Anda di halaman 1dari 23

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUMAS

DINAS P E N A N A M A N MODAL DAN P E L A Y A N A N


PERIZINAN TERPADU SATU PINTU
Jl. Jen d. S o e d i r m a n No. 540 Telp ( 0 2 8 1 ) 6 2 7 9 6 5 ,
624521
Fax 624521 P u r w o k e r t o 53111

SURAT IZIN PRAKTIK PERAWAT


(SIPP)NOMOR :
0558.1/BMS/SIPP/B/VII/2019

Berdasarkan Undang-undang Nomor 38 tahun 2014 tentang Keperawatan dan Peraturan


Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2013 tentang Izin dan Penyelenggaraan
Praktik Perawat, yang bertanda tangan dibawah ini, Kepala Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Banyumas memberikan izin praktik kepada :

RAHAYU PRAMUDITA, S.Kep., Ns


Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 03 November 1994
Alamat : Desa Kejawar RT 003 RW 004 Kec. Banyumas Kab.
Banyumas Prov. Jawa Tengah
Nomor STR : 14 01 7 2 1 18-2280308
Masa berlaku STR sampai : 03 November 2023
Nomor Rekomendasi OP :
0905/DPD.P
PNI/R/K/VII/2019Nomor KTP :
3302114311
940001
Untuk melakukan Praktik
Perawat di : RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO
PURWOKERTO
Alamat : Jl. Dr. Gumbreg No. 1 Purwokerto
Surat Izin Praktik Perawat (SIPP) ini berlaku sampai dengan tanggal 03 November 2023.

Purwokerto, 29 Juli
2019
Ditandatangani Secara Elektronik Oleh :

a.n. BUPATI BANYUMAS

KEPALA DINAS PENANAMAN MODAL


DAN PELAYANAN PERIZINAN
TERPADU SATU PINTU

KABUPATEN BANYUMAS

HERNI SULASTI

Tembusan
1. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah;
2. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas;
3. Organisasi Profesi (Ketua PPNI Cabang Banyumas);
4. Arsip (Bidang P3NP DPMPPTSP Kabupaten Banyumas).

Catatan:

Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik menggunakan sertifikat elektronik yang diterbitkan oleh BSrE
ASKEP 1
LAPORAN PENDAHULUAN
ASMA BRONCHIALE

A. Definisi
Asma merupakan penyakit inflamasi kronis yang dikarakteristikan dengan proses yang
sangat kompleks dan melibatkan beberapa komponen yaitu hiperresponsif dari bronkial,
inflamasi dan remodeling saluran pernafasan (Bruner and Sudart, 2001).

B. Etiologi
Asma bronkial dapat terjadi pada semua umur namun sering dijumpai pada awal
kehidupan. Sekitar setengah dari seluruh kasus diawali sebelum berumur 10 tahun dan
sepertiga bagian lainnya terjadi sebelum umur 40 tahun. Pada usia anak-anak, terdapat
perbandingan 2:1 untuk laki-laki dibandingkan wanita, namun perbandingan ini menjadi
sama pada umur 30 tahun. Angka ini dapat berbeda antara satu kota dengan kota yang
lain dalam negara yang sama. Di Indonesia prevalensi asma berkisar antara 5 – 7 %.

C. Patofisiologi
Penyempitan saluran napas merupakan hal yang mendasari timbulnya gejala dan
perubahan fisiologis asma. Ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya
penyempitan saluran napas yaitu kontraksi otot polos saluran napas, edema pada saluran
napas, penebalan dinding saluran napas dan hipersekresi mucus.

Penyempitan saluran respiratorik secara berlebihan merupakan patofisiologis yang secara


klinis paling relevan pada penyakit asma. Mekanisme yan bertanggungjawab terhadap
reaktivitas yang berlebihan atau hiperreaktivitas ini belum diketahui dengan pasti tetapi
mungkin berhubungan dengan perubahan otot polos saluran napas (hiperplasi dan
hipertrofi) yang terjadi secara sekunder yang menyebabkan perubahan kontraktilitas.
Selain itu, inflamasi dinding saluran respiratorik terutama daerah peribronkial dapat
memperberat penyempitan saluran respiratorik selama kontraksi otot polos
D. Manifestasi Klinis
Gejala klinis asma klasik terdiri dari trias sesak nafas, batuk, dan mengi. Gejala lainnya dapat
berupa rasa berat di dada, produksi sputum, penurunan toleransi kerja, nyeri tenggorokan, dan
pada asma alergik dapat disertai dengan pilek atau bersin. Gejala tersebut dapat bervariasi
menurut waktu dimana gejala tersebut timbul musiman atau perenial, beratnya, intensitas, dan
juga variasi diurnal. Timbulnya gejala juga sangat dipengaruhi oleh adanya faktor pencetus
seperti paparan terhadap alergen, udara dingin, infeksi saluran nafas, obat-obatan, atau
aktivitas fisik. Faktor sosial juga mempengaruhi munculnya serangan pada pasien asma,
seperti karakteristik rumah, merokok atau tidak, karakteristik tempat bekerja atau sekolah,
tingkat pendidikan penderita, atau pekerjaan.

E. FaktorPencetusAsma
Risiko berkembangnya asma merupakan interaksi antara faktor penjamu (hostfactor) dan
faktor lingkungan.2

a. Faktor host
• Genetik
• Obesitas
• Jenis kelamin b. Faktor lingkungan

b. FaktorLingkungan
• Rangsangan alergen.
• Rangsangan bahan-bahan di tempat kerja.
• Infeksi.
• Merokok
• Obat.

F. Diagnosis Asma
Diagnosis asma ditegakkan bila dapat dibuktikan adanya obstruksi jalan nafas yang
reversibel. Dari anamnesis didapatkan adanya riwayat penyakit/gejala :

• bersifat episodik, reversibel dengan atau tanpa pengobatan.


• gejala berupa batuk, sesak nafas, rasa berat di dada, dan berdahak.
• gejala timbul/memburuk di malam hari.
• respons terhadap pemberian bronkodilator.
A. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Sdr. A DENGAN TYPOID
ASSESMEN AWAL KEPERAWATAN RAWAT INAP
Nama Pasien : Sdr. A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 20 th
Agama : Islam
Alamat : Karanglewas
Tanggal Masuk : 20 Januari 2020

1. Skrining Asma
Resiko Dekubitus (Northon) Skala Nilai Kategori Score
a. Kondisi fisik umum 1-4 4 16 - 20 = Ringan
b. Kesadaran 1-4 4 12 - 15 = Sedang
c. Aktivitas 1-4 3 ˂12 = Berat
d. Mobilitas 1-4 3
e. Inkontinensia 1-4 4
Total Skor 18 Ringan

2. Skrining Resiko Jatuh


Dewasa (Morse) Skala Score
a. Riwayat jatuh Tidak 0
b. Mempunyai diagnosis sekunder Tidak 0
c. Menggunakan alat bantu Tidak 0
d. Pemakaian obat IV Ya 20
e. Gaya berjalan Lemah 10
f. Status mental Sadar 0
Total score 30
0 - 24 = Resiko ringan
24 - 44 = Resiko sedang
> 45 = Resiko berat

3. Skrining Nyeri
a. Pasien mengatakan nyeri
b. P : Nyeri dikarenakan terjadi gangguan pada usus
c. Q : Seperti di tusuk-tusuk
d. R : Perut
e. S : Skala 5
f. T : Kadang - kadang

4. Skrining Gizi
Pasien tidak yakin terjadi penurunan berat badan, nafsu makan cukup baik.
BB awal sebelum sakit : 63 kg
BB setelah sakit : 62 kg

5. Skrining Status Fungsional Bartel Indeks


Indikator Skor Indikator Skor
Mengendalikan rangsang BAB 2 Berubah sikap dari berbaring ke 2
duduk
Mengendalikan rangsang BAK 2 Berpindah / berjalan 2
Membersihkan diri 1 Memakai baju 2
Penggunaan toilet masuk dan 2 Naik turun tangga 1
keluar
Makan 2 Mandi 1
Total Skor 17
20 = Mandiri 8 - 5 = Ketergantungan berat
19 - 12 = Perlu bantuan ringan 4 - 0 = Ketergantungan total
11 - 9 = Ketergantungan sedang

6. Alergi / Reaksi
Tidak ada alergi

7. Riwayat Penyakit
Dahulu : Pasien mengatakan pernah riwayat Asma.
Sekarang : Pasien mengatakan sesak nafas dari tadi malam.
Keluarga :Pasien mengatakan bahwa di dalam keluarganya tidak ada yang
mempunyai riwayat penyakit keturunan.

8. Psikologi Spiritual
Keluarga mengatakan bahwa pasien taat beribadah sesuai dengan agama / kepercayaan.

9. Sosial Ekonomi
Pasien mengatakan bahwa ketika sakit pergi ke tempat pelayanan kesehatan terdekat.
Keluarga mengatakan bahwa pasien berhubunganbaik dengan keluarga, tetangga dan
saudara. Pasien tinggal bersama dengan kedua orang tuanya di rumah.

10. Pola Fungsional


1. Neuro Sensorik
Kesadaran : Compos mentis
GCS : 15
Pendengaran, penglihatan, dan bicara tidak ada kelaianan.
2. Respirasi
Auskultasi berbunyi whezing, terdapatbatuk dan sputum.
3. Sirkulasi
Nadi teraba reguler, dada terasa berdegup kencang, extremitas teraba hangat.
4. Pola Persepsi Dan Pemeliharaan Kesehatan
Kebiasaan pasien jika terjadi sakit biasanya pergi ke warung untuk membeli obat,
apabila belum sembuh maka akan datang ke tempat pelayanan kesehatan terdekat.
5. Pola Nutrisi Dan Metabolik
BB : 65 kg
TB : 169 cm
Diet lunak TKTP, tidak terpasang NGT
Jumlah minuman ± 2000 cc per hari
6. Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit
Pasien terpasang infus RL 20 tpm
Turgor kulit baik
7. Pola Eliminasi
BAB : 4-6x sehari, konsistensi cair, warna kuning, peristaltik usus 12 - 20 kali per
menit.
BAK : 5 - 7 kali sehari, jumlah ±1500 cc per hari, warna urin kadang putih kadang
kekuningan. Tidak terpasang kateter.
8. Istirahat Tidur
Pasien merasa tidak bisa tidur jika sesaknafas dirasakannya, kadang terbangun dan
menenangkan segera dan meminum obat yang dipunyai dan baru tidur kembali.
9. Integritas Kulit
Tidak ada luka di tubuh pasien. Kulit teraba hangat.
10. Pola Toleransi Mekanisme Koping Stres
Koping terhadap sakitnya : menerima dengan sabar
Penyelesaian bila ada masalah : minta bantuan keluarga / orang lain
11. Pola Nilai Dan Kepercayaan
Kebiasaan menjalankan ibadah : teratur
Kebutuhan pelayanan rohani : tidak

TTV
TD : 120/60 mmHg
N : 94x/menit
S : 36,5 ˚C
RR : 28x/menit
Saturasi oksigen : 98%

Pengobatan
RL : 20 tetes/menit
Nebulaizer : Ventolin 2 x 1
Ceftriaxone : 2 x 1 gr/iv
Ranitidin : 2 x 1 amp/iv
Ambroxol : 3 x 1 Tablet
Oksigen : 3lt/ mnt
ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
1. DS : sesak nafas sudah dua hari Bersihan Jalan nafas Penumpukan Sekret
DO : Pasien tampak gelisah, RR =
28 x/mnt

2. DS : Pasien mengatakan nyeri pada Agen injuri biologis Nyeri akut


dada
DO : pasien terlihat menggunakan
otot bantu sternocliedamastoideus
P : Nyeri dikarenakan terjadi
gangguan nafas
Q : Seperti di tindih
R : Dada
S : Skala 4
T : Jikasesak

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN SESUAI PRIORITAS


1. Bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sekret
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Kep Tujuan Intervensi
1. Bersihan Jalan Setelah dilakukan 1. Ajarkannafasteratur
tindakan keperawatan
Nafas 2. Berikan O2 3Lt/mnt
selama 1×24 jam
Pernafasan pasien 3. Kolaborasi pemberian obat
dapat kembali normal
Bronchodilator ventolin dan therapy
dengan kriteria hasil :
RR = 28 x/mnt pengurangan secret
4. Ajarkan Batuk Efektif
2. Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Mempertahankan tirah baring selama
tindakan keperawatan fase akut
selama 1×24 jam, 2. Berikan tindakan nonfarmakologis
nyeri pasien untuk menghilangkan sakit, dengan
berkurang atau hilang teknik distraksi dan relaksasi
dengan kriteria hasil :
Skala nyeri 0-1

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No Hari/Tgl/jam Dx Implementasi Paraf
1 Senin, Berikan Oksigen 2-3lt/mnt
20-01-20 Memonitoring tetesan infuse 20 tetes per menit
10.00 I Kolaborasi dengan pemberian therapy
10.30 bronchodilator nebulaizer
10.40 Memberikan obat Ambroxol tablet, ceftriaxone
1 gram IV dan Ranitidin 50mg IV
R : Pasien kooperatif mau di lakukan tindakan
RR 26 x/mnt
12.30 II - Mengkaji skala nyeri
12.35 - Memberikan posisi nyaman
13.00 R : Skala nyeri 3-4
- Pasien terlihat tenang dan nyaman

2 Selasa, Mengukur Pernafasan pasien


21-01-20 Mengingatkan pasien untuk melakukan Nafas
07.10 I Teratur jika sesak nafas kembali
07.12 Berikan Oksigen 23lt/mnt.
07.15 Kolaborasi dengan pemberian therapy
bronchodilator nebulaizer.
R:
- Pasien tidak menggunakan otot bantu pernafasan
- Pasien terlihat lebihtenang
- Respiratori24 x/mnt
10.20 II Mengkaji skala nyeri
10.25 Memberikan berikan posisi yang nyaman
10.30 Menganjurkan pasien melakukan metode
distraksi untuk mengalihkan perhatian jika
terjadi nyeri
R:
- Skala nyeri pasien 2 (ringan)
- Posisi semi fowler telah diberikan
- Pasien merasa tenang
Rabu, Mengukur Vital sign Pernafasan pasien
22-01-20 - Memberikan obat Ambroxol tablet, ceftriaxone
10.00 I 1g IV, Ranitidin 50 mg IV dan Nebulaizer
10.05 R : Sesak Nafas berkurang, Pasien terlihat
santai, RR20 x/mnt
12.30 II Mengkaji skala nyeri
12.35 Memberi posisi yang nyaman
13.00 R:
- Skala nyeri pasien 0
- Posisi semi fowler telah diberikan
- Pasien merasa tenang

A. EVALUASI
No Tanggal/jam Dx Catatan Perkembangan Paraf
1 Senin, I S : Pasien mengatakan sesak nafas sudah 2 hari
20-01-20 O: Pasien terlihat menggunakan otot bantu
13.00 pernafasan, RR = 28x/mnt
A : Masalah belum teratasi
P : Berikan O2 3ltr/mnt
- Monitoring tetesan infuse 20 tetes per menit
Kolaborasi pemberian obat Bronchodilator
Nebulaizer
II S : Pasien mengatakan nyeri dada
O : Pasien terlihat kadang memegangi dada
- Skala nyeri 3-4
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
Kaji skala nyeri
- Memberikan posisi yang nyaman
2 Kamis, I S : Pasien mengatakan sesak nafas berkurang
26-01-20 O : Pasien terlihat tenang,
13.30 - RR = 26 x/mnt
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi
II S : Pasien mengatakan nyeri dada berkurang
O : Pasien terlihat kadang memegangi dada
- Skala nyeri 2
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
Kaji skala nyeri
Memberikan posisi yang nyaman
3 Jum'at, I S : Pasien mengatakan tidak sesak nafas
27-01-20 O : RR 20 x/mnt
13.00 - Skala nyeri 0
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
ASKEP 2
LAPORAN PENDAHULUAN
FEBRIS

A. Definisi
Febris (demam) adalah kenaikan suhu tubuh di atas variasi sirkadian yang normal sebagai
akibat dari perubahan pada pusat termoregulasi yang terletak dalam hipotalamus anterior.
Suhu tubuh normal dapat dipertahankan, ada perubahan suhu lingkungan, karena adanya
kemampuan pada pusat termoregulasi untuk mengatur keseimbangan antara panas yang
diproduksi oleh jaringan, khususnya oleh otot dan hati, dengan panas yang hilang. Dalam
keadaan febris, keseimbangan tersebut bergeser hingga terjadi peningkatan suhu dalam
tubuh. (Ngastiyah, 2005)

B. Etiologi
Penyebab febris selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan
atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu sentral
(misalnya : perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapaiketepatan diagnosis
penyebab demam antara lain: ketelitian pengambilan riwayat penyakit pasien, pelaksanaan
pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit, danevaluasi pemeriksaan laboratorium,
serta penunjang lain secara tepat dan holistic.

C. Patofisiologi
Demam adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh (respon imun) anak terhadap infeksi
atau zatasing yang masuk ke dalam tubuhnya. Bila ada infeksi atau zat asing masuk ke
tubuh akan merangsang sistem pertahanan tubuh dengan dilepaskannya pirogen.Pirogen
adalah zat penyebab demam, ada yang berasal dari dalam tubuh (pirogen endogen) dan
luar tubuh (pirogen eksogen) yang bisa berasal dari infeksi oleh mikroorganisme atau
merupakan reaksi imunologik terhadap benda asing (noninfeksi).
Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima (reseptor) yang terdapat pada
tubuh untuk disampaikan ke pusat pengatur panas di hipotalamus. Dalam hipotalamus
pirogen ini akan dirangsang pelepasan asam arakidonat serta mengakibatkan peningkatan
produksi prostaglandin (PGEZ). Ini akan menimbulkan reaksi menaikkan suhu tubuh
dengan cara menyempitkan pembuluh darah tepi dan menghambat sekresi kelenjar
keringat. Pengeluaran panas menurun, terjadilah ketidak seimbangan pembentukan
dan pengeluaran panas. Inilah yang menimbulkan demam pada anak. Suhu yang tinggi ini
akan merangsang aktivitas “tentara” tubuh (sel makrofag dan sel limfosit T) untuk
memerangi zat asing tersebut dengan meningkatkan proteolisis yang menghasilkan asam
aminoyang berperan dalam pembentukan antibodi atau sistem kekebalan tubuh. Sedangkan
sifat-sifat demam dapat berupa menggigil atau krisis/flush. Menggigil. Bila pengaturan
termostat dengan mendadak diubah dari tingkat normal ke nilai yang lebih tinggi dari
normal sebagai akibat dari kerusakan jaringan,zat pirogen atau dehidrasi. Suhu tubuh
biasanya memerlukan beberapa jam untuk mencapai suhu baru. Krisis/flush. Bila faktor
yang menyebabkan suhu tinggi dengan mendadak disingkirkan, termostat hipotalamus
dengan mendadak berada pada nilai rendah, mungkin malahan kembali ke tingkat normal.
(Corwin, 2000)

D. Manifestasi Klinis
1. Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,8 C-40C)
2. Kulit kemerahan
3. Hangat pada sentuhan
4. Peningkatan frekuensi pernapasan
5. Menggigil
6. Dehidrasi
7. Kehilangan nafsu makan
(Nurarif & Kusuma, 2013)
E. PemeriksaanPenunjang
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan Febris adalah pemeriksaan laboratorium, yang
terdiri dari Pemeriksaan DarahLengkap. Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa
penyebabdemam berasaldarimana, apakah terdapat infeksi atau karna penyebab lain.
Pada kebanyakan kasus demam, bisa mengarah ke demam thypoid dengan jumlah
leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan kadang-kadang
terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Jika leukosit
tinggi maka dapat dilakukan pemeriksaan lanjutan seperti widal atau IgG IgM untuk
pemeriksaan demam dengue
A. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Sdr. W DENGAN FEBRIS AWAL
KEPERAWATAN RAWAT INAP

Nama Pasien : Sdr. W


Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 28 th
Agama : Islam
Alamat : Karanglewas
Tanggal Masuk : 18 Maret 2020

1. Skrining Dekubitus
Resiko Dekubitus (Northon) Skala Nilai Kategori Score
f. Kondisi fisik umum 1-4 4 16 - 20 = Ringan
g. Kesadaran 1-4 4 12 - 15 = Sedang
h. Aktivitas 1-4 3 ˂12 = Berat
i. Mobilitas 1-4 3
j. Inkontinensia 1-4 4
Total Skor 18 Ringan

2. Skrining Resiko Jatuh


Dewasa (Morse) Skala Score
g. Riwayat jatuh Tidak 0
h. Mempunyai diagnosis sekunder Tidak 0
i. Menggunakan alat bantu Tidak 0
j. Pemakaian obat IV Ya 20
k. Gaya berjalan Lemah 10
l. Status mental Sadar 0
Total score 30
0 - 24 = Resiko ringan
24 - 44 = Resiko sedang
> 45 = Resiko berat
3. Skrining Nyeri
g. Pasien mengatakan nyeri
h. P : Nyeri dikarenakan terjadi gangguan pada usus
i. Q : Seperti di tusuk-tusuk
j. R : Perut
k. S : Skala 5
l. T : Kadang - kadang

4. Skrining Gizi
Pasien tidak yakin terjadi penurunan berat badan, nafsu makan cukup baik.
BB awal sebelum sakit : 60 kg
BB setelah sakit : 58 kg

5. Skrining Status Fungsional Bartel Indeks


Indikator Skor Indikator Skor
Mengendalikan rangsang BAB 2 Berubah sikap dari berbaring ke 2
duduk
Mengendalikan rangsang BAK 2 Berpindah / berjalan 2
Membersihkan diri 1 Memakai baju 2
Penggunaan toilet masuk dan 2 Naik turun tangga 1
keluar
Makan 2 Mandi 1
Total Skor 17
20 = Mandiri 8 - 5 = Ketergantungan berat
19 - 12 = Perlu bantuan ringan 4 - 0 = Ketergantungan total
11 - 9 = Ketergantungan sedang
6. Alergi / Reaksi
Tidak ada alergi

7. Riwayat Penyakit
Dahulu : Pasien mengatakan pernah riwayat maag.
Sekarang : Pasien mengatakan demam sudah 3 hari, mual dan muntah 3-5x sehari, nafsu
makan berkurang
Keluarga : Pasien mengatakan bahwa di dalam keluarganya tidak ada yang mempunyai
riwayat penyakit keturunan.

8. Psikologi Spiritual
Keluarga mengatakan bahwa pasien taat beribadah sesuai dengan agama / kepercayaan.

9. Sosial Ekonomi
Pasien mengatakan bahwa ketika sakit beli obat ke warung, jika tidak sembuh baru pergi
ke tempat pelayanan kesehatan terdekat. Keluarga mengatakan bahwa pasien
berhubunganbaik dengan keluarga, tetangga dan saudara. Pasien tinggal bersama dengan
kedua orang tuanya di rumah.

10. Pola Fungsional


1. Neuro Sensorik
Kesadaran : Compos mentis
GCS : 15
Pendengaran, penglihatan, dan bicara tidak ada kelaianan.
2. Respirasi
Auskultasi berbunyi reguler, tidak ada batuk dan sputum.
3. Sirkulasi
Nadi teraba reguler, dada terasa berdegup kencang, extremitas teraba hangat.
4. Pola Persepsi Dan Pemeliharaan Kesehatan
Kebiasaan pasien jika terjadi sakit biasanya pergi ke warung untuk membeli obat,
apabila belum sembuh maka akan datang ke tempat pelayanan kesehatan terdekat.
5. Pola Nutrisi Dan Metabolik
BB : 60 kg
TB : 170 cm
Diet lunak TKTP, tidak terpasang NGT
Jumlah minuman ± 2000 cc per hari
6. Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit
Pasien terpasang infus RL 20 tpm
Turgor kulit baik
Muntah 3-5x sehari
Mukos bibir kering
7. Pola Eliminasi
BAB : 1x sehari, lunak, warna kuning.
BAK : 5 - 7 kali sehari, jumlah ±1500 cc per hari, warna urin kadang putih kadang
kekuningan. Tidak terpasang kateter.
8. Istirahat Tidur
Pasien merasa tidak bisa tidur jika demam dirasakannya, kadang terbangun dan
menenangkan segera dan meminum obat yang dipunyai dan baru tidur kembali.
9. Integritas Kulit
Tidak ada luka di tubuh pasien. Kulit teraba hangat.
10. Pola Toleransi Mekanisme Koping Stres
Koping terhadap sakitnya : menerima dengan sabar
Penyelesaian bila ada masalah : minta bantuan keluarga / orang lain
11. Pola Nilai Dan Kepercayaan
Kebiasaan menjalankan ibadah : teratur
Kebutuhan pelayanan rohani : tidak

TTV
TD : 120/80 mmHg
N : 86x/menit
S : 38,1 ˚C
RR : 20x/menit
Saturasi oksigen : 99%

Pengobatan
RL : 20 tetes/menit
Ceftriaxone : 2 x 1 gr/iv
Ranitidin : 2 x 1 amp/iv
Ondansetron : 3 x 1 amp/iv
Paracetamol : 3 x 500mg/oral
Sucralfatsyr : 3 x 15ml/oral
Antrain : 2 x 1 amp/iv

E. ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
1. DS : demam sudah 3 hari Proses perjalanan Hipertermi
DO : Pasien tampak gelisah, mukosa penyakit
bibir kering, kulit teraba hangat
S = 38,1˚C

2. DS : Pasien mengatakan nyeri pada Agen injuri biologis Nyeri akut


perut
DO : Pasien tampak memegang
perut meringis kesakitan
P : Nyeri dikarenakan terjadi
gangguan pada lambung
Q : Seperti di tusuk-tusuk
R : Perut
S : Skala 5
T : Kadang – kadang
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN SESUAI PRIORITAS
1. Hipertermi berhubungan dengan proses perjalanan penyakit
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi

G. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Kep Tujuan Intervensi
1. Hipertermi Setelah dilakukan 5. Berikan kompres hangat basah
tindakan keperawatan
6. Monitoring tetesan infuse 20 tetes
selama 1×24 jam suhu
badan pasien dapat per menit
kembali normal
7. Kolaborasi pemberian obat
dengan kriteria hasil :
TD = 36˚C - 37,5˚C antipiretik dan antibiotik
2. Nyeri akut Setelah dilakukan 3. Mempertahankan tirah baring selama
tindakan keperawatan fase akut
selama 3×24 jam, 4. Berikan tindakan nonfarmakologis
nyeri pasien untuk menghilangkan sakit kepala,
berkurang atau hilang dengan teknik distraksi dan relaksasi
dengan kriteria hasil : 5. Kolaborasi dalam pemberian
Skala nyeri 0-1 analgesik

H. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No Hari/Tgl/jam Dx Implementasi Paraf
1 Rabu, Memberikan kompres hangat basah
18-03-2020 I Memonitoring tetesan infuse 20 tetes per menit
10.00 Memberikan obat paracetamol tablet dan
10.30 ceftriaxone 1 gram IV
10.40 R : Pasien kooperatif mau di lakukan kompres
hangat
12.30 II - Mengkaji skala nyeri
12.35 - Memberikan posisi nyaman
13.00 - Memberikan obat ranitidine 1 amp,
ondansetron 1 amp, dan antrain 1 amp/drip
R : Skala nyeri 3-4
- Pasien terlihat tenang dan nyaman

2 Kamis, D : Mengukur suhu tubuh pasien


19-03-2020 I Mengingatkan pasien untuk melakukan
07.10 kompres jika demam kembali
07.12 R:
07.15 - Pasien tidak demam lagi
- Pasien terlihat santai
- Suhu tubuh 36,4C
10.20 II Mengkaji skala nyeri
10.25 Memberikanberikan posisi yang nyaman
10.30 Menganjurkan pasien melakukan nafas dalam
atau mengalihkan perhatian jika terjadi nyeri
R:
- Skala nyeri pasien 2 (ringan)
- Posisi semi fowler telah diberikan
- Pasien merasa tenang
Jum'at I Mengukur suhu tubuh pasien
20-03-2020 - Memberikan obat paracetamol 500mg tablet
10.00 dan ceftriaxone 1g IV
10.05 R : Pasien tidak demam lagi, Pasien terlihat
santai, Suhu tubuh 36,1C
12.30 II Mengkaji skala nyeri
12.35 Memberi posisi yang nyaman
13.00 Memberikan obat ranitidine 1 amp,
ondansetron 1 amp, dan antrain 1 amp IV
R:
- Skala nyeri pasien 0-1 (ringan)
- Posisi semi fowler telah diberikan
- Pasien merasa tenang
B. EVALUASI
No Tanggal/jam Dx Catatan Perkembangan Paraf
1 Rabu, I S : Pasien mengatakan demam sudah 3 hari
18-03-2020 O : Pasien terlihat lemah dan gelisah, S = 38 C
13.00 A : Masalah belum teratasi
P : Berikan kompres hangat basah
- Monitoring tetesan infuse 20 tetes per menit
Kolaborasi pemberian obat Anti piretik dan
Antibiotik
II S : Pasien mengatakan nyeri pada perut
O:
- Pasien terlihat kadang memegangi perut
- Skala nyeri 3-4
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
Kaji skala nyeri
- Berkolaborasi dalam pemberian obat analgesik
- Memberikan posisi yang nyaman
2 Kamis, I S : Pasien mengatakan demam berkurang
19-03-2020 O : Pasien terlihat tenang,
13.30 - S = 36,5 C
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi
II S : Pasien mengatakan perut masih sakit
O : Pasien terlihat kadang memegangi perut
- Skala nyeri 2
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
Kaji skala nyeri
Berkolaborasi dalam pemberian obat analgesik
Memberikan posisi yang nyaman
3 Jum'at, I S : Pasien mengatakan nyeri perut berkurang
20-03-2020 O : Pasien terlihat kadang memegangi perut
13.00 - Skala nyeri 0-1
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi

Anda mungkin juga menyukai