pembebasan Tanah untuk
Pembangunan FO Amplas:

Mekanisme/Pola Penyelesaian Masalah Yang Dihadapi

Penyelesaian melalui Penyelesaian Penyelesaian


Pengaduan Melalui Musyawarah Melalui Pengadilan

Kesimpulan dan Saran

Rekomendasi
Masukan bagi Pengambil Kebijakan
(Pemerintah Kota Medan dan
Departemen Pekerjaan Umum)

Gambar 1.3. Kerangka Penelitian Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan


(Study Fly Over Amplas Kota Medan)

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pertumbuhan Perkotaan dan Kebutuhan akan Tanah

Era globalisasi dalam perekonomian, sosial budaya dan sosial politik telah

berpengaruh besar kepada kota-kota di negara berkembang (Djoko Sujarto dan

Muchtarram Karyoedi, 1996). Kota Medan sebagai salah satu kota besar di

Indonesia (nomor tiga setelah kota Jakarta, Surabaya) juga tidak terlepas dari

pengaruh tersebut. Apalagi hal ini didukung oleh posisi strategis kota Medan yang

merupakan pintu keluar (exit gate) Propinsi Sumatera Utara, baik domestik maupun

luar negeri, melalui pelabuhan laut Belawan dan Bandara Udara Polonia. Dari letak

geografis strategis tersebut mendorong kota ini senantiasa mengikuti perkembangan

yang demikian pesatnya. Selama sepuluh tahun terakhir, Medan telah mengalami

pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat pula. Hal ini ditunjukkan dengan

besarnya kontribusi Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Medan

terhadap PDRB Propinsi Sumatera Utara tahun 2006, yaitu sebesar 23,67 %

(Sumatera Utara Dalam Angka, 2007).

Tingkat pertumbuhan penduduk Kota Medan kurun waktu 2000–2006

sebesar 1,37 %, lebih rendah dari tingkat pertumbuhan penduduk Sumatera Utara

yaitu sebesar 1,57 %. Tingkat pertumbuhan penduduk Kota Medan tersebut juga

lebih rendah dari Kabupaten Deli Serdang (2,25 %) dan Kota Binjai (2,25 %). Angka

pertumbuhan tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan penduduk atau urbanisasi

lebih besar di kota-kota sekitarnya dibandingkan kota inti kota Medan. Kondisi

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
tersebut menunjukkan bahwa kota-kota sekitarnya mempunyai peran yang besar

dalam menampung laju urbanisasi perkotaan.

Perubahan tingkat pertumbuhan penduduk Kota Medan tersebut selama kurun

waktu tahun 1970-2006 mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Hal ini tentunya

mempunyai implikasi pada perubahan fisik Kota Medan dan kota-kota sekitarnya,

yaitu akan terjadi perubahan guna lahan pertanian menjadi guna lahan permukiman,

perkantoran dan perdagangan, jasa dan industri.

Implikasi nyata dialami dan diamati dari pola pertumbuhan penduduk di

daerah pinggiran Kota Medan tersebut adalah tingginya kemacetan pada Koridor

Binjai – Medan, Pancur Batu–Medan, Deli Tua–Medan dan Tanjung Morawa–

Medan serta Medan–Belawan. Hal ini terjadi karena kota-kota sekitar Medan

tersebut merupakan lokasi tempat tinggal penduduk yang bekerja di Kota Medan,

sehingga pada saat jam puncak (berangkat dan pulang kantor/sekolah) terjadi

kemacetan yang cukup parah.

Pertambahan penduduk di perkotaan yang sangat tinggi mengakibatkan

meningkatnya kebutuhan pelayanan prasarana dan sarana perkotaan yang pada

akhirnya meningkatkan kebutuhan tanah. Selain itu, meningkatnya kegiatan sosial-

ekonomi di perkotaan sebagai bagian dari pertumbuhan dan perkembangan kota juga

merupakan penyebab meningkatnya permintaan terhadap tanah (Dunkerley, 1983).

Ada 3 faktor yang menjadi isu dalam kondisi pembangunan Jalan Fly Over

Amplas Medan yaitu:

1. Ketentuan tentang pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk

kepentingan umum;

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
2. Faktor fsikologis yang menjadi pertimbangan dalam kajian pengadaan lahan;

3. Faktor dana sebagai kendala utama.

Menurut Budi Tjahjati (1995) meningkatnya permintaan tanah dan

terbatasnya persediaan tanah di perkotaan merupakan penyebab terus meningkatnya

nilai tanah perkotaan. Dari sisi penyediaan infrastruktur perkotaan yang

mempergunakan tanah sebagai basis kegiatan, maka terus meningkatnya harga tanah

di perkotaan merupakan kendala bagi peningkatan pelayanan prasarana dan sarana

tersebut, sedangkan pada sisi lain peningkatan pelayanan merupakan tanggungjawab

Pemerintah Daerah yang harus dipenuhi. Ironisnya, masalah penting yang dialami

pemerintah kota di dunia ketiga adalah kurangnya sumber–sumber pembiayaan dan

kapasitas dalam menyediakan infrastruktur perkotaan tersebut.

Kenaikan harga tanah yang tidak terkendali merupakan konsekuensi dari

persediaan tanah yang sangat terbatas dalam menghadapi kebutuhan yang begitu

besar. Kenaikan harga tanah umumnya juga disebabkan oleh karena investasi tanah

merupakan kesempatan terbaik untuk berbagai keadaan. Kemudian, kenaikan harga

tanah pada dasarnya tidak seluruhnya karena usaha-usaha pembangunan atau

perbaikan yang telah dilakukan pemilik atas tanahnya atau kenaikan harga pada

umumnya, melainkan sebagian besar karena investasi pembangunan prasarana yang

dilakukan Pemerintah. Nilai kenaikan harga yang disebabkan karena investasi

Pemerintah ini perlu diraih agar hasilnya dapat dimanfaatkan kembali untuk

kepentingan masyarakat (Sitorus, 1996).

Persoalan mahalnya harga tanah perkotaan untuk pembangunan jalan (tol)

dengan melakukan pembebasan tanah juga menyebabkan kurang berminatnya

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
investor dalam berinvestasi di bidang jalan tol. Hal ini ditunjukkan dengan tidak

adanya investor jalan tol yang berminat untuk membangun jalan tol Medan – Binjai

karena resiko yang harus ditanggung investor sangat tinggi khususnya yang terkait

dengan pembebasan lahan (Sunito, 2005). Walaupun perangkat peraturan

perundangan tentang pengadaan tanah untuk kepentingan umum telah banyak

tersedia, namun hingga saat ini berbagai peraturan perundangan tersebut belum

operasional di lapangan seperti Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang

Peraturan Dasar Undang-Undang Pokok-Pokok Agraria atau dikenal dengan nama

UUPA, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1961 tentang Pencabutan Hak-hak Atas

Tanah dan Benda – Benda yang Ada di Atasnya, dan Peraturan Presiden Nomor 36

Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk

Kepentingan Umum. Oleh karena itu menurut Kalo (2005) perlu dilakukan

perubahan peraturan dan kebijakan tanah untuk kepentingan umum dengan tetap

mempertahankan kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat yang terkena dampak

pembangunan.

Dengan gambaran seperti di atas, hal tersebut juga dialami oleh Pemerintah

Kota Medan dalam hal menyediakan infrastruktur kota. Terbatasnya tanah dan

anggaran pemerintah kota serta meningkatnya kebutuhan akan infrastruktur membuat

pemerintah kota kesulitan dalam menangani/menyediakan infrastruktur perkotaan.

Seperti diungkapkan oleh Haris (2006) bahwa kasus kota Medan menunjukkan

dengan dana sebesar Rp 2,14 triliun yang dialokasikan untuk pengembangan

infrastuktur hanya bisa dimanfaatkan sekitar 70%, karena sisanya terbuang untuk

mengurus pembebasan tanah masyarakat.

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
Akibat keterbatasan tanah pemerintah kota, maka dibutuhkan pengadaan

tanah untuk pembangunan jalan dari tanah masyarakat. Menurut Dunkerley (1983)

hal tersebut umumnya terjadi di kota–kota negara berkembang, begitu juga Kota

Medan. Dalam kaitan dengan pembangunan jalan Fly Over Amplas juga dibutuhkan

tanah masyarakat melalui pembebasan sepanjang kiri dan kanan rencana disain jalan,

yaitu sekitar 7.500 m2.

Selain permasalahan pengadaan tanah, isu penting yang muncul dalam

pengembangan infrastruktur perkotaan adalah masalah pembiayaan khususnya dana

pendamping dari pemerintah daerah. Pada pengembangan jalan lingkar luar kota

Medan melalui program MMUDP (Metropolitan Medan Urban Development

Program) permasalahan yang muncul adalah keterbatasan dana pendamping baik

APBD maupun APBN serta sumber daya lainnya sehingga terjadi ketidaksesuaian

antara waktu yang telah terpakai dengan tingkat kemajuan pelaksanaan proyek

(Pangaribuan, 2001). Sedangkan dalam Hutagalung (2003) menyebutkan

permasalahan pengadaan tanah pada proyek pembangunan jalan lingkar luar

Ngumban Surbakti muncul akibat ketidaksepakatan harga pembebasan tanah. Begitu

juga pada pembangunan jalan Fly Over Amplas yang merupakan bagian integral dari

jalan lingkar luar kota Medan hingga saat ini belum semua tanah untuk

pembangunan jalan layang tersebut dapat dibebaskan.

2.2. Pencabutan Hak

Tanah bagi masyarakat merupakan suatu benda yang sangat bernilai bagi

kehidupannya, karena dengan mengusahakan atau mengolah tanah akan memberikan

penghidupan baginya. Selain untuk masyarakat, tanah juga sangat penting bagi

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
pemerintah khususnya dalam pelaksanaan pembangunan. Pemerintah dengan hak

menguasai dari negara sesuai pasal 33 ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945

melakukan pembangunan sesuai dengan kebutuhan dalam perencanaan

pembangunan untuk kepentingan masyarakat. Namun, dalam pelaksanaan

pembangunan tersebut apakah Pemerintah dapat dengan seenaknya mengambil

tanah-tanah masyarakat walaupun adanya fungsi sosial hak atas tanah sesuai dengan

Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) Nomor 5 tahun 1960.

Selanjutnya pada pasal 18 UUPA menyebutkan bahwa untuk kepentingan

umum termasuk kepentingan bangsa dan negara serta kepentingan bersama dari

rakyat hak atas tanah dapat dicabut dengan memberi ganti rugi yang layak menurut

cara yang diatur dengan undang-undang.

2.3. Pengadaan Tanah

2.3.1. Pengertian

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 pada pasal 1

disebutkan bahwa pengadaan tanah adalah setiap kegiatan untuk mendapatkan tanah

dengan cara memberikan ganti rugi kepada yang melepaskan atau menyerahkan

tanah, bangunan, tanaman, dan benda – benda yang berkaitan dengan tanah atau

dengan pencabutan hak atas tanah (Mukti, 2006).

Pemerintah dalam hal pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum

yang membutuhkan tanah perlu dilakukan secara cepat dan transparan dengan tetap

memperhatikan prinsip – prinsip penghormatan terhadap hak – hak yang sah atas

tanah. Pembangunan untuk kepentingan umum tersebut meliputi;

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
a. Jalan umum, jalan tol, rel kereta api (di atas tanah, di ruang atas tanah, ataupun

ruang bawah tanah), saluran air minum/air bersih, saluran pembuangan air, dan

sanitasi;

b. Waduk, bendungan, irigasi, dan berguna bagi pengairan lainnya;

c. Rumah sakit umum dan pusat kesehatan masyarakat;

d. Pelabuhan, bandar udara, stasiun kereta api dan terminal;

e. Peribadatan;

f. Pendidikan atau sekolah;

g. Pasar umum;

h. Fasilitas pemakaman umum;

i. Fasilitas keselamatan umum;

j. Pos dan telekomunikasi;

k. Sarana olahraga;

l. Stasiun penyiaran radio, televisi dan sarana pendukungnya;

m. Kantor Pemerintah, pemerintah daerah, perwakilan negara asing, Perserikatan

Bangsa – Bangsa, dan/atau lembaga – lembaga internasional di bawah naungan

Perserikatan Bangsa – Bangsa;

n. Fasilitas Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia

sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya;

o. Lembaga pemasyarakatan dan rumah tahanan;

p. Rumah susun sederhana;

q. Tempat pembuangan sampah;

r. Cagar alam dan cagar budaya;

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
s. Pertamanan;

t. Pantai sosial;

u. Pembangkit, transmisi, distribusi tenaga listrik.

2.3.2. Prosedur Pengadaan Tanah

Instansi pemerintah yang memerlukan tanah membentuk kepanitiaan, jika

untuk daerah kabupaten/kota, panitia dibentuk oleh bupati/walikota, untuk daerah

provinsi panitia dibentuk oleh Gubernur dan jika pengadaan tanah tersebut terletak di

wilayah kabupaten/kota atau lebih, kepanitiannya dibentuk oleh Gubernur.

Kemudian jika pengadaan tanahnya terletak di dua wilayah provinsi atau lebih,

kepanitian pengadaan tanahnya dibentuk oleh Menteri Dalam Negeri (Peraturan

Presiden No. 36 Tahun 2005).

Kepanitian pengadaan tanah baik yang dibentuk oleh Bupati/Walikota,

Gubernur maupun Menteri Dalam Negeri mempunyai tugas:

a. mengadakan penelitian dan inventarisasi atas tanah, bangunan, tanaman dan

benda – benda lain yang ada kaitannya dengan tanah yang haknya akan dilepas

atau diserahkan;

b. mengadakan penelitian mengenai status hukum tanah yang haknya akan

dilepaskan atau diserahkan, dan dokumen yang mendukungnya;

c. menaksir dan mengusulkan besarnya ganti rugi atas tanah yang haknya akan

dilepaskan atau diserahkan;

d. memberikan penjelasan atau penyuluhan kepada masyarakat yang terkena

rencana pembangunan dan/atau pemegang hak atas tanah mengenai rencana dan

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
tujuan pengadaan tanah tersebut dalam bentuk konsultasi publik baik melalui

tatap muka, media cetak maupun media elektronik agar dapat diketahui oleh

seluruh masyarakat yang terkena rencana pembangunan dan atau pemegang hak

atas tanah.

Selanjutnya panitia melakukan musyawarah secara langsung kepada

pemegang hak atas tanah, bangunan, tanaman dan benda-benda lain yang berkaitan

dengan tanah, dan jika di dalam musyawarah telah mencapai kesepakatan, maka

panitia mengeluarkan keputusan mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi dan

selanjutnya panitia menyaksikan pelaksanaan pemberian ganti rugi kepada pemegang

hak atas tanah, bangunan, tanaman, serta benda-benda lain yang ada di atas tanah,

serta membuat berita acara pelepasan dan penyerahan hak atas tanah tersebut.

Jika pemegang hak atas tanah tidak menerima keputusan panitia pengadaan

tanah, pemegang hak dapat mengajukan keberatan kepada bupati/walikota, gubernur

atau menteri dalam negeri disertai dengan penjelasan, sebab-sebab dan alasan-

alasannya.

Bupati/walikota, gubernur, atau menteri dalam negeri mengupayakan

penyelesaian mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi dengan mempertimbangkan

pendapat dan keinginan dari pemegang hak atas tanah atau kuasanya. Kemudian,

setelah mendengar dan mempelajari pendapat dan keinginan keinginan dari

pemegang hak atas tanah serta pertimbangan panitia pengadaan tanah,

Bupati/walikota, gubernur, atau menteri dalam negeri sesuai kewenangannya

mengeluarkan keputusan yang dapat mengukuhkan atau mengubah keputusan panitia

pengadaan tanah mengenai bentuk dan/atau besarnya ganti rugi yang akan diberikan.

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
Apabila upaya penyelesaian yang ditempuh bupati/walikota, gubernur, atau

menteri dalam negeri tetap tidak diterima oleh pemegang hak atas tanah dan lokasi

pembangunan yang bersangkutan tidak dapat dipindahkan, maka bupati/walikota,

gubernur, atau menteri dalam negeri sesuai kewenangan mengajukan usul

penyelesaian dengan cara pencabutan hak atas tanah berdasarkan Undang-Undang

Nomor 20 Tahun 1961 tentang Pencabutan Hak-Hak Atas Tanah dan Benda-Benda

yang Ada di Atasnya.

Keputusan pencabutan hak tersebut di atas diusulkan oleh Kepala Badan

Pertanahan Nasional setelah ditandatangani oleh menteri dari instansi yang

memerlukan tanah dan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, dan berdasarkan

usulan tersebut maka Presiden mengeluarkan Keputusan pencabutan hak atas tanah

berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1961 (Mukti, 2006).

2.3.3. Pemberian Ganti Rugi

Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 pada pasal 1 angka 11

menyebutkan bahwa ganti rugi adalah penggantian terhadap kerugian baik bersifat

fisik dan atau non fisik sebagai akibat pengadaan tanah kepada yang mempunyai

tanah, bangunan, tanaman, dan atau benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah

yang dapat memberikan kelangsungan hidup yang lebih baik dari tingkat kehidupan

sosial ekonomi sebelum terkena pengadaan tanah.

Selanjutnya pada pasal 12 Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005

menyebutkan bahwa ganti rugi dalam rangka pengadaan tanah diberikan untuk;

a. hak atas tanah;

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
b. bangunan;

c. tanaman;

d. benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah.

Bentuk ganti rugi yang dapat diberikan baik terhadap hak atas tanah,

bangunan, tanaman, serta benda-benda yang berkaitan dengan tanah dapat berupa;

a. uang dan/atau;

b. tanah pengganti dan/atau;

c. permukiman kembali;

d. atau dimungkinkan juga pemegang hak atas tanah diikutsertakan sebagai

penyertaan modal dalam pelaksanaan pembangunan tersebut.

Penilaian atau perhitungan besarnya ganti rugi didasarkan atas:

a. Nilai Jual Objek Pajak atau nilai nyata/sebenarnya dengan memperhatikan Nilai

Jual Objek Pajak tahun berjalan berdasarkan penetapan Lembaga/Tim Penilai

Harga Tanah yang ditunjuk oleh Panitia;

b. Nilai jual bangunan yang ditaksir oleh perangkat daerah yang bertanggung jawab

di bidang bangunan;

c. Nilai jual tanaman yang ditaksir oleh perangkat daerah yang bertanggung jawab

di bidang pertanian.

2.4. Permasalahan Pengadaan Tanah untuk Pembangunan Infrastruktur

Infrastruktur merupakan roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Dari alokasi

pembiayaan publik dan swasta, infrastruktur dipandang sebagai lokomotif

pembangunan nasional dan daerah. Secara ekonomi makro ketersediaan dari jasa

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
pelayanan infrastruktur mempengaruhi marginal productivity of private capital,

sedangkan dalam konteks ekonomi mikro, ketersediaan jasa pelayanan infrastruktur

berpengaruh terhadap pengurangan biaya produksi (Kwik Kian Gie, 2002 dalam

www. Bappenas.go.id/Abdul Haris, Infrastruktur Merupakan Roda Penggerak

Pertumbuhan Ekonomi). Infrastruktur juga berpengaruh penting bagi peningkatan

kualitas hidup dan kesejahteraan manusia, antara lain dalam peningkatan nilai

konsumsi, peningkatan produktivitas tenaga kerja dan akses kepada lapangan kerja,

serta peningkatan kemakmuran nyata dan terwujudnya stabilitas makro ekonomi,

yaitu keberlanjutan fiskal, berkembangnya pasar kredit, dan pengaruhnya terhadap

pasar tenaga kerja.

Mekanisme pembebasan tanah yang ada saat ini dikelompokkan dalam 2

(dua) kategori jika ditinjau dari aspek pemilik (proyek) pembangunan dan

kepentingan pembangunannya, yaitu pembebasan tanah untuk kepentingan umum

yang dilaksanakan oleh pemerintah dan pembebasan tanah untuk kepentingan swasta

yang dilaksanakan oleh perorangan atau perusahaan. Peraturan yang mengatur

mekanisme pembebasan tanah untuk kepentingan umum yang berlaku sampai

dengan saat ini adalah Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1961 tentang Pencabutan

Hak-Hak Atas Tanah dan Benda-Benda yang Ada di Atasnya dan Peraturan Presiden

Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan

untuk Kepentingan Umum. Sedangkan mekanisme pembebasan tanah untuk

kepentingan swasta diatur oleh Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan

Pertanahan Nasional Nomor 2 Tahun 1999 tentang Izin Lokasi dan beberapa

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
peraturan teknis yang dikeluarkan oleh Kepala BPN yang mendukung pelaksanaan

izin lokasi.

Khusus untuk pembebasan tanah untuk kepentingan umum yang

dilaksanakan oleh pemerintah, dalam Perpres RI Nomor 36 Tahun 2005 tentang

Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum sudah

jelas disebutkan bahwa lingkup pembangunan untuk kepentingan umum hanya

dibatasi untuk kegiatan pembangunan yang dilakukan dan selanjutnya dimiliki oleh

Pemerintah serta tidak digunakan untuk mencari keuntungan. Namun, sebagian

persepsi masyarakat masih menunjukkan adanya keinginan untuk mendapatkan

keuntungan yang sebesar-besarnya dari kegiatan pembebasan tanah tersebut dan

akhirnya terkadang menimbulkan permasalahan dalam bentuk sengketa tanah.

Sengketa yang timbul dalam pembebasan tanah milik masyarakat yang

terkena proyek pembangunan infrastruktur pada umumnya berawal dari konflik,

pertentangan, dan ketidaksepakatan mengenai besarnya ganti rugi yang diberikan

pihak pelaku pembebasan tanah. Terlebih lagi, jika pemilik tanah mengetahui

sebelumnya, kalau tanah mereka akan dijadikan proyek infrastruktur, maka mereka

dengan serta merta menaikkan harga jual tanahnya. Pembebasan tanah terkait dengan

penguasaan tanah selain mahal juga tidak mudah dilaksanakan dan memerlukan

waktu yang lama. Hasil studi yang dilaksanakan oleh Pangaribuan (2001),

Hutagalung (2003), dan Siregar (2004) atas pembebasan tanah jalan lingkar luar kota

Medan juga menunjukkan bahwa muncul sengketa tanah terkait dengan nilai ganti

rugi dan memakan waktu yang lama.

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
Persoalan ganti rugi tanah menjadi komponen yang sensitif dalam proses

pembebasan tanah. Pembahasan mengenai bentuk dan besarnya ganti kerugian

seringkali berakibat pada munculnya sengketa tanah. Hal ini cukup banyak terjadi

akibat dari adanya pembangunan fisik infrastruktur. Berdasarkan kompilasi masalah

pertanahan CPIS, yang diambil dari berbagai media massa dengan waktu penerbitan

sejak tahun 1970, ternyata dari 196 berita yang ada, sebanyak 127 kasus atau 65%

dari total berita adalah menyangkut sengketa ganti rugi tanah, misalnya yang terjadi

dalam kasus pembangunan waduk Kedung Ombo, pembebasan tanah transmigrasi

(yang dikenal dengan sebutan Proyek Sitiung), kasus tanah Cimacan, Tapos dan

proyek-proyek infrastruktur lainnya (Dj. A. Simarta, 1997 dalam Haris, 2006).

Menurut Ali Sofyan Husein (1997) bahwa persoalan ganti rugi inilah yang

sebenarnya menjadi topik muara dari konflik pengadaan tanah dan tidak ada

hubungannya dengan tingkat partisipasi dan kesadaran pemilik tanah akan arti

pentingnya tanah bagi kesejahteraan orang banyak dan kepentingan pembangunan.

Selanjutnya menurut Oloan Sitorus dan Balans Sebayang (1996) bahwa

kelemahan sistem pembebasan tanah pada umumnya terletak pada kendala umum

yang dihadapi Pemerintah pada waktu melakukan pembebasan tanah, yaitu

ketidakmampuan Pemerintah memberi ganti kerugian sesuai dengan keinginan

pemilik tanah. Akibatnya, banyak Rencana Induk Kota dan Rencana Detail Kota

yang telah dibuat dengan baik dan memenuhi persyaratan formal tidak bisa

direalisasikan karena keterbatasan dana untuk kepentingan prasarana umum. Masalah

lain yang sering dikemukakan adalah waktu pembebasan yang cukup lama sehingga

berdampak pada keterlambatan penyerapan anggaran Pemerintah atau pemerintah

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
daerah. Kelemahan lain yang timbul dalam pembebasan tanah adalah dampak

psikologis dimana pemilik tanah dipisahkan dengan tanahnya yang selama ini telah

memberikan penghidupan kepada dirinya dan keluarganya.

2.4.1. Kinerja Panitia Pembebasan Lahan

Panitia Pembebasan Lahan ini dibentuk untuk membantu pengadaan tanah

bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum. Dengan demikian panitia

pembebasan lahan hanya terlibat untuk membantu dalam hal pengadan tanah saja dan

jika dilakukan bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum. Dan perlu

untuk diketahui pembebasan tanah bagi pelaksanaan pembangunan dan untuk

kepentingan umum dilakukan melalui cara pelepasan atau penyerahan hak atas tanah.

Itu berarti panitia pembebasan lahan hanya boleh membantu pengadaan tanah yang

dilakukan lewat pelepasan atau penyerahan hak atas tanah seperti dimaksud oleh

Keppres No. 55 Tahun 1993. (Oloan Sitorus, dkk, Pelepasan atau Penyerahan Hak

Sebagai Cara Pengadaan Tanah, 1995)

2.4.2. Mekanisme Penanganan Sengketa Yang Dihadapi

Mengenai tata cara dan prosedur penyelesaian sengketa hukum ini belum

diatur secara konkrit; seperti mekanisme permohonan hak atas tanah, dan oleh karena

itu penyelesaian kasus perkasus biasanya tidak dilakukan dengan pola penyelesaian

yang seragam akan tetapi dari pengalaman yang ada pola penanganan ini telah

kelihatan melembaga walaupun masih samar-samar yang mana penanganan sengketa

tersebut terdiri dari :

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
a. Pengaduan;

b. Penelitian;

c. Pencegahan Mutasi;

d. Musyawarah;

e. Pengadilan (Rusmadi Murad, S.H, Penyelesaian Sengketa Hukum Atas Tanah,

1991).

Hubungan Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan terhadap masyarakat yang

lahannya harus mengalami pembebasan lahan. Adapun hasil mekanismenya adalah

sebagai berikut:

a. Mekanisme Penanganan Sengketa Melalui Pengaduan

Dalam pengaduan ini biasanya berisi hal-hal dan peristiwa – peristiwa yang

menggambarkan bahwa pemohon/pengadu adalah yang berhak atas tanah sengketa

dengan lampirannya bukti-bukti dan mohon penyelesaian disertai harapan agar

terhadap tanah tersebut dapat dicegah mutasinya, sehingga tidak merugikan dirinya.

b. Mekanisme Penanganan Sengketa Melalui Penelitian

Terhadap penanganan tersebut kemudian dilakukan penelitian baik berupa

pengumpulan data/adminitrasitif maupun hasil penelitian fisik di lapangan (mengenai

pengusahannya). Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan sementara apakah

pengaduan tersebut beralasan atau tidak diperoses lebih lanjut.

c. Mekanisme Penanganan Sengketa Melalui Pencegahan Mutasi

Sebagai tindak lajut dari penyelesaian sengketa tersebut di atas, kemudian

baik atas dasar petuntjuk atau perintah atasan maupun berdasarkan prakarsa Kepala

Kantor Agraria yang bersangkutan terhadap tanah sengketa, dapat dilakukan

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
langkah-langkah pengamanan berupa pencegahan/penghentian untuk sementara

terhadap segala bentuk perubahan (mutasi).

Maksud dari pada pencegahan adalah menghentikan untuk sementara segala

bentuk perubahan. Kegunaannya yang pertama adalah untuk kepentingan penelitian

didalam penyelesaian sengketa (status quo) oleh karena kalau tidak demikian,

penyelesaian sengketa akan mengalami kesulitan didalam meletakkan keputusannya

nanti. Misalnya, tanah yang dalam keadaan sengketa diperjualbelikan sehingga

keputusannya akan merugikan pihak pembeli yang beritikat baik.

d. Mekanisme Penanganan Sengketa Melalui Musyawarah

Langkah-langkah pendekatan terhadap para pihak yang bersengketa sering

berhasil di dalam usaha penyelesaian sengketa (dengan jalan musyawarah).

Musyawarah ini apabila dilakukan, harus pula memperhatikan tata cara formal

seperti surat pemanggilan, berita acara atau notulen rapat, akta atau pernyataan

perdamaian yang berguna sebagai bukti bagi para pihak maupun pihak ketiga. Hal-

hak semacam ini biasanya kita temukan dalam akta perdamaian, baik yang dilakukan

di muka hakim maupun diluar pengadilan atau notaris.

e. Mekanisme Penanganan Sengketa Melalui Pengadilan

Apabila usaha-usaha musyawarah tersebut mengalami jalan buntu, atau ada

masalah-masalah prisipiil yang harus diselesaikan oleh istansi lain yang berwenang,

misalnya pengadilan, maka kepada yang bersangkutan disarankan untuk mengajukan

masalahnya kepengadilan. Jadi pada umumnya sifat dari sengketa ini adalah karena

adanya pengaduan yang mengandung pertentangan hak atas tanah maupun hak-hak

lain atas suatu kesempatan/prioritas atau adanya suatu ketetapan yang merugikan

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
dirinya. Pada akhirnya penyelesaian tersebut, senantiasa harus memperhatikan/selalu

berdasarkan kepada peraturan yang berlaku, memperhatikan keseimbangan

kepentingan – kepentingan para pihak, menegakkan keadilan hukumnya serta

penyelesaian ini diusahakan harus tuntas. (Rusmadi Murad, S.H, Penyelesaian

Sengketa Hukum Atas Tanah, 1991)

2.4.3. Nilai atau Besaran Ganti Rugi

Adapun dasar penentuan nilai atau besaran ganti rugi telah ditetapkan dasar

penetapannya, menurut Keppres No. 55 Tahun 1993 yaitu sama-sama berdasarkan

musyawarah yang artinya antara pihak pemegang hak atas tanah dengan pihak yang

memerlukan tanah untuk mencapai kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya nilai

ganti kerugian. Adapun dasar dan cara perhitungan ganti kerugian dalam pelepasan

atau penyerahan hak atas tanah ditetapkan atas dasar:

a. Harga Tanah;

b. Nilai Jual Bangunan;

c. Nilai Jual Tanaman yang ada diatasnya;

Perhitungan ganti kerugian tersebut sepenuhnya harus memenuhi rasa

keadilan dalam mewujudkan azas, bahwa dengan penyerahan tanah kepunyaannya

tidak akan membuat keadaan sosial dan ekonomi pemegang hak atas tanah menjadi

mundur. Sesuai dengan kenyataan dan rasa keadilan bahwa ganti kerugian bukan

hanya meliputi hal diatas tapi juga meliputi hal-hal yang bersifat non materiil atau

immateriil dan dilakukan dengan kriteria yang sudah ditentukan. (Oloan Sitorus, dkk,

Pelepasan atau Penyerahan Hak Sebagai Cara Pengadaan Tanah, 1995)

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
2.4.4. Sistem Pembayaran Ganti Rugi

Ganti kerugian dalam pelepasan dan penyerahan hak merupakan penggantian

atas nilai tanah dan atau benda-benda lain yang terkait dengan tanah sebagai akibat

pelepasan atau penyerahan hak atas tanah atau jika hendak diperjelas dapat dikatakan

bahwa ganti kerugian adalah imbalan yang diterima oleh pemegang hak atas tanah

sebagai pengganti dari nilai tanah termasuk yang ada diatasnya. Sebagai imbalan,

maka prinsip pemberian ganti kerugian harus seimbang dengan nilai tanah yang

jumlah idealnya harus sama dengan nilai tanah. Salah satu prinsip yang menjadi tolak

ukur keseimbangan itu adalah bahwa ganti kerugian yang diberikan harus merupakan

imbalan yang layak atau tidak menjadikan pemegang hak atas tanah mengalami

kemunduran sosial atas tingkat ekonominya sehingga tidak menjadikan rakyat yang

melepaskan tanahnya lebih miskin. (Oloan Sitorus, dkk, Pelepasan atau Penyerahan

Hak Sebagai Cara Pengadaan Tanah, 1995)

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan pada studi ini adalah deskriptif, yaitu suatu

metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu

sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan

penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara

sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar

fenoma yang diselidiki (Nazir, 1985).

Menurut Nazir (1985) dengan metode deskriptif ini juga diselidiki kedudukan

fenomena atau faktor dan melihat hubungan antara satu faktor dengan faktor lainnya.

Oleh karena itu, penelitian deskriptif ini juga dinamakan studi kasus.

Pada penelitian Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan (Studi Kasus

Fly Over Amplas) ini akan dideskripsikan berbagai tipologi permasalahan pada

pembangunan jalan Fly Over Amplas dan faktor penyebab munculnya permasalahan

pengadaan tanah tersebut.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian adalah jalan Fly Over Amplas, kecamatan Medan Amplas,

kota Medan, propinsi Sumatera Utara. Waktu penelitian akan dilaksanakan selama 4

(empat) bulan dimulai bulan Pebruari 2008 sampai dengan Mei 2008.

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
3.3. Populasi dan Responden Penelitian

Menurut Sugiarto (2003) populasi merupakan keseluruhan unit atau individu

dalam ruang lingkup yang akan diteliti. Berdasarkan hal tersebut, maka yang menjadi

populasi dan sekaligus menjadi responden penelitian ini adalah diambil dari pihak

yang tanahnya mengalami pembebasan tanah dalam pembangunan jalan Fly Over

Amplas, yaitu sebanyak 107 persil tanah. Dimana jumlah persil tanah tersebut

dikuasai/dimiliki oleh perseorangan(Masyarakat), Perusahaan Terbatas (3

perusahaan, yaitu PT, Asahan, PT. Indomil, dan PT. ABT), Pemerintah (Departemen

Pertahanan dan Keamanan) Kodam II/BB, dan BUMN (PT. Pos Indonesia).

3.4. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah;

a. Data primer

Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan seperangkat kuesioner (daftar

pertanyaan) penelitian kepada responden. Daftar pertanyaan yang diajukan

kepada responden berupa informasi mengenai tipologi permasalahan pembebasan

tanah dan faktor – faktor penyebab permasalahan pengadaan tanah pada

pembangunan jalan Fly Over Amplas. Kemudian untuk mendapatkan gambaran

lebih mendalam mengenai permasalahan pengadaan tanah pada pembangunan

jalan Fly Over Amplas dilakukan wawancara mendalam (depth interview)

dengan responden. Yang mana wawancara mendalam (depth interview) akan

dilakukan langsung dengan menerjunkan tim yang akan secara mendetail

melaksanakan tanya jawab secara individu dimana bahan pertanyaan kuesiner

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
mencakup aspek ekonomi, sosial, sejarah bermukim, termasuk fisik tanah dan

bangunan yang terkena proses pembebasan dimaksud.

b. Data sekunder

Data sekunder dikumpulkan dengan cara survei instansional, yaitu survei ke

instansi terkait dengan pembebasan tanah dan pembangunan Fly Over Amplas.

Instansi yang akan disurvei adalah Dinas Tata Kota dan Bangunan (DTKB) Kota

Medan, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Medan,

Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kota Medan, Departemen Pekerjaan Umum

Direktorat Jenderal Bina Marga, dan instansi terkait lainnya. Adapun data – data

yang dikumpulkan adalah berupa;

1. Nilai dan bentuk ganti rugi pembebasan tanah pembangunan jalan Fly Over

Amplas.

2. Profil pembebasan tanah dan pembangunan jalan Fly Over Amplas.

3. Berbagai laporan dan kepustakaan yang relevan lainnya.

3.5. Metode Analisa dan Penafsiran Data

Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian permasalahan

pengadaan tanah bagi pembangunan jalan Fly Over Amplas ini adalah metode

kualitatif yang memberikan penjelasan atas permasalahan pengadaan tanah pada

pembangunan Fly Over Amplas Kota Medan.

Untuk menganalisis permasalahan menggunakan analisis silang (crosstab).

Dalam analisis silang, variabel-variabel dipaparkan dalam satu tabel dan berguna

untuk :

a. Menganalisis hubungan-hubungan antar variabel yang terjadi

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
b. Melihat bagaimana kedua atau beberapa variabel berhubungan

c. Mengatur data untuk keperluan analisis statistik

d. Untuk mengadakan kontrol terhadap variabel tertentu sehingga dapat dianalisi

tentang ada tidaknya hubungan

Dalam melakukan analisis yaitu menggunakan bantuan computer dengan

perangkat lunak (soft ware) SPSS versi 12 (Statistic Product And Service Solutions)

digunakan analisis crosstab dan chi-square. Deskripsinya adalah ingin menguji

ketergantungan antara mekanisme penanganan masalah dengan item X1 sampai X5.

Chi-square adalah salah satu analisis statistik yang digunakan untuk menguji suatu

hipotesa. Chi-square terutama digunakan untuk uji homogenitas, uji independensi

dan uji keselarasan (goodness of fit).

∑ (O − ebk )
2

Adapun rumus chi-square adalah χ =


2 bk

ebk

Dimana:

Obk = hasil observasi pada baris b kolom k

ebk = nilai harapan (expected value) pada baris b kolom k

Selain rumus tersebut diatas perlu juga diketahui derajat kebebasan chi-square

Derajat kebebasan chi-square = df = α (k – 1) (b – 1)

k = jumlah kolom observasi

b = jumlah baris observasi

Dari hasil uji tersebut dapat diambil hipotesanya sebagai berikut

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
H0 : tidak ada hubungan antara baris dan kolom atau tidak ada hubungan statu

variabel (variabel pengaruh) dengan mekanisme penanganan masalah yang

dihadapi

Hi : ada hubungan antara baris dan kolom atau tidak ada hubungan suatu

variabel (variabel pengaruh) dengan mekanisme penanganan masalah yang

dihadapi

Proses analisis crosstab tersebut menghasilkan perhitungan chi-square test.

Dalam menguji hipotesa tersebut apakah H0 diterima atau ditolak yaitu terdapat dua

(2) cara interprestasi yaitu :

a. Berdasarkan perbandingan chi-square hitung dengan chi-square kuisioner

1. Jika chi-square hitung < chi-square tabel maka H0 diterima

2. Jika chi-square hitung > chi-square tabel maka H0 ditolak

b. Berdasarkan probabilitas

1. Jika nilai probabilitas hitung > 0,05 (probabilitas tabel) maka H0 diterima

2. Jika nilai probabilitas hitung < 0,05 (probabilitas tabel) maka H0 ditolak

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI

4.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini berada di propinsi Sumatera Utara di daerah perbatasan

antara Kota Medan dan Kabupaten Deliserdang. Secara administrasi kedua lokasi ini

terletak di kawasan Metropolitan Mebidang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

gambar berikut.

Tanpa skala

Sumber: Bappeda Kota Medan, 2008


Gambar 4.1 Peta wilayah Propinsi Sumatera Utara

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
U

Kota Medan

Kabupaten Deliserdang

Lokasi Penelitian Tanpa skala

Sumber: Bappeda Kota Medan, 2008


Gambar 4.2 Kota Medan dan Kabupaten Deliserdang

Pada peta diatas terlihat bahwa beberapa kecamatan termasuk dalam kota inti

dan kawasan pinggiran. Lokasi penelitian ini berada di kelurahan Timbang Deli dan

Kelurahan Amplas Kecamatan Medan Amplas berada dalam kota inti dan

Kecamatan Medan Amplas berada dalam kawasan pinggiran dalam Metropolitan

Mebidang. Selanjutnya dapat dilihat pada peta Kota Medan dibawah ini:

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
Kantor Camat

Batas Kota

U MEDAN KOTA BELAWAN


Batas Kecamatan

Jalan Aspal

Jalan Kereta Api

Sungai

KABUPATEN
DELISERDANG MEDAN MARELAN MEDAN LABUHAN

KOTA MEDAN

MEDAN DELI

KABUPATEN
DELISERDANG

MEDAN BARAT

MEDAN HELVETIA MEDAN PERJUANGAN


Ke
Bin MEDAN TEMBUNG
jai
MEDAN TIMUR

MEDAN PETISAH MEDAN TEMBUNG


MEDAN SUNGGAL

MEDAN MAIMUN MEDAN AREA


MEDAN DENAI

MEDAN
Lokasi Penelitian
MEDAN BARU

MEDAN POLONIA
MEDAN SELAYANG

MEDAN AMPLAS

MEDAN JOHOR
Ke Lubuk Pakam
MEDAN TUNTUNGAN

KABUPATEN
Ja
he
NAMORAMBE
DELISERDANG
an
ab
K
e
K

Sumber: Bappeda Kota Medan, 2008


Gambar 4.3. Peta Kota Medan

Daerah yang dipilih sebagai lokasi penelitian diambil berdasarkan beberapa

pertimbangan antara lain adanya beberapa faktor yang mendorong berbagai upaya

pelepasan atau penyerahan hak merupakan cara pengadaan tanah yang masih lazim

digunakan pada saat ini. Seperti beberapa ketentuan tentang pengadaan tanah bagi

pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum, seperti diketahui ada 2 (dua)

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
cara pengadaan tanah, yakni : pertama, pelepasan atau penyerahan hak atas tanah ;

dan kedua, cara jual beli, tukar menukar atau cara lain yang disepakati secara

sukarela oleh pihak-pihak yang bersangkutan (menurut pasal 2 Keppres No. 55

Tahun 1993). Juga faktor fsikologis masyarakat dan faktor dana. Faktor fsikologis

yang menjadi pertimbangan misalnya:

1. Masih dijumpai dan ditemui sebagian pemilik/yang menguasai tanah

beranggapan pemerintah tempat yang tepat untuk meminta ganti rugi, karenanya

meminta ganti rugi yang tinggi, tidak memperdulikan jiran/tetangga yang

bersedia menerima ganti rugi yang dimusyawarahkan;

2. Masih ditemui pemilik yang menguasai tanah beranggapan pemilikan tanahnya

adalah mulia dan sakral, sehinggga sangat enggan melepaskannya walaupun

dengan ganti rugi, karena mereka bertahan meminta ganti rugi yang sangat

tinggi;

3. Kurangnya kesadaran pemilik/yang menguasai tanah tentang pantasnya

mengutamakan kepentingan umum dari pada kepentingan sendiri.

Kendala yang merupakan faktor dana adalah keterbatasan dana pembebasan

tanah sehingga tidak mampu membayar ganti-kerugian dengan harga wajar menurut

pasar umum setempat.

Penelitian ini mengambil lokasi dikawasan tenggara selatan Kota Medan

yang berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang yaitu Kecamatan Amplas

(Kelurahan Timbang Deli dan Kelurahan Amplas). Kawasan ini teridentifikasi

sebagai daerah yang padat aktivitas, banyak terdapat rumah, rumah toko dan pabrik-

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
pabrik. Akses jalan alternatif hanya melalui jalan Sisingamangaraja XII dan jalan

Pertahanan sebagai jalan primer.

4.2 Kecamatan Medan Amplas

Kecamatan Medan Amplas terletak di wilayah tengggara Kota Medan

dengan batas-batas sebagai berikut:

a. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Johor;

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang;

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang;

d. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Kota dan Kecamatan Medan

Denai.

Kecamatan Medan Amplas dengan luas wilayah 14,58 KM 2

Kecamatan Medan Amplas adalah daerah pintu gerbang Kota Medan di

sebelah Timur yang merupakan pintu masuk dari daerah lainnya di Sumatera Utara

maupun Propinsi lainnya melalui transportasi darat, dengan penduduknya 104,455

jiwa.

Sasaran lokasi penelitian yang diambil adalah rumah, rumah toko, lahan

kosong, dan pabrik-pabrik yang terkena masalah pembebasan lahan yang berada

langsung di lokasi penelitian dan punya keterkaitan dengan kajian pengadaan

lahan pembangunan jalan (Studi kasus Fly Over Amplas Medan), seperti terlihat

pada gambar dibawah ini:

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
Sumber: Data penelitian lapangan, 2008
Gambar 4.4 Rumah toko terkena pembebasan lahan

Sumber: Data penelitian lapangan, 2008


Gambar 4.5 Rumah toko terkena pembebasan lahan

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
Sumber: Data penelitian lapangan, 2008
Gambar 4.6 Unit perkantoran yang terkena proses pembebasan lahan

Sumber: Data penelitian lapangan, 2008


Gambar 4.7 Lahan dan areal pabrik yang terkena pembebasan lahan

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
4.3. Kondisi Lokasi Penelitian

Situasi dan kondisi lokasi penelitian untuk lahan pembangunan jalan Fly

Over Amplas Medan ini secara administrasi dan proses pembebasannya masih

menemui kendala, baik itu dari masyarakat langsung maupun dari instansi

pemerintah sendiri. Dilihat dari sarana infrastruktur, kualitas jalan sebenarnya sudah

memadai tetapi melihat perkembangan sarana dan prasarana yang sangat dibutuhkan

seperti sarana transportasi dengan akses jalan yang ada sekarang ini masih dalam

kondisi baik sementara volume kendaraan semakin banyak mengakibatkan

kemacetan maksimal yang sering terjadi khususnya pada jam-jam tertentu. Jalan

Sisingamangaraja XII dan jalan Pertahanan serta jalan-jalan sekunder lainnya yang

menyebar sepanjang jalan. Kondisi jalan ini cukup baik dengan lebar ± 20 meter

Sumber: Data penelitian lapangan, 2008


Gambar 4.8 Lahan dan areal yang terkena pembebasan lahan sebelah selatan

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
Sumber: Data penelitian lapangan, 2008
Gambar 4.9 Lahan dan areal yang terkena pembebasan lahan sebelah utara

Perkembangan kawasan ini cukup pesat yang ditandai dengan banyaknya

pembangunan rumah, rumah toko dan pabrik-pabrik di kawasan ini. Hasil survey

melalui identifikasi lapangan terhadap rumah, rumah toko, pabrik-pabrik,

perkantoran dan fungsi bangunan lainnya yang secara terencana tercatat lebih dari

108 kepemilikan yang terdiri dari rumah toko, pabrik-pabrik, perkantoran dan fungsi

bangunan lainnya yang tersebar, baik yang luasannya kecil, sedang maupun besar .

Rumah toko, pabrik-pabrik, perkantoran dan fungsi bangunan lainnya ini tersebar di

dua kelurahan seperti kelurahan Timbang Deli dan kelurahan Amplas. Umumnya

skala rumah toko mendominasi dengan jumlah yang besar.

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Masalah-masalah ekonomi dan sosial yang sering timbul sehubungan dengan

penggunaan pengadaan lahan yang masih sering terjadi tanpa memperhitungkan

waktu. Para pengambil kebijakan yang dalam hal ini pemerintah Kota Medan sering

dihadapkan kepada dua masalah, dimana harus mengambil keputusan yang disatu

pihak harus dapat mengambil kebijaksanaan yang memaksimumkan penerimaannya

dalam jangka pendek. Tetapi kebijakan inilah yang mengakibatkan pengadaan lahan

masyarakat akan mengalami penurunan nilai atau deflasi. Dalam hal kebijakan ini

memberikan dasar bagi pembicaraan tentang ekonomi lahan, yang akan diterapkan

pada pengadaan lahan untuk pembangunan Jalan Layang FO (Fly Over) Amplas

Medan.

5.1. Karakteristik Responden

Survey yang dilakukan mengambil sampel dari penduduk yang berada dalam

kawasan terpilih. Dalam hal ini kawasan terpilih adalah Kelurahan Timbang Deli dan

Kelurahan Amplas Kecamatan Medan Amplas. Untuk setiap lokasi dibagi lagi

terhadap penduduk yang bermukim di kawasan utara dan kawasan selatan yang

lahannya tumbuh secara terencana. Jumlah responden yang diambil sebanyak 107

orang. Dari hasil survey didapatlah karakteristik dari responden meliputi informasi

responden dan keterkaitan dengan lahan yang dimiliki.

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
5.1.1. Jenis Kelamin dan Umur

Pemukiman penduduk yang disurvey dengan mengambil responden sebagai

pemilik perumahan itu sendiri. Pada umumnya responden adalah laki-laki (85%),

tetapi sebagian adalah perempuan (15%). Untuk karakteristik umur responden

dibatasi dari umur kurang dari 30 tahun dan lebih dari 50 tahun. Dominasi umur

responden adalah antara 40 – 50 tahun dengan jumlah 43 responden (43%).

Kelompok umur yang kurang dari 30 tahun merupakan responden yang paling

sedikit.

100
90
80
70
60 laki-laki
50 91
Perempuan
40
30
20
16
10
0
laki-laki Perempuan

Sumber: Data penelitian Lapangan, 2008


Gambar 5.1 Karakteristik responden menurut jenis kelamin

Melihat beragamnya responden ini dapat dijadikan acuan sebagai mewakili

masyarakat yang diteliti sehingga diharapkan untuk kesimpulan akhirnya akan

mendekati teori-teori yang telah ditetapkan.

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
2%
20%

48%

31%

< 30 tahun 30-40 tahun


40-50 tahun > 50 tahun

Sumber: Data penelitian lapangan, 2008


Gambar 5.2. Karakteristik responden menurut kelompok umur

5.1.2. Pendidikan

Tingkat pendidikan responden sangat bervariasi dari tamat SMP, tamat SMA

maupun Akademi/Sarjana dan Pascasarjana. Umumnya responden yang tamat SMP

merupakan penduduk dipemukiman konvensional baik di Kelurahan Timbang Deli

maupun di Kelurahan Amplas, tetapi lebih didominasi pada Kelurahan Amplas.

Kepemilikan rumah, rumah toko, pabrik-pabrik, perkantoran dan fungsi bangunan

lainnya yang tersebar biasanya adalah karena warisan orang tua ataupun keluarga

dengan bentuk rumah, rumah toko, perkantoran dan lahan pabrik. Dominasi tingkat

pendidikan responden berupa tamat SD 7%, tamat SMP 7%, tamat SMA 49%,

Akademi/Sarjana/Pasca Sarjana sebesar 44%.

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
Sumber: Data penelitian lapangan, 2008
Gambar 5.3. Karakteristik responden menurut tingkat pendidikan

5.1.3. Pekerjaan

Pekerjaan yang diuraikan dalam kuisioner berupa mulai dari Wiraswasta,

Pegawai Negeri Sipil+Dokter, pegawai swasta, Guru/Dosen dan lain-lain. Hasil

survey terdapat 64% merupakan kelompok Wiraswasta, PNS+Dokter sebanyak 18%,

Pegawai Swasta 6%, Guru/Dosen 3%, dan pekerjaan lain-lain sebanyak 16%.

Dominasi pekerjaan responden adalah Wiraswasta sebanyak 64%. Selanjutnya

pekerjaan responden adalah wiraswasta. Pekerjaan pegawai swasta maupun

pekerjaan wiraswasta umumnya berdomisili pada wilayah utara. Hasilnya dapat

dilihat sebagai berikut:

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
Sumber: Data penelitian lapangan, 2008
Gambar 5.4. Karakteristik responden menurut pekerjaan

5.1.4. Pendapatan

Kita dapat melihat tingkat pendapatan responden yang diteliti sudah cukup

tinggi tetapi bervariasi. Dari hasil survey penelitian bahwa tingkat pendapatan

sebesar kurang dari Rp. 1.000.000,- sebanyak 10% dari jumlah responden. Ini cukup

signifikan dibandingkan terhadap pekerjaan responden yang 78% merupakan

wiraswasta dan pegawai swasta sebanyak 19 % responden.

Sumber: Data penelitian lapangan, 2008


Gambar 5.5. Karakteristik responden menurut pendapatan

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
5.1.5. Lama Bermukim

Waktu dan lamanya bermukim responden berdasarkan komposisi lamanya

bermukim pada lokasi yang dimaksud umumnya sudah lebih dari 10 tahun terutama

pada penduduk spontan baik di Kelurahan Timbang Deli maupun Kelurahan Amplas.

Sedangkan untuk kawasan rumah, rumah toko, pabrik-pabrik, perkantoran dan fungsi

bangunan lainnya yang tersebar secara terencana dan lamanya bermukim masih

berkisar antara 10 tahun dan dapat juga ditemui sampai diatas 50 tahun. Responden

yang bermukim antara 10 – 15 tahun yaitu berkisar 21%, yang bermukim antara 15-

25 tahun berkisar 22%, dan yang bermukim antara 25-50 tahun berkisar 25% serta

penduduk yang sudah bermukim diatas 50 tahun sekitar 31%. Dari sumber yang

didapat bahwa responden sudah mendiami wilayah studi termasuk dalam kategori

cukup lama.

21%
31%

22%
25%
10-15 tahun 15-25 tahun
25-50 tahun >50 tahun

Sumber: Data penelitian lapangan, 2008


Gambar 5.6. Karakteristik responden berdasarkan lamanya bermukim

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
5.1.6. Agama

Agama yang dianut ternyata hampir didomasi agama muslim dan agama

kristen, sedangkan agama Budha masuk dalam kategori minoritas. Dan dari data

yang diperoleh, responden beragama Islam (48%) sedangkan untuk Kristen (44 %)

dan agama Budha berkisar 8%, seperti dapat dilihat dari gambar yang ada dibawah

ini :

0% 8%

Islam
44%
Kristen
Hindu
48% Budha

Sumber: Data penelitian lapangan, 2008


Gambar 5.7. Karakteristik responden menurut agama yang dianut

5.1.7. Suku

Melihat diagram dibawah menunjukkan keberadaan suku Batak mendominasi

di kawasan yang diangkat sekitar 32 orang. Sedangkan suku Jawa berada pada urutan

ke dua dengan jumlah 28 orang, Suku Karo berada pada urutan ke tiga dengan

jumlah 17 orang, suku Mandailing berjumlah 12 orang, suku Minang berjumlah

11orang, sedangkan suku Tionghoa menjadi minoritas dengan jumlah 7 orang dari

jumlah responden. Suku – suku yang menjadi responden dan terdapat disekitar lokasi

dapat dilihat dari diagram batang berikut ini:

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
Sumber: Data penelitian lapangan, 2008
Gambar 5.8. Karakteristik responden menurut suku

5.1.8. Klasifikasi Luas Tanah

Melihat uraian tabel diatas, mekanisme penanganan masalah terhadap luas tanah,

responden yang memilih menyelesaikan masalahnya melalui jalur pengaduan yang

luas tanahnya 0 - 342 m2 sebanyak 2 orang (1,9%), luas tanah 343 m2 - 684 m2

sebanyak 14 orang atau 13,1 % responden, luas tanah 685-1026 m2 sebanyak 9 orang

atau 8,4 %, luas tanah 1027-1368 m2 sebanyak 2 orang atau 1,9 %, luas tanah 1369-

1701 m2 senbanyak 15 orang atau 14,0 %, luas tanah 1772-2050 m2 sebanyak 3

orang atau 2,8 %. Sedangkan responden yang memilih penanganan masalah melalui

jalur musyawarah yang luas tanahnya 0 - 342 m2 sebanyak 27 orang (25,2%), luas

tanah 343 m2-684 m2 sebanyak 25 orang atau 23,4% responden, luas tanah 685-

1026 m2 sebanyak 1 orang atau 0,9% , luas tanah 1027-1368 m2 sebanyak 1 orang

atau 0,9 %, luas tanah 1369-1701 m2 sebanyak 1 orang atau 0,9 %, luas tanah 1772-

2050 m2 sebanyak 1 orang atau 0,9 %, Sedangkan responden yang memilih

penanganan masalah melalaui jalur pengadilan hanya yang luas tanahnya 343 m2-

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
684 m2 sebanyak 1 orang atau 0,9% responden, luas tanah 1027-1368 m2 sebanyak 5

orang atau 4,7 % dari seluruh responden.

Sumber. Data Penelitian Lapangan 2008


Gambar 5.9. Diagram Mekanisme penanganan masalah ganti rugi dengan luas tanah

Sumber. Data Penelitian Lapangan 2008


Gambar 5.10. Persentase penanganan masalah ganti rugi dengan luas tanah

5.1.9. Status Kepemilikan

Dari uraian tabel 5.2 mekanisme penanganan sengketa yang ada, para

responden memilih melalui mekanisme pengaduan sekitar 45 orang atau 42.1 % dari
Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
jumlah 107 responden, dari jumlah pengaduan, cara atau mekanisme yang

dijalankan, responden yang menyelesaikan masalahnya melalui jalur Pengaduan

sebanyak 14 orang dengan status surat lahannya Hak Milik (SHM), dan sekitar 31

orang menyelesaikan masalahnya melalui jalur Pengaduan tetapi status kepemilikan

surat lahan nya Hak Guna Bangunan (HGB) atau sekitar 29,0%, dari uraian diatas

sekitar 45 orang (42,1%) menyelesaikan kasusnya melalui jalur Pengaduan. Akan

tetapi responden menyelesaikan masalahnya melalui jalur musyawarah sebanyak 56

orang atau sektar 52.3 %, dimana status kepemilikan surat hak milik (SHM) 31 orang

atau sekitar 29.0% menyelesaikan masalahnya melalui jalur musyawarah tetapi status

kepemilikan lahan nya masih hak guna bangunan (HGB), ini berarti sekitar 25 orang

(23.4%) menyelesaikan masalahnya melalui jalur musyawarah. Sedangkan yang

melalui jalur penelitian tidak terdata atau 0 %, ini berarti para responden tidak

menggunakan cara penelitian, begitu juga dengan pencegahan mutasi hanya 0%.

Tetapi melalui jalur Pengadilan responden sebanyak 6 orang ( 5.6%) dimana status

kepemilikan lahan Sertifikat Hak Milik (SHM)sebanyak 3 orang (2.8%) dan status

kepemilikan lahan Hak Guna Bangunan (HGB) menyelesaikan masalah pembebasan

lahan nya melalui jalur pengadilan sebanyak 2 orang (1.9%) menyelesaikan

masalahnya melalui jalur pengadilan tetapi status kepemilikan lahan nya masih surat

keterangan camat (SK) atau responden yang menyelesaikan masalahnya melalui jalur

pengadilan sebanyak 1 orang atau sekitar 0.9% dari 107 orang responden.

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
Sumber. Data Penelitian Lapangan, 2008
Gambar 5.11. Hasil Analisa Penanganan Masalah Berdasarkan Status Kepemilikan

Sumber. Data Penelitian Lapangan 2008


Gambar 5.12. Persentase Mekanisme Penanganan Masalah dengan status lahan

5.2. Proses Ganti Rugi Pengadaan Lahan

5.2.1. Nilai atau Besaran Ganti Rugi

Adapun dasar penentuan nilai atau besaran ganti rugi telah ditetapkan dasar

penetapannya, menurut Keppres No. 55 Tahun 1993 yaitu sama-sama berdasarkan

musyawarah yang artinya antara pihak pemegang hak atas lahan dengan pihak yang

memerlukan lahan untuk mencapai kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya nilai

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
ganti kerugian. Adapun dasar dan cara perhitungan ganti kerugian dalam pelepasan

atau penyerahan hak atas lahan ditetapkan atas dasar :

a. Harga Lahan;

b. Nilai Jual Bangunan;

c. Nilai Jual Tanaman yang ada diatasnya.

Perhitungan ganti kerugian tersebut sepenuhnya harus memenuhi rasa

keadilan dalam mewujudkan azas, bahwa dengan penyerahan lahan kepunyaannya

tidak akan membuat keadaan sosial dan ekonomi pemegang hak atas lahan menjadi

mundur. Sesuai dengan kenyataan dan rasa keadilan bahwa ganti kerugian bukan

hanya meliputi hal diatas tapi juga meliputi hal-hal yang bersifat non materiil atau

inmateriil dan dilakukan dengan kriteria yang sudah ditentukan. Adapun diagaram

batangnya seperti yang disajikan dibawah ini:

Sumber. Data Penelitian Lapangan, 2008


Gambar 5.13. Hasil Analisa Cross-Tab Ganti Rugi

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
Sumber. Data Penelitian Lapangan, 2008
Gambar 5.14. Persentase Hasil Analisa Ganti Rugi

5.2.2. Sistem Pembayaran Ganti Rugi

Ganti kerugian dalam pelepasan dan penyerahan hak merupakan penggantian

atas nilai lahan dan atau benda-benda lain yang terkait dengan lahan sebagai akibat

pelepasan atau penyerahan hak atas lahan atau jika hendak diperjelas dapat

dikatakan bahwa ganti kerugian adalah imbalan yang diterima oleh pemegang hak

atas lahan sebagai pengganti dari nilai lahan termasuk yang ada diatasnya. Sebagai

imbalan, maka prinsip pemberian ganti kerugian harus seimbang dengan nilai lahan

yang jumlah idealnya harus sama dengan nilai lahan. Salah satu prinsip yang menjadi

tolak ukur keseimbangan itu adalah bahwa ganti kerugian yang diberikan harus

merupakan imbalan yang layak atau tidak menjadikan pemegang hak atas lahan

mengalami kemunduran sosial atas tingkat ekonominya sehingga tidak menjadikan

rakyat yang melepaskan lahannya lebih miskin.

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
Sumber. Data Penelitian Lapangan 2008
Gambar 5.15. Diagram Mekanisme penanganan masalah ganti rugi dengan luas tanah

Sumber. Data Penelitian Lapangan 2008


Gambar 5.16. Persentase penanganan masalah ganti rugi dengan luas tanah

5.3. Tipologi Permasalahan Pengadaan Lahan

Pada bab I telah dijelaskan bahwa tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui tipologi permasalahan pengadaan lahan untuk pembangunan jalan Fly

Over Amplas. Juga untuk mengetahui faktor penyebab munculnya berbagai tipologi

permasalahan pengadaan lahan untuk pembangunan jalan Fly Over Amplas. Bab II

juga dijelaskan secara rinci yang menjadi acuan dan faktor yang mendorong

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
terjadinya berbagai upaya pelepasan atau penyerahan hak merupakan cara pengadaan

lahan yang masih lazim digunakan pada saat ini. Seperti beberapa ketentuan tentang

pengadaan lahan bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum, seperti

diketahui ada 2 (dua) cara pengadaan lahan, yakni:

1. Pelepasan atau penyerahan hak atas lahan;

2. Cara jual beli, tukar menukar atau cara lain yang disepakati secara sukarela oleh

pihak-pihak yang bersangkutan (menurut pasal 2 Keppres No. 55 Tahun 1993).

Faktor fsikologis yang menjadi pertimbangan dalam kajian pengadaan lahan

pembangunan Fly Over Amplas Medan misalnya:

1. Masih dijumpai dan ditemui sebagian pemilik/yang menguasai lahan

beranggapan pemerintah tempat yang tepat untuk meminta ganti rugi, karenanya

meminta ganti rugi yang tinggi, tidak memperdulikan jiran/tetangga yang

bersedia menerima ganti rugi yang dimusyawarahkan;

2. Masih ditemui pemilik yang menguasai lahan beranggapan pemilikan lahan nya

adalah mulia dan sakral, sehinggga sangat sulit untuk melepaskannya walaupun

dengan ganti rugi, karena mereka bertahan meminta ganti rugi yang sangat

tinggi;

3. Kurangnya kesadaran pemilik/yang menguasai lahan tentang pantasnya

mengutamakan kepentingan umum dari pada kepentingan sendiri;

Kendala yang merupakan faktor dana adalah keterbatasan dana pembebasan

lahan sehingga tidak mampu membayar ganti-kerugian dengan harga pasar. Sesuai

dengan penjelasan pada bab II dan dari hasil data penelitian maupun data olahan

dapat diambil beberapa faktor yang akan menentukan tipologi permasalahan

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
pengadaan lahan yang akan dikaji adalah apa alasan – alasan masyarakat untuk tidak

melepaskan lahan nya bagi pembangunan jalan Fly Over Amplas tersebut.

Sedangkan faktor – faktor penyebab munculnya permasalahan pengadaan lahan

pada penelitian ini adalah untuk mengetahui lebih dalam tentang latar belakang

mengapa masyarakat tidak melepaskan lahan nya untuk pembangunan jalan Fly Over

Amplas. Jadi untuk sementara dapat dipertegas faktor-faktor sebab akibat, maka

dianalisa hasil pembahasan sebelumnya melalui analisa tabulasi silang (crosstab) dan

chi-square test untuk mempertegas hubungan yang terjadi. Analisa crosstab dan chi-

square test ini mengambil beberapa variabel saja yang berhubungan dengan

penjelasan teori sebelumnya pada bab 2 tinjauan pustaka.

5.3.1. Mekanisme Penanganan Sengketa Yang Dihadapi

Untuk itulah maka dianalisa cross tabulation Hubungan Pengadaan Lahan

Pembangunan Jalan Fly Over Amplas terhadap masyarakat yang lahannya harus

mengalami pembebasan lahan. Adapun hasil analisanya adalah sebagai berikut:

a. Mekanisme Penanganan Sengketa Melalui Pengaduan

Dalam pengaduan ini biasanya berisi hal-hal dan peristiwa – peristiwa yang

menggambarkan bahwa pemohon /pengadu adalah yang berhak atas lahan sengketa

dengan lampirannya bukti-bukti dan mohon penyelesaian disertai harapan agar

terhadap lahan tersebut dapat dicegah mutasinya, sehingga tidak merugikan dirinya.

Dalam masalah fly over Amplas, mekanisme penanganan sengketa melalui

pengaduan berjumlah 45 orang, dimana perinciannya menunjukkan 34 orang

responden menjawab sangat baik atau sekitar 31.77 % responden menyatakan sangat

memuaskan, sedangkan 2 orang menjawab baik atau 1.8 % responden menjawab

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
dengan bahasa memuaskan dan juga 8 orang menyatakan cukup baik atau 7.48 %

menyatakan cukup memuaskan dan yang menyatakan kurang baik sekitar 1 orang

atau 0.93 % kurang memuaskan dari jumlah responden sekitar 107 orang. Dalam

penanganan sengketa melalui pengaduan ini kebanyakan responden menjawab sangat

baik yang artinya cara-cara penanganan sengketa melalui pengaduan lebih mendapat

respon ataupun tanggapan yang sangat baik dari pihak pihak yang berkompeten

mengurusi pengaduan masyarakat, misalnya lembaga-lembaga hukum yang

independen yang dijalankan oleh masyarakat sendiri. Adapun diagram batangnya

adalah sebagai berikut:

[Sumber.Data Penelitian Lapangan 2008


Gambar 5.17. Diagram Batang Mekanisme Penanganan Sengketa Melalui Pengaduan

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
Sumber. Data Penelitian Lapangan, 2008
Gambar 5.18. Persentase Mekanisme Penanganan Sengketa Melalui Pengaduan

b. Mekanisme Penanganan Sengketa Melalui Musyawarah

Langkah-langkah pendekatan terhadap para pihak yang bersengketa sering

berhasil di dalam usaha penyelesaian sengketa (dengan jalan musyawarah).

Musyawarah ini apabila dilakukan, harus pula memperhatikan tata cara formal

seperti surat pemanggilan, berita acara atau notulen rapat, akta atau pernyataan

perdamaian yang berguna sebagai bukti bagi para pihak maupun pihak ketiga. Hal-

hak semacam ini biasanya kita temukan dalam akta perdamaian, baik yang dilakukan

di muka hakim maupun diluar pengadilan atau notaris.

Melihat hasil diagram penyelesaian sengketa melalui musyawarah, bahwa

mekanisme penanganan sengketa melalui musyawarah sebanyak 56 orang atau

sekitar 52,33 % , responden menjawab sangat baik sekitar 15 orang atau 14,02 %

menjawab sangat memuaskan dari jumlah responden, sedangkan responden yang

menjawab baik hanya 26 orang atau sekitar 24.30 % berpendapat memuaskan, dan

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
responden yang menjawab cukup baik 9 orang atau 8.41 % menjawab cukup

memuaskan, dan yang menyatakan kurang baik sekitar 6 orang atau sekitar 5,61%

responden menanggapi dengan kurang puas. Dalam penanganan sengketa melalui

musyawarah banyak responden merasa sangat baik atau dengan melihat dari

persentasenya memberikan penilaian sangat memuaskan.

Sumber. Data Penelitian Lapangan, 2008


Gambar 5.19. Diagram Batang Mekanisme Penanganan Sengketa Melalui Musyawarah

Sumber Data Penelitian Lapangan, 2008


Gambar 5.20. Persentase Mekanisme Penanganan Sengketa Melalui Musyawarah

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
c. Mekanisme Penanganan Sengketa Melalui Pengadilan

Apabila usaha-usaha musyawarah tersebut mengalami jalan buntu, atau ada

masalah-masalah prinsipiil yang harus diselesaikan oleh instansi lain yang

berwenang, misalnya pengadilan, maka kepada yang bersangkutan disarankan untuk

mengajukan masalahnya kepengadilan. Jadi pada umumnya sifat dari sengketa ini

adalah karena adanya pengaduan yang mengandung pertentangan hak atas lahan

maupun hak-hak lain atas suatu kesempatan/prioritas atau adanya suatu ketetapan

yang merugikan dirinya.

Pada akhirnya penyelesaian tersebut, senantiasa harus memperhatikan /selalu

mendasarkan kepada peraturan yang berlaku, memperhatikan keseimbangan

kepentingan – kepentingan para pihak, menegakkan keadilan hukumnya serta

penyelesaian ini diusahakan harus tuntas. Seperti terlihat dibawah ini yang

menunjukkan proses penyelesaian melalui pengadilan.

Sumber. Data Penelitian Lapangan 2008


Gambar 5.21. Diagram Batang Mekanisme Penanganan Sengketa Melalui Musyawarah

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
Sumber. Data Penelitian Lapangan, 2008
Gambar 5.22. Persentase Mekanisme Penanganan Sengketa Melalui Pengadilan
Hasil pembahasan diatas dapat dilihat bahwa mekanisme penanganan

sengketa melalui pengadilan, tidak ada responden menjawab sangat baik, baik dan

cukup baik, tetapi hanya 6 orang responden yang menjawab kurang baik atau sekitar

5,60 % responden. Ini menunjukkan tidak banyak masyarakat yang menangani

permasalahannya melalui pengadilan.

5.4. Faktor-Faktor Pengadaan Lahan Terhadap Pembangunan Jalan Fly Over

Amplas

Analisa hubungan ini adalah untuk melihat hubungan yang ada antara

pengadaan lahan dengan kondisi pembangunan Jalan Fly Over Amplas Medan

sekarang ini. Dalam bab II sebelumnya dijelaskan bahwa ada 3 faktor yang menjadi

isu dalam kondisi pembangunan Jalan Fly Over Amplas Medan yaitu:

1. Ketentuan tentang pengadaan lahan bagi pelaksanaan pembangunan untuk

kepentingan umum;

2. Faktor fsikologis yang menjadi pertimbangan dalam kajian pengadaan lahan

pembangunan Fly Over Amplas Medan;

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
3. Faktor dana sebagai kendala utama.

Untuk itu dianalisa pengadaan lahan secara crosstabulation dan Chi-square


test terhadap pembangunan jalan Fly Over Amplas Medan.
Analisis ini digunakan untuk menguji ada atau tidaknya hubungan

pengadaan lahan terhadap pembangunan jalan fly over Amplas terhadap teori yang

ada berdasarkan pengumpulan data dan analisa yang dilakukan. Dari tabel yang

disajikan total persentase yang ada sebanyak 100 % yang artinya tidak ada data yang

hilang (missing) 0 %.

5.4.1. Hubungan Mekanisme Penanganan Masalah Dengan Karakteristik

Sosial Masyarakat Yang Lahannya Mengalami Pembebasan Lahan

a. Jenis Kelamin dan Umur

Cross tabulasi hubungan mekanisme penanganan masalah dengan

karakteristik jenis kelamin dan umur responden yang lahannya mengalami

pembebasan lahan. Pemukiman penduduk yang disurvey dengan mengambil

responden sebagai pemilik perumahan itu sendiri. Pada umumnya responden adalah

laki-laki (85%), tetapi sebagian adalah perempuan (15%).

Tabel. 5.1. Mekanisme Penanganan Masalah Terhadap Umur

UMUR Total
> 50
< 30 30-40 40-50 TAHU
TAHUN TAHUN TAHUN N
Jumlah 0 0 21 24 45
PENGADUAN
% ,0% ,0% 19,6% 22,4% 42,1%
MEKANISME Jumlah
PENANGANAN MUSYAWARAH 20 34 1 1 56
MASALAH
% 18,7% 31,8% ,9% ,9% 52,3%
Jumlah 0 0 1 5 6
PENGADILAN
% ,0% ,0% ,9% 4,7% 5,6%
Total Jumlah 20 34 23 30 107
% 18,7% 31,8% 21,5% 28,0% 100,0%

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
Chi-Square = 103,206
Df =6

Hasil tabulasi silang mekanisme penanganan masalah dengan umur

menunjukkan batasan umur 40 s/d 50 tahun sebanyak 21 orang (19,6%) dan diatas

50 tahun sebanyak 24 orang (22,4%) menyelesaikan masalahnya melalui jalur

pengaduan dengan jumlah keseluruhan 45 orang (42,1%), dan batas umur 30-40

tahun sekitar 34 orang (31,8%), batas umur 40-0 tahun sebanyak 21 orang (19,62%),

batas umur diatas 50 tahun sebanyak 1 orang (0,9%) responden menyelesaikan

masalahnya melalui jalur musyawarah, sedangkan responden yang menyelesaikan

masalahnya melalui jalur pengadilan sebanyak 1 orang ( 0,9%) dengan batas umur

40-50 tahun dan 1 orang ( 0,9%) dengan batas umur diatas 50 tahun. Hal ini

membuktikan para responden lebih dominan menyelesaikan masalah pembebasan

lahannya melalui jalur musyawarah.

Hipotesa chi-square Test

1. H0 : bila tidak ada hubungan mekanisme pembebasan lahan dengan batasan

umur;

2. H1 : terdapat hubungan mekanisme pembebasan lahan dengan batasan umur.

Dasar pengambilan keputusan:

1. Jika chi-squarehitung < chi-squaretabel maka H0 diterima;

2. Jika chi-squarehitung > chi-squaretabel maka H0 ditolak.

Tabel 5.1 didapat bahwa chi-squarehitung sebesar 103,206 sedangkan chi-

squaretabel sebesar 16,919 (taraf kepercayaan 95 % dan derajat bebas = 9).

Berdasarkan hasil tersebut keputusannya adalah chi-squarehitung > chi-squaretabel

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
maka H0 ditolak artinya H1 diterima yaitu dengan kata lain bahwa terdapat hubungan

mekanisme pembebasan lahan dengan batasan umur.

b. Pendidikan

Hubungan mekanisme penanganan masalah dengan karakteristik jenis

pendidikan responden yang lahannya mengalami pembebasan lahan. Tingkat

pendidikan responden sangat bervariasi dari tamat SMP, tamat SMA maupun

Akademi/Sarjana dan Pascasarjana. Umumnya responden yang tamat SMP

merupakan penduduk dipemukiman konvensional baik di Kelurahan Timbang Deli

maupun di Kelurahan Amplas, tetapi lebih didominasi pada Kelurahan Amplas.

Kepemilikan rumah, rumah toko, pabrik-pabrik, perkantoran dan fungsi bangunan

lainnya yang tersebar biasanya adalah karena warisan orang tua ataupun keluarga

dengan bentuk rumah, rumah toko, perkantoran dan lahan pabrik.

Tabel 5.2. Mekanisme Penanganan Masalah Terhadap Pendidikan


PENDIDIKAN Total
TAMAT TAMAT TAMAT
SD SMP SMA D3/S1/S2
PENGADUAN Jumlah 1 0 10 34 45
% ,9% ,0% 9,3% 31,8% 42,1%
MEKANISME MUSYAWARAH Jumlah
PENANGANAN 6 7 38 5 56
MASALAH
% 5,6% 6,5% 35,5% 4,7% 52,3%
PENGADILAN Jumlah 0 0 1 5 6
% ,0% ,0% ,9% 4,7% 5,6%
Total Jumlah 7 7 49 44 107
% 6,5% 6,5% 45,8% 41,1% 100,0%

Chi-Square = 51,754
Df =6

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
Dari tabel hasil tabulasi silang mekanisme penanganan masalah dengan

tingkat pendidikan menunjukkan tamat SD sebanyak 1 orang (0,9%) , tamat SMA

sebanyak 10 orang (9,3 %), tamat D3/S1/S2 sebanyak 34 orang (31,8%)

menyelesaikan masalahnya melalui jalur pengaduan dengan jumlah keseluruhan 45

orang (42,1%), dan tamat SD sekitar 6 orang (5,6%), tamat SMP sebanyak 7 orang

(6,5%), tamat SMA sebanyak 38 orang (35,5%), tamat D3/S1/S2 sebanyak 5 orang

(4,7%) responden menyelesaikan masalahnya melalui jalur musyawarah dengan

jumlah keseluruhan sekitar 56 orang (52,3%), sedangkan responden yang

menyelesaikan masalahnya melalui jalur pengadilan sebanyak 1 orang ( 0,9%)

dengan tingkat pendidikan SMA 1 orang ( 0,9%) dan 5 orang (4,7%) setingkat

D3/S1/S2 dengan total responden 6 orang (5,6%). Hal ini membuktikan umur para

responden lebih dominan menyelesaikan masalah pembebasan lahannya melalui jalur

musyawarah sebagai solusi terbaik yang akan dicapai.

Hipotesa chi-square Test

1. H0 : bila tidak ada hubungan mekanisme pembebasan lahan dengan tingkat

pendidikan;

2. H1 : terdapat hubungan mekanisme pembebasan lahan dengan tingkat

pendidikan.

Dasar pengambilan keputusan:

1. Jika chi-squarehitung < chi-squaretabel maka H0 diterima;

2. Jika chi-squarehitung > chi-squaretabel maka H0 ditolak.

Tabel 5.2 didapat bahwa chi-squarehitung sebesar 51,754 sedangkan chi-


squaretabel sebesar 12,592 (taraf kepercayaan 95 % dan derajat bebas = 6).
Berdasarkan hasil tersebut keputusannya adalah chi-squarehitung > chi-squaretabel

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
maka H0 ditolak artinya H1 diterima yaitu dengan kata lain bahwa terdapat hubungan
antara mekanisme pembebasan lahan dengan tingkat pendidikan.

C. Suku

Melihat diagram dibawah menunjukkan keberadaan suku Batak mendominasi

di kawasan yang diangkat sekitar 32 orang.

Tabel 5.3. Mekanisme Penanganan Masalah Terhadap Suku

SUKU Total
MAN TION
DAILI MINA GHO
TOBA JAWA NG KARO NG A
PENGADUA Jumlah
22 8 3 8 3 1 45
N
% 20,6% 7,5% 2,8% 7,5% 2,8% ,9% 42,1%
MEKANISME MUYAWARA
PENYELESAIA H Jumlah 8 20 9 6 8 5 56
N MASALAH
% 7,5% 18,7% 8,4% 5,6% 7,5% 4,7% 52,3%
PENGADILA Jumlah
2 0 0 3 0 1 6
N
% 1,9% ,0% ,0% 2,8% ,0% ,9% 5,6%

Jumlah 32 28 12 17 11 7 107
Total
% 100,0
29,9% 26,2% 11,2% 15,9% 10,3% 6,5%
%

Chi-Square = 27,639
Df = 10
Tabulasi silang mekanisme penanganan masalah dengan kelompok suku

menunjukkan bahwa suku toba sebanyak 22 orang (20,6%) , suku jawa sebanyak 8

orang (7,5%), suku mandailing sebanyak 3 orang (2,8%), suku karo 8 orang (7,5%),

suku minang sebanyak 3 orang (2,8%), suku tionghoa sebanyak 1 orang (0,9%) telah

menyelesaikan masalahnya melalui jalur pengaduan dengan jumlah keseluruhan 45

orang (42,1%), dan suku toba sebanyak 8 orang (7,5%) , suku jawa sebanyak 20

orang (18,7%), suku mandailing sebanyak 9 orang (8,4%), suku karo 6 orang (5,6%),

suku minang sebanyak 8 orang (7,5%), suku tionghoa sebanyak 5 orang (4,7%)

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
menyelesaikan masalahnya melalui jalur musyawarah dengan jumlah keseluruhan

sekitar 56 orang (52,3%), sedangkan responden yang menyelesaikan masalahnya

melalui jalur pengadilan yaitu : suku toba sebanyak 2 orang (1,9%) , suku karo 3

orang (2,8%), suku tionghoa sebanyak 1 orang (0,9%) menyelesaikan masalahnya

melalui jalur dengan total responden 6 orang (5,6%). Hal ini membuktikan kelompok

suku juga mempengaruhi proses untuk menyelesaikan masalah pembebasan lahan fly

over Amplas.

Hipotesa chi-square Test

1. H0 : bila tidak ada hubungan mekanisme pembebasan lahan dengan kelompok

suku;

2. H1 : terdapat hubungan mekanisme pembebasan lahan dengan kelompok suku.

Dasar pengambilan keputusan:

1. Jika chi-squarehitung < chi-squaretabel maka H0 diterima;

2. Jika chi-squarehitung > chi-squaretabel maka H0 ditolak.

Tabel 5.5 didapat bahwa chi-squarehitung sebesar 27,639 sedangkan chi-squaretabel


sebesar 18,307 (taraf kepercayaan 95 % dan derajat bebas = 10). Berdasarkan hasil
tersebut keputusannya adalah chi-squarehitung > chi-squaretabel maka H0 ditolak
artinya H1 diterima yaitu dengan kata lain bahwa terdapat hubungan antara
mekanisme pembebasan lahan dengan kelompok suku.

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
5.4.2. Hubungan Mekanisme Penanganan Masalah Dengan Karakteristik

Ekonomi Masyarakat Yang Lahannya Mengalami Pembebasan Lahan

a. Pekerjaan

Pekerjaan yang diuraikan dalam kuisioner berupa mulai dari Wiraswasta,

Pegawai Negeri Sipil+Dokter, pegawai swasta, Guru/Dosen dan lain-lain. Hasil

survey terdapat 64% merupakan kelompok Wiraswasta, PNS+Dokter sebanyak 18%,

Pegawai Swasta 6%, Guru/Dosen 3%, dan pekerjaan lain-lain sebanyak 16%.

Dominasi pekerjaan responden adalah Wiraswasta sebanyak 64%. Selanjutnya

pekerjaan responden adalah wiraswasta. Pekerjaan pegawai swasta maupun

pekerjaan wiraswasta umumnya berdomisili pada wilayah utara. Hasilnya dapat

dilihat sebagai berikut:

Tabel 5.4. Mekanisme Penanganan Masalah Terhadap Pendidikan


PEKERJAAN Total
PNS + Peg. Guru/
Wiraswasta Dokter Swasta Dosen Dll
PENGADUAN Jumlah 39 0 2 0 4 45
% 36,4% ,0% 1,9% ,0% 3,7% 42,1%
MEKANISME
PENYELESAIAN MUSYAWARAH Jumlah 20 18 4 2 12 56
MASALAH
% 18,7% 16,8% 3,7% 1,9% 11,2% 52,3%
PENGADILAN Jumlah 5 0 0 1 0 6
% 4,7% ,0% ,0% ,9% ,0% 5,6%
Total Jumlah 64 18 6 3 16 107
% 59,8% 16,8% 5,6% 2,8% 15,0% 100,0%

Chi-Square = 37,557
Df =8

Dari tabel hasil tabulasi silang mekanisme penanganan masalah dengan jenis

pekerjaan menunjukkan wiraswasta sebanyak 39 orang (3,4%) , pegawai swasta

sebanyak 2 orang (1,9 %), dan lain-lain sebanyak 4 orang (3,7%) menyelesaikan

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
masalahnya melalui jalur pengaduan dengan jumlah keseluruhan 45 orang (42,1%),

dan wiraswasta sekitar 20 orang (18,7%), PNS + Dokter sebanyak 18 orang (16,8%),

pegawai swasta sebanyak 4 orang (3,7%), sebanyak 2 orang (1,9%) guru dan dosen,

pekerjaan dan lain lain sebanyak 12 orang (11,2%), ini menunjukkan responden

menyelesaikan masalahnya melalui jalur musyawarah dengan jumlah keseluruhan

sekitar 56 orang (52,3%), sedangkan responden yang menyelesaikan masalahnya

melalui jalur pengadilan sebanyak 5 orang (4,7%) yang pekerjaannya wiraswasta, 1

orang (0,9%) pekerjaannya guru dan dosen dengan total responden 6 orang (5,6%).

Hal ini membuktikan jenis pekerjaan para responden lebih dominan menyelesaikan

masalah pembebasan lahannya melalui jalur musyawarah .

Hipotesa chi-square Test

1. H0 : bila tidak ada hubungan mekanisme pembebasan lahan dengan tingkat

pendidikan;

2. H1 : terdapat hubungan mekanisme pembebasan lahan dengan tingkat pendidikan.

Dasar pengambilan keputusan:

1. Jika chi-squarehitung < chi-squaretabel maka H0 diterima;

2. Jika chi-squarehitung > chi-squaretabel maka H0 ditolak.

Tabel 5.3 didapat bahwa chi-squarehitung sebesar 37,557 sedangkan chi-

squaretabel sebesar 15,507 (taraf kepercayaan 95 % dan derajat bebas = 8).

Berdasarkan hasil tersebut keputusannya adalah chi-squarehitung > chi-squaretabel

maka H0 ditolak artinya H1 diterima yaitu dengan kata lain bahwa terdapat hubungan

antara mekanisme pembebasan lahan dengan jenis pekerjaan.

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
b. Pendapatan

Kita dapat melihat tingkat pendapatan responden yang diteliti sudah cukup

tinggi tetapi bervariasi. Dari hasil survey penelitian bahwa tingkat pendapatan

sebesar kurang dari Rp. 1.000.000,- sebanyak 10% dari jumlah responden. Ini cukup

signifikan dibandingkan terhadap pekerjaan responden yang 78% merupakan

wiraswasta dan pegawai swasta sebanyak 19 % responden.

Tabel 5.5. Mekanisme Penanganan Masalah Terhadap Penghasilan

PENGHASILAN Total
1 JUTA S/D 10 JUTA S/D
<1 JUTA 10 JUTA 100 JUTA
Jumlah
1 39 5 45
PENGADUAN
% ,9% 36,4% 4,7% 42,1%
MEKANISME Jumlah
PENANGANAN MUSYAWARAH 8 36 12 56
MASALAH
% 7,5% 33,6% 11,2% 52,3%
Jumlah
1 3 2 6
PENGADILAN
% ,9% 2,8% 1,9% 5,6%
Jumlah
10 78 19 107
Total
% 9,3% 72,9% 17,8% 100,0%

Chi-Square = 8,786
Df =4

Uraian tabulasi silang mekanisme penanganan masalah dengan tingkat

pendapatan atau penghasilan menunjukkan angka dibawah 1 juta sebanyak 1 orang

(0,9%) , batasan angka 1 juta – 10 juta sebanyak 39 orang (36,4 %), dan penghasilan

diatas 10 juta – 100 juta sebanyak 5 orang (4,7%) menyelesaikan masalahnya melalui

jalur pengaduan dengan jumlah keseluruhan 45 orang (42,1%), dan angka dibawah 1

juta sebanyak 8 orang (7,5%) , batasan angka 1 juta – 10 juta sebanyak 36 orang

(33,6 %), dan penghasilan diatas 10 juta – 100 juta sebanyak 12 orang (11,2%), ini

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
menunjukkan responden menyelesaikan masalahnya melalui jalur musyawarah

dengan jumlah keseluruhan sekitar 56 orang (52,3%), sedangkan responden yang

menyelesaikan masalahnya melalui jalur pengadilan dengan tingkat penghasilan

kurang dari 1 juta sebanyak 1 orang (0,9%), 3 orang ( 2,8%) yang pendapatannya

antara 1 juta – 10 juta dan 2 orang (1,9%) berpenghasilan antara 10 juta -100 juta

dengan total responden 6 orang (5,6%). Hal ini membuktikan tingkat penghasilan

para responden lebih dominan untuk menyelesaikan masalah pembebasan lahannya

melalui jalur musyawarah sebagai salah satu cara dalam mengatasi segala

permasalahan.

Hipotesa chi-square Test

1. H0 : bila tidak ada hubungan mekanisme pembebasan lahan dengan

tingkat pendapatan atau penghasilan;

2. H1 : terdapat hubungan mekanisme pembebasan lahan dengan tingkat tingkat

pendapatan atau penghasilan.

Dasar pengambilan keputusan:

1. Jika chi-squarehitung < chi-squaretabel maka H0 diterima;

2. Jika chi-squarehitung > chi-squaretabel maka H0 ditolak.

Tabel 5.4 didapat bahwa chi-squarehitung sebesar 8,786 sedangkan chi-

squaretabel sebesar 9,488 (taraf kepercayaan 95 % dan derajat bebas = 4).

Berdasarkan hasil tersebut keputusannya adalah chi-squarehitung < chi-squaretabel

maka H1 ditolak artinya H0 diterima yaitu dengan kata lain bahwa tidak terdapat

hubungan antara mekanisme pembebasan lahan dengan tingkat penghasilan atau

pendapatan.

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
5.4.3. Hubungan Mekanisme Penanganan Masalah Dengan Karakteristik

Status dan Luas Tanah Masyarakat Yang Lahannya Mengalami

Pembebasan Lahan

a. Status Kepemilikan

Mengenai tata cara dan prosedur penyelesaian sengketa hukum status

kepemilikan ini belum diatur secara kongkrit; seperti mekanisme permohonan hak

atas lahan , dan oleh karena itu penyelesaian kasus perkasus biasanya tidak dilakukan

dengan pola penyelesaian yang seragam akan tetapi dari pengalaman yang ada pola

penanganan ini telah kelihatan melembaga walaupun masih belum jelas

Tabel. 5.6. Mekanisme Penanganan Masalah Terhadap Status Kepemilikan

STATUS KEPEMILIKAN
SHM HGB SK Total
Pengaduan Jumlah 14 31 0 45
% 13.1% 29.0% .0% 42.1%
MEKANISME Musyawarah Jumlah 31 25 0 56
PENANGANAN
MASALAH % 29.0% 23.4% .0% 52.3%
Pengadilan Jumlah 3 2 1 6
% 2.8% 1.9% .9% 5.6%
Total Jumlah 48 58 1 107
% 44.9% 54.2% .9% 100.0%
Chi-Square = 23,357
Df =4
Dari uraian tabel 5.2 mekanisme penanganan sengketa yang ada, para

responden memilih melalui mekanisme pengaduan sekitar 45 orang atau 42.1 % dari

jumlah 107 responden, dari jumlah pengaduan, cara atau mekanisme yang

dijalankan, responden yang menyelesaikan masalahnya melalui jalur Pengaduan

sebanyak 14 orang dengan status surat lahannya Hak Milik (SHM), dan sekitar 31

orang menyelesaikan masalahnya melalui jalur Pengaduan tetapi status kepemilikan

surat lahan nya Hak Guna Bangunan (HGB) atau sekitar 29,0%, dari uraian diatas
Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
sekitar 45 orang (42,1%) menyelesaikan kasusnya melalui jalur Pengaduan. Akan

tetapi responden menyelesaikan masalahnya melalui jalur musyawarah sebanyak 56

orang atau sektar 52.3 %, dimana status kepemilikan surat hak milik (SHM) 31 orang

atau sekitar 29.0% menyelesaikan masalahnya melalui jalur musyawarah tetapi status

kepemilikan lahan nya masih hak guna bangunan (HGB), ini berarti sekitar 25 orang

(23.4%) menyelesaikan masalahnya melalui jalur musyawarah. Sedangkan yang

melalui jalur penelitian tidak terdata atau 0 %, ini berarti para responden tidak

menggunakan cara penelitian, begitu juga dengan pencegahan mutasi hanya 0%.

Tetapi melalui jalur Pengadilan responden sebanyak 6 orang ( 5.6%) dimana status

kepemilikan lahan Sertifikat Hak Milik (SHM)sebanyak 3 orang (2.8%) dan status

kepemilikan lahan Hak Guna Bangunan (HGB) menyelesaikan masalah pembebasan

lahan nya melalui jalur pengadilan sebanyak 2 orang (1.9%) menyelesaikan

masalahnya melalui jalur pengadilan tetapi status kepemilikan lahan nya masih surat

keterangan camat (SK) atau responden yang menyelesaikan masalahnya melalui jalur

pengadilan sebanyak 1 orang atau sekitar 0.9% dari 107 orang responden.

Hipotesa chi-square Test

1. H0 : bila tidak ada hubungan status kepemilikan lahan dengan mekanisme

penanganan sengketa yang dihadapi;

2. H1 : terdapat hubungan antara status kepemilikan lahan dengan mekanisme

penanganan sengketa yang dihadapi.

Dasar pengambilan keputusan:

1. Jika chi-squarehitung < chi-squaretabel maka H0 diterima;

2. Jika chi-squarehitung > chi-squaretabel maka H0 ditolak.

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
Tabel 5.8. didapat bahwa chi-squarehitung sebesar 23.357 sedangkan chi-squaretabel

sebesar 9,488 (taraf kepercayaan 95 % dan derajat bebas = 4). Berdasarkan hasil

tersebut keputusannya adalah chi-squarehitung > chi-squaretabel maka H0 ditolak

artinya H1 diterima yaitu dengan kata lain bahwa terdapat hubungan antara status

kepemilikan lahan dan mekanisme penanganan sengketa yang dihadapi .

b. Luas Tanah

Tabel. 5.7. Mekanisme Penanganan Masalah Terhadap Luas Tanah

LUAS TANAH Total


343 685 1027 1369 1772
0 S/D S/D S/D S/D S/D S/D
342 684 1026 1368 1701 2050
PENGADUAN Jumlah 2 14 9 2 15 3 45
% 1,9% 13,1% 8,4% 1,9% 14,0% 2,8% 42,1%

MEKANISME Jumlah
MUSYAWARAH 27 25 1 1 1 1 56
PENANGANAN
MASALAH
% 25,2% 23,4% ,9% ,9% ,9% ,9% 52,3%
PENGADILAN Jumlah 0 1 0 5 0 0 6
% ,0% ,9% ,0% 4,7% ,0% ,0% 5,6%
Total Jumlah 29 40 10 8 16 4 107
% 100,0
27,1% 37,4% 9,3% 7,5% 15,0% 3,7%
%

Chi-Square = 99,304
Df = 10

Melihat uraian tabel diatas, mekanisme penanganan masalah terhadap luas

tanah, responden yang memilih menyelesaikan masalahnya melalui jalur pengaduan

yang luas tanahnya 0 - 342 m2 sebanyak 2 orang (1,9%), luas tanah 343 m2 - 684 m2

sebanyak 14 orang atau 13,1 % responden, luas tanah 685-1026 m2 sebanyak 9 orang

atau 8,4 %, luas tanah 1027-1368 m2 sebanyak 2 orang atau 1,9 %, luas tanah 1369-

1701 m2 senbanyak 15 orang atau 14,0 %, luas tanah 1772-2050 m2 sebanyak 3

orang atau 2,8 %. Sedangkan responden yang memilih penanganan masalah melalui
Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
jalur musyawarah yang luas tanahnya 0 - 342 m2 sebanyak 27 orang (25,2%), luas

tanah 343 m2-684 m2 sebanyak 25 orang atau 23,4% responden, luas tanah 685-

1026 m2 sebanyak 1 orang atau 0,9% , luas tanah 1027-1368 m2 sebanyak 1 orang

atau 0,9 %, luas tanah 1369-1701 m2 sebanyak 1 orang atau 0,9 %, luas tanah 1772-

2050 m2 sebanyak 1 orang atau 0,9 %, Sedangkan responden yang memilih

penanganan masalah melalaui jalur pengadilan hanya yang luas tanahnya 343 m2-

684 m2 sebanyak 1 orang atau 0,9% responden, luas tanah 1027-1368 m2 sebanyak 5

orang atau 4,7 % dari seluruh responden.

Hipotesa chi-square Test

1. H0 : bila tidak ada hubungan luas lahan dan sistem pembayaran ganti rugi;

2. H1 : terdapat hubungan antara luas lahan dan sistem pembayaran ganti rugi.

Dasar pengambilan keputusan

1. Jika chi-squarehitung < chi-squaretabel maka H0 diterim;

2. Jika chi-squarehitung > chi-squaretabel maka H0 ditolak.

Tabel 5.10 didapat bahwa chi-squarehitung sebesar 99,304 sedangkan chi-squaretabel

sebesar 18,307 (taraf kepercayaan 95 % dan derajat bebas = 10). Berdasarkan hasil

tersebut keputusannya adalah chi-squarehitung > chi-squaretabel maka ditolak artinya

H1 diterima yaitu dengan kata lain bahwa terdapat hubungan antara luas lahan

dengan sistem pembayaran ganti rugi.

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
BAB VI

KESIMPULAN

6. 1. Kesimpulan Dan Saran

Dapat disimpulkan bahwa tanah memainkan peranan penting dalam

pembangunan guna mewujudkan kesejahteraan yang berkeadilan sosial, pembebasan

hak atas tanah untuk pembangunan akan semakin kompleks permasalahannya

mengingat terbatasnya tanah yang masing-masing di satu pihak dan di lain pihak

dengan semakin pesatnya pembangunan, sehingga kebutuhan tanah semakin

meningkat pula.

6.1.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil akhir penelitian dan pembahasan bab V, maka dapat

dirumuskan beberapa kesimpulan penting berdasarkan kutipan chi-squarehitung dan

chi-squaretabel dari tabel hail yang disajikan secara keseluruhan:

Tabel. 6.1. Faktor Yang Mempengaruhi Pembebasan Lahan

No. Variabel Chi- Chi- Kesimpulan


Tabel Hitung
(*)
1 Luas Tanah 18,307 99,304 Diterima
2 Status 23,357 24,110 Diterima
3 Umur 12,592 103,206 Diterima
4 Pekerjaan 15,507 37,557 Diterima
5 Pendidikan 12,592 51,754 Diterima
6 Suku 18,307 27,639 Diterima
7 Penghasilan 9,488 8,786 Ditolak
8 Status Kepemilikan 9,488 23,357 Diterima
9 Luas Tanah 18,307 99,304 Diterima

Ket :
(*) = Lihat Lampiran
Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
1. Melihat Tabel 5.6 point nomor 1 s/d point 6 dan 8,9 bab V analisa pembahasan

secara keselurahan diatas dapat diambil hasil akhir dari variabel-variabel yang

diteliti menunjukkan bahawa Luas Tanah, Status Kepemilikan, Umur, Pekerjaan,

Pendidikan, Suku merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi untuk

pembebasan lahan dalam kajian pengadaan lahan pembangunan jalan (Study

kasus Fly Over Amplas Medan) dimana hasil crosstabulation menunjukkan chi-

squarehitung < chi-squaretabel yang kesimpulannya diterima;

2. Melihat Tabel 5.6 point nomor 7 bab V analisa pembahasan secara keselurahan

diatas dapat diambil hasil akhir dari variabel-variabel yang diteliti seperti chi-

squarehitung dan chi-squaretabel seperti tersaji dalam bentuk tabel menunjukkan

bahwa variabel ’Penghasilan” atau pendapatan dari masyarakat yang terkena

pembebasan lahannya ternyata tidak dapat digunakan sebagai tolak ukur dalam

pembebasan lahan dalam kajian pengadaan lahan pembangunan jalan (Study

kasus Fly Over Amplas Medan) dimana hasil crosstabulation menunjukkan chi-

squaretabel 9,488 > chi-squarehitung 8,786 yang kesimpulannya ditolak;

3. Dari hasil survey dilapangan melalui penyebaran kuesioner maupun wawancara

langsung terhadap masyarakat didapat temuan yang bisa dijadikan alasan untuk

menemukan tipologi permasalahan pengadaan tanah bagi pelaksanaan

pembangunan jalan Fly Over Amplas adalah tetap bertumpu pada masalah

”Ganti Rugi” baik dalam sistem pembayaran maupun besar/nilainya yang dalam

pelepasan dan penyerahan hak merupakan wujud penggantian atas nilai tanah dan

atau benda-benda lain yang terkait dengan tanah sebagai akibat yang ditimbulkan

masih dirasakan tidak sesuai, hal ini dibuktikan melalui sistem pembayarannya

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
masih kurang memuaskan sekitar 21,5 % atau 23 orang dari 107 jumlah

responden yang didata. Begitu juga mengenai besaran/nilai ganti rugi responden

menilai masih kurang baik, dari data lapangan diambil angka persentase 32,70%

atau sekitar 35 orang responden menilai kurang memuaskan;

4. Ternyata dari analisa yang didapat pada bab V Hasil Pembahasan, hal yang

paling menonjol dan terbukti dapat menjadi solusi penyelesaian masalah

pembebasan lahan yang dalam penanganan sengketa yang dihadapi tetap melalui

jalur “Musyawarah”, hal ini dibuktikan melihat hasil diagram dan crosstabulasi

Chi-square, dengan melihat hasil pembahasan pada bab V.

6.1.2. Saran

Berkaitan dengan hasil penelitian dan rumusan kesimpulan penelitian, maka

ada beberapa saran penting yang perlu dilakukan antara lain:

1. Pengadaan lahan untuk pembangunan jalan studi kasus Fly Over Amplas Medan

diupayakan menjadi contoh kasus – kasus tanah yang menyangkut kepentingan

rakyat banyak supaya mendapat prioritas penyelesaian dengan memperhatikan

aspek sosial ekonomis, yuridis dan kemanusiaan;

2. Dalam pelaksanaan pembebasan tanah untuk kepentingan pembangunan agar

dilaksanakan dengan semangat musyawarah mufakat sebagaimana ditentukan

dalam Permendagri No. 15 Tahun 1975. Hal ini perlu diterapkan dalam

mewujudkan pengadaan lahan untuk pembangunan jalan studi kasus Fly Over

Amplas Medan;

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
3. Diperlukan pembentukan badan badan pertanahan independen, baik yang

diselenggarakan oleh masyarakat sendiri yang nantinya akan membawa harapan-

harapan baru untuk lebih meningkatkan pelayanan umum di bidang pertanahan

dan didalam menegakkan terwujudnya pemantapan kerangka landasan

pembangunan infrastruktur;

4. Kasus pengadaan lahan khususnya untuk pembangunan jalan studi kasus Fly

Over Amplas Medan merupakan masalah pembangunan yang merupakan

masalah yang tidak ringan, sehingga mutlak diperlukan langkah-langkah strategis

yang diletakkan untuk semakin memantapkan politik pertanahan nasional kita

sebagai mana tentang dalam UUPA. Sementara itu masalah pertanahan terus

menghadang untuk mendapat penyelesaian yang sebaik-baiknya.

6.1.3. Rekomendasi kepada Pihak-Pihak Terkait

a. Umum

Dari hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa syarat untuk menyelesaikan

sengketa dengan baik adalah apabila kita senantiasa berpegang kepada :

1. Penguasaan peraturan yang berlaku, dimana kita selalu harus menerapkan dan

mendasarkan kepada peraturan yang berlaku;

2. Menjaga keseimbangan kepentingan pihak-pihak yang bersengketa;

3. Selalu bersikap adil. Sehingga penyelesaian setiap masalah pertanahan harus

tuntas dan terjamin pelaksanaannya;

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
4. Dalam undang-undang pelepasan hak-hak atas tanah masyarakat yang dicita-

citakan untuk masa depan harus mengadopsi asas kesepakatan, asas kemanfaatan,

asas kepastian, asas keadilan dan asas komunikasi hokum;

5. Asas kesepakatan harus dilakukan berdasarkan persetujuan kehendak para pihak

tanpa adanya unsur paksaan, kesilapan dan penipuan serta dilakukan dengan

itikad baik;

6. Asas kemanfaatan diletakkan atas prinsip bahwa pelepasan hak atas tanah

masyarakat untuk kepentingan umum harus dapat memberi manfaat bagi yang

membutuhkan tanah dan masyarakat yang tanahnya dibebaskan serta masyarakat

pada umumnya;

7. Asas kepastian hukum dapat dilakukan dengan cara-cara yang diatur dalam

peraturan perundang-undangan dapat berjalan sesuai dengan ketentuannya dan

dipatuhi oleh masyarakat dan semua pihak yang terkait dapat dengan pasti

mengetahui hak-hak dan kewajiban masing-masing;

8. Asas keadilan diletakkan sebagai dasar penentuan bentuk dan besarnya ganti rugi

yang harus diberikan kepada pemilik tanah dan orang-orang yang terkait dengan

tanah yang dilepaskan haknya tersebut. Begitu juga bagi orang yang

membutuhkan tanah. Asas ini harus dikonkritkan dalam pelaksanaan ganti

kerugian dalam arti kondisi sosial ekonomi mereka minimal setara atau setidak-

tidaknya tidak menjadi lebih miskin dari sebelumnya. Di sisi lain prinsip keadilan

juga harus meliputi pihak yang membutuhkan tanah agar dapat memperoleh

tanah sesuai dengan rencana peruntukannya dan memperoleh perlindungan

hukum. Keadilan ini harus mencerminkan sebagai pembenahan atau perbaikan

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
(corrective or remedial justice) yaitu yang dapat mengkoreksi setiap

ketidakseimbangan dalam komunitas dengan pemulihan kesamaan dalam hal

apapun yang ada sebelum kekeliruan berlangsung;

9. Asas komunikasi hukum merupakan upaya untuk menanamkan kesadaran hukum

warga masyarakat dan selanjutnya diharapkan dapat mengefektifkan ketaatan

terhadap hukum.

b. Masyarakat

1. Kepada masyarakat luas perlu diawali penyebar-luasan berita mengenai isi

hukum yang akan diberlakukan dan ditegakan, agar dapat diketahui oleh seluruh

lapisan masyarakat tanpa kecuali. Informasi mengenai substansi dari norma

hukum itu dan sekaligus menginformasikan tentang ide-ide kebenaran dari isi

normatif peraturan perundang-undangan itu, yang dilakukan melalui jalur-jalur

formal dan informal;

2. Perlu kesadaran untuk mentaati hukum tidak hanya dalam konteks suatu interaksi

vertikal, misalnya antara warga masyarakat dengan para pejabat negara akan

tetapi bisa ditumbuhkan dalam konteks interaksi yang bersifat horizontal dan

informal, yaitu antara sesama warga masyarakat;

3. Diharapkan dengan adanya ketentuan hukum warga masyarakat menjadi sadar

akan adanya kaedah-kaedah dan sehubungan dengan proses pengadaan tanah

untuk pembangunan sehingga menjadikan masyarakat yang terkait sanggup

mentaati sepenuhnya (to obey) atau setidak-tidaknya menyesuaikan perilakunya

(to conform) dengan ketentuan peraturan yang berlaku.

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
c. Pemerintah

1. Pembentukan undang-undang pelepasan hak-hak atas tanah masyarakat/

pengambilalihan hak atas tanah harus disesuaikan dengan Recana Tata Ruang

Wilayah atau Kota dan dilaporkan kepada DPRD Kabupaten/Kota. Jika kegiatan

pembangunan tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang Kota atau Rencana

Pembangunan Daerah, maka warga masyarakat dapat menolak untuk dilakukan

pelepasan hak atas tanah/pangambilalihan hak atas tanah mereka;

2. Di samping itu juga harus disinkronisasikan dengan Undang-undang Lingkungan

Hidup.

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Haris, (2006) jurnal “Pengaruh Penatagunaan Tanah Terhadap Keberhasilan


Pembangunan Infrastruktur Dan Ekonomi” Direktorat Tata Ruang dan
Pertanahan, Bappenas, Jakarta

BPS, (2004), ”Sumatera Utara Dalam Angka”, BPS Propinsi Sumatera Utara,
Medan.

Bambang Wahyu Sudarmadji dan Sri Lestari Munajati, 2006, jurnal “Klasifikasi Dan
Kajian Spasial Kawasan Pedagang Kali Lima Di Kota Bogor” Jakarta

Douglas, Mike, (1996), Land-Use Planning and Management Strategies For A


Sustainable Greater Jabotabek, “Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Nomor 21”.

Dunkerley, Harold B., (1983), “Urban Land Policy Issues and Oppurtunities”,
Oxford University Press, New York.

Dikun, Suyono. 2003. Infrastruktur Indonesia :”Sebelum, Selama, dan Pasca


Krisis”.
Jakarta : Kementerian Negara PPN/BAPPENAS.

Firman, T, (1994), Persebaran Penduduk Beberapa Isu Pokok untuk PJP II, ”Jurnal
Perencanaan Wilayah dan Kota Nomor 13”.

Hutagalung, Ulam Raya, (2003), ”Pengaruh Pembangunan Jalan Lingkar Luar pada
Pengembangan Kota Medan”, Tesis Program Pasca Sarjana PWD –USU
Medan.

Hutagalung, Arie S. 2003. ”Tinjauan Kritis Hukum Dalam Praktek Pengambilalihan


Tanah”. Makalah disampaikan pada Semiloka Kajian dan Evaluasi Kebijakan
dan Peraturan Perundang-undangan Pertanahan di Era Desentralisasi, Fokus
Kebijakan Mengenai Pengambilalihan Tanah, BAPPENAS, Desember 2003.

Karyoedi, Mochtarram dan Sujarto, Djoko, (1996), Orientasi dan Dasar


Pertimbangan Penyusunan Rencana Pembangunan DKI Jakarta, ”Jurnal
Perencanaan Wilayah dan Kota Nomor 21”.

Nazir, Moh, (1985), ”Metode Penelitian”, Ghalia Indonesia.


Pangaribuan, Erika, (2001), ”Analisis Skala Prioritas Proyek-Proyek Sektor Urban
Road Pada Program MMUDP Menggunakan Metode AHP”, Geladikarya
Program Studi Magister Manajemen Pasca Sarjana USU Medan.

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
Sugiarto, dkk, (2003), ”Teknik Sampling”, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Syafruddin Kalo, (2006) Jurnal “Reformasi Peraturan Dan Kebijakan Pengadaan


Tanah Untuk Kepentingan Umum” Program Studi Hukum Pidana Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan

Muhammad Nanang P dan Sigit Prasetya, 2006, jurnal “ Traffic Impact Assessment
Terhadap Pembangunan Jalan Tol Perkotaan” Jakarta

Joko Adianto, ST, M.Ars, Meydian Sartika Dewi, ST, M.Ars, 2006, jurnal “Trotoar :
Arena Perebutan Ruang Kehidupan Warga Kota” Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan, Universitas Gunadarma, Jakarta

Murad, Rusmadi. 1997. ”Administrasi Pertanahan. Bandung” : Mandar Maju.


Republik Indonesia. Undang-undang No. 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan
Dasar Pokok- pokok Agraria.

Republik Indonesia. “Peraturan Pemerintah (PP) No. 16 Tahun 2004 Tentang


Penatagunaan Tanah”.

Republik Indonesia. “Keputusan Presiden RI No. 55 Tahun 1993 Tentang


Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan
Umum”.

Republik Indonesia. “Keputusan Presiden RI No. 81 Tahun 2001 Tentang Komite


Kebijakan Percepatan Pembangunan Infrastruktur”.

Simarta, Dj. A. 1997.”Ekonomi Pertanahan dan Properti di Indonesia” : Konsep,


Fakta dan Analisis. Jakarta : CPIS.

Oloan Sitorus, dkk, (1995) “Pelepasan atau Penyerahan Hak Sebagai Cara
Pengadaan Tanah”, CV. Dasa Media Utama, Jakarta.

Rusmadi Murad, S.H, 1991. “Penyelesaian Sengketa Hukum Atas Tanah”, Penerbit
Alumni, Bandung.

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
LAMPIRAN 1

Tabel Chi-Square

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
Tabel Chi-Square (X2)

Derajad Bebas X2 0.05 X2 0.025 X2 0.01 X2 0.005

1 3.841 5.024 6.635 7.879


2 5.991 7.378 9.210 10.597
3 7.815 9.348 11.345 12.838
4 9.488 11.143 13.277 14.860
5 11.070 12.832 15.086 16.750

6 12.592 14.449 16.812 18.548


7 14.067 16.013 18.475 20.278
8 15.507 17.535 20.090 21.955
9 16.919 19.023 21.666 23.589
10 18.307 20.483 23.209 25.188

11 19.675 21.920 24.725 26.757


12 21.026 23.337 26.217 28.300
13 22.362 24.736 27.688 29.819
14 23.685 26.119 29.141 31.319
15 24.996 27.448 30.578 32.801

16 26.296 28.845 32.000 34.267


17 27.587 30.191 33.409 35.718
18 28.869 31.526 34.805 37.156
19 30.144 32.852 36.161 38.582
20 31.410 34.170 37.556 39.997

21 32.671 35.479 38.932 41.401


22 33.924 36.781 40.289 42.796
23 35.172 38.076 41.638 44.181
24 36.415 39.364 42.980 45.558
25 37.652 40.646 44.314 46.928

26 38.885 41.923 45.642 48.290


27 40.113 43.194 46.963 49.645
28 41.337 44.461 48.278 50.993
29 42.557 45.722 49.588 52.336
30 43.773 46.979 50.892 53.672

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
LAMPIRAN 2

Variabel-Variabel Penelitian

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
VARIABEL - VARIABEL PENELITIAN

DALAM KAJIAN PENGADAAN LAHAN PEMBANGUNAN JALAN

WILAYAH UTARA

(STUDY KASUS FLY OVER AMPLAS MEDAN)

WILAYAH

UTARA

NO KLASIFIKASI STATUS GANTI MEKANISME JENIS


NAMA NO

LUAS TANAH RUGI PENANGANAN UMUR PEKERJAAN PENDIDIKAN AGAMA


PERSIL
RESPONDEN RESPONDEN KEPEMILIKAN KELAMIN
MASALAH
RESPONDEN M2

PENCEGAHAN MUTASI
76 M2 S/D 100 M2

1027M2 S/D 2050


26M2 S/D 50 M2

101M2 S/D 1026

MUSYAWARAH
51M2 S/D 75M2
0M2 S/D 25 M2

PEG. SWASTA
30 - 40 TAHUN

40 - 50 TAHUN

WIRASWASTA

PNS+DOKTER

GURU/DOSEN
PENGADILAN
PENGADUAN

MANDAILING
PENELITIAN

TAMAT SMP

TAMAT SMA
< 30 TAHUN

> 50 TAHUN

TAMAT SD
LAKI-LAKI

KRISTEN
D3/S1/S2
WANITA

BUDHA
HINDU
ISLAM

JAWA
APBD

APBN

TOBA
SHM

HGB

DLL
SK
1 2 3 4 5 6 1 2 3 1 2 1 2 3 4 5 1 2 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3

1 PT. INDOMILK 1 5 2 5 1 2 5 3 1

2 PT. ASAHAN 2 6 2 1 1 2 5 3 1 2

3 Mion/ Simion Tarigan 3A 5 3 2 1 1 4 4 4 2

4 Dr. Andrean Yusda 4 3 1 1 1 3 2 4 1 2

5 Syafruddin Tanjung 7 1 3 2 1 1 4 2 1

6 Kerja Gultom 8 1 1 2 4 1 4 1 2 2 1

7 Alm. M. Alagin 10 5 3 2 5 1 4 1 3 1 3

8 Drs. Sabar Ginting 11 2 3 1 4 4 4 2

9 Sudarsono 12 2 3 2 4 1 4 1 3 1 2

10 Tukijo 13 2 3 2 4 1 2 1 3 1 2

11 Suroyo 14 2 3 2 4 1 2 1 3 1 2

12 Asran Buyung P 15 2 1 2 4 1 3 1 3 1

13 Supriadi 16 2 1 2 4 1 4 1 3 4

14 Muftifuddin Lubis, SE 17 2 1 4 1 2 5 4 1 3

15 Selamat Marbun 17A 1 1 2 4 1 3 1 3 2 5

16 Mangsi Ginting, BSc 18 2 1 4 1 4 5 3 2

17 Dr. T. Monang Sitorus 19 2 1 3 2 4 1 4 2 4 2 5

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
18 Ferry Soehendro 20 3 1 2 4 1 2 5 3 1 2

19 Sarmen/ Nasien 21 4 1 2 4 1 2 1 4 4

20 Ridha wahyuni S Amito 22 4 3 1 4 2 2 1 3 1 3

21 Aman Tarigan 23 2 1 2 4 1 3 1 4 2

22 Drs. Robinson Tarigan 24 3 3 1 4 1 4 5 4 2

23 PT. ASAHAN 25 3 2 1 1 2 3 1 2

24 Tanda Ginting 26 3 2 1 1 1 3 1 4 2

25 Jatimur Sinaga 31 2 1 1 1 3 1 3 1 5

26 Nixson K. Siregar 32 2 1 2 4 1 2 1 4 2 3

27 Rum Siregar 35 2 1 4 1 4 1 3 1 3

28 M. Rum Siregar 35B 2 1 1 4 1 3 2 4 1 3

29 Heru Baskoro Syarif 35D 2 1 1 4 1 3 1 3 1 2

30 Mincelina SKM 35E 2 1 1 4 2 2 2 4 4

31 Maju Siregar 35F 2 1 1 4 1 2 2 4 1 5

32 PT. Charoen Pokhand 36 6 2 2 4 2

33 PT. ABT (Kobel) 37 5 2 4 1 3 2 4 4

34 PT. Kimia Farma 38 6 2 1 4 1 1 3 1 2

35 Amir Sarifuddin 36B 1 3 1 4 1 4 2 5 3 1 2

36 Sukimin 40 4 3 1 4 1 4 1 3 1 2

37 Kod. II/BB 39 6 2 4 1 4 2 3 1 2

38 Jamaluddin 41 3 1 2 4 1 3 1 2 3 1 2

39 Drs. Tumpai Butar-butar 42 5 1 1 1 3 1 2 4 2 5

40 Soehendro NG 44 5 1 1 4 1 3 1 2 4 4

41 M. Zani (Nuraini) 45 3 3 4 1 4 1 2 1 1

42 Basuki 46 5 3 1 4 1 4 1 2 2 1 2

43 Normalin Pohan 47 5 1 1 4 1 3 1 2 4 2 3

SUB
TOTAL
: 43 4 17 7 3 8 4 24 11 16 15 20 10 32 2 40 3 1 12 13 17 24 7 1 2 7 1 3 21 18 27 12 5 7 14 7

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
VARIABEL - VARIABEL PENELITIAN
DALAM KAJIAN PENGADAAN LAHAN PEMBANGUNAN JALAN
WILAYAH SELATAN
(STUDY KASUS FLY OVER AMPLAS MEDAN)

WILAYAH
SELATAN
NO NAMA NO KLASIFIKASI STATUS GANTI MEKANISME JENIS
UMUR PEKERJAAN
RESPONDEN RESPONDEN PERSIL LUAS TANAH KEPEMILIKAN RUGI PENANGANAN KELAMIN
RESPONDEN M2 MASALAH

PENCEGAHAN MUTASI
76 M2 S/D 100 M2

1027M2 S/D 2050


26M2 S/D 50 M2

101M2 S/D 1026

PNS + DOKTER
MUSYAWARAH
51M2 S/D 75M2
0M2 S/D 25 M2

PEG. SWASTA
WIRASWASTA

GURU/DOSEN
PENGADILAN
PENGADUAN

30-40 TAHUN

40-50 TAHUN
PENELITIAN

< 30 TAHUN

> 50 TAHUN

TAMAT SD
LAKI-LAKI

WANITA
APBD

APBN
SHM

HGB

DLL
SK
1 2 3 4 5 6 1 2 3 1 2 1 2 3 4 5 1 2 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1
1 Sukimin 49 1 3 1 1 1 4 1
2 B. Situmorang 50 1 1 4 1 3 1
3 S. Simanjuntak 51 2 1 1 1 4 1
4 Saidi Rusly 52 3 1 2 4 1 4 1
5 Sawitri Sianturi 53 1 1 2 4 1 2 1
6 M. Akif 54 2 1 2 4 1 4 1
7 Kalsim Ginting 55 1 1 4 1 4 1
8 Alpido 56 1 1 2 1 3 1
9 Mangihut Gultom 56A 2 3 1 4 1 3 1
10 Rahman Tukijo 57 5 1 2 4 1 4 1
11 Panut Suhardi 58 2 3 2 1 1 3 1
12 Naswar Nasution SE 59 1 3 2 4 1 4 1
Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
13 Nelson Matondang 60 2 1 2 1 1 3 5
14 Rasmi Sebayang CS 61 1 1 4 2 3 2
15 Albert Tampubolon 62 1 3 5 1 4 1
16 Rusli Ndoro 62A 4 1 2 1 1 3 1
17 Semin Sembiring 63 4 1 2 1 4 1
18 Saborang E Tampubolon 64 5 3 2 4 1 4 1
19 Sarimin Barus 65 1 3 2 4 1 4 1
20 PT. Pos Indonesia 66 2 1 1 3 2
21 Dora Tambunan 67 2 1 2 4 2 3 1
22 Rida K. Lasmi 68 4 1 4 2 3 1
23 Israel Silaban SH 69 3 3 2 4 1 4 3
24 Masri Tua Tampubolon 70 5 1 2 4 1 4 1 1
25 Idhamsyah 71 4 1 2 1 1 4 3
26 Zuhrah Wardi S.H.G,SH 72A 1 3 2 5 1 4 5
27 Dr. T. Monang Sitorus 72 5 3 2 4 1 4 2
28 Sarwan R. Gukguk 73 4 1 2 4 1 3 2
29 Nurmalis 74 2 1 2 4 2 3 1 1
30 Hasan 75 4 3 1 4 1 3 1
31 Hasan Basri 76 2 1 2 4 1 4 1
32 Muniah br. Purba 77 2 3 2 1 2 4 1
33 Dharma Gozali 78 2 1 2 4 1 2 3
34 H. Sati Lubis 79 5 1 2 4 1 4 1
35 Ho Gek Bie (Wahid NG) 80 3 1 2 1 1 4 1
36 David Muliadi 81 2 1 2 4 1 4 1
37 Drs. Tobo 84 1 3 2 4 1 2 2
38 Alip 85 1 3 2 1 1 3 1
39 Narwi Sujana 87 2 1 2 1 1 2 1
40 Abdul Rahman B. tar 89 2 3 2 4 1 4 2
41 Pos. Polisi 90 - 1 4 1 1 2
42 Armen Barus 90A 3 1 2 5 1 3 1
43 Alm. Mulia Naibaho 96 2 3 2 4 2 4 1
44 H. Situmorang SH 97 2 1 1 1 3 3
45 Yustina br Barus 98 1 3 4 2 3 5
46 Tiurma br. L. Toruan 99 1 3 2 1 2 4 1
47 Mariana br. Barus 101 1 1 4 2 4 2
48 Darianus Situmeang 100 1 3 2 4 1 2 1
49 Bungasin Tarigan 103 2 3 2 1 2 4 1
50 Paho Manik 105 1 3 2 4 1 3 1
51 DJ. Sinurat 106 1 3 1 4 1 4 1
52 Agus Tinus Tarigan 109 3 1 2 4 1 3 1
Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
53 Raslina 112 1 1 1 2 2 2
54 Saribanum 113 1 1 2 1 2 2 4
55 Dr. James P. Gultom 113A 2 3 4 1 4 2
56 Heriwinton Panjaitan 114 5 1 2 1 1 2 1
57 Alm. Julfikli 115A 3 3 2 4 1 4 1
58 Kasmin Sinaga 115 1 3 1 1 4 1
59 Binsar Gultom 116 1 3 2 4 1 2 3
60 Mangasi Harianja 117 2 3 2 1 1 3 1
61 Tiorma br. Sitanggang 118 5 3 2 4 2 4 1 1
62 Alm. H. Ngadiran 119 1 3 2 4 1 4 1 1
63 Sukirman 120 2 2 1 1 4 1 1
64 Tanah Wakaf/Uwak. Ucok 121 2 1 2 1 1 4 3 1

Sub Total 64 23 22 6 6 7 0 32 1 31 4 45 21 0 0 39 3 51 13 1 9 20 34 44 12 5 1 4 6

Total
Keseluruahan 107 29 42 14 9 17 5 56 12 47 19 65 31 0 0 71 5 91 16 2 21 33 51 68 19 6 3 11 7

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
LAMPIRAN 3
Hasil Perhitungan Crosstabulation
Dan Chi-square Test

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan,
2008
USU Repository © 2008
Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
MEKANI * PEND 107 100,0% 0 ,0% 107 100,0%

MEKANISME PENANGANAN MASALAH * PENDIDIKAN Crosstabulation

PENDIDIKAN
TAMAT SD TAMAT SMP TAMAT SMA D3/S1/S2 Total
PENGADUAN Count 1 0 10 34 45
% of Total ,9% ,0% 9,3% 31,8% 42,1%
MEKANISME MUSYAWARAH Count 6 7 38 5 56
PENANGANAN
% of Total 5,6% 6,5% 35,5% 4,7% 52,3%
MASALAH
PENGADILAN Count 0 0 1 5 6
% of Total ,0% ,0% ,9% 4,7% 5,6%
Total Count 7 7 49 44 107
% of Total 6,5% 6,5% 45,8% 41,1% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 51,754a 6 ,000
Likelihood Ratio 59,386 6 ,000
Linear-by-Linear
13,486 1 ,000
Association
N of Valid Cases 107
a. 8 cells (66,7%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is ,39.

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan,
2008
USU Repository © 2008
Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
MEKANI * PEKER 107 100,0% 0 ,0% 107 100,0%

MEKANISME PENANGANAN MASALAH * PEKERJAAN Crosstabulation

PEKERJAAN
PNS + PEG. GURU/D
WIRASWASTA DOKTER SWASTA OSEN DLL Total
PENGADUAN Count 39 0 2 0 4 45
% of Total 36,4% ,0% 1,9% ,0% 3,7% 42,1%
MEKANISME MUSYAWARAH Count 20 18 4 2 12 56
PENANGANAN
% of Total 18,7% 16,8% 3,7% 1,9% 11,2% 52,3%
MASALAH
PENGADILAN Count 5 0 0 1 0 6
% of Total 4,7% ,0% ,0% ,9% ,0% 5,6%
Total Count 64 18 6 3 16 107
% of Total 59,8% 16,8% 5,6% 2,8% 15,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 37,557a 8 ,000
Likelihood Ratio 44,938 8 ,000
Linear-by-Linear
5,384 1 ,020
Association
N of Valid Cases 107
a. 9 cells (60,0%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is ,17.

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan,
2008
USU Repository © 2008
Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
MEKANI * SUKU 107 100,0% 0 ,0% 107 100,0%

MEKANISME PENANGANAN MASALAH * SUKU Crosstabulation

SUKU
TOBA JAWA MANDAILING KARO MINANG TIONGHOA Tota
PENGADUAN Count 22 8 3 8 3 1
% of Total 20,6% 7,5% 2,8% 7,5% 2,8% ,9% 42
MEKANISME MUSYAWARAH Count 8 20 9 6 8 5
PENANGANAN
% of Total 7,5% 18,7% 8,4% 5,6% 7,5% 4,7% 52
MASALAH
PENGADILAN Count 2 0 0 3 0 1
% of Total 1,9% ,0% ,0% 2,8% ,0% ,9% 5
Total Count 32 28 12 17 11 7
% of Total 29,9% 26,2% 11,2% 15,9% 10,3% 6,5% 100

Chi-Square Tests

Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 27,639a 10 ,002
Likelihood Ratio 29,284 10 ,001
Linear-by-Linear
6,840 1 ,009
Association
N of Valid Cases 107
a. 9 cells (50,0%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is ,39.

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan,
2008
USU Repository © 2008
Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
MEKANI * UMUR 107 100,0% 0 ,0% 107 100,0%

MEKANIISME PENANGANAN MASALAH * UMUR Crosstabulation

UMUR
< 30 TAHUN 30-40 TAHUN 40-50 TAHUN > 50 TAHUN Total
PENGADUAN Count 0 0 21 24 45
% of Total ,0% ,0% 19,6% 22,4% 42,1%
MEKANISME MUSYAWARAH Count 20 34 1 1 56
PENANGANAN
% of Total 18,7% 31,8% ,9% ,9% 52,3%
MASALAH
PENGADILAN Count 0 0 1 5 6
% of Total ,0% ,0% ,9% 4,7% 5,6%
Total Count 20 34 23 30 107
% of Total 18,7% 31,8% 21,5% 28,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 103,206a 6 ,000
Likelihood Ratio 133,252 6 ,000
Linear-by-Linear
28,096 1 ,000
Association
N of Valid Cases 107
a. 4 cells (33,3%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is 1,12.

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan,
2008
USU Repository © 2008
Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
MEKANI * PENHA 107 100,0% 0 ,0% 107 100,0%

Tabel. 5.8. Mekanisme Penanganan Masalah Terhadap Penghasilan

PENGHASILAN
1 JUTA S/D 10 JUTA S/D
<1 JUTA 10 JUTA 100 JUTA Total
PENGADUAN Count 1 39 5 45
% of Total ,9% 36,4% 4,7% 42,1%
MEKANISME MUSYAWARAH Count 8 36 12 56
PENANGANAN
% of Total 7,5% 33,6% 11,2% 52,3%
MASALAH
PENGADILAN Count 1 3 2 6
% of Total ,9% 2,8% 1,9% 5,6%
Total Count 10 78 19 107
% of Total 9,3% 72,9% 17,8% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 8,786a 4 ,067
Likelihood Ratio 9,597 4 ,048
Linear-by-Linear
,008 1 ,929
Association
N of Valid Cases 107
a. 4 cells (44,4%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is ,56.

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan,
2008
USU Repository © 2008
Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
MEKANISM * STATUS 107 100,0% 0 ,0% 107 100,0%

MEKANISME PENANGANAN MASALAH * STATUS KEPIMILIKAN Crosstabulation

STATUS KEPEMILIKAN
SHM HGB SK Total
Pengaduan Count 20 30 0 50
% of Total 18,7% 28,0% ,0% 46,7%
MEKANISME Musyawarah Count 3 26 0 28
PENANGANAN
% of Total 1,9% 24,3% ,0% 26,2%
MASALAH
Pengadilan Count 8 15 5 17
% of Total 8,4% 14,0% 4,7% 15,9%
Total Count 31 71 5 107
% of Total 29,0% 66,4% 4,7% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 24,110a 4 ,000
Likelihood Ratio 25,053 4 ,000
Linear-by-Linear
4,035 1 ,045
Association
N of Valid Cases 107
a. 3 cells (33,3%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is 1,31.

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan,
2008
USU Repository © 2008
Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
MEKANI * LUAST 107 100,0% 0 ,0% 107 100,0%

MEKANISME PENANGANAN MASALAH * LUAS TANAH Crosstabulation

LUAS TANAH
1027 S/D 1369 S/D 1772 S/D
0 S/D 342 343 S/D 684 685 S/D 1026 1368 1701 2050 Total
PENGADUAN Count 2 14 9 2 15 3 45
% of Total 1,9% 13,1% 8,4% 1,9% 14,0% 2,8% 42,1%
MEKANISME MUSYAWARAH Count 27 25 1 1 1 1 56
PENANGANAN
% of Total 25,2% 23,4% ,9% ,9% ,9% ,9% 52,3%
MASALAH
PENGADILAN Count 0 1 0 5 0 0 6
% of Total ,0% ,9% ,0% 4,7% ,0% ,0% 5,6%
Total Count 29 40 10 8 16 4 107
% of Total 27,1% 37,4% 9,3% 7,5% 15,0% 3,7% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 99,304a 10 ,000
Likelihood Ratio 77,331 10 ,000
Linear-by-Linear
15,094 1 ,000
Association
N of Valid Cases 107
a. 11 cells (61,1%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is ,22.

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan,
2008
USU Repository © 2008
Faktor Yang Mempengaruhi Pembebasan Lahan

No. Variabel Chi-Tabel Chi-Hitung Kesimpulan


1 Luas Tanah 18,307 99,304 Diterima
2 Status 9,488 24,110 Diterima
3 Umur 12,592 103,206 Diterima
4 Pekerjaan 15,507 37,557 Diterima
5 Pendidikan 12,592 51,754 Diterima
6 Suku 18,307 27,639 Diterima
7 Penghasilan 9,488 8,786 Ditolak

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan,
2008
USU Repository © 2008
LAMPIRAN 4
Hasil Kuesioner untuk Masyarkat

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan,
2008
USU Repository © 2008
KUESIONER UNTUK MASYARAKAT
No. Kuesioner
:
I. Identitas Responden
1. Nama : .........................................................
2. Alamat : .........................................................
3. Jenis Kelamin : .........................................................
4. Umur : .........................................................
5. Pekerjaan : .........................................................
6. Tingkat Pendidikan : .........................................................
a. Tidak Tamat SD
b. SD
c. SMP
d. SMA
e. D3 / S1 / S2
7. Agama : Kristen Protestan
8. Suku : Batak
9. Penghasilan Usaha :
10. Lama Tinggal : tahun bulan
di lokasi sekarang
11. Luas Tanah Terkena Proyek :...................... M2/Rante
12. Luas Bangunan yang terkena Proyek :.......................M2/Rante
(mohon disebutkan bangunan yang terkena proyek : rumah,
usaha/tokoh/kedai/dll beserta luasnya )
........................................................................................................................
........................................................................................................................
13. Banyaknya tanaman yang terkena proyek (sebutkan jenis dan jumlahnya) :

........................................................................................................................
14. Cara yang diinginkan untuk menyelesaikan masalah tanah adalah :
f. Pengaduan b. Penelitian c. Pencegahan Mutasi
d. Musyawarah e. Pengadilan
II. Apa yang menyebabkan Bapak/Ibu belum melepaan tanah untuk
pembangunan jalan Layang Medan ?
----------------------------------------------------------------------------------------------
----------------------------------------------------------------------------------------------
III. Mengapa Bapak/Ibu belum meleaskan tanah untuk pembangunan jalan
Layang Amplas Medan tersebut ? (mohon dijelaskan)
----------------------------------------------------------------------------------------------
----------------------------------------------------------------------------------------------
Surveyor:

(Nama dan Tanda Tangan)

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan,
2008
USU Repository © 2008
Hasil Data : 1 PT. INDOMILK
1. Perusahaan tidak tahu menahu soal pembebasan tanah..
2. Belum ada pemberitahuan kepihak PT.Indomilk bahwa tanah perusahaan terkena imbas
pembangunan jalan Fly Over Amplas Medan.
3. Cara Yang di inginkan untuk menyelesaikan masalah tanah adalah melalui pengaduan ke
Pengadilan

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
Hasil Data : 2 PT. ASAHAN
1. Kami dari pihak keamanan PT.Asahan tidak tahu persoalan pembebasan
tanah.
2. Dari informasi yang kami dapat dari lapangan bahwa PT. Asahan masih
dalam proses pengadilan.
3. Pemilik PT.Asahan dimiliki oleh dua bersaudara, sehingga masih dalam
Pengadilan Negeri Medan.
Syarifuddin Hutabarat
4. :Cara
Kajian Pengadaan
Yang Lahanuntuk
di inginkan Pembangunan Jalan Studi
menyelesaikan Kasus tanah
masalah : Flyover Amplas
adalah Medan,pengaduan
melalui 2008
USU Repository © 2008
ke Pengadilan
3A

3A

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
Hasil Data : 3A / 3 – SIMON DAN LEWI TARIGAN Penanganan Masalah dengan PENGADUAN
1. Kami terpaksa setuju,pemerintah mana bisa kita lawan.
2. Kalau ganti rugi sesuai dengan kehendak kita,kami bersedia melepas tanah kami.
3. Untuk kepentingan bersama, pasti masyarakat disini mendukung.
4. Pembangunan jalan Fly Over maunya cepat selesai karena masalah kondsi lingkungan.
Hasil Data : 4 Dr. Andrean Yusda Penanganan Masalah dengan PENGADUAN
1. Belum sesuai dengan harga yang kami minta.
2. Pembayaran yang terlalu lama atau diulur –ulur.
Hasil Data : 4A/4B Dr. Andrean Yusda Penanganan Masalah dengan PENGADUAN
1. Belum sesuai dengan harga yang kami minta.
2. Pembayaran yang terlalu lama atau diulur –ulur.
3. Saya minta pemerintah bertindak cepat dalam proses pembayaran ganti rugi dan pembanguan.

Hasil Data : 4C LEWI /KRISTINA TARIGAN Penanganan Masalah dengan PENGADUAN


1. Kami terpaksa setuju, pemerintah mana bisa kita lawan.
2. Kalau ganti rugi sesuai dengan kehendak kita,kami bersedia melepas tanah kami.
3. Untuk kepentingan bersama, pasti masyarakat disini mendukung.
4. Pembangunan jalan Fly Over maunya cepat selesai karena masalah kondsi lingkungan.
Hasil Data : 5 SIMON/LEWI TARIGAN Penanganan Masalah dengan PENGADUAN
Syarifuddin
3. Hutabarat : Kajiansetuju,
Kami terpaksa Pengadaan Lahan Pembangunan
pemerintah Jalan
mana bisa kita Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
lawan.
USU Repository
4. Kalau© 2008
ganti rugi sesuai dengan kehendak kita,kami bersedia melepas tanah kami.
5. Untuk kepentingan bersama, pasti masyarakat disini mendukung.
6. Pembangunan jalan Fly Over maunya cepat selesai karena masalah kondsi lingkungan.
Hasil Data : 6 MION/SIMON TARIGAN Penanganan Masalah dengan PENGADUAN
1. Kami terpaksa setuju, pemerintah mana bisa kita lawan.
8

10

Hasil Data : 8 - KERJA GULTOM Penanganan Masalah dengan MUSYAWARAH


1. Harga sudah ses uai permintaan kami.
2. Kami warga Amplas selalu mendukung pemerintah
3. Maunya warga Amplas selalu mendukung pemerintah khususnya yang belum setuju.
4. Pemerintah sudah bersikap adil kepada rakyat.
Hasil Data : 9 SYARIFUDDIN TARIGAN Penanganan Masalah dengan PENGADUAN
1. Kami orang kecil,mana bisa melawan pemerintah.
2. Harga ganti rugi sesuai kami pasrah melepas tanah kami.
Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
3. Maunya
USU Repository pembangunannya dipercepat karena kondisi lingkungan.
© 2008
Hasil Data : 10 – Alm. M. ALAGIN Penanganan Masalah dengan PENGADILAN
1. Warga sebagian besar sudah setujuh atas ganti rugi yang diberikan oleh Pemda setempat.
2. Ada sebagian warga yang merasa dirugikan oleh Camat dan Lurah Setempat karena tidak
sesuai dengan kesepakatan ganti rugi terhadap tanah atau bangunan yang dibongkar.
3. Ganti rugi yang telah disepakati dulu dengan PEMDA telah dipermainkan oleh oknum- oknum
12 14 16
15

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
Hasil Data : 12 SUDARSONO Penanganan Masalah dengan MUSYAWARAH
1. Saya sebenarnya tidak keberatan apabila tanah dan rumah saya ini terkena proyek.
2. Pemerintah setidaknya mau memperhatikan keadaan masyarakat setempat yang terkena lahan
proyek dengan ganti rugi yang layak.
Hasil Data : 13 TUKIJO Penanganan Masalah dengan MUSYAWARAH
1. Kami warga yang mempunyai usaha menjadi kurang lancar menjalankan usahanya selama
proyek ini belum selesai setidaknya proyek ini seharusnya dipercepat.
2. Ganti rugi yang kami peroleh sudah cukup.
Hasil Data : 14 SUROYO Penanganan Masalah dengan MUSYAWARAH
1. Proses pembangunan sangat mengganggu usaha kami.
2. Pembangunan Fly Over maunya dipercepat karena kondisi lingkungan kurang baik.
Hasil Data : 15 ASRAN BUYUNG P. Penanganan Masalah dengan MUSYAWARAH
1. Usaha kami terganggu akibat proses pembangunan.
2. Tanah yang telah dibayar kepada kami sudah sesuai dengan kehendak kami.

17
16 17A
19

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
Hasil Data : 16 SUPRIADI Penanganan Masalah dengan MUSYAWARAH
1. Tidak mungkin kami melawan kebijakan pemerintah.
2. Ganti rugi menurut saya tidak merata.
3. Proses pembangunan harusnya dipercepat.
Hasil Data : 17 MUFTIFUDDIN LUBIS. SE Penanganan Masalah dengan MUSYAWARAH
1. Saya sudah setuju karena pembayaran sudah diselesaikan.
2. Pembangunan Fly Over sangat menggangu aktifitas kami.
3. Maunya pembangunannya dipercepat karena kondisi lingkungan seperti abu.
Hasil Data : 17 A SELAMAT MARBUN Penanganan Masalah dengan MUSYAWARAH
1. Aktifitas Ibadah sangat terganggu akibat pembangunan tersebut.
2. Ganti rugi sudah sangat merata.
3. Proses pembangunan seharusnya dipercepat.
Hasil Data : 18 MANGSI GINTING, B. Sc Penanganan Masalah dengan MUSYAWARAH
1. Usaha saya sangat terganggu akibat pembangunan tersebut.
2. Ganti rugi seharusnya ditambahi./Proses pembangunan harus cepat selesai.
Hasil Data : 19 Dr. T. MONANG SITORUS Penanganan Masalah dengan MUSYAWARAH
1. Akibat pembanguanan jalan ini aktifitas saya terganggu.
2. Proses pembayaran ganti rugi sudah sangat adil.
3. Saya meminta proses pembangunan cepat diselesaikan

20 21
22

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
Hasil Data : 20 FERRY SOEHENDRO Penanganan Masalah dengan MUSYAWARAH
1. Akibat pembanguanan jalan ini aktifitas saya terganggu.
2. Proses pembayaran ganti rugi sudah sangat adil.
3. Saya meminta proses pembangunan cepat diselesaikan
Hasil Data : 21 SARMEN /NASIEN Penanganan Masalah dengan MUSYAWARAH
1. Harga sudah sesuai dengan tanah dan bangunan yang dibongkar.
2. Kami mana sanggup melawan pemerintah.
3. Pembangunan tersebut menggangu aktifitas warga.
4. Mohon pembangunannya dipercepat.
Hasil Data : 22 RIDHA WAHYUNI S. AMINTO Penanganan Masalah dengan MUSYAWARAH
1. Harga yang kami minta sudah sesuai.
2. Kami menurut saja apa mau pemerintah.
3. Pembangunan Fly Over menggangu aktifitas kami.
4. Tolong dipercepat pembangunannya.

24
25
26

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
Hasil Data : 23 AMAN TARIGAN Penanganan Masalah dengan MUSYAWARAH
1. Harga sudah sesuai dengan tanah yang diambil untuk pembangunan.
2. Saya sendiri sangat setuju pembangunan jalan ini.
3. Alasan saya setuju,karena mengurangi kemacetan di kota Medan khususnya Amplas.
4. Gara-gara pembangunan ini,saya dapat untung dari penitipan kendaraan roda dua.
5. Pembangunan ini cepat selesai tepat pada waktunya.
Hasil Data : 24 Drs. ROBINSON TARIGAN Penanganan Masalah dengan MUSYAWARAH
1. Harga sudah sesuai dengan tanah yang diambil untuk pembangunan.
2. Saya sendiri sangat setuju pembangunan jalan ini.
3. Alasan saya setuju,karena mengurangi kemacetan di kota Medan khususnya Amplas.
4. Gara-gara pembangunan ini, saya dapat untung dari penitipan kendaraan roda dua.
5. Pembangunan ini cepat selesai tepat pada waktunya.
Hasil Data : 25 Penanganan Masalah dengan PENGADUAN
1. Kami tidak tahu, tanya saja sama kantor pusat.
2. Saran kami maunya kantor pusat setuju atas pembebasan tanah.
3. Gara-gara masih dalam sidang pembangunan otomatis terganggu karena pihak PT.Asahan
belum mau melepas tanahnya.
Hasil Data : 26 TANDA GINTING Penanganan Masalah dengan PENGADUAN
1. Saya terganggu dalam usaha saya sebagai usaha salon.
2. Pembayaran ganti rugi dinilai padahal rencana pembangunannya sudah ada ± 2 tahun yang
lalu.
3. Saya berharap proyek ini cepat selesai karena saya dengar adanya masalah memngenai ganti
rugi yanmg berbeda- beda yang membuat proyek ini tersendat.

35

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
Hasil Data : 31 JATIMUR SINAGA Penanganan Masalah dengan PENGADUAN
1. Saya belum setuju dengan pembangunan proyek ini karena nilai ganti rugi yang di berikan pemerintah
tidak sesuai dengan pendapatan usaha saya.
2. Adanya perbedaan nilai ganti rugi dibagian selatan lebih besar dari pada di bagian utara.
3. Saya masih belum menyetujui sepenuhnya pembangunan Proyek ini tapi bangunan saya di bongkar
tanpa persetujuan dari saya.
4. Strategisnya usaha saya membuat saya kesal terhadap proyek ini.
Hasil Data : 32 NIXSON KURNIAWAN SIREGAR Penanganan Masalah dengan MUSYAWARAH
1. Saya setuju dan tak mungkin melawan kebijakan pemerintah.
2. Saya setuju karena ganti rugi sesuai dengan apa yang diberikan dari pihak Pemerintah.
3. Dengan persetjuan ini saya mendukung pembanguanan proyek ini dipercepat.
Hasil Data : 35 RUM SIREGAR Penanganan Masalah dengan MUSYAWARAH
1. Saya setuju dengan adanya pembangunan ini karena berdasarkan hukum yang dibuat.
2. Kami keluarga siregar yang memiliki beberapa usaha yang telah menerima ganti rugi yang menurut
kami sudah sangat adil.
3. Kami masyarakat kecil tidak mungkin melawan kebijakan pemeritah.
4. Proses pembangunan maunya dipercepat karena sangat mengganggu aktivitas usaha kami.

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008

35 b
35 d
Hasil Data : 35 b RUM SIREGAR Penanganan Masalah dengan MUSYAWARAH
1. Saya setuju dengan adanya pembangunan ini karena berdasarkan hukum yang dibuat.
2. Kami keluarga siregar yang memiliki beberapa usaha yang telah menerima ganti rugi yang
menurut kami sudah sangat adil.
3. Kami masyarakat kecil tidak mungkin melawan kebijakan pemeritah.
4. Proses pembangunan maunya dipercepat karena sangat mengganggu aktivitas usaha kami.
Hasil Data : 35 d HERU BASKORO SYARIF Penanganan Masalah dengan MUSYAWARAH
1. Ganti rugi yang saya peroleh sudah sangat adil.
2. Proses Pembangunan sangat mengganggu aktifitas kami.
3. Pembagunan jalan Fly Over maunya dipercepat.
Hasil Data : 35 e MINCELINA. SKM Penanganan Masalah dengan MUSYAWARAH
1. Semua urusan sudah saya serahkan kepada abang saya.
2. Menurut saya ganti rugi sudah sangas relefan.
3. Tolong proses pembangunan dipercepat.
Hasil Data : 35 f MAJU SIREGAR Penanganan Masalah dengan MUSYAWARAH
1. Saya setuju dengan adanya pembangunan ini karena berdasarkan hukum yang dibuat.
2. Kami keluarga siregar yang memiliki beberapa usaha yang telah menerima ganti rugi yang
menurut kami sudah sangat adil.
3. Kami masyarakat kecil tidak mungkin melawan kebijakan pemeritah.
4. Proses pembangunan maunya dipercepat karena sangat mengganggu aktivitas usaha kami.

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
Hasil Data : 36 PT. CHAROEN POKHAND Penanganan Masalah dengan MUSYAWARAH
1. Kami sangat setuju pembangunan Fly Over karena membantu kelancaran usaha kami.
2. Tetapi untuk saat ini aktifitas pembangunan jalan Fly Over sangat mengganggu aktifitas
perusahaan kami.
3. Ganti rugi yang kami peroleh sudah sangat adil.
Hasil Data : 36 B AMIR SYARIFUDDIN Penanganan Masalah dengan MUSYAWARAH
1. Kami sangat setuju pembangunan Fly Over karena membantu kelancaran usaha kami.
2. Tetapi untuk saat ini aktifitas pembangunan jalan Fly Over sangat mengganggu aktifitas
perusahaan kami.
3. Ganti rugi harus cepat diselesaikan .

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
37
Hasil Data : 37 PT. ABT ( KOBEL) Penanganan Masalah dengan MUSYAWARAH
1. Tanah Ganti Rugi hanya mengenai pagar keamanan perusahaan kami makanya kami setuju
saja.
2. Kami dari pihak perusahaan berharap penyelesaian pembebasan lahan didaerah pembangunan
tersebut cepat selesai.
Hasil Data : 38 PT. KIMIA FARMA Penanganan Masalah dengan MUSYAWARAH
3. Kami dari pihak perusahaan berharap proses pembangunan cepat selesai.
4. Ganti rugi yang telah kami terima sudah sangat adil.

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
40 41

42

Hasil Data : 39 Penanganan Masalah dengan MUSYAWARAH


1. Karena ganti rugi sesuai dengan yang kami minta kami siap melepas tanah.
2. Proses pembangunan harusnya cepat diselesaikan.
Hasil Data : 40 SUKIMIN Penanganan Masalah dengan MUSYAWARAH
1. Keluarga kami sudah setuju dengan adanya proyek ini.
2. Setidaknya lalulintas disekitar sini tidak macet lagi setelah jalan layang ini selesai dibangun.
Hasil Data : 41 JAMALUDDIN Penanganan Masalah dengan MUSYAWARAH
1. Kami tidak tahu menahu tentang proses ganti rugi.
2. Kami setuju saja lahan kami dijadikan untuk proses pembangunan.
Hasil Data : 42 Drs. TUMPAI BUTAR_BUTAR Penanganan Masalah dengan
PENGADUAN
1. Kami tidak tahu menahu tentang pembebasan lahan.
2. Kami kurang setuju dengan ganti rugi yang diajukan dari pemeritah.

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
44

45a

46

Hasil Data : 44 SUHENDRO NG Penanganan Masalah dengan MUSYAWARAH


1. Kami dari pihak perusahaan sangat setuju dalam proses ganti rugi.
2. Proses pembangunan sangat mengganggu aktifitas perusahaan kami.
3. Kami dari pihak perusahaan meminta proses pembangunan cepat selesai
Hasil Data : 45 a M. ZAINI ( NURAINI ) Penanganan Masalah dengan MUSYAWARAH
1. Kami setuju dengan pembangunan jalan fly Over ini.
2. Proses ganti rugi sudah cukup dengan tanah yang terpakai.
3. Proses pembangunan harus cepat selesai.
Hasil Data : 46 BASUKI Penanganan Masalah dengan MUSYAWARAH
1. Kami setuju dengan adanya bangunan Proyek jalan layang karna ada ganti rugi yang dapat
diberikan oleh PEMDA setempat.
2. Kami orang kecil tidak mungkin melawan kehendak pemerintah.
3. Proses pembangunan harus cepat diselesaikan

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
47

Hasil Data : 47 NORMALIN POHAN Penanganan Masalah dengan MUSYAWARAH


1. Proses ganti rugi sudah membuat saya tenang.
2. Pembangunan ini bisa membantu usaha saya untuk lebih maju.
3. Proses pembangunan hendaknya cepat diselesaikan.

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
51

50

49

Hasil Data : 49 SUKIMIN Penanganan Masalah dengan PENGADUAN


1. Proses pembangunan cepat diselesaikan karena kondisi lingkungan jadi berdebu.
2. Ganti rugi sudah sangat adil
3. Setidaknya para pengembang yang melaksanakan pembangunan jalan layang ini melakukan
penyiraman jalan 4 kali dalam sehari, sehingga kesehatan warga sekitar terjaga juga.
Hasil Data : 50 B. SITUMORANG Penanganan Masalah dengan MUSYAWARAH
1. Saya mengharapkan proyek ini tidak tersendat dengan masalah ganti rugi.
2. Sebaiknya
Syarifuddin proyek
Hutabarat iniPengadaan
: Kajian dikerjakanLahan
padaPembangunan
malam hari saja sehingga
Jalan debunya
Studi Kasus tidak
: Flyover berterbangan
Amplas dan
Medan, 2008
USU Repository © 2008 macet.
jalanan menjadi
3. Memang tanah saya tidak banyak terkena proyek ini.
4. Adanya pemotongan ganti rugi yang dilakukan dari pihak yang tidak bertanggung jawab.
Hasil Data : 51 S. SIMAJUNTAK Penanganan Masalah dengan PENGADUAN
1. Keterpaksaan membuat saya harus rela memberikan tanah dan bangunan dengan menerima ganti
rugi yang tidak sesuai dengan harga pasaran umumnya harga tanah yang berada dipinggir jalan.
55

54

5353

5252
Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
Hasil Data : 52 SAIDI RUSLY Penanganan Masalah dengan MUSYAWARAH
1. Ganti rugi yang diberikan pemerintah pusat / Daerah tidak sama dengan apa yang telah kami
terima dari camat atau lurah setempat.
2. Pembayaran ganti rugi dinilai lambat pada hal perundingannya sudah ± 1 tahun yang lalu.
3. Kurangnya pendekatan –pendekatan yang dilakukan pemerintah.
Hasil Data : 53 SAWITRI SIANTURI Penanganan Masalah dengan MUSYAWARAH
1. Kami sebagai masyarakat setempat merasa terganggu akibat banyak kendaraan besar yang
melintas dan membuat arus jalan ini menjadi macet karena proyek masih sedang berjalan.
2. Dengan adanya bangunan proyek ini kami merasa setuju demi kemajuan zaman sekarang.
Hasil Data : 54 M. AKIF Penanganan Masalah dengan MUSYAWARAH
1. Akibat dari pergeseran lahan ruko saya barang dagangan yang masuk sangat terganggu
2. Pembangunan tersebut menggangu aktifitas warga.
3. Proses pembangunan seharusnya dikerjakan pada malam hari.
Hasil Data : 55 KALSIM GINTING Penanganan Masalah dengan MUSYAWARAH
1. Harga sudah sesuai dengan tanah dan bangunan yang dibongkar.
2. Para pengembang harusnya menjaga kondisi lingkungan warga
3. Pembangunan tersebut menggangu aktifitas warga.

57

56

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
Hasil Data : 56 Penanganan Masalah dengan MUSYAWRAH
1. Proses ganti rugi sudah sangat mencukupi kebutuhan saya dan keluarga.
2. Kami mana sanggup melawan pemerintah jadi kami menurut saja.
3. Mohon pembangunannya dipercepat dan selesai pada waktunya.
4. Kondisi lingkungan menjadi kotor diakibatkan oleh debu.
Hasil Data : 56A MANGIHUT GULTOM Penanganan Masalah dengan PENGADUAN
1. Karena pergeseran lahan toko saya menjadi sempit sehingga aktivitas kurang nyaman.
2. Kami mana sanggup melawan pemerintah.
3. Proses pembangunan seharusnya tidak merugikan warga.
4. Mohon pembangunannya dipercepat.
Hasil Data : 57 RAHMAN TUKIJO Penanganan Masalah dengan MUSYAWARAH
1. Saya setuju proses pembangunan menjadikan lahan saya sedikit menjadi lebih mahal
2. Pembangunan tersebut menggangu aktifitas warga.
3. Kondisi lingkungan harusnya jadi perhatian para pengembang
4. Abu disekitar kawasan Fly Over Amplas mengganggu pernafasan.

59

58

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
Hasil Data : 58 PANUT SUHARDI PENGADUAN
1. Proses ganti rugi seharusnya berpihak pada warga.
2. Usaha saya sedikit terganggu akibat dari pembangunan tersebut.
3. Proses pembangunan seharusnya dilakukan pada malam hari.
4. Mohon pembangunannya dipercepat.
Hasil Data : 59 NASWAR NASUTION , SE Penanganan Masalah dengan MUSYAWARAH
1. Harga sudah sesuai dengan tanah dan bangunan yang dibongkar.
2. Warga harusnya menaati apa yang telah diminta oleh pemerintah
3. Yang saya pikirkan Cuma satu yaitu tanaman istri saya.
4. Mohon pembangunannya dipercepat.
Hasil Data : 60 NELSON MATONDANG Penanganan Masalah dengan PENGADUAN
1. Kami sudah pasrah apapun yang terjadi.
2. Pembangunan tersebut menggangu aktifitas warga.
3. Kondisi lingkungan sudah sangat tidak nyaman.

63

62
Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
Hasil Data : 61 RASMI SEBAYANG Penanganan Masalah dengan MUSYAWARAH
1. Harga sudah sesuai dengan tanah dan bangunan yang dibongkar.
2. Proses pembangunan seharusnya dilakukan pada malam hari.
3. Pembangunan tersebut menggangu aktifitas usaha kami.
4. Mohon proses pembangunannya dipercepat.
5. Abu disekitar kawasan Fly Over Amplas harus diperhatikan para pengembang.
Hasil Data : 62 ALBERT TAMPUBOLON Penanganan Masalah dengan PENGADUAN
1. Apapun yang terjadi saya sudah pasrah.
2. Kami mana sanggup melawan pemerintah.
3. Mohon pembangunannya dipercepat.
4. Abu disekitar kawasan Fly Over Amplas mengganggu pernafasan.
Hasil Data : 62A RUSLI NDORO Penanganan Masalah dengan PENGADUAN
1. Proses ganti rugi masih kurang memihak warga.
2. Kami mana sanggup melawan pemerintah karena kami hanya orang kecil.
3. Pembangunan tersebut menggangu aktifitas warga.
4. Mohon pembangunannya dipercepat.
Hasil Data : 63 SEMIN SEMBIRING Penanganan Masalah dengan
1. Kami tidak tahu menahu soal ganti rugi.
2. Kami hanya penyewa saja.
3. Pembangunan tersebut menggangu aktifitas warga.
4. Mohon pembangunannya dipercepat.

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
67

65

64

Hasil Data : 64 SABORANG E TAMPUBOLON Penanganan Masalah dengan MUSYAWARAH


1. Proses ganti rugi harusnya dibayar lebih cepat.
2. Kondisi lingkungan sudah sangat parah.
3. Pembangunan tersebut menggangu aktifitas warga.
Hasil Data : 65 SARIMIN BARUS Penanganan Masalah dengan MUSYAWARAH
1. Saya setuju apa yang menjadi kemajuan kota Medan.
2. Proses ganti rugi sudah mencukupi.
3. Proses pembangunan tersebut menggangu aktifitas kami.
4. Mohon pembangunan Fly Over dipercepat.
Hasil Data : 66 PT. POS INDONESIA Penanganan Masalah dengan.........................
1. Saya tidak tahu menahu soal ganti rugi.
2. Proses ganti rugi kami serahkan ke kantor pusat.
3. Pembangunan tersebut menggangu aktifitas warga.
4. Mohon pembangunannya dipercepat.
Hasil Data : 67 DORA TAMBUNAN Penanganan Masalah dengan MUSYAWARAH
1. Saya akan mematuhi peraturan pemerintah.
2. Proses ganti rugi dinilai lambat.
3. Pembangunan tersebut menggangu aktifitas warga.

70

69
Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
68

Hasil Data : 68 RIDA K LASMI Penanganan Masalah dengan MUSYAWARAH


1. Harga sudah sesuai dengan tanah dan bangunan yang dibongkar.
2. Kami mana sanggup melawan pemerintah.
3. Pembangunan tersebut menggangu aktifitas warga.
Hasil Data : 69 ISRAEL SILABAN, SE Penanganan Masalah dengan MUSYAWARAH
1. Harga sudah sesuai dengan tanah dan bangunan yang dibongkar.
2. Proses pembangunan sangat lamban.
3. Pembangunan tersebut menggangu aktifitas warga.
4. Mohon pembangunannya dipercepat.
Hasil Data : 70 MASIRI TUA TAMPUBOLON Penanganan Masalah dengan MUSYAWARAH
1. Harga sudah sesuai dengan tanah dan bangunan yang dibongkar.
2. Akibat pergeseran lahan membuat repot para warga.
3. Pembangunan tersebut menggangu aktifitas warga.

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
73
72
72A

71

Hasil Data : 71 IDHAMSYAH Penanganan Masalah dengan PENGADUAN


1. Sebaiknya pemerintah mengawasi kinerja para pengembang sehingga jangan ada lagi tindak
korupsi didalam proyek ini.
2. saya sih mendukung saja apa program pemerintah, agar sarana menuju ke bandara KUALA
NAMU lebih cepat tercapai
3. Supaya medan ini menuju KOTA MEDAN METROPOLITAN YANG RELIGIUS DAN
MADANI
4. Kalau proyek ini cepat selesai maka daerah kami kemungkinan akan cepat maju dari daerah lain.
Hasil Data : 72 A ZUHRA WARDI, S. Hg, SH Penanganan Masalah dengan PENGADILAN
1. Saya tidak tahu tentang ganti rugi.
2. Kami hanya sewa tanah saja.
3. Pembangunan tersebut menggangu pekerjaan saya.
4. Mohon pembangunannya dipercepat.
Hasil Data : 72 Dr. T. MONANG SITORUS Penanganan Masalah dengan MUSYAWARAH
1. Saya masih kurang setuju tentang pembebasan tanah.
2. Tapi saya taat aturan pemerintah.
3. Pembangunan tersebut menggangu aktifitas warga.
Hasil Data : 73 SARWAN RAJAGUKGUK Penanganan Masalah dengan MUSYAWARAH
1. Proses ganti rugi saya nilai belum menguntungkan para warga.
2. Kondisi lingkungan seharusnya diperhatikan para pengembang.
3. Pembangunan tersebut menggangu kegiatan kami sehari hari.
4. Abu disekitar kawasan Fly Over Amplas mengganggu pernafasan.

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
77
76
75
74

Hasil Data : 74 NURMALIS Penanganan Masalah dengan MUSYAWARAH


1. Harga sudah sesuai dengan tanah dan bangunan yang dibongkar.
2. Keluarga saya sudah ada yang terkena penyakit ISPA akibat proyek ini belum mempunyai
AMDAL.
3. Pembangunan tersebut menggangu aktifitas warga.
4. Mohon pembangunannya dipercepat.
5. Abu disekitar kawasan Fly Over Amplas mengganggu pernafasan.
Hasil Data : 75 HASAN Penanganan Masalah dengan MUSYAWARAH
1. Harga sudah sesuai dengan tanah
2. Saya mendukung sepenuhnya program pemerintah.
3. Demi kelancaran usaha saya semoga tidak ada lagi kendala dari masyarakat sekitar.
4. Mohon pembangunannya dipercepat.
Hasil Data : 76 HASAN BASRI Penanganan Masalah dengan MUSYAWARAH
1. Saya mendukung sepenuhnya proyek ini dan kalau bisa TERMINAL AMPLAS ditata ulang
sistem organisasinya.
2. Sebaiknya pemerintah juga membuat terminal INDOOR di KOTA MEDAN sehingga tidak
ada lagi terminal liar yang menjadi biang kemacetan terutama disekitar wilayah amplas.
3. Mohon pembangunannya dipercepat.
Hasil Data : 77 MUNIAH br. PURBA Penanganan Masalah dengan PENGADUAN
1. Bagi saya masalah ini tidak terlalu mengganggu saya dan keluarga karena saya tinggal tidak di
lokasi proyek.
2. Sebaiknya pemerintah tidak membodohi warga karena tidak mengerti masalah hukum

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
81
80
79

Hasil Data : 78 DARMA GOZALI Penanganan Masalah dengan MUSYAWARAH


1. Untuk mendukung sarana transportasi saya sangat setuju atas pembangunan ini.
2. Untuk kepentingan bersama saya menuruti aturan pemerintah.
3. Kondisi linkungan harus jadi perhatian utama para pengembang
4. Mohon pembangunannya dipercepat.
Hasil Data : 79 H. SANTI LUBIS Penanganan Masalah dengan MUSYAWARAH
1. Proses ganti rugi belum memihak pada warga.
2. Tidak mungkin kami warga melawan kehendak pemerintah.
3. Pembangunan tersebut menggangu aktifitas warga.
4. Mohon pembangunannya dipercepat.
Hasil Data : 80 HO GIEK BIE ( WAHID NG) Penanganan Masalah dengan PENGADUAN
1. Saya hanya berharap pembangunan Fly Over tidak menimbulkan masalah.
2. Warga berharap proses pembangunan tidak memakan waktu yang lama.
3. Akibat pembangunan kegiatan sehari-hari sedikit terganggu,
4. Mohon pembangunannya dipercepat.
Hasil Data : 81 DAVID MULIADI Penanganan Masalah dengan MUSYAWARAH
1. Proses ganti rugi bukan urusan kami.
2. Kami mana sanggup melawan pemerintah.
3. Pembangunan tersebut menggangu aktifitas warga.

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
90
84

Hasil Data : 84 Drs. TOBO Penanganan Masalah dengan MUSYAWARAH


1. Untuk mendukung sarana transportasi saya sangat setuju atas pembangunan ini.
2. Untuk kepentingan bersama saya menuruti aturan pemerintah.
3. Pembayarannya sudah adil.
Hasil Data : 85 ALIB Penanganan Masalah dengan PENGADUAN
1. Proses ganti rugi belum memihak pada warga.
2. Tidak mungkin kami warga melawan kehendak pemerintah.
3. Pembangunan tersebut menggangu aktifitas warga.
4. Mohon pembangunannya dipercepat.
Hasil Data : 89 Abd. RAHMAN BUTARBUTAR Penanganan Masalah dengan PENGADUAN
1. Saya hanya berharap pembangunan Fly Over tidak menimbulkan masalah.
2. Warga berharap proses pembangunan tidak memakan waktu yang lama.
3. Akibat pembangunan kegiatan sehari-hari sedikit terganggu,
4. Mohon pembangunannya dipercepat.
Hasil Data : 90 POS POLISI Penanganan Masalah dengan MUSYAWARAH
1. Kami rasa proses ganti rugi sudah cukup adil.
2. Diharapkan pembangunan ini cepat diselesaikan.
3. Semua warga yang setuju maupun tidak setuju diharapkan selalu mendukung proses pembangunan
Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
96

Hasil Data : 91 Drs. SABAR GINTING Penanganan Masalah dengan PENGADILAN


1. Harga belum sesuai dengan keinginan pemilik lahan.
2. Pak Sabar Ginting meminta tiap rumah yang dimilikinya dan yang terkena pembebasan lahan dalam peroyek FLY
OFFER dengan harga Rp. 1 Miliyar.
3. Lokasi usaha yang dimiliki oleh Pak Sabar Ginting memiliki lahan yang sangat strategis sementara pemerintah hanya
memberikan ganti rugi denga harga sesuai yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
4. Lokasi lahan yang dimiliki Pak Sabar Ginting ada 3 dan ketiga lahan tersebut memiliki lokasi yang sangat sterategis
sebagai tempat usaha dan ketiga lahan Pak Sabar Ginting berada disebelah UTARA 1 dan sebelah SELATAN 2
5. Menurut informasi dari warga sekitar Pak Sabar Ginting ini mantan seorang preman yang menguasai TERMINAL
AMPLAS.
Hasil Data : 92 KASIM TANJUNG Penanganan Masalah dengan MUSYAWARAH
1. Apapun yang terjadi saya tetap mendukung.
2. Kami mana sanggup melawan pemerintah.
3. Pembangunan tersebut menggangu aktifitas warga.
4. Mohon pembangunannya dipercepat.
Hasil Data : 94 Drs. SABAR GINTING Penanganan Masalah dengan PENGADILAN
1. Harga belum sesuai dengan keinginan pemilik lahan.
2. Pak Sabar Ginting meminta tiap rumah yang dimilikinya dan yang terkena pembebasan lahan dalam peroyek FLY
OFFER dengan
Syarifuddin Hutabarat harga
: Kajian Rp. 1 Miliyar.
Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
3. Lokasi
USU Repository usaha yang dimiliki oleh Pak Sabar Ginting memiliki lahan yang sangat strategis sementara pemerintah hanya
© 2008
memberikan ganti rugi denga harga sesuai yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
4. Lokasi lahan yang dimiliki Pak Sabar Ginting ada 3 dan ketiga lahan tersebut memiliki lokasi yang sangat sterategis
sebagai tempat usaha dan ketiga lahan Pak Sabar Ginting berada disebelah UTARA 1 dan sebelah SELATAN 2
5. Menurut informasi dari warga sekitar Pak Sabar Ginting ini mantan seorang preman yang menguasai TERMINAL
AMPLAS
Hasil Data : 96 Alm. MULIA NAIBAHO Penanganan Masalah dengan MUSYAWARAH
100 99

Hasil Data : 97 H. SITUMORANG, SH Penanganan Masalah dengan PENGADUAN


1. Saya tidak tahu menahu soal proses ganti rugi.
2. Apapun keputusan yang saya ambil merupakan keputusan keluarga.
3. Proses pembangunan di harapkan selesai pada waktunya.
Hasil Data : 98 YUSTIAN br. BARUS Penanganan Masalah dengan MUSYAWARAH
1. Harga sudah sesuai dengan tanah dan bangunan yang dibongkar.
2. Kami
Syarifuddin mana: Kajian
Hutabarat sanggup melawanLahan
Pengadaan pemerintah.
Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
3. Pembangunan
USU Repository © 2008 tersebut menggangu aktifitas warga.
4. Mohon pembangunannya dipercepat.
Hasil Data : 99 TIURMA br. LUMBANTORUAN Penanganan Masalah dengan PENGADUAN
1. Proses ganti rugi bukan urusan saya.
2. Kondisi lingkungan jadi kurang nyaman.
3. Proses ganti rugi saya nilai masih lamban.
109
106
105

103

Hasil Data : 101 MARIANA br. BARUS Penanganan Masalah dengan MUSYAWARAH
1.Harga sudah sesuai dengan tanah dan bangunan yang dibongkar.
2.Kami mana sanggup melawan pemerintah.
3.Pembangunan tersebut menggangu aktifitas warga.
4.Abu disekitar kawasan Fly Over Amplas mengganggu pernafasan.
Hasil Data : 103 BUNGASIN br. TARIGAN Penanganan Masalah dengan PENGADUAN
1. Akibat pergeseran toko usaha kami menjadi tidak nyaman.
2 .Kondisi lingkungan seharusnya menjadi perhatian pengembang.
4. Mohon
Syarifuddin pembangunannya
Hutabarat dipercepat.
: Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
Hasil Data : 105 PAHO MANIK Penanganan Masalah dengan MUSYAWARAH
1.Usaha jadi kurang nyaman akibat pembangunan.
2.Saya harap pembangunan cepat diselesaikan.
Hasil Data : 106 DJ. SINURAT Penanganan Masalah dengan MUSYAWARAH
1. Apapun rencana pemerintah kami selalu mendukung.
2. Kami hanya orang kecil mana bisa melawan.
Hasil Data : 112 ROSALINA Penanganan Masalah dengan PENGADUAN
1. Proses ganti rugi bukan urusan saya.
2. Kondisi lingkungan jadi kurang nyaman.
3. Proses ganti rugi saya nilai masih lamban.
Syarifuddin Hutabarat
4. Mohon : Kajian Pengadaan
pembangunannya Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
dipercepat.
USU Repository © 2008
Hasil Data : 113 SARI BANUM Penanganan Masalah dengan PENGADUAN
1. Saya tidak tahu menahu soal proses ganti rugi.
2. Apapun keputusan yang saya ambil merupakan keputusan keluarga.
3. Proses pembangunan di harapkan selesai pada waktunya.
Hasil Data : 113 A Dr. JAMES P. GULTOM Penanganan Masalah dengan MUSYAWARAH
Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
Hasil Data : 114 HERWINTON PANJAITAN Penanganan Masalah dengan PENGADUAN
1. Akibat pergeseran toko usaha kami menjadi tidak nyaman.
2 .Kondisi lingkungan seharusnya menjadi perhatian pengembang.
3. Pembangunan tersebut menggangu kegiatan sehari hari.
4. Mohon pembangunannya dipercepat.
Hasil Data : 115 A Alm. ZULKIFLI Penanganan Masalah dengan MUSYAWARAH
1.Proses ganti rugi saya rasa sudah cukup.
2.Kami mendukung proses pembangunan Fly Over.
3.Pembangunan tersebut menggangu aktifitas warga.
Hasil Data : 115 KASMIN SINAGA Penanganan Masalah dengan PENGADUAN
1. Harga sudah sesuai dengan tanah dan bangunan yang dibongkar.
2. Kami mana sanggup melawan pemerintah.
3. Pembangunan tersebut menggangu aktifitas warga.
4. Mohon pembangunannya dipercepat.
5. Abu disekitar kawasan Fly Over Amplas mengganggu pernafasan.

117A

117
116

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
1Hasil Data : 116 BINSAR GULTOM Penanganan Masalah dengan MUSYAWARAH
1. Proses ganti rugi saya rasa sudah cukup.
2. Kami mendukung proses pembangunan Fly Over.
3. Pembangunan tersebut menggangu aktifitas warga.
Hasil Data : 117 MANGASI HARIANJA Penanganan Masalah dengan PENGADUAN
1. Akibat pergeseran toko usaha kami menjadi tidak nyaman.
2 .Kondisi lingkungan seharusnya menjadi perhatian pengembang.
3. Pembangunan tersebut menggangu kegiatan sehari hari.
4. Mohon pembangunannya dipercepat.
Hasil Data : 118 TIORMA br SITANGGANG Penanganan Masalah dengan
MUSYAWARAH
1. Saya setuju tentang pembebasan lahan.
2. Apapun keputusan yang saya ambil merupakan keputusan keluarga.
3. Proses pembangunan di harapkan selesai pada waktunya.
Hasil Data : 117A Alm. H. NGADIRAN Penanganan Masalah dengan MUSYAWARAH
1. Harga sudah sesuai dengan tanah dan bangunan yang dibongkar.
2. Para pengembang harusnya menjaga kondisi lingkungan warga
3 P b t b t ktifit

120

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
Hasil Data : 120 SUKIRMAN Penanganan Masalah dengan PENGADUAN
1. Apapun yang terjadi saya sudah pasrah
2. Kami mana sanggup melawan pemerintah.
3. Mohon pembangunannya dipercepat.
4. Abu disekitar kawasan Fly Over Amplas mengganggu pernafasan.
Hasil Data : 121 TANAH WAKAF/ UWAK UCOK Penanganan Masalah dengan
PENGADUAN
1. Soal ganti rugi saya tidak tahu menahu/ bukan urusan saya.
2. Pemindahan lahan belum mendapat persetujuan dari pihak yang berkepentingan

Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008
Syarifuddin Hutabarat : Kajian Pengadaan Lahan Pembangunan Jalan Studi Kasus : Flyover Amplas Medan, 2008
USU Repository © 2008

Anda mungkin juga menyukai