Anda di halaman 1dari 11

The Ushuluddin International Student Conference

Vol. 1, No. 1 (Februari 2023)


http://proceedings.radenfatah.ac.id/index.php/UInScof2022

Fenomena Tukar Uang Baru Menjelang Hari Raya dalam


Perspektif Hadis

Nyayu Nurlaili Maharani1, Dwi Apriana2


1Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang, e-mail: nurlailimaharani83@gmail.com
2Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang, e-mail: apriana.dwi15@gmail.com

Abstract
This study aims to discuss the phenomenon of new money exchange before the holiday
from the perspective of hadith. This research is a qualitative research through library
research with a qualitative descriptive approach sourced from the Book of 9 Imams
and from journals, articles and scientific works related to this research. The conclusion
of this study is that there are two opinions of scholars regarding the phenomenon of
money exchange through brokers. The first opinion allows it on the grounds that the
excess is a wage and some do not allow it because of usury.
Keywords: Exchange, Hadith, Money

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk membahas fenomena tukar uang baru menjelang hari
raya dilihat dari perspektif hadis. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif
melalui studi kepustakaan (library research) dengan pendekatan deskriptif
kualitatif dengan bersumber dari Kitab 9 Imam dan dari jurnal-jurnal, artikel serta
karya ilmiah yang berkaitan dengan penelitian ini. Kesimpulan dari penelitian ini
yaitu terdapat dua pendapat ulama mengenai fenomena tukar uang melalui calo.
Pendapat pertama membolehkan dengan alasan kelebihan tersebut sebagai upah
dan ada yang tidak membolehkan karena adanya riba.
Kata Kunci: Hadis, Tukar-Menukar, Uang

PENDAHULUAN
Salah satu tradisi yang melekat di hari raya Idul Fitri yaitu pembagian THR
(Tunjangan Hari Raya) (Damhuri, n.d.). Biasanya orang-orang akan menukarkan uangnya
di bank atau tempat lainnya seperti calo agar menjadi uang yang rapi dan baru.
Sebagaimana diketahui apabila melakukan penukaran uang melalui calo biasanya akan
ada penambahan nilai, misal menukar uang sepuluh ribuan sebanyak 100 lembar yang
seharusnya menjadi satu juta rupiah malah bertambah menjadi satu juta seratus ribu.
Jika dilihat dalam salah satu hadis Nabi saw. riwayat Muslim no. 4147 ada dua syarat
dalam tukar menukar emas, perak, gandum, kurma dan garam yakni takarannya harus
sama dan dilakukan secara tunai (Muslim, n.d.). Fenomena inilah yang menjadi pokok
masalah dalam penelitian peneliti, mengenai bagaimana korelasi antara hadis Nabi
tersebut dengan fenomena tukar uang menjelang hari raya.
The Ushuluddin International Student Conference Vol: I No: I (Februari 2023) 359 dari 368

Permasalahan utama penelitian ini adalah terdapat fenomena tukar uang baru
menjelang hari raya dalam perspektif hadis. Bagaimana fenomena tukar uang baru
menjelang hari raya dalam perspektif hadis. Penelitian ini bertujuan membahas
fenomena tukar uang baru menjelang hari raya dalam perspektif hadis. Hasil penelitian
ini diharapkan memberikan implikasi manfaat, baik secara teoritis maupun praktis.
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan untuk khazanah
pengetahuan Islam mengenai fenomena tukar uang baru menjelang hari raya dalam
perspektif hadis. Secara praktis, penelitian ini diharapkan menjadi rujukan dalam
penerapan penukaran uang baru menjelang hari raya dalam perspektif hadis.
Bagan 1. Kerangka Berpikir

Fenomena Tukar Uang Baru


Menjelang Hari Raya dalam
Perspektif Hadis

Fenomena Pembahasan Hadis


Pengertian Jual Beli, Tentang Penukaran
Tukar Uang
Riba dan Upah Barang Sejenis

Kesimpulan

Kerangka berpikir merupakan perpaduan asumsi teoritis dan logika dalam


menjelaskan variabel‐variabel yang diteliti serta bagaimana kaitan antar variabel‐
variabel tersebut untuk mengungkapkan fenomena atau masalah yang diteliti (Setiawati,
2015). Fenomena tukar uang baru menjelang hari raya sudah menjadi tradisi bagi
masyarakat Indonesia, namun ketentuan mengenai boleh tidaknya transaksi ini dalam
Islam masih menuai kontradiktif di masyarakat dan di kalangan ulama, apalagi masih
belum ada fatwa MUI yang berkaitan dengan hal ini (Setiawan, 2016). Sebagaimana hadis
Nabi tentang tukar menukar emas dan sejenisnya, peneliti akan membahas kaitan antara
hadis tersebut dengan fenomena tukar uang yang sudah menjadi tradisi di Indonesia ini.
Penelitian terdahulu telah dilakukan oleh kalangan ahli seperti Madina, Endah
(2016), “Tukar Menukar Uang Pecahan Baru Ditinjau dari Undang-Undang PBI (Peraturan
Bank Indonesia) no 14/th 2012 dan Pendapat Imam Wahbah Az-Zuhaili,” UIN Maulana

http://proceedings.radenfatah.ac.id/index.php/UInScof2022
The Ushuluddin International Student Conference Vol: I No: I (Februari 2023) 360 dari 368

Malik Ibrahim Malang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status hukum
penukaran uang pecahan baru ditinjau dari UU PBI (Peraturan Bank Indonesia) No 14/th
2012 dan pendapat Imam Wahbah Az-Zuhaili. Metode penelitian ini yuridis normatif atau
penelitian kepustakaan serta menggunakan pendekatan konseptual dan pendekatan
perundang-undangan. Skripsi ini menyimpulkan bahwa jika menukarkan dengan yang
sejenis namun hasil yang diperoleh berbeda, maka termasuk riba (haram) dan berlaku
juga pada uang (Madinah, 2016). Bariroh. M. (2016), “Tinjauan Hukum Islam terhadap
Penukaran Uang Baru Menjelang Hari Raya Idul Fitri,” Jurnal An-Nisbah. Penelitian ini
membahas bagaimana penukaran uang baru menjelang hari raya Idul Fitri ditinjau dari
hukum Islam. Penelitian ini menggunakan metode studi kepustakaan (library research).
Penelitian ini menyimpulkan bahwa praktik penukaran uang baru adalah diperbolehkan
dan tidak termasuk riba (Bariroh, 2016). Anisa, Darania dan Hasibuan, Ali Amran (2021),
“Fenomena Penukaran Uang Menjelang Hari Raya Perspektif Sosiologi Hukum,” Jurnal
Hukum Ekonomi. Penelitian ini membahas fenomena penukaran uang menjelang hari
raya melalui tinjauan sosiologi hukum. Menurut peneliti, selisih uang pada transaksi
tukar uang bukan termasuk ribah dan tidak menyalahi hukum. Penelitian ini merupakan
penelitian kualitatif perspektif sosiologi hukum. Hasil penelitian ini memuat bahwa ada
faktor-faktor yang menyebabkan seseorang melakukan transaksi penukaran uang
tersebut salah satunya faktor ekonomi (Anisa & Hasibuan, 2021).
Penelitian terdahulu sudah ada, bahkan banyak yang meneliti mengenai masalah
tukar menukar uang, namun dari penelitian-penelitian diatas belum ada yang spesifik
mengkaji dari perspektif hadis Nabi saw. Penelitian-penelitian diatas mengkaji dari
berbagai perspektif, ada yang dari perspektif ekonomi, sosiologi dan Peraturan Bank
Indonesia. Tentunya dengan adanya perbedaan perspektif, maka hasil yang akan
diperolehpun berbeda pula, ada yang membolehkan dan ada juga yang melarang. Oleh
karena itu peniliti tertarik mengkaji akan hal ini.
Suatu tinjauan pustaka diperlukan dalam penelitian sebagai landasan teoritis.
Sebagaimana fenomena tukar uang baru menjelang hari raya yang sudah menjadi tradisi
bagi masyarakat Indonesia, masih ada perbedaan pendapat para ulama mengenai
kebolehan dalam transaksi ini. Ada ulama yang berpendapat bahwa fenomena tersebut
diperbolehkan karena selisih tersebut dianggap sebagai upah, sedangkan ulama yang
melarang berpendapat bahwa selisih uang tersebut termasuk dalam kategori riba
(Bariroh, 2016). Kata riba menurut Al-Raghib Al-Isfahani bermakna tambahan atas harta

http://proceedings.radenfatah.ac.id/index.php/UInScof2022
The Ushuluddin International Student Conference Vol: I No: I (Februari 2023) 361 dari 368

pokok/modal. Riba tidak hanya dalam perkara hutang, namun juga sangat mungkin
terjadi dalam hal tukar menukar dan jual beli (Latif, 2020).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif melalui studi kepustakaan (library
research) dengan pendekatan deskriptif kualitatif yakni penelitian yang berusaha
mendeskripsikan dan menginterpretasikan kondisi atau hubungan yang ada, pendapat
yang sedang tumbuh, proses yang sedang berlangsung, akibat yang sedang terjadi atau
kecenderungan yang tengah berkembang (Dasim, 2012). Penelitian kepustakaan atau
riset kepustakaan sendiri memiliki pengertian yakni serangkaian kegiatan yang
berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta
mengolah bahan penelitian (Zed, 2008). Sumber data primer penelitian ini dari Kitab 9
Imam sedangkan, sumber data sekunder dari penelitian ini didapat dari jurnal-jurnal,
artikel serta karya ilmiah yang berkaitan dengan penelitian ini.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Salah satu tradisi yang melekat di hari raya Idul Fitri yaitu pembagian THR
(Tunjangan Hari Raya) (Damhuri, n.d.). Biasanya orang-orang akan menukarkan uangnya
di bank atau tempat lainnya seperti calo agar menjadi uang yang rapi dan baru.
Sebagaimana diketahui apabila melakukan penukaran uang melalui calo biasanya akan
ada penambahan nilai, misal menukar uang sepuluh ribuan sebanyak 100 lembar yang
seharusnya menjadi satu juta rupiah malah bertambah menjadi satu juta seratus ribu.
Sebelum fenomena ini dilihat dalam perspektif hadis Nabi maka akan dijabarkan terlebih
dahulu pengertian jual beli, riba dan upah.
Pengertian Jual Beli, Riba dan Upah
1. Jual Beli
Dalam bahasa arab jual beli dikenal dengan kata al-bay’ yang memiliki arti menjual,
mengganti dan menukar sesuatu dengan sesuatu lain lawan katanya yakni asy-syira’
artinya beli. Namun, dalam kegiatan sehari-hari kata al-bay’ juga dapat diartikan jual beli.
Secara istilah pengertian jual beli menurut Al-Imam An-Nawawi dalam buku al-Majmu’
syarah al-Muhadzdzab mendefinisikan jual beli sebagai tukar-menukar harta degan harta
secara kepemilikan. Pengertian lain menurut Ibnu Qudamah dalam Al-Mughni jual beli
merupakan pertukaran harta dengan harta dengan kepemilikan dan penguasaan
(Sarwat, 2018). Objek jual beli bukan hanya barang atau harta tetapi juga dapat berupa
jasa. Dari beberapa pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa jual beli

http://proceedings.radenfatah.ac.id/index.php/UInScof2022
The Ushuluddin International Student Conference Vol: I No: I (Februari 2023) 362 dari 368

merupakan kegiatan menukar sesuatu dengan sesuatu baik itu berupa barang, harta
maupun jasa atas dasar kerelaan (tanpa ada paksaan) antara pembeli dan penjual yang
kemudian terjadi pemindahan kepemilikian atas sesuatu tersebut setelah dilakukannya
akad jual beli.
Dasar hukum kebolehan jual beli yakni dalam Al-Qur’an dan Hadis. Dalam Q.S. Al-
Baqarah ayat 275, Allah berfirman bahwa:
ِّٰ ‫اّللُ الْبَ ْي َع َو َحَّرَم‬
ۗ ‫الربهوا‬ ٰ‫… َواَ َح َّل ه‬
Artinya: “Padahal, Allah telah menghalalkan jual beli da mengharamkan riba.”
Kebolehan jual beli juga terdapat dalam Q.S. An-Nisa’ ayat 29:
ْۤ
‫ض ِّٰمْن ُك ْم ۗ َوََل تَ ْقتُلُ ْْۤوا اَنْ ُف َس ُك ْم ۗ اِّ َّن هٰاّللَ َكا َن بِّ ُك ْم‬
ٍ ‫ي هۗ ْۤۗ اَيُّ َها الَّ ِّذيْ َن اه َمنُ ْوا ََل ََتْ ُكلُ ْْۤوا اَْم َوا لَ ُك ْم بَْي نَ ُك ْم ِِّب لْبَا ِّط ِّل اََِّّل اَ ْن تَ ُك ْو َن ِِّتَا َرةً َع ْن تَ َرا‬

‫َرِّحْي ًما‬

"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta


sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku
atas dasar suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu.
Sungguh, Allah Maha Penyayang kepadamu."
Dalam hadis Nabi dari Abu Sa’id al-Khudri: Sesungguhnya jual beli itu sesuai
perizinan timbal balik.” (H.R. Ibnu Majah). Begitupula ijma’ para ulama mengenai jual beli
hukumnya adalah mubah atau boleh (Harun, 2017). Rukun jual beli ada tiga yakni 1)
Adanya penjual dan pembeli yang berakal sehat, dewasa/baligh atas kemauan sendiri,
dan tidak mubadzir alias tidak sedang boros; 2) Adanya barang atau jasa yang
diperjualbelikan; 3) Adanya ijab qabul yaitu adalah ucapan transaksi antara penjual dan
pembeli (Fitria, 2017).
2. Riba Jual Beli
Kata riba berasal dari bahasa Arab yakni al-ziyadah (ّ ‫ )الزيادة‬yang berarti tambahan
atau kelebihan. Sedangkan dalam KBBI, kata riba dengan singkat berarti pelepasan uang,
lintah darat, bunga uang, rente. Secara istilah, Abdurrrahman al-Juzairi mendefinisikan
riba sebagai nilai tambahan pada salah satu dari dua barang yang sejenis yang ditukar
tanpa ada imbalan (imbangan) terhadap tambahan tersebut. Menurut Sayyid Sabiq, riba
adalah tambahan atas modal, baik penambahan itu sedikit ataupun banyak
(Abdusshamad, 2014). Dapat disimpulkan riba adalah tambahan atau kelebihan baik

http://proceedings.radenfatah.ac.id/index.php/UInScof2022
The Ushuluddin International Student Conference Vol: I No: I (Februari 2023) 363 dari 368

dalam transaksi jual beli maupun tukar menukar tanpa ada ganti atau imbangan baik itu
sedikit maupun banyak.
Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an dan Hadis, para ulama sepakat bahwa riba
hukumnya haram. Hal ini berdasarkan firman Allah Q.S. Al-Baqarah ayat 275, 276, 278,
279, Q.S. Ali Imron ayat 129 sampai 136 serta hadis nabi riwayat Muslim tetang riba
(Abdusshamad, 2014). Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
ِّٰ ‫ك ِِّبَ ََّّنُْم قَا لُ ْْۤوا اََِّّّنَا الْبَ ْي ُع ِّمثْل‬
ٰ‫الربهوا ۗ َواَ َح َّل ه‬
‫اّللُ الْبَ ْي َع َو َحَّرَم‬ ِّ ِّ ‫الربهوا ََل ي ُقومو َن اََِّّل َكما ي ُقوم الَّ ِّذي ي تخبَّطُه الشَّي هطن ِّمن الْم‬
َ ‫س ۗ هذل‬
ِّ
ْ ُ ْ َ ِّٰ ‫اَلَّذيْ َن ََيْ ُكلُ ْو َن‬
ُ ٰ َ َ ُ ْ ُ َ ََ ْ ُ ْ َ َ
‫ب النَّا ِّر ۗ ُه ْم فِّْي َها هخلِّ ُد ْو َن‬ ِّ ْۤ
ُ ‫ص هح‬ْ َ‫ك ا‬َ ِّ‫اّللِّ ۗ َوَم ْن َعا َد فَاُ وهلٓئ‬ ٰ‫ف ۗ َواَ ْمُرهٗۗ ا ََل ه‬
ِّ ِّ
َ َ‫الربهوا ۗ فَ َم ْن َجآءَهٗ َم ْوعظَةٌ ٰم ْن َّربِّٰهٗ فَا نْتَ ههى فَلَهٗ َما َسل‬
ِّٰ

"Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri, melainkan seperti berdirinya
orang yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian itu karena mereka berkata
bahwa jual beli sama dengan riba. Padahal, Allah telah menghalalkan jual-beli dan
mengharamkan riba. Barang siapa mendapat peringatan dari Tuhannya, lalu dia berhenti,
maka apa yang telah diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah)
kepada Allah. Barang siapa mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka, mereka kekal
di dalamnya." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 275)
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
ْۤ ْۤ
‫اّللَ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِّ ُح ْو َن‬
ٰ‫ض َعا فًا ُّمض َهع َفةً ۗ َّوا تَّ ُقوا ه‬ ِّٰ ‫يه اَيُّ َها الَّ ِّذيْ َن اه َمنُ ْوا ََل ََتْ ُكلُوا‬
ْ َ‫الربهوا ا‬
"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu memakan riba dengan berlipat
ganda dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung." (QS. Ali 'Imran 3: Ayat 130)
Dari ayat-ayat di atas sudah sangat jelas bahwa Allah mengharamkan riba dan
menghalalkan jual beli. Diriwayatkan oleh Muslim yang artinya:
“Telah mengabarkan Muhammad bin al-Shabah dan Zuhair bin Harbi dan Usman bin
Abu Syaibah kepada kami dari Husyaim dari al-Zubair dari Jabir berkata: Rasulullah SAW.
melaknat orang yang memakan riba, orang yang memberi makan riba, penulis dan saksi
riba". Kemudian beliau bersabda: "mereka semua adalah sama”.” (H.R. Muslim)
Hadis ini menjelaskan seberapa buruknya riba, bukan hanya orang yang memakan
riba tetapi orang yang memberi makan riba, penulis dan saksi riba pun dilaknat oleh
Rasulullah SAW. Adapun kriteria-kriteria Riba Fadl yakni:1) Tukar menukar barang; 2)
meukarkan barang secara langsung, contohnya kurma 2 kg kualitas rendah ditukar
dengan kurma kualitas tinggi 1 kg; 3) dua barang dari jenis yang sama; 4) Beda ukuran
karena perbedaan kualitas; 5) Jenis barang tertentu (harta ribawi) (Sarwat, n.d.). Para

http://proceedings.radenfatah.ac.id/index.php/UInScof2022
The Ushuluddin International Student Conference Vol: I No: I (Februari 2023) 364 dari 368

fuqaha sepakat bahwasanya harta benda ribawi ada tujuh macam emas, perak, gendum
burr, gandum syair, kurma, zabib (anggur kering), dan garam. Selain tujuh macam harta
benda tersebut fuqaha berselisih pandangan (Abdusshamad, 2014)
3. Upah (Ujrah)
Upah dalam bahasa arab adalah Ujrah artinya ganti atau pembalasan atas jasa yang
diberikan sebagai imbalan atas manfaat suatu pekerjaan (Abdul, 2020). Secara istilah
menurut Hasbi Ash-Shiddiqie, upah adalah akad yang objeknya ialah penukaran manfaat
untuk masa tertentu, yaitu pemilikan manfaat dengan imbalan, sama dengan menjual
manfaat. Disimpulkan pengertian upah adalah imbalan yang diterima para pekerja atas
jasa (tenaga) yang telah diberikannya.
Hukum dasar upah adalah boleh dan termasuk kedalam akad tolong menolong.
Sebagaimana Q.S. At-Thalaq ayat 6 yang artinya “jika mereka menyusukan (anak-anak)mu
untukmu maka berikanlan kepada mereka Upahnya” (Al-Qur’an Al- Karim, n.d.). Ayat ini
menjadi perumpamaan tentang hukum Ijarah. Upah terbagi atas dua bentuk, pertama,
Ajrun Musamma yaitu upah yang telah disebutkan dalam perjanjian dan dipersyaratkan
serta adanya kerelaan dari kedua belah pihak dan tidak ada unsur paksaan. Kedua, Ajrun
Mitsli yaitu upah yang setara dengan kerjanya dan dengan kondisi pekerjaannya dengan
jasa kerja maupun pekerjaannya saja (Ulya, n.d.).
Fenomena Tukar Uang
Hari raya Idul Fitri merupakan salah satu hari raya yang sangat di nanti-nantikan
oleh umat muslim diseluruh dunia. Idul Fitri sendiri berasal dari dua kata yakni kata Id
dan fitri. Kata Id berakar dari kata aada-yauudu yang berarti kembali. Sedangkan kata
fitri berakar dari kata fathoro-yafthiru yang memiliki arti suci, bersih dari segala dosa,
kesalahan, serta keburukan (Aditya, n.d.). Adapun untuk perayaan Idul Fitri sendiri
biasanya berlangsung selama dua hingga tiga hari, yang mana pada pagi hari di hari
pertama Idul Fitri umat Islam akan melakukan sholat Ied dan kemudian umat Islam akan
saling mengucapkan selamat Idul Fitri dengan berjabat tangan dan pelukan formal. Selain
itu, mereka juga akan menyediakan hidangan-hidangan manis serta hadiah-hadiah yang
kerap diberikan kepada anak-anak dan mereka yang membutuhkan sebagai bentuk suka
cita setelah berhasil pada bulan ramadhan. Tradisi-tradisi ini akan bervariasi dari tiap-
tiap daerah (Damhuri, n.d.).
Salah satu tradisi yang sering dilakukan di hari raya Idul Fitri yaitu pembagian THR
(Tunjangan Hari Raya) oleh orang dewasa kepada orang yang lebih muda dari mereka.

http://proceedings.radenfatah.ac.id/index.php/UInScof2022
The Ushuluddin International Student Conference Vol: I No: I (Februari 2023) 365 dari 368

Hal ini dimanfaatkan oleh banyak orang sebagai jasa penukaran uang yang tersebar di
pinggir jalan, jasa ini nantinya mengambil untung dari jumlah uang yang ditukarkan.
Pemerintah menghimbau agar masyarakat tidak melakukan penukaran di jasa
penukaran uang ilegal tersebut. Hal ini karena banyaknya risiko yang dapat terjadi
seperti jumlah uang yang didapat pasti akan berkurang dari jumlah uang yang
ditukarkan, misal menukar uang sepuluh ribuan sebanyak 100 lembar yang seharusnya
menjadi satu juta rupiah malah bertambah menjadi satu juta seratus ribu. Selain itu, uang
yang diperoleh dari penukaran tersebut tidak bisa dijamin keasliannya (Anisa &
Hasibuan, 2021).
Pembahasan Hadis Tentang Pertukaran Barang Sejenis
Hadis-hadis Nabi SAW tentang pertukaran bang sejenis
1. Hadis yang diriwayatkan oleh Muslim no. 4147
ُِّ ‫ضةُ ِِّبل ِّْفض َِّّة َوال ُُْبُّ ِِّبل‬
‫ُْبٰ َوالشَّعِّريُ ِِّبلشَّعِّ ِّري َوالت َّْمُر‬ َّ ‫ب َوال ِّْف‬ َّ ‫ب ِِّب‬
ِّ ‫لذ َه‬ َّ « -‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِّ‫اّلل‬ ِّ ‫الص ِّام‬
َّ ‫َع ْن عُبَ َادةَ بْ ِّن‬
ُ ‫الذ َه‬ َّ ‫ول‬
ُ ‫ال َر ُس‬
َ َ‫ال ق‬
َ َ‫ت ق‬

‫ف ِّشْئ تُ ْم إِّذَا َكا َن يَ ًدا بِّيَ ٍد‬ ِّ ِّ ‫ِِّبلتَّم ِّر وال ِّْملْح ِِّبل ِّْملْ ِّح ِّمثْالً ِِّبِّثْ ٍل سواء بِّسو ٍاء ي ًدا بِّي ٍد فَإِّذَا اختَلَ َف‬
َ ْ‫اف فَبِّيعُوا َكي‬
ُ َ‫َصن‬
ْ ‫ت َهذه األ‬ْ ْ َ َ ََ ً ََ ُ َ ْ

Artinya: Dari Ubadah bin Shamit, Rasulullah SAW bersabda, “Jika emas dibarter
dengan emas, perak dibarter dengan perak, gandum burr dibarter dengan gandum
burr, gandum sya’ir dibarter dengan gandum sya’ir, kurma dibarter dengan kurma,
garam dibarter dengan garam maka takarannya harus sama dan tunai. Jika benda
yang dibarterkan berbeda maka takarannya sesuka hati kalian asalkan tunai.” (H.R.
Muslim no. 4147).
2. Artinya: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kami untuk
membeli perak dengan emas sekehendak kami dan membeli emas dengan perak
sekehendak kami, bila tangan dengan tangan (taqabudh/serah terima di tempat).”
(Muttafaqun ‘alaih)
3. Artinya: “Janganlah engkau menjual emas dengan emas, kecuali seimbang,dan
jangan pula menjual perak dengan perak kecuali seimbang. Juallah emas dengan
perak atau perak dengan emas sesuka kalian.” (H.R. Imam Bukhari)
Dari hadis-hadis diatas menunjukkan bahwa pertukaran barang yang sama
jenisnya, mestilah sama timbangan dan ukurannya serta harus sama-sama tunai, atau
timbang terima. Jika syarat-syarat tersebut tidak terpenuhi, maka akan menimbulkan
riba. Sedangkan barang yang berbeda jenisnya, maka boleh diperjualbelikan secara lebih

http://proceedings.radenfatah.ac.id/index.php/UInScof2022
The Ushuluddin International Student Conference Vol: I No: I (Februari 2023) 366 dari 368

atau berkurang, namun tunai dengan tunai atau sesuai akad agar tidak menimbulkan riba.
Pertukaran uang yang sama jenis seperti rupiah dengan rupiah, dolar dengan dolar akan
haram jika pertukaran uang tersebut nilainya tidak sama atau ada kelebihan maupun
kekurangan. Sedangkan pertukaran uang yang jenisnya berbeda, maka dibolehkan (“Al-
Sharf Dalam Hukum Islam,” n.d.).
Menanggapi fenomena tukar uang baru menjelang hari raya melalui calo,
berdasarkan hadis-hadis dan penjelasan diatas dapat dipahami bahwa fenomena
tersebut haram hukumnya karena adanya riba. Sebagaimana Ketua Majelis Ulama
Indonesia (MUI) Jawa Timur Abdussomad Buchori menilai praktek penukaran uang
receh dengan nilai tak sama adalah praktek riba. Sedangkan Kiai Kafabihi, pengasuh
Pondok Pesantren Lirboyo tidak mengharamkan praktek tersebut, beliau mengatakan
sikap sejumlah pengurus MUI di Jawa Timur yang menyatakan penukaran uang sebagai
aktivitas haram tak bisa dibuktikan secara keilmuan (Subekti, 2011).
Pembolehan penukaran uang dengan uang melalui calo mempunyai syarat-syarat
tertentu yaitu penukaran uang sejenis dengan menambahkan biaya upah/jasa
penukaran, tidak boleh mengambilnya dari persentase jumlah uang yang ditukarkan, hal
yang bisa dilakukan adalah memberikan biaya jasa sesuai dengan upahnya, diluar dari
jumlah nilai uang yang ditukarkan (Setiawan, 2016). Dalam sumber lain, transaksi
penukaran uang sejenis melalui calo tersebut menjadi sah dan diperbolehkan karena jika
ditinjau dari aspek, adanya kemaslahatan yang besar di dalamnya, fenomena transaksi
penukaran uang baru menjelang hari raya Idul Fitri yang semakin marak di berbagai
sudut jalan strategis kota besar dapat dikategorikan telah memberikan kebaikan yang
berdampak pada adanya kemaslahatan terhadap manusia dalam bermuamalah untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya (Bariroh, 2016).

KESIMPULAN
Fenomena tukar uang baru menjelang hari raya yang sudah menjadi tradisi di
Indonesia ini masih terjadi pertentangan diantara ulama. Yang menjadi pertentangan
disini yakni kebolehan menukar uang baru melalui calo. Sebagian ulama berpendapat
bahwa kelebihan dalam transaksi tersebut adalah upah atas jasa yang dilakukan
perantara menukar uang di bank. Ada pula ulama yang berpendapat bahwa kelebihan
atas pertukaran uang tersebut termasuk riba, hal ini sesuai dengan hadis nabi riwayat
muslim no 4147 untuk menghindari keraguan dalam transaksi tukar uang baru tersebut

http://proceedings.radenfatah.ac.id/index.php/UInScof2022
The Ushuluddin International Student Conference Vol: I No: I (Februari 2023) 367 dari 368

alangkah baiknya jika kita bisa langsung menukarkannya ke bank karena di bank tidak
ada kelebihan dalam menukar uang baru. Dalam penelitian ini masih banyak
keterbatasan terutama dalam pembahasan yang sangat ringkas dan sedikitnya hadis-
hadis yang berkaitan. Keterbatasan dalam penelitian ini dapat dijadikan tolak ukur bagi
para peneliti yang ingin melakukan penelitian mengenai fenomena tukar uang baru
terutama dalam perspektif hadis atau dalam perspektif lain seperti Al-Qur’an, Undang-
Undang dan lain sebagainya.

REFERENSI
Al-Qur’an Al- Karim. (n.d.). https://quran-id.com
Abdul, G. R. (2020). Konsep Upah dalam Ekonomi Islam (A. Pratama (Ed.); Pertama).
Arjasa Pratama.
Abdusshamad, S. (2014). Pandangan Islam Terhadap Riba. Al Iqtishadiyah Jurnal Ekonomi
Syariah Dan Hukum Ekonomi Syariah, 1(1), 73.
Aditya, R. (n.d.). Arti Idul Fitri dan Lebaran yang Perlu Kamu Ketahui.
https://www.suara.com/news/2021/04/22/153252/arti-idul-fitri-dan-lebaran-
yang-perlu-kamu-ketahui
Al-Qur’an Al- Karim. (n.d.). https://quran-id.com
Al-Sharf Dalam Hukum Islam. (n.d.). Ekonomi Islam, 16–35.
http://digilib.uinsby.ac.id/11216/5/bab 2.pdf
Anisa, D., & Hasibuan, A. A. (2021). Fenomena Penukaran Uang Menjelang Hari Raya
Perspektif Sosiologi Hukum. Jurnal Hukum Ekonomi, 7(1), 156–171.
http://jurnal.iain-
padangsidimpuan.ac.id/index.php/yurisprudentia%0AFENOMENA
Bariroh, M. (2016). Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penukaran Uang Baru Menjelang
Hari Raya Idul Fitri. An-Nisbah: Jurnal Ekonomi Syariah, 2(2), 101–126.
https://doi.org/10.21274/an.2016.2.2.101-126
Damhuri, E. (n.d.). Arti, Makna, dan Waktu Perayaan Idul Fitri.
https://www.republika.co.id/berita/qstpc0440/arti-makna-dan-waktu-perayaan-
idul-fitri
Dasim, S. M. (2012). Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Sains di
Sekolah Dasar.
Fitria, T. N. (2017). Bisnis Jual Beli Online (Online Shop) Dalam Hukum Islam Dan Hukum
Negara. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 3(01), 52.
https://doi.org/10.29040/jiei.v3i01.99
Harun. (2017). Fiqh Muamalah. Muhammadiyah University Press.
Latif, H. (2020). Bahaya Riba dalam Perspektif Hadis. Jurnal Ilmiah Al-Mu’ashirah, 17(2),
175–185. https://doi.org/10.22373/jim.v17i2.9047
Madinah, E. (2016). Tukar Menukar Uang Pecahan Baru Ditinjau dari Undang-Undang PBI
(Peraturan Bank Indonesia) No 14/Tahun 2012 dan Pendapat Imam Wahbah Az-
Zuhaili. UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
Sarwat, A. (n.d.). Kiat-Kiat Syar’i Hindari Riba.
https://books.google.co.id/books?id=7QexDwAAQBAJ&lpg=PA7&ots=F-
WGUXgSsd&dq=pengertian riba&lr&hl=id&pg=PA1#v=onepage&q=pengertian
riba&f=false

http://proceedings.radenfatah.ac.id/index.php/UInScof2022
The Ushuluddin International Student Conference Vol: I No: I (Februari 2023) 368 dari 368

Sarwat, A. (2018). Fiqh Jual Beli (Fatih (Ed.)). Rumah Fiqih Publishing.
Setiawan, R. A. (2016). Perdagangan Uang Dengan Uang dan Muamalahnya Dalam Islam.
Al-Intaj: Jurnal Ekonomi Dan Perbankan …, 2(2), 143–150.
https://ejournal.iainbengkulu.ac.id/index.php/Al-
Intaj/article/view/590%0Ahttps://ejournal.iainbengkulu.ac.id/index.php/Al-
Intaj/article/download/590/523
Setiawati, U. (2015). Tinjauan Pustaka : pengutipan yang baik. Academia, 1(3), 1–4.
Subekti. (2011). MUI Beda Pendapat Soal Penukaran Uang. Tempo.
https://bisnis.tempo.co/read/350846/mui-beda-pendapat-soal-penukaran-uang
Ulya, S. I. (n.d.). Upah dalam Perspektif Islam.
Zed, M. (2008). Metode Penelitian Kepustakaan. Yayasan Obor Indonesia.

http://proceedings.radenfatah.ac.id/index.php/UInScof2022

Anda mungkin juga menyukai