TESIS
OLEH
MAINILA YANTI
117020015/AR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2014
68
TESIS
Oleh
MAINILA YANTI
117020015/AR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2014
Menyetujui
Komisi Pembimbing
(A/Prof. Abdul Majid Ismail,B.Sc, B.Arch, Phd) (Ir. N. Vinky Rahman, MT)
Ketua Anggota
(Dr. Ir.Dwira Nirfalini Aulia,M.Sc) (Prof. Dr. Ir. Bustami Syam, MSME)
70
PERNYATAAN
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
MAINILA YANTI
Ketua Komisi Penguji : A/Prof. Abdul Majid Ismail, B.Sc, B.Arch, Ph.D
72
ABSTRAK
ABSTRACT
ii
KATA PENGANTAR
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, yang senantiasa memberikan berkat, anugerah
dan hidayah-Nya hingga penulis dapat menyelesaikan Tesis dengan judul “Pengaruh
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Prof. Dr. dr. Syahril
dan juga kepada Prof. Dr. Ir. Bustami Syam, MSME Selaku Dekan Fakultas Teknik.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dr. Ir. Dwira Nirfalini
Aulia, M.Sc selaku Ketua Program Studi Magister Teknik Arsitektur dan Ibu Beny
O.Y Marpaung, ST, MT, PhD sebagai Sekretaris Program Studi Magister Teknik
Arsitektur, serta seluruh dosen pada program studi Magister Teknik Arsitektur atas
Abdul Majid Ismail, B.Sc, B.Arch, PhD selaku pembimbing dan Ibu Ir. N. Vinky
selesainya tesis ini. juga kepada Komisi penguji, Dr. Achmad Delianur Nasution, ST,
MT, IAI, Salmina Ginting, ST, MT dan Hajar Suwantoro, ST, MT yang telah
iii
Dan yang paling utama Penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih
yang kepada pihak-pihak yang telah memberikan dukungan dan masukan untuk
Akhir kata semoga tesis ini dapat bermanfaat terhadap solusi permasalahan
Penulis
iv
email : mynila_yanti@yahoo.com
Pekerjaan : PNS
( MAINILA YANTI)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ............................................................................................................. i
ABSTRACT ............................................................................................................ ii
DAFTAR TABEL.................................................................................................. xi
vi
vii
Universitas Sumatera Utara
viii
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
Universitas Sumatera Utara
x
6.1 V/C Rasio Jalan Gatot Subroto Simpang kp. Lalang dari
6.2 V/C Rasio Jalan Gatot Subroto Simpang kp. Lalang dari
Beroperasi..................................................................................................102
DAFTAR TABEL
2.2 Penurunan Kapasitas Jalan Akibat Kegiatan Parkir di Badan Jalan ........... 33
Perdagangan ................................................................................................ 36
xi
Universitas Sumatera Utara
xii
5.6 Faktor Penyesuaian Kapasitas Akibat Lebar Jalur Lalu Lintas (FCW) ........ 81
5.7 Faktor Penyesuaian Kapasitas Akibat Gangguan Samping (FC SF) ............. 82
5.10 V/C Rasio Jalan Gatot Subroto Simpang Kp. Lalang Dari
Arah Medan Ke Binjai ............................................................................... 86
5.11 V/C Rasio Jalan Gatot Subroto Simpang Kp. Lalang Dari
Arah Binjai ke Medan ................................................................................ 87
5.12 Karakteristik Penilaian Tingkat Pelayanan Jalan Utama dan Sub Urban ...88
xii
BAB I
PENDAHULUAN
Pada umumnya, pasar basah yang sering disebut sebagai pasar tradisional
dipandang sebagai daerah yang kotor, sumber kemacetan lalu lintas dan tempat
berasalnya para pelaku kriminal. Sejalan dengan bukti nyata peran pasar tradisional
pada situasi ekonomi makro yang tidak menentu, dan tidak terpuruk seperti aktivitas
ekonomi formal atau aktivitas ekonomi yang berskala besar. Pasar telah berfungsi
sebagai jaring penyelamat dan penyedia lapangan kerja bagi sebagian masyarakat.
Pada sisi yang lain pasar menyediakan kebutuhan sehari hari dalam jumlah, jenis dan
harga yang beragam sehingga sesuai dengan keadaan keuangan yang tidak menentu
dari masyarakat pada saat krisis. Beberapa pasar menyediakan komoditas dan layanan
Bagi penduduk Kota Medan, Jalan Gatot Subroto sebagai salah satu jalan arteri
primer yang terletak di Kecamatan Medan Sunggal merupakan salah satu jalan yang
perdagangan, perkantoran, pendidikan, dan jasa di kota Medan. Namun Jalan Gatot
Subroto juga tidak lepas dari masalah kemacetan, tepatnya di depan Pasar Kampung
1
Universitas Sumatera Utara
2
Lalang sering mengalami kemacetan terutama pada pagi hari. Hampir setiap hari
kemacetan terjadi di Jalan Gatot Subroto terutama pada pagi hari. Di mana pada pagi
hari Jalan Gatot Subroto yang seharusnya memiliki 4 lajur menjadi hanya 3 lajur
akibat adanya aktivitas pasar yang menggunakan ruas jalan sebagai tempat berjualan.
Akibat penyempitan lajur tersebut tingkat pelayanan jalan semakin menurun dan
tidak nyaman. Kemacetan lalu lintas yang terjadi sudah sangat mengganggu aktivitas
penduduk. Aktivitas pasar sebelum beroperasi 05.00 Wib mulai terjadi hambatan
samping dan beroperasi pukul 07.00 Wib di pagi hari pada ruas Jalan Gatot Subroto
menunjukan ruas jalan yang macet, kecepatan rendah, volume kendaraan lebih besar
dari kapasitas jalan yang ada, kendaraan banyak yang mengambil bahu jalan, antrian
panjang dan terjadi hambatan-hambatan yang besar sehingga arus lalu lintas menjadi
terhambat.
Hal ini menggambarkan bahwa perlambatan yang terjadi pada saat kegiatan
pasar berlangsung pada ruas jalan pengamatan yang dilakukan merupakan arus jam
puncak di ruas Jalan Gatot Subroto memiliki aktivitas samping jalan yang tinggi dan
karena perilaku tidak tertib berlalu lintas dari angkutan umum yang melintas pada
ruas jalan ini yang mengakibatkan arus lalu lintas pada ruas jalan ini menjadi
kegiatan masyarakat pada penggunaan jalan tersebut dimana kegiatan pasar PKL
hambatan samping. Intensitas kegiatan harian juga merupaka pemicu kemacetan yang
sekolah, dan sekedar melewati jalan ini. Pada waktu sesudah beroperasi pasar 17.00-
19.00 di sore hari , ruas Jalan Gatot Subroto aliran lalu lintas masih baik dan stabil
Kondisi kemacetan yang terjadi disebabkan aktivitas pasar mulai terjadi lagi
seperti berbelanja dan pulang kerja, tetapi intensitas pergerakan kegiatan tidak
sepadat aktivitas pagi hari dan faktor-faktor lain yang ditimbulkan oleh pengaruh
tarikan lalu lintas berupa peningkatan aktivitas pasar pada jam-jam puncak/sibuk
(peak hours); permasalahan ruang parkir dan angkutan umum termasuk akumulasi
pasar yang meningkat pada jam–jam sibuk (peak hour) dimana aktivitas pergerakan
orang dan kenderaan yang melewati jalan tersebut serta pedagang yang memakai
badan jalan untuk berjualan dan kenderaan angkutan umum yang berhenti tidak pada
tempat yang telah disediakan serta adanya terminal liar yang masih memakai badan
Subroto telah menjadikan kawasan tersebut sebagai salah satu kegiatan pusat
perdagangan di Kecamatan Medan Sunggal. Hal ini menjadikan kawasan Jalan Gatot
Subroto menjadi daerah tarikan perjalanan bagi pergerakan dari daerah sekitar.
pelayanan Jalan Gatot Subroto, khususnya yang berbatasan langsung dengan Pasar
pelayanan jalan.
aktivitas pasar.
Adapun yang menjadi wilayah penelitian adalah Pasar Kampung Lalang yang
Ruang lingkup substansial atau materi yang akan dikaji pada studi ini
dibatasi pada pembahasan mengenai kajian yang berkaitan dengan pengaruh dan
aktivitas pasar yang mempunyai dampak lanjutan terhadap tingkat pelayanan jalan
yang terbentuk.
penyelesaian. Adapun pada tahap persiapan akan dibahas mengenai latar belakang
dan pemantapan metodologi, pada tahap pengumpulan dan pengolahan data akan
dilakukan kegiatan survey untuk mengumpulkan data primer dan sekunder kemudian
dilakukan tahap analisis terhadap data yang dikumpulkan untuk mengetahui scenario
penanganan yang sesuai serta terakhir adalah tahap penyelesian untuk menarik
TAHAP
PERSIAPAN LATAR BELAKANG
- Kondisi Eksisting Pasar Kp.Lalang,
- Tingkat Pelanyanan Jalan Gatot Subroto Segmen
Pasar Kp.Lalang
PEMANTAPAN METODOLOGI
- Metodologi Analisis
- Metodologi Survey
PILOT SURVEI
TAHAP
PENGUMPULAN PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
DAN PENGOLAHAN Data Primer
DATA Survei (survei primer yaitu traffic couting (TC)
kendaraan)
Geometri Jalan Gatot Subroto segmen pasar Kp.
Lalang
Luas Lahan Pasar Kp. Lalang
Tata Guna Lahan
Data Sekunder
Literatur Terkait Studi
Peraturan Terkait
TAHAP ANALISIS
Bangkitan & Tarikan Pasar Kp.
Lalang
Analisis Kapasitas Jalan
Derajat Kejenuhan
Tingkat Pelanyanan
SKENARIO
PENANGANAN
TAHAP PENYELESAIAN KESIMPULAN DAN SARAN
Bab II Tinjauan Pustaka berisikan mengenai tinjauan teori kepustakaan dan hal-hal
yang berkaitan dengan aspek aktifitas pasar, dan kondisi lalu lintas
wilayah studi, yaitu meliputi aspek fisik dasar, aspek sosial kependudukan,
aspek guna lahan perdagangan (pasar), dan aspek jaringan jalan dan
transportasi.
Pasar (Bangkitan dan Tarikan), Analisis Masalah Kondisi Lalu Lintas, Dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dan Pembinaan Pasar Tradisonal, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Pasar adalah
tempat yang ditetapkan Pemerintah Daerah sebagai tempat bertemunya pihak penjual
dan pembeli untuk melaksanakan transaksi dimana proses jual beli terbentuk, yang
menurut kelas mutu pelayanan dapat digolongkan menjadi pasar tradisional dan pasar
modern dan menurut sifat pendistribusiannya dapat digolongkan menjadi eceran dan
1. Pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh pemerintah,
pedagang kecil dan menengah dan koperasi dengan usaha skala kecil dan
2. Pasar modern adalah pasar yang dibangun oleh pemerintah, swasta dan
berada disatu tangan, bermodal relatif kuat dan dilengkapi label yang pasti.
Bangunan pasar adalah semua bangunan didalam pasar dengan bentuk apapun
juga. Kios adalah bagian dari bangunan yang satu sama lain dibatasi dengan dinding
serta dapat ditutup. Los adalah bagian dari bangunan pasar yang merupakan
bangunan beratap, baik dengan penyekat maupun tidak, yang digunakan untuk
Menurut Vagale (1972) dalam Rizon PU (1977), pasar memiliki karakter yang
berbeda berdasarkan:
wilayah kota.
beberapa wilayah.
10
b. Periodesasi (perodicity)
1. Siklus musiman
1. Pasar siang hari. Yang dimaksud dengan pasar siang adalah pasar
2. Pasar malam hari. Yang dimaksud dengan pasar malam hari adalah
terdiri dari:
1. Pasar eceran adalah pasar yang menjual berbagai jenis barang dalam
jumlah kecil misalnya: per ikat, per butir, per buah, per ekor, per kilo dan
lain-lain.
2. Pasar grosir adalah pasar yang menjual berbagai jenis barang dalam
jumlah besar misalnya: per kwintal, per ton, per bal, per groos, per lusin
dan lain-lain.
belikan jenis barang tertentu, antara lain: suku cadang, alat-alat teknik,
1. Besar kecilnya barang yang diperjual belikan, skala besar atau kecil (the
nature of suply).
(function).
12
Ciri yang paling mudah diamati dari pasar menunjukkan tempat yang
digunakan bagi kegiatan yang bersifat indegenous market trade sebagaimana telah
dipraktekkan sejak lama. Pasar sendiri sebenarnya sangat beragam jenisnya dan
sendiri. Bila berfungsi sebagai pasar pengecer di satu wilayah, maka pasar yang lain
Lokasi sebuah pasar adalah merupakan faktor yang paling penting dan
berpengaruh tehadap keberhasilan pasar tersebut (David Dewar dan Vanessa Watson,
1990). Pada skala kota ada 3 (tiga) faktor utama yang mempengaruhi lokasi tersebut,
yaitu:
Pasar sangat peka pada sirkulasi dan konsentrasi dari pejalan kaki dan lalu
pasar yang sangat besar perkembangannya. Hal ini sangat wajar, karena
pada lokasi pasar tersebut, banyak orang berkumpul dan mudah dicapai
kota harus dekat dengan kiriman persediaan (is sitting of mayor sourcess
kendaraan umum (halte, sub terminal), juga harus memiliki areal parkir
yang cukup untuk pengunjung dengan kendaraan pribadi (roda 4 dan roda
2), selain taxi stand dan mungkin juga diperlukan tempat parkir transit
Tata ruang pasar tidak dapat terlepas dari penataan komoditi barang dagangan
komoditi barang dagangan, menurut D. Dewar dan Vanessa W dalam bukunya Urban
14
sifat barang tersebut. Barang-barang yang mempunyai karakter hampir sama seperti
2. Setiap barang mempunyai efek samping yang berlainan, seperti bau dan
pandangan.
membandingkan harganya.
berhubungan dengan lay out fisik ruang pasar adalah problem spatial
orientasi dari pasar pada pola sirkulasi pedestrian yang dominan dan kontak visual
(David Dewar dan Vanessa Watson, 1990). Dari pergerakan/sirkulasi di dalam pasar
akan berpengaruh pada sering atau tidaknya los/kios yang dikunjungi atau dilewati
oleh pengunjung, sehingga di dalam pasar sering dijumpai tempat yang tidak/kurang
Menurut Nelson (1958) karakter pilihan lokasi usaha dari aspek konsumen
faktor-faktor daya tarik dan penghambat dari fasilitas perdagangan yang ada, antara
lain:
yang sama.
16
pada suatu kota, pada hal ini ditunjukan melalui peningkatan perkembangan guna
lahan yang terjadi seperti guna lahan permukiman, guna perdagangan dan jasa dan
guna lahan lainnya. Adanya peningkatan jumlah pergerakan tersebut tentunya jika
terutama yang terjadi pada kota-kota besar di Indonesia saat ini karena adanya over
supply pada kota tersebut sehingga terjadi tundaan, kemacetan dan sebagainya.
dipengaruhi oleh banyak faktor seperti meningkatnya jumlah populasi suatu kota, dan
tingginya laju urbanisasi yang akhirnya meningkatnya perkembangan tata guna lahan
akan bergerak lebih jauh dan ebih lama untuk mencapai tempat kerja.
keluarga pada masa sekarang tidak hanya bisa ditunjang oleh suami saja.
Perlu ada tambahan lain, dan ini menyebabkan istri juga harus bekerja,
keluarga.
suatu kebutuhan utama. Sudah tentu hal ini pun menyebabkan semakin
banyaknya pergerakan.
permintaan lahan baik untuk keperluan permukiman maupun guna lahan lainnya,
sementara cadangan lahan yang tersedia terbatas sehingga nilai lahan berfluktuatif
18
dan tidak pasti (Pangarso, 2000). Adanya peningkatan lahan ini memacu terhadap
perkembangan guna lahan yang terjadi dan ini tidak hanya terjadi di dalam kota saja
tapi juga ke kawasan pingggiran. Perkembangan guna lahan perkotaan inilah yang
permukiman yang disebut dengan bangkitan dan sebaliknya dari guna lahan non
ukuran dari pengaruh yang membatasi akibat peningkatan volume lalu lintas. Setiap
ruas jalan dapat digolongkan pada tingkat tertentu, yaitu antara A sampai F yang
dengan rasio perbandingan antara volume dengan kapasitas (V/C). Agar suatu jalan
dapat memberikan pelayanan yang memadai, maka volume pelayanan harus lebih
kecil dari kapasitas jalan itu sendiri atau V/C-nya lebih kecil dari satu (V/C<1).
Tingkat A berarti kondisi yang hampir ideal; tingkat E adalah kondisi lalu
lintas sesuai dengan kapasitasnya, dan tingkat F adalah kondisi arus terpaksa (forced
flow). Adapun tingkat pelayanan jalan ini dapat dilihat pada Gambar 2.1.
1. Kecepatan perjalanan.
oleh karena itu dua faktor yang dipakai untuk mengukur tingkat pelayanan jalan
dalam penulisan ini ialah kecepatan perjalanan dan perbandingan antara volume
Dimana kapasitas ini merupakan volume lalu lintas maksimum yang dapat
ditampung sewaktu jalan dalam batas-batas yang ideal. Rasio perbandingan antara
20
Arus stabil, tetapi kecepatan operasi mulai dibatasi oleh lalu lintas,
Volume lalu lintas mendekati atau berada pada kapasitas, arus tidak stabil,
pada dasarnya ditentukan oleh 3 (tiga) peubah dasar yaitu: Sistem transportasi (T),
Pada dasarnya untuk mencari penyebab kemacetan lalu lintas tersebut dapat
lokal.
sifatnya langsung penerapan di lapangan dan biasanya berjangka waktu yang tidak
terlalu lama. Hal ini menyangkut kondisi dari arus lalu lintas dan juga sarana
22
penunjangnya baik pada saat sekarang maupun yang akan direncanakan (Hobbs, 1995
Manajemen lalu lintas berhubungan dengan arus lalu lintas itu sendiri beserta
sumberdaya yang digunakan dapat secara efisien dan terpadu (Morlok, 1991).
energi lain yang dampak negatifnya lebih kecil dari energi lain.
Semua tujuan tersebut diatas akan dicapai jika kontrol terhadap kondisi arus
lalu lintas dilakukan dengan membatasi pergerakan atau aksesibilitas, yaitu dengan
penunjangnya seperti jalan, persimpangan dan tempat parkir dan juga usaha untuk
menempatkan pola lalu lintas yang diinginkan untuk segala macam tujuan secara
Oleh karena itu dengan kondisi arus lalu lintas pada saat sekarang, sasaran
yang sangat buruk, perlu dianalisa terlebih dahulu penyebab kemacetannya. Salah
satu penyebabnya yaitu karena volume lalu lintas melebihi kapasitas yang ada,
solusinya yaitu dengan menaikkan kapasitas atau mengurangi volume lalu lintas. Cara
dengan memindahkan tempat parkir yang ada disisi jalan, mengontrol pejalan kaki
atau dengan mengalihkan lalu lintas ke rute lainnya, atau mungkin dengan cara
kapasitas dan ruas jalan seefektif mungkin, sehingga pergerakan lalu lintas yang
rupa sehingga setiap bagian mempunyai fungsi sendiri, misalnya parkir, jalur pejalan
kaki dan kapasitas jalan. Penggunaan ruang jalan sepanjang ruang jalan harus
24
Menurut Morlok (1991), terdapat 3 (tiga) strategi manajemen lalu lintas secara
umum yang dapat dikombinasikan sebagai bagian dari rencana manajemen lalu lintas.
Untuk lebih jelasnya mengenai strategi manajemen lalu lintas dapat dilihat pada
Tabel 2.1.
kejenuhan (V/C ratio) setiap ruas jalan yang selanjutnya akan menentukan jenis
sebagai berikut:
ruas jalan yang ada, seperti: pemanfaatan lebar jalan secara efektif,
kelengkapan marka dan rambu jalan yang memadai sehingga ruas jalan
lokasi rambu berbalik arah, kaki lima, dan belok. Jenis penanganan ini
Pejalan kaki merupakan bagian penting dalam sistem transportasi dan perlu
pengaturan/manajemen tersendiri. Para pejalan kaki berada pada posisi yang lemah
jika mereka bercampur dengan kendaraan, sehingga secara tidak langsung mereka
pergerakan pejalan kaki menggunakan sebagian badan jalan. Keadaan ini dapat
mengganggu arus lalu lintas, karena selain dapat membahayakan bagi jiwa pejalan
26
kaki, juga dapat menyebabkan berkurangnya kapasitas jalan, sehingga jalan tersebut
Pada beberapa keadaan lalu lintas yang cukup padat, maka diperlukan
prasarana bagi pejalan. Adapun keadaan yang dimaksud seperti keadaan berikut ini:
cukup tinggi.
yang pendek.
pejalan kaki adalah: arus pejalan kaki, arus kecelakaan, dan tingkat kecelakaan.
Permasalahan utama pejalan kaki adalah karena konflik antara pejalan kaki dengan
Oleh karena itu perlu ketersediaan yang memadai berupa trotoar, zebra cross,
disebutkan bahwa jumlah kendaraan merupakan nilai arus lalu lintas yang
menggambarkan komposisi arus lalu lintas yang menyatakan arus dalam satuan mobil
penumpang (smp).
Semua nilai arus lalu lintas (per arah dan total) diubah menjadi satuan mobil
(MKJI) adalah:
2. High Vehicle (HV) adalah kendaraan berat (1,20), yaitu truk, truk 2 as,
28
Dalam menentukan kapasitas jalan digunakan volume lalu lintas pada jam
puncak. Sedangkan pengertian kapasitas jalan adalah arus lalu lintas (stabil)
maksimum yang dapat dipertahankan pada kondisi tertentu (geometri, distribusi arah
Keterangan:
C = kapasitas ruas; Co = kapasitas dasar; FCw = faktor lebar efektif; FCsp = faktor
pemisah arah; FCsf = faktor gangguan samping; FCcs = faktor ukuran kota.
Karakteristik utama jalan akan mempengaruhi kapasitas dan kinerja jalan jika
1. Geometri
a. Tipe Jalan: Berbagai tipe jalan akan menunjukan kinerja berbeda pada
satu arah.
b. Lebar jalur lalu lintas: Kecepatan arus bebas dan kapasitas meningkat
c. Kerb sebagai pembatas antara jalur lalu lintas dan trotoar berpengaruh
jalur lalu lintas, tergantung apakah jalan mempunyai kerb atau bahu.
d. Bahu: jalan perkotaan tanpa kerb pada umumnya mempunyai bahu pada
Kapasitas jalan dua arah paling tinggi pada pemisah arah 50-50 yaitu jika
arus pada kedua arah adalah sama pada periode waktu yang dianalisa
yaitu tergantung pada rasio sepeda motor atau kendaraan berat dalam arus
lalu lintas. Jika arus dan kapasitas dinyatakan dalam (smp) maka
30
Aturan lalu lintas lainnya yang berpengaruh pada kinerja lalu lintas
akses tipe kendaraan tertentu, pembatasan akses dari lahan samping jalan
dan sebagainya.
kendaraan lambat, kendaraan masuk dan keluar dari lahan samping jalan.
Untuk jalan tak terbagi analisis dilakukan pada kedua arah lalu lintas.
yang terpisah.
Menurut Munawar (2006), perparkiran merupakan bagian dari pada tata guna
lahan suatu kota. Setiap orang yang mengemudikan kendaraan tak perlu lagi
secara intensif untuk bisnis, perdagangan atau tujuan pariwisata. Daerah yang
terdapat pusat bisnis (CBD), pusat perbelanjaan masyarakat dan regional, parkkir
industri, pelabuhan udara atau stadion biasanya merupakan daerah dimana masalah
Parkir dapat dilakukan di badan jalan (on street) maupun diluar badan jalan
(off street). Pada kondisi tertentu, parkir di badan jalan sebaiknya dilarang bagi
kendaraan pribadi yang akan parkir lama karena dapat menurunkan kapasitas jalan,
meningkatkan kemacetan dan perlambatan. Jadi dalam hal ini perlu dipertimbangkan
adanya keseimbangan antara kebutuhan akan kelancaran lalu lintas dengan kebutuhan
menetapkan kesepakatan antara jumlah lokasi yang akan digunakan untuk parkir dan
lokasi untuk bergerak kendaraan menyediakan tempat parkir untuk kendaraan short
term parking dan long term parking, merancang ruang parkir dan daerah
pendekatannya sehingga lalu lintas di jalan tidak terganggu oleh keluar masuknya
kapasitas jalan (Poernomosidhi, 1984 dalam Merliana, 2006) seperti terlihat dalam
Tabel 2.2.
32
Masalah parkir lebih disebut sebagai ukuran peningkatan kota. Secara historik,
pengeluaran untuk fasilitas parkir belum seimbang dengan fasilitas untuk jalan raya.
tersendatnya lalu lintas akibat kendaraan yang diparkir dipusat-pusat kota besar setiap
hari.
fasilitas lalu lintas utama sesuadahnya mengakibatkan masalah arus lalu lintas di jalan.
Pilihan yang dibatasi diperoleh dalam ”CBD” yang ada, tetapi kesempatan besar ada
berhenti di daerah-daerah sub urban yang berkembang atau di daerah-daerah kota lain
Oleh karena itu pengaturan parkir di sisi atau pinggir jalan ini diperlukan agar
ruas jalan dapat dimanfaatkan secara optimal bagi pergerakan lalu lintas. Ada
beberapa cara yang mana dengan cara ini tempat parkir disediakan. Cara-cara itu
garasi.
menjadi:
menggunakan satu jalur dalam arah dan jarak-jarak jalan dikurangi. Hal
Bila sudut pemarkiran kurang dari 90 derajat, maka jalur-jalur jalan harus
dibuat satu arah. Peredaran satu arah adalah baik, tetapi tidak utama untuk
bidang ramai, karena sudut 450 dan 300 lebih mudah dapat ditentukan
yang digunakan, ahli lalu lintas harus menjamin bahwa sistem peredaran
di jalan harus mengijinkan gerakan mobil dan pejalan kaki yang mudah
34
dan efisien. Jalan masuk dan keluar harus ditentukan dengan tujuan
pemarkiran harus dilokalisir atas sub sistem jalan lokal dan harus
penggunaan lahan.
penumpang umum, sepeda motor maupun truk adalah sangat penting, kebutuhan
tersebut sangat berbeda dan bervariasi tergantung dari bentuk dan karakteristik
Jenis penentuan peruntukan kebutuhan ruang parkir pada suatu pusat kegiatan
dapat dikelompokkan:
Untuk dapat lebih jelas mengenai standar luas kebutuhan parkir pada kawasan
perdagangan dan pasar dapat dilihat pada Tabel 2.3 dan 2.4.
Untuk dapat lebih jelas mengenai penentuan Satuan Ruang Parkir menurut
Keterangan:
Mobil penumpang gol I: Mobil peruntukan tamu/pengunjung pusat kegiatan
perkantoran, perdagangan, pemerintahan dan universitas.
36
Mobil penumpang gol II: Mobil pengunjung tempat olahraga, pusat hiburan, rekreasi,
hotel, rumah sakit dan bioskop.
Mobil penumpang gol III: Mobil peruntukan bagi orang cacat.
Mengenai dimensi Satuan Ruang Parkir untuk bus/truk dapat dilihat pada
Tabel 2.6.
Untuk kendaraan bus/truk dapat dibagi kedalam tiga jenis berdasarkan ukuran
kendaraan, yaitu kecil, sedang dan besar. Satuan Ruang Parkir untuk bus/truk dapat
Penentuan sudut parkir pada umumnya ditentukan oleh lebar jalan, volume
lalu lintas kendaran, dimensi kendaraan, dan sifat peruntukan lahan sekitarnya. Sudut
parkir akan berpengaruh terhadap daya tampung kendaraan parkir sehingga ruang
yang tersedia akan terasa lebih efektif. Untuk lebih jelasnya untuk lebar minimum
jalan untuk parkir dapat dilihat pada Tabel 2.7 dan untuk kebutuhan ruang parkir
38
BAB III
METODE PENELITIAN
dalam penelitian yang terdiri dari prosedur dan teknik yang akan digunakan dalam
yang dianggap mampu memberikan penjelasan terhadap hasil penelitian dalam tesis
mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu gejala
menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan (Arikunto, 2005:234). Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Penelitian
39
teoritik sebagai hasil pemaknaan empirik dalam arti sensual, logik maupun etik.
konseptualisasi tentang populasi dan sampel secara tetap. Pada landasan empirik
Informasi yang dapat bukan hanya berupa angka numerik saja, namun dalam
kualitatif. Sebagai contoh yaitu perhitungan lalu lintas harian rata-rata, kapasitas jalan
Variabel pada dasarnya adalah segala sesuati yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang atau objek yang mempunyai
“variasi” antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek lainnya
40
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel penelitian adalah aktifitas pasar,
tingkat pelayanan jalan dan faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas jalan. Untuk
3.3 Populasi/Sampel
penelitian (Walpole, 1993). Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
(Sugiyono, 2000). Adapun populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang
Sampel adalah sebagian dari objek atau individu-indvidu yang mewakili suatu
populasi. Pentaksiran populasi dilakukan melalui sampel. Hair dkk dalam Ferdinand
(2005) menemukan bahwa ukuran sampel yang sesuai adalah antara 100-200. bila
ukuran sampel menjadi terlalu besar misalnya lebih dari 400 maka metode menjadi
yang baik.
minimum adalah sebanyak 5 observasi untuk setiap parameter. Dengan demikian bila
laten. Jumlah sampel adalah jumlah indikator dikali 5–10. Bila terdapat 20
4. Bila sampelnya sangat besar, maka peneliti dapat memilih teknik estimasi.
Berdasarkan pada pedoman diatas maka penentuan sampel yang akan dipakai
pada penelitian ini adalah 100 dengan kelompok responden yang disampling adalah:
42
20 orang.
a. Observasi, merupakan metode yang paling dasar dan paling tua dari
sarana jalan, rambu lalu lintas yang ada, geometri jalan dan halte
jumlah lalu lintas kendaraan yang lewat di depan pos survei pada suatu
ruas jalan yang ditetapkan untuk memperoleh data-data arus lalu lintas
tujuh hari, dan rangkaian kegiatan survei perhitungan lalu lintas ini
44
hari kepada pengemudi angkutan umum, yaitu pada hari selasa, rabu
Data sekunder diperoleh dengan jalan mengambil data atau informasi yang
telah dikumpulkan oleh pihak lain atau instansi terkait, seperti BPS (Badan
serta berdasarkan pada nara sumber tertentu dan data yang diperoleh bisa
Data sekunder lainnya berupa materi audio visual yang berupa buku,
foto, berbagai bentuk karya seni, program komputer, film dan lain
sebagainya. Kelebihannya ada pada hasil akhir penyajian data dan juga
realitas, adapun kekurangnnya yaitu materi audio visual ini sulit untuk
diakses. Perlu alat bantu atau tidak semua golongan dapat mengakses data
bagi orang yang lewat di depan/sekitar sarana usaha tersebut. Rasa orang
46
pada jam ini adalah jam paling sibuk bagi pergerakan pengguna jalan
Tingkat pelayanan suatu ruas jalan dapat dinilai dari perbandingan antara
volume lalu lintas yang lewat pada ruas jalan tersebut dibandingkan
dengan kapasitasnya (v/c ratio) dan kecepatan perjalanan pada ruas jalan
Dari hasil hitungan analisis ruas jalan tersebut jika v/c ratio sebenarnya
Akan tetapi jika v/c ratio sudah cukup tinggi serta kecepatan juga sudah
Arus lalu lintas dibagi dalam 4 (empat) jenis kendaraan yaitu mobil
b. Analisis Kecepatan
bagian dari metode perhitungan lalu lintas yang dilakukan dengan cara
48
surveior ikut dalam kendaraan survei yang mengikuti arus lalu lintas.
jalan pengamatan.
Untuk lebih jelasnya kerangka dasar penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Mengetahui
Analisa Karakteristik Analisa Deskriptif karakteristik dan
dan Aktifitas Pasar Kuantitatif aktifitas pasar pada
saat beroperasi dan
tidak beroperasi
Mengetahui tingkat
pelayanan Jalan Gatot
Subroto yang
Analisa Tingkat Analisa Deskriptif berbatasan langsung
Pelayanan Jalan Kuantitatif dengan Pasar
Kampung Lalang
pada saat beroperasi
dan tidak beroperasi
BAB IV
Kota Medan dengan luas wilayah 1.390 Ha terbagi menjadi 6 kelurahan dengan batas
Medan Tuntungan
Untuk jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan Gambar 4.1.
50
50
a. Jumlah penduduk
jumlah penduduk terkecil yaitu 861 jiwa dan kelurahan dengan jumlah
52
kelamin laki-laki yaitu 55.479 jiwa, dan dengan jenis kelamin perempuan
Rejo (16.002 jiwa) dan terkecil yaitu Kelurahan Simpang Tanjung (397
a. Fasilitas Pendidikan
b. Fasilitas Kesehatan
Rumah Sakit, Puskesmas, BPU, BKIA, dan Posyandu. Rumah Sakit hanya
54
Kecamatan Medan Sunggal dengan jumlah 71 unit. Untuk lebih jelasnya dapat
Tabel 4.5 Banyaknya Sarana Kesehatan Di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2011
Rumah
No. Kelurahan Puskesmas BPU BKIA Posyandu
Sakit
1. Sunggal 1 1 3 1 15
2. Tanjung Rejo 0 0 4 1 19
3. Babura 1 0 1 0 5
4. Simpang Tanjung 0 0 0 0 1
5. Sei Sikambing B 0 0 2 1 19
6. Lalang 1 1 0 1 22
Jumlah 3 2 10 4 71
Sumber: Kecamatan Medan Sunggal Dalam Angka, BPS Tahun 2012
c. Fasilitas Peribadatan
mesjid, langgar, gereja, dan vihara. Fasilitas masjid sebanyak 66 unit tersebar
d. Fasilitas Perekonomian
56
Lalang Kecamatan Medan Sunggal Kota Medan. Di sebelah timur pasar adalah Jalan
Kelambir V, sebelah selatan yaitu Jalan Gatot Subroto, sebelah Barat yaitu Sungai
Belawan, dan sebelah utara berbatasan dengan Gang Sejahtera. Untuk lebih jelas
Medan, pada hari biasa relatif cukup tinggi terutama pada jam 05.00 pagi-12.00 siang
Tingkat kepadatan yang terjadi pada jam 05.00 pagi-12.00 siang, berdasarkan
pengamatan di lapangan bahwa pada saat jam tersebut terdapat aktivitas bongkar
muat barang dagangan yang dibawa dari sumber asal pada pagi hari, kemudian
Tingkat kepadatan pada jam 15.30-18.00 sore relatif cukup tinggi, dari
pengamatan pada saat jam tersebut mulai terjadi aktifitas jual beli dan calon
Sedangkan tingkat kepadatan pada jam 18.00 ke atas sangat sedikit, hanya ada
beberapa konsumen saja yang berbelanja serta barang yang dijual juga sangat terbatas
Selain aktivitas di bangunan Pas ar Kampung Lala ng Medan, aktivitas jual beli
terjadi juga pada pedagang kaki lima di sepanjang Jalan Gatot Subroto. Adanya
pedagang kaki lima tersebut menambah kepadatan Pasar Kampung Lalang Medan
dan menyebabkan kemacetan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 4.3 dan
Gambar 4.4.
58
berasal dari Kota Medan tetappi juga berasal dari Kabupaten Deli Serdang. Hal
tersebut dikarenakan letak pasar ini yang berada di perbatasan Kota Medan dan
pertama adalah ibu rumah tangga (ada juga bapak-bapak). Jenis belanjaan berupa
keperluan sehari-hari seperti sayuran, buah-buahan, jajan pasar, bumbu dapur dan
skala besar, yaitu pedagang eceran yang membeli barang kemudian dijual kembali ke
tempat lain. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.5.
60
Jalan Gatot Subroto. Jalan Gatot Subroto, merupakan jalan arteri primer dengan lebar
jalan kurang lebih 33 m, serta konstruksi aspal dan kondisi. Pada Jalan Gatot Subroto
ini terdapat aktivitas parkir dan pedagang kaki lima di pinggir jalan sehingga dimensi
menjadi lebih padat dan lambat. Permasalahan ini didukung dengan adanya traffic
light di perempatan Jalan Gatot Subroto, dimana jarak antara bangunan pasar dengan
Jalan Gatot Subroto ini merupakan salah satu jaringan jalan yang cukup
ramai, dimana moda transportasi yang melewatinya cukup beragam, baik moda
transportasi umum (bus, mini bus, dan angkot), maupun moda transportasi pribadi
(mobil dan motor). Disamping juga ada moda transportasi non mesin, seperti: becak
dan sepeda yang bebas keluar masuk kedua jalan ini. Untuk lebih jelasnya dapat
Medan Sunggal yang memiliki aksesibilitas, sirkulasi dan sarana parkir sebagai
berikut:
a. Aksesibilitas Kawasan
Aksesbilitas Pasar Kampung Lalang Medan dapat dilalui dua arah, yaitu
arah dari Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang. Hal tersebut
Deli Serdang. Hal ini pula yang menyebabkan Pasar Kampung Lalang ini
sangat padat.
62
b. Sirkulasi
kepadatan jalan pada jam-jam tertentu yang tidak merata. Pola sirkulasi
sedekat mungkin dengan objek, sehingga setiap objek perlu ruang parkir
aktivitas PKL dan parkir becak. Selain hal di atas, tidak adanya trotoar
sirkulasi di Kawasan ini. Hal lain yang juga menjadi permasalahan adalah
adanya PKL yang berada pada bahu jalan yang seharusnya digunakan
sebagai trotoar. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 4.8.
c. Parkir
Kawasan studi belum mempunyai pola parkir yang teratur dan terarah,
pinggir jalan (on street parking), yang menyebabkan kemacetan lalu lintas
menjadi lebih padat dan macet. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada
Gambar 4.9.
64
pada lokasi penelitian yaitu Jalan Gatot Subroto tepatnya yang berdampingan
Pada Jalan Gatot Subroto walaupun lebar jalan memadai untuk menampung
volume kendaraan, namun tidak dilengkapi dengan jalur pedestrian yang jelas karena
Yang ada hanya pembedaan antara material jalan yaitu paving block
sedangkan material pedestrian ways menggunakan perkerasan beton yang selama ini
dipakai untuk parkir becak dan PKL. Kondisi ini mengharuskan para pejalan kaki di
Jalan Gatot Subroto harus berhati-hati ketika melakukan pergerakan di koridor ini.
Aktivitas yang ada di kawasan studi mempunyai tautan yang erat antara yang
satu dengan yang lainnya, antara lain: aktivitas perkantoran, perdagangan, dan
ini sebagian besar berupa sektor informal (pedagang kaki lima) dan pasar (Pasar
Kampung Lalang). Guna lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.8 dan Gambar
4.12.
66
BAB V
aktivitas pasar di Pasar Kampung Lalang, Jalan Gatot Subroto Medan. Berdasarkan
kebutuhan dalam menyajikan jenis dagangan. Sarana fisik berdagang ini akan
Dari hasil observasi lapangan dapat dilihat bahwa sarana fisik berdagang
gerobak/kereta dorong dan lesehan. Pedagang yang memilih sarana fisik berdagang
membutuhkan ruang yang agak luas dan kemudahan untuk membongkar pasang,
karena jenis dagangan yang dijual tidak memerlukan ruang yang luas dan
Pedagang dengan sarana fisik dagang warung semi permanen sebagian besar
berada di dalam area Pasar Kampung Lalang dengan jenis dagangan berupa sayur-
mayor, ikan. Sedangkan Pedagang yang memanfaatkan badan jalan, adalah berupa
68 68
pedagang kaki lima yang menjual barang dagangan tanpa gerobak ataupun warung
terdapat di badan jalan. Hal ini disebabkan lebih banyak dikunjungi orang baik
dari dalam kota maupun luar kota, sehingga para pedagang lebih memilih berada di
Jenis sarana usaha dagang ini biasa digunakan oleh penjual makanan/minuman
keliling dan pedagang pakaian/sepatu dan buah-buahan. Untuk sarana fisik dagang di
Pedagang dengan sarana usaha perpaduan antara gerobak dan lesehan paling
banyak dijumpai di luar Pasar Kampung Lalang, dimana mereka biasa beroperasi
pada pagi hingga sore hari. Pemilihan waktu berdagang dipengaruhi oleh larangan
Pemkot Medan bagi Pedagang di wilayah ini. Namun, keberadaan Pedagang pada
sore hari ini membuat kawasan ini bisa menganggu tingkat pelayanan jalan. Jenis
pedagang makanan. Untuk pedagang di luar Pasar Kampung Lalang dapat dilihat
70
menempati badan jalan, yang menempati trotoar, (PKL) dan pedagang yang
Pedagang (PKL) yang menempati badan jalan terdapat di sekitar Jalan Gatot
Subroto. Pedagang yang menempati badan jalan ini sebagian besar mempunyai
fisik dagang berupa lesehan yang mengurangi lebar jalan 2- 2,5 meter atau
Hal ini tentu saja mengganggu sirkulasi pada badan jalan, belum lagi apabila ada
persimpangan jalan Klambir V sampai jembatan. Hal ini menyebabkan lebar Jl.
Gatot Subroto berkurang hingga 5 meter dari lebar keseluruhan badan jalan
berkurang sekitar 30%, sehingga lebar jalan yang bisa dilalui kendaraan hanya
8-8,5 meter atau sekitar 70% dari lebar keseluruhan badan jalan untuk satu arah.
Dengan lebar sekian, tentu saja sangat sempit, sehingga keberadaan pedagang
Pedagang yang menempati trotoar terdapat hampir setiap sudut lokasi penelitian,
yaitu Pasar Kampung Lalang. Sebagian besar mereka mempunyai jenis dagangan
Besaran trotoar yang digunakan berkisar 1,5-2 meter atau sekitar 80%-100% dari
lebar trotoar, dan tentunya keberadaan pedagang pada trotoar ini menghambat
72
untuk parkir sepeda motor dan sepeda pada pagi hingga sore hari, sehingga
pejalan kaki berjalan di badan Jalan Gatot Subroto. Untuk pedagang pada trotoar
Pedagang pada ruang khusus ini merupakan hasil revitalisasi penataan PKL di
Ruang khusus yang digunakan untuk pedagang ini dilengkapi dengan area parkir
mobil dan motor di sekitar pasar kampung lalang. Keberadaan area parkir ini
Keberadaan pedagang pada ruang khusus dengan fasilitas parkir pada akhirnya
karakter kawasan pasar ini. Namun keberadaan pedagang di ruang khusus ini
74
pergerakan yang berasal dari suatu zona atau tata guna lahan dan jumlah pergerakan
yang tertarik ke suatu tata guna lahan atau zona. Didalam kajian studi ini yang
menjadi zona atau tata guna lahan adalah pasar simpang Lampung lalang yang
Jenis tata guna lahan yang berbeda yaitu permukiman, pendidikan, dan
komersial mempunyai ciri bangkitan lalu lintas yang berbeda, antara lain:
c. Lalu lintas pada waktu tertentu (kantor menghasilkan arus lalu lintas pada
pagi hari dan sore hari, sedangkan pertokoan menghasilkan arus lalu
Jumlah dan jenis lalu lintas yang dihasilkan oleh setiap tata guna lahan merupakan
hasil dari fungsi parameter sosial dan ekonomi, seperti contoh di Amerika Serikat
(Black, 1979):
perminggu.
hari.
Berikut beberapa contoh hasil kajian lain di Amerika Serikat tentang bangkitan dan
tarikan pergerakan dari beberapa aktivitas tata guna lahan, untuk lebih jelasnya dapat
Tabel 5.1 Bangkitan dan Tarikan Pergerakan dari Beberapa Aktivitas Tata Guna
Lahan
Rata-rata junlah pergerakan kendaraan
Deskripsi aktivitas tata guna lahan
per 100 m2
Pasar swalayan 136
Pertokoan lokal 85
Pusat pertokoan 38
Restoran siap santap 595
Restoran 60
Gedung perkantoran 13
Rumah sakit 18
Perpusatkaan 45
Daerah industri 5
Sumber: Black (1979)
orang dapat diketahui bahwa pengunjung berasal dari berbagai daerah, baik dalam
Kota Medan maupun dari luar kota. Pengunjung yang berasal dari dalam kota
sebanyak 138 orang atau sebesar 69% dari jumlah responden dan mereka berasal dari
sekitar kawasan studi. Mereka melakukan aktivitas pergi/pulang ke/dari kantor yang
berada di Jalan Gatot Subroto dan olahraga. Sedangkan pengunjung yang berasal
dari luar kota sebanyak 62 orang atau sebesar 31% dari jumlah responden yaitu
Binjai, Kabupaten Langkat, Kabupaten Deli Serdang dan Propinsi Aceh. Sebagian
besar melakukan kegiatan berbelanja dan urusan pekerjaan. Untuk lebih jelasnya
76
responden berada di sekitar Pasar Kampung Lalang yang berada di Jalan Gatot
Subroto. Adapun tujuan perjalanannya antara lain untuk bekerja sebanyak 44 orang
atau 22%, untuk pergi ke sekolah sebanyak 20 orang atau 10%, untuk berbelanja di
Pasar Kampung Lalang sebanyak 124 orang atau 62% dan tujuan lainnya seperti
hanya sekedar melewati jalan ini sebanyak 12 orang atau 6%. Untuk lebih jelasnya
perhitungan secara riil melalui Traffic Counting. Adapun Lalu Lintas Harian Rata-
rata yang dilakukan adalah dengan melakukan perhitungan terhadap besarnya arus
masuk dan keluar di kawasan studi. Perhitungan lalu lintas harian rata-rata di
kawasan studi dilakukan dengan menggunakan metode traffic counting dan satuan
mobil penumpang.
perhitungan lalu lintas harian rata-rata dengan mengalikan hasil perhitungan metode
traffic counting dengan standar perbandingan jenis kenderaan menurut MKJI (Manual
digunakan untuk melakukan perhitungan tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.2.
78
Hasil perhitungan tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.3 dan 5.4.
Tabel 5.3 Hasil Perhitungan Lalu Lintas Harian Rata-Rata di pagi hari dan sore hari
Dari arah Binjai ke Medan di Kawasan Studi
Senin Selasa Rabu Kamis Jum'at Sabtu Minggu
Waktu
Jumlah Kend Jumlah Kend Jumlah Kend Jumlah Kend Jumlah Kend Jumlah Kend Jumlah Kend
(smp) (smp) (smp) (smp) (smp) (smp) (smp)
07.00-08.00 3565 3341 2955 3234 2992 3011 2912
08.00-09.00 3488 3111 2941 3001 2917 2919 2911
09.00-10.00 2992 2790 2911 2999 2899 2867 2778
10.00-11.00 2881 2657 2890 2998 1798 1901 1990
11.00-12.00 3311 2877 3211 2971 2987 2934 2091
13.00-14.00 3276 2897 2991 2836 2887 1997 1907
15.00-16.00 2739 2091 2031 1097 1975 1957 1890
16.00-17.00 3001 2997 2969 2911 2941 3012 2909
17.00-18.00 2998 2879 2998 3060 2962 3056 2908
Rata-Rata 3139 2998 2877 2790 2706 2628 2477
Tabel 5.4 Hasil Perhitungan Lalu Lintas Harian Rata-Rata di pagi hari dan sore hari
Dari arah Medan ke Binjai di Kawasan Studi
Senin Selasa Rabu Kamis Jum'at Sabtu Minggu
Waktu
Jumlah Kend Jumlah Kend Jumlah Kend Jumlah Kend Jumlah Kend Jumlah Kend Jumlah Kend
(smp) (smp) (smp) (smp) (smp) (smp) (smp)
07.00-08.00 2914 2911 2917 2910 3009 3021 2990
08.00-09.00 2803 2897 2807 2845 3001 3011 2998
09.00-10.00 2816 2897 2801 2809 2880 3004 2889
10.00-11.00 2564 2634 2546 2661 2671 1709 1991
11.00-12.00 2987 2901 2915 2913 2991 2997 2901
13.00-14.00 2768 2836 2866 2875 2988 2917 1907
15.00-16.00 2639 2577 2613 1997 2567 2759 1897
16.00-17.00 3054 2999 2977 3007 2959 2919 2978
17.00-18.00 3123 2909 2985 3111 3011 2998 2993
Rata-Rata 2852 2840 2825 2792 2897 2815 2616
melewati penampang tertentu pada suatu ruas jalan dalam periode waktu tertentu
tanpa kepadatan lalu lintas yang menyebabkan hambatan waktu, bahaya atau
pola arus lalu lintas dan faktor lingkungan yang ditentukan sebelumnya
Jalan Gatot Subroto merupakan jalan dengan tipe jalan 4 lajur dengan
pembatas jalan (median). Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 5.5.
80
masing arah terdapat dua lajur maka kapasitas jalan Gatot Subroto sebesar
3300 smp/jam untuk arah dari Medan menuju Binjai dan dari Binjai
menuju Medan.
dengan melihat tipe jalan dan lebar jalan efektif per lajur. Untuk lebih
Tabel 5.6 Faktor Penyesuaian Kapasitas Akibat Lebar Jalur Lalu Lintas
(FCW)
Tipe Jalan Lebar Jalan Efektif FCW
(m)
4 Lajur berpembatas median atau Per lajur
jalan satu arah 3,00 0,92
3,25 0,96
3,50 1,00
3,75 1,04
4,00 1,08
4 lajur tanpa pembatas median Per lajur
3,00 0,91
3,25 0,95
3,50 1,00
3,75 1,05
4,00 1,09
2 lajur tanpa pembatas median Dua Arah
5 0,56
6 0,87
7 1,00
8 1,14
9 1,25
10 1,29
11 1,34
Sumber: MKJI, 1997
jalan (median) dengan ukuran per lajur yaitu 4,00 meter. Berdasarkan
Kampung Lalang.
Tabel 5.7 Faktor Penyesuaian Kapasitas Akibat Gangguan Samping (FC SF)
Kelas Gangguan Jumlah Kondisi Tipikal
Sampingan Gangguan/
200m/jam
Sangat Rendah < 100 Pemukiman
Rendah 100-299 Pemukiman, beberapa transportasi
Sedang 300-499 Daerah industry dengan beberapa toko di
pinggir jalan
Tinggi 500-899 Daerah komersil, aktivitas pinggir
jalan tinggi
Sangat Tinggi >900 Daerah komersil dengan aktivitas
perbelanjaan pinggir jalan
Sumber: MKJI, 1997
82
pada kelas tinggi dengan kondisi tipikal daerah komersil dan aktivitas
dengan tipe jalan di Jalan Gatot Subroto yang merupakan jalan 4 lajur
dengan pembatas jalan dan lebar bahu jalan ≥ 2,0 meter yaitu 0,98.
jumlah penduduk 112.198 jiwa. Hal ini berarti jumlah penduduk Kecamatan Medan
Sunggal < 0,85 juta penduduk, maka faktor penyesuaian kapasitas akibat ukuran kota
C= 3004 smp/jam
c. Pejalan kaki
84
Setelah volume lalu lintas dan perhitungan kapasitas jalan didapat kemudian
dihitung tingkat pelayanan jalan tersebut dengan membandigkan dari pada volume
lalu lintas dengan kapasitas jalan itu sendiri. Dalam melakukan perbandingan volume
lalu lintas dengan kapasitas jalan yang biasa disebut dengan tingkat pelayanan jalan
akan diketahui seberapa besar tingkat kemacetan pada Jalan Gatot Subroto yang
berdampingan dengan Pasar Kampug Lalang. Untuk mengetahui kapasitas jalan yang
ada di kawasan studi maka dilakukan perhitungan analisis V/C rasio pada hari senin,
selasa, rabu, kamis, jumat, sabtu dan minggu dengan waktu pagi hari sampai dengan
sore hari dari jam 07.00 wib sampai dengan jam 19.00 wib, sebagai dasar dalam
analisis kebutuhan tingkat pelayanan jalan di kawasan studi yang berkaitan langsung
dengan aktivitas pasar kampung lalang. Apabila perbandingan volume lalu lintas
dengan kapasitas jalan atau yang biasa disebut dengan V/C rasio akan dapat dietahui
tingkat pelayanan jalan pada lokasi studi yang akan bisa diartikan apakah jalan
jalan tersebut diketahui akan dapat juga dilihat level of service dari pada jalan pada
lokasi studi berada pada level apa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat seperti pada
Tabel 5.10 V/C Rasio Jalan Gatot Subroto Simpang Kp. Lalang Dari Arah Medan Ke Binjai
Senin Selasa Rabu Kapasitas Kamis Jum'at Kapasitas Sabtu Minggu
Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
Waktu Kapasitas V/C Kapasitas V/C V/C Kapasitas V/C V/C Kapasitas V/C Kapasitas V/C
Kend Kend Kend Kend Kend Kend Kend
(smp) (smp) (smp) (smp) (smp) (smp) (smp)
07.00-08.00 2914 3004 0,97 2911 3004 0,97 2917 3004 0,97 2910 3004 0,97 3009 3004 1,00 3021 3004 1,01 2990 3004 1,00
08.00-09.00 2803 3004 0,93 2897 3004 0,96 2807 3004 0,93 2845 3004 0,95 3001 3004 1,00 3011 3004 1,00 2998 3004 1,00
09.00-10.00 2816 3004 0,94 2897 3004 0,96 2801 3004 0,93 2809 3004 0,94 2880 3004 0,96 3004 3004 1,00 2889 3004 0,96
10.00-11.00 2564 3004 0,85 2634 3004 0,88 2546 3004 0,85 2661 3004 0,89 2671 3004 0,89 1709 3004 0,57 1991 3004 0,66
11.00-12.00 2987 3004 0,99 2901 3004 0,97 2915 3004 0,97 2913 3004 0,97 2991 3004 1,00 2997 3004 1,00 2901 3004 0,97
13.00-14.00 2768 3004 0,92 2836 3004 0,94 2866 3004 0,95 2875 3004 0,96 2988 3004 0,99 2917 3004 0,97 1907 3004 0,63
15.00-16.00 2639 3004 0,88 2577 3004 0,86 2613 3004 0,87 1997 3004 0,66 2567 3004 0,85 2759 3004 0,92 1897 3004 0,63
16.00-17.00 3054 3004 1,02 2999 3004 1,00 2977 3004 0,99 3007 3004 1,00 2959 3004 0,99 2919 3004 0,97 2978 3004 0,99
17.00-18.00 3123 3004 1,04 2909 3004 0,97 2985 3004 0,99 3111 3004 1,04 3011 3004 1,00 2998 3004 1,00 2993 3004 1,00
Rata-Rata 2852 3004 0,95 2840 3004 0,95 2825 3004 0,94 2792 3004 0,93 2897 3004 0,96 2815 3004 0,94 2616 3004 0,87
86
Tabel 5.11 V/C Rasio Jalan Gatot Subroto Simpang Kp. Lalang Dari Arah Binjai Ke Medan
Senin Selasa Rabu Kapasitas Kamis Jum'at Kapasitas Sabtu Minggu
Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
Waktu Kapasitas V/C Kapasitas V/C V/C Kapasitas V/C V/C Kapasitas V/C Kapasitas V/C
Kend Kend Kend Kend Kend Kend Kend
(smp) (smp) (smp) (smp) (smp) (smp) (smp)
07.00-08.00 3565 3004 1,19 3341 3004 1,11 2955 3004 0,98 3234 3004 1,08 2992 3004 1,00 3011 3004 1,00 2912 3004 0,97
08.00-09.00 3488 3004 1,16 3111 3004 1,04 2941 3004 0,98 3001 3004 1,00 2917 3004 0,97 2919 3004 0,97 2911 3004 0,97
09.00-10.00 2992 3004 1,00 2790 3004 0,93 2911 3004 0,97 2999 3004 1,00 2899 3004 0,97 2867 3004 0,95 2778 3004 0,92
10.00-11.00 2881 3004 0,96 2657 3004 0,88 2890 3004 0,96 2998 3004 1,00 1798 3004 0,60 1901 3004 0,63 1990 3004 0,66
11.00-12.00 3311 3004 1,10 2877 3004 0,96 3211 3004 1,07 2971 3004 0,99 2987 3004 0,99 2934 3004 0,98 2091 3004 0,70
13.00-14.00 3276 3004 1,09 2897 3004 0,96 2991 3004 1,00 2836 3004 0,94 2887 3004 0,96 1997 3004 0,66 1907 3004 0,63
15.00-16.00 2739 3004 0,91 2091 3004 0,70 2031 3004 0,68 1097 3004 0,37 1975 3004 0,66 1957 3004 0,65 1890 3004 0,63
16.00-17.00 3001 3004 1,00 2997 3004 1,00 2969 3004 0,99 2911 3004 0,97 2941 3004 0,98 3012 3004 1,00 2909 3004 0,97
17.00-18.00 2998 3004 1,00 2879 3004 0,96 2998 3004 1,00 3060 3004 1,02 2962 3004 0,99 3056 3004 1,02 2908 3004 0,97
Rata-Rata 3139 3004 1,04 2849 3004 0,95 2877 3004 0,96 2790 3004 0,93 2706 3004 0,90 2628 3004 0,87 2477 3004 0,82
merupakan kondisi suatu pergerakan kendaraan pada waktu melewati suatu ruas jalan.
Penilaian tersebut didasarkan atas ukuran kecepatan rata-rata kendaraan dan rasio
volume kapasitas pada suatu ruas jalan tertentu. Tingkat pelayanan jalan merupakan
tergantung dari beberapa faktor, yaitu kecepatan atau waktu perjalanan, gangguan
kendaraan dan biaya operasi kendaraan yang melalui suatu jalan raya dalam kondisi
arus lalu lintas tertentu (MKJI, 1997). Selain itu tingkat pelayanan jalan dapat
diartikan suatu ukuran untuk menyatakan kualitas pelayanan yang disediakan oleh
Tingkat pelayanan jalan dapat dilihat dari perbandingan antara volume lalu
lintas dengan kapasitas jalan serta kecepatan lalu lintas pada ruas jalan tersebut
pelayanan jalan utama dan sub urban. Untuk jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.12.
C = 0,20 = 0,80 Aliran lalu lintas masih baik dan stabil, dengan
perlambatan yang masih dapat diterima
Pada Tabel 5.10 dapat dilihat volume lalu lintas dari arah Medan menuju
Binjai pada waktu pagi antara jam 7.00-10.00 wib dan pada waktu sore jam 16.00-
18.00 di hari Senin sampai dengan hari Minggu menunjukkan perbandingan antara
volume dengan kapasitas jalan menunjukkan angka 0,9 sampai dengan 1, dimana
artinya tingkat pelayanan jalan berada pada level D dan E, dimana pelanyanan jalan
mulai dirasakan adanya gangguan dalam aliran lalu lintas, aliran lalu lintas mulai
tidak stabil. Hal ini disebabkan karena adanya aktifitas pasar di simpang kampung
lalang pada jalan Gatot Subroto, berupa pejalan kaki, parkir di badan jalan, pedagang
Tetapi pada jam 10.00-11.00 wib dan jam 14.00-15.00 pada Tabel 5.10
volume lalulintas dari arah Medan menuju Binjai di hari senin sampai dengan hari
dengan kapasitas (V/C) menunujukan angka 0,5 sampai dengan angka 0,8 yang
berarti keadaan ruas jalan tersebut aliran lalulintasnya masih baik dan stabil, dengan
perlambatan yang masih dapat diterima. Hal ini dikarenakan aktivitas pasar simpang
mulai lancar. Untuk lebih jelas kondisi jalan dari arah Medan ke Binjai dapat dilihat
Gambar 5.8 Kondisi Jalan Gatot Subroto (Pasar Kampung Lalang) dari Arah Medan
Menuju Bijai, waktu pagi dan sore
Sumber: Hasil Survei Lapangan Bulan Februari Tahun 2013
Pada Tabel 5.11 juga dapat dilihat volume lalulintas dari arah Binjai menuju
Medan pada waktu pagi antara jam 7.00-10.00 wib dan pada waktu sore jam 16.00-
18.00 di hari Senin sampai dengan hari Minggu menunjukkan perbandingan antara
volume dengan kapasitas jalan menunjukkan angka 0,9 sampai dengan >1, dimana
artinya tingkat pelayanan jalan berada pada level D, E, dan F dimana pelanyanan
jalan mulai dirasakan adanya gangguan dalam aliran lalu lintas, aliran lalu lintas
mulai tidak stabil dan volume lalu lintas lebih besar dari kapasitas dan mulai terjadi
kemacetan. Hal ini disebabkan karena adanya aktifitas pasar di simpang kampung
lalang pada jalan Gatot Subroto dari arah Binjai menuju Medan menunjukkan lebih
besar kegiatan aktifitasnya, berupa pejalan kaki, parkir di badan jalan, pedagang kaki
Tetapi pada jam 10.00-11.00 wib dan jam 14.00-15.00 pada Tabel 5.10
volume lalulintas dari arah Medan menuju Binjai di hari senin sampai dengan hari
dengan kapasitas (V/C) menunujukan angka 0,5 sampai dengan angka 0,8 yang
berarti keadaan ruas jalan tersebut aliran lalulintasnya masih baik dan stabil, dengan
perlambatan yang masih dapat diterima. Hal ini dikarenakan aktivitas pasar simpang
mulai lancar. Untuk lebih jelasnya kondisi jalan dari arah Binjai menuju Medan dapat
Gambar 5.9 Kondisi Jalan Gatot Subroto (Pasar Kampung Lalang) dari arah Binjai
menuju Medan, waktu pagi dan sore
Sumber: Hasil Survei Lapangan Bulan Februari Tahun 2013
Waktu perjalanan akan tergantung pada kelancaran arus lalu lintas dan adanya
tundaan disepanjang jalur. Semakin kecil kecepatan kendaraan, maka dapat dikatakan
terhadap arus lalu lintas disekitar Pasar Kampung Lalang. Kecepatan rata-rata
kendaraan di Jalan Gatot Subroto disekitar Pasar Kampung Lalang adalah 18 km/jam.
Secara umum dapata dikatakan bahwa arus lalu lintas pada Jalan Gatot
Subroto sering mengalami kemacetan lalu lintas karena besarnya volume lalu lintas
kendaraan yang mengakibatkan arus lalu lintas menjadi terhambat. Dalam studi
transportasi, analisis yang cukup penting diantaranya adalah analisis kondisi fisik
jalan. Analisis kondisi fisik jalan yang akan dibahas diantaranya adalah analisis
kondisi geometri jalan. Kondisi geometri jalan yang akan dianalisis diantaranya
adalah tipe jalan, lebar efektif badan jalan, lebar efektif bahu jalan dan kondisi
perkerasan jalan. Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa ruas Jalan Gatot
Subroto merupakan jalan dengan tipe 2 lajur/2 arah dengan adanya pembatas jalan
atau jalan 2 arah dengan lebar per lajur adalah 4 meter, bahu jalan yang dimiliki oleh
Jalan Gatot Subroto ini berupa bahu jalan dengan perkerasan aspal pada sebelah kiri
dan kanan jalan dengan lebar lebih dari 2 meter. Menurut hasil pengamatan, pada
bahu jalan pada ruas jalan ini sering terdapat kendaraan bermotor baik kendaraan
roda dua, roda tiga maupun kendaraan roda empat yang terparkir diatas bahu jalan
apabila akan menepi untuk menurunkan atau menaikkan penumpang. Selain itu pada
bahu jalan ini banyak terdapat pedagang kaki lima yang berjualan sehingga jalan ini
terlihat semakin padat. Kesemrawutan tersebut juga dikarenakan pada bahu jalan
bahu jalan tersebut. Untuk dapat lebih jelas mengenai kondisi geometri jalan di Jalan
Adapun situasi dan kondisi di Jalan Gatot Subroto di sekitar Pasar Kampung
Lalang ini masih terdapat sejumlah kendaraan yang terparkir di bahu jalan akibat
fasilitas parkir yang disediakan oleh Pasar Kampung Lalang yang tidak memadai
sehingga tidak dapat menampung seluruh kendaraan yang datang ke Pasar Kampung
di bahu jalan yang sekaligus berfungsi sebagai trotoar bagi pejalan kaki. sehingga hal
ini sangat mengganggu bagi kenyamanan pejalan kaki untuk berjalan kaki di trotoar
dan mengakibatkan ruang bagi pejalan kaki pun semakin sempit dan hal ini ditambah
semakin padatnya volume lalu lintas di Jalan Gatot Subroto ini. Sedangkan pada
bagian depan pasar, ketidaknyamanan yaitu adanya parkir kenderaan roda dua dan
roda tiga.
Dalam kaitan pengaruh spasial dengan daerah di sekitarnya, kondisi lalu lintas
yang melewati Jalan Gatot Subroto terbagi menjadi 2 (dua), yaitu lalu lintas regional
dan lalu lintas lokal. Kondisi lalu lintas di jalan ini sebenarnya didukung oleh
arus lalu lintas dari arah Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang-Kota Binjai
Provinsi Aceh.
Keberadaan Pasar Kampung Lalang di Jalan Gatot Subroto sudah tepat, terkait
perekonomian wilayah.
Jalan Gatot Subroto merupakan aktivitas lokal karena didominasi oleh pengunjung
dari Kota Medan itu sendiri dan sisanya merupakan pengunjung dari wilayah
sekitarnya.
di dukung dengan berada dekat dengan arus transportasi seperti adanya Terminal
Pinang Baris dan memusat di daerah sekitarnya. Hal ini agar adanya pengaturan
secara efektif pada pengaruh aktivitas pasar terhadap penurunan tingkat pelayanan
Dalam analisis nisbah volume dan kapasitas (VC Ratio), tarikan perjalanan
yang ditimbulkan oleh aktivitas pasar di Jalan Gatot Subroto memberikan dampak
yang signifikan bagi rendahnya kinerja tingkat pelayanan jalan Gatot Subroto.
Kemacetan lalu lintas, peningkatan volume lalu lintas dan hambatan yang
sering terjadi di Jalan Gatot Subroto merupakan akumulasi aktivitas yang ditimbulkan
oleh adanya pengaruh peningkatan aktivitas pasar Kampung Lalang (orang yang
jalan di Jalan Gatot Subroto disebabkan oleh aktivitas parkir on street dan pejalan
kaki yang fasilitasnya dipergunakan oleh aktivitas pedagang kaki lima (PKL).
Pengaruh pada pejalan kaki berada pada posisi yang lemah jika tercampur dengan
kendaraan, sehingga secara tidak langsung akan memperlambat arus lalu lintas hal ini
Dimana dalam kajian ini menunjukan bahwa volume lalulintas yang terjadi
pada Jalan Gatot Subroto di pengaruhi oleh aktivitas dari pasar kampung lalang, hal
1. Bangkitan dan tarikan yang terjadi akibat aktivitas pasar Kampung lalang
pergerakan kendaraan ini menyebar diantara jalan Gatot Subroto dan jalan
aktivitas pejalan kaki, aktivitas pedagang kaki lima, parkir di badan jalan,
berada pada level yang tinggi, hal ini menyebabkan berkurangnya nilai
C = 3004 smp/jam
Volume yang terjadi berdasarkan hasil Survei sebesar 3234 smp/jam, ini
diambil volume tertinggi pada jam sibuk pagi dari arah Binjai menuju
Medan
Sehingga:
Dimana artinya tingkat pelanyanan jalan berada pada level F yang artinya
Volume lalu lintas lebih besar dari kapasitas jalan, sehingga aliran
Akan tetapi bila aktivitas pasar tidak berlangsung atau tidak beraktivitas,
Oleh karena itu, salah satu tujuan manajemen lalu lintas adalah berusaha
memisahkan pejalan kaki dari arus kendaraan bermotor tanpa menimbulkan gangguan
yang besar terhadap aksesibilitas. Lebih lanjut bahwa fasilitas pejalan kaki
dibutuhkan pada daerah yang memiliki aktivitas secara terus menerus seperti di
pasar. Dengan demikian, aktivitas pasar di Jalan Gatot Subroto harus dilengkapi
dengan fasilitas pejalan kaki yang bebas dari pedagang kaki lima.
jalan karena jarak dengan tempat yang dituju semakin dekat, namun memberikan
parkir on street terjadi karena adanya aktivitas pasar dan tidak tersedianya lahan yang
cukup untuk menampung kendaraan yang akan parkir. Parkir on street yang
dilakukan oleh angkutan umum di Jalan Gatot Subroto merupakan upaya dari
operator angkutan umum untuk memperoleh penumpang dalam jumlah lebih banyak
dan mengatur jarak antar angkutan umum. Bahwa salah satu persyaratan fasilitas
jenis pasar yang bersifat komersial. Jenis komersial bertujuan untuk mencari
keuntungan yang sebesar-besarnya atas kegiatan yang dilakukan, dalam hal ini
Selain itu, penurunan tingkat pelayanan jalan yang terjadi di Jalan Gatot Subroto
disebabkan oleh aktivitas pasar yang bersifat lokal yang terjadi di jalur regional,
tersebut.
BAB VI
6.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa aktivitas pasar sangat
mempengaruhi tingkat pelayanan jalan sesuai dengan teori Tamin, (1993), bahwa
setiap tata guna lahan atau sistem kegiatan mempunyai jenis kegiatan tertentu yang
pemenuhan kebutuhan.
Hal ini dapat dibuktikan dengan: (1) Aktivitas pasar menyebabkan bangkitan
dan tarikan lalu lintas yang menyebabkan meningkatnya volume lalu lintas yang
sangat berpengaruh terhadap tingkat pelayanan jalan; (2) Aktivitas pasar juga
tingakat pelayanan jalan; (3) Tingkat Pelayanan Jalan Gatot Subroto pada saat pasar
Kampung Lalang beroperasi berada pada level D, E dan F, yang artinya pelayanan
jalan mulai dirasakan adanya gangguan dalam aliran lalu lintas, aliran lalu lintas
mulai tidak stabil dan volume lalu lintas lebih besar dari kapasitas dan mulai terjadi
kemacetan, hal ini dapat dilihat dalam Tabel 5.10 dan 5.11 atau sesuai Gambar 6.1
dan 6.2.
100
Gambar 6.1 V/C Rasio Jalan Gatot Subroto Simpang kp. Lalang dari Arah Binjai
ke Medan
Gambar 6.2 V/C Rasio Jalan Gatot Subroto Simpang kp. Lalang dari Arah Medan
ke Binjai
(4) Tingkat pelayanan jalan Gatot Subroto pada saat pasar tidak beroperasi berada
pada level A, B dan C yang artinya aliran lalu lintas masih baik dan stabil, dengan
perlambatan yang masih dapat diterima. Untuk lebih jelas kondisi ruas jalan pada
saat pasar beroperasi dan tidak beroperasi dapat dibuktikan pada Gambar 6.3.
Gambar 6.1 Kondisi Jalan pada saat Pasar Beroperasi dengan tidak Beroperasi
adalah: (a) Pedagang kaki lima; (b) Kendaraan yang keluar masuk dari pasar; (c)
Pejalan kaki; (d) Kendaraan lambat seperti becak; (e) Adanya terminal bayangan; (f)
6.2 Rekomendasi
berikut: (1) Perlu penelitian lanjutan yang tidak sekedar berdasarkan kajian teknis
semata, tetapi lebih menitik beratkan kepada aspek sosial/kearifan lokal masyarakat
kota medan dan sekitarnya sehingga terwujud partisipasi masyarakat lokal dalam
persimpangan kampung lalang; (3) Perlu perencanaan penataan pasar kampung lalang
yang dilengkapi dengan sarana prasarana yang dibutuhkan serta perlu penertiban atau
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan. 2009. Rencana Detal Tata Ruang Kecamatan
Medan Sunggal Tahun 2009-2029.
Dewar, David and Vanessa Watson. 1990. Urban Market Developing Informal
Retailing. London: Rontledge
Hobbs, F.D. 1995. Perencanaan dan Teknik Lalu Lintas. Yogyakarta: Penerbit
Gadjah Mada University Press.
104
Nelson, 1958. Karakter Pemilihan Lokasi Usaha Menurut Konsumen, Jakarta, PT.
Ghalia Indonesia
Pignataro, L.J. 1973. Traffic Engineering Theory and Practise. New York: Prentice Hall.
Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Kedua. Bandung, CV Alfa Beta
Lampiran – 1
DATA RESPONDEN
Nama : ………………………………………
Umur : …… tahun
Pekerjaan : ………………………………………
Alamat : ………………………………………
7. Ketika Anda berjalan kawasans studi, apa yang Anda rasakan dengan adanya
PKL di badan dan bahu jalan tersebut?
a. Sesak/sempit
b. Masih bisa berjalan walaupun agak sempit
c. Tidak bisa berjalan, tertutup semua oleh PKL
d. Leluasa untuk berjalan
Lainnya: ……………………………..
Alasan: ………………………………
9. Apabila jawaban no 10 adalah ya, maka apa yang harus tersedia agar
perjalanan di Jlaan Gatot Subroto (Pasar Kampung Lalang) tidak terasa
melelahkan? (Jawaban bisa lebih dari satu)
a. Trotoar yang nyaman/tidak rusak
b. Tempat duduk
c. PKL yang tertata rapi & tidak menghalangi aktivitas berjalan kaki
d Jalur hijau yang indah
Lainnya: ……………………………..
Alasan: ………………………………
10. Apakah penyebab adanya kemacetan di Jalan Gatot Subroto (Pasar Kampung
Lalang)?
…………………………………………………………………………
Lampiran – 2
REKAPITULASI KUESIONER
NO Usia Responden %
1 <20 tahun 12 12%
2 20-30 tahun 16 16%
3 30-40 tahun 23 23%
4 40-50 tahun 25 25%
5 >50 tahun 24 24%
Jumlah 100 100%
Lanjutan….Lampiran-2
Lampiran – 3
REKAPITULASI KUESIONER
Lanjutan….Lampiran-3
Lampiran – 4
REKAPITULASI KUESIONER
Lanjutan….Lampiran-4
Lampiran-5
Lampiran-6
Lanjutan….Lampiran-6
Lanjutan….Lampiran-6
Lanjutan….Lampiran-6
Lampiran-7