Purwokerto, 29 Juli
2019
Ditandatangani Secara Elektronik Oleh :
KABUPATEN BANYUMAS
HERNI SULASTI
Tembusan
1. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah;
2. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas;
3. Organisasi Profesi (Ketua PPNI Cabang Banyumas);
4. Arsip (Bidang P3NP DPMPPTSP Kabupaten Banyumas).
Catatan:
Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik menggunakan sertifikat elektronik yang diterbitkan oleh BSrE
ASKEP 1
LAPORAN PENDAHULUAN
ASMA BRONCHIALE
A. Definisi
Asma merupakan penyakit inflamasi kronis yang dikarakteristikan dengan proses yang
sangat kompleks dan melibatkan beberapa komponen yaitu hiperresponsif dari bronkial,
inflamasi dan remodeling saluran pernafasan (Bruner and Sudart, 2001).
B. Etiologi
Asma bronkial dapat terjadi pada semua umur namun sering dijumpai pada awal
kehidupan. Sekitar setengah dari seluruh kasus diawali sebelum berumur 10 tahun dan
sepertiga bagian lainnya terjadi sebelum umur 40 tahun. Pada usia anak-anak, terdapat
perbandingan 2:1 untuk laki-laki dibandingkan wanita, namun perbandingan ini menjadi
sama pada umur 30 tahun. Angka ini dapat berbeda antara satu kota dengan kota yang
lain dalam negara yang sama. Di Indonesia prevalensi asma berkisar antara 5 – 7 %.
C. Patofisiologi
Penyempitan saluran napas merupakan hal yang mendasari timbulnya gejala dan
perubahan fisiologis asma. Ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya
penyempitan saluran napas yaitu kontraksi otot polos saluran napas, edema pada saluran
napas, penebalan dinding saluran napas dan hipersekresi mucus.
E. FaktorPencetusAsma
Risiko berkembangnya asma merupakan interaksi antara faktor penjamu (hostfactor) dan
faktor lingkungan.2
a. Faktor host
• Genetik
• Obesitas
• Jenis kelamin b. Faktor lingkungan
b. FaktorLingkungan
• Rangsangan alergen.
• Rangsangan bahan-bahan di tempat kerja.
• Infeksi.
• Merokok
• Obat.
F. Diagnosis Asma
Diagnosis asma ditegakkan bila dapat dibuktikan adanya obstruksi jalan nafas yang
reversibel. Dari anamnesis didapatkan adanya riwayat penyakit/gejala :
1. Skrining Asma
Resiko Dekubitus (Northon) Skala Nilai Kategori Score
a. Kondisi fisik umum 1-4 4 16 - 20 = Ringan
b. Kesadaran 1-4 4 12 - 15 = Sedang
c. Aktivitas 1-4 3 ˂12 = Berat
d. Mobilitas 1-4 3
e. Inkontinensia 1-4 4
Total Skor 18 Ringan
3. Skrining Nyeri
a. Pasien mengatakan nyeri
b. P : Nyeri dikarenakan terjadi gangguan pada usus
c. Q : Seperti di tusuk-tusuk
d. R : Perut
e. S : Skala 5
f. T : Kadang - kadang
4. Skrining Gizi
Pasien tidak yakin terjadi penurunan berat badan, nafsu makan cukup baik.
BB awal sebelum sakit : 63 kg
BB setelah sakit : 62 kg
6. Alergi / Reaksi
Tidak ada alergi
7. Riwayat Penyakit
Dahulu : Pasien mengatakan pernah riwayat Asma.
Sekarang : Pasien mengatakan sesak nafas dari tadi malam.
Keluarga :Pasien mengatakan bahwa di dalam keluarganya tidak ada yang
mempunyai riwayat penyakit keturunan.
8. Psikologi Spiritual
Keluarga mengatakan bahwa pasien taat beribadah sesuai dengan agama / kepercayaan.
9. Sosial Ekonomi
Pasien mengatakan bahwa ketika sakit pergi ke tempat pelayanan kesehatan terdekat.
Keluarga mengatakan bahwa pasien berhubunganbaik dengan keluarga, tetangga dan
saudara. Pasien tinggal bersama dengan kedua orang tuanya di rumah.
TTV
TD : 120/60 mmHg
N : 94x/menit
S : 36,5 ˚C
RR : 28x/menit
Saturasi oksigen : 98%
Pengobatan
RL : 20 tetes/menit
Nebulaizer : Ventolin 2 x 1
Ceftriaxone : 2 x 1 gr/iv
Ranitidin : 2 x 1 amp/iv
Ambroxol : 3 x 1 Tablet
Oksigen : 3lt/ mnt
ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
1. DS : sesak nafas sudah dua hari Bersihan Jalan nafas Penumpukan Sekret
DO : Pasien tampak gelisah, RR =
28 x/mnt
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Kep Tujuan Intervensi
1. Bersihan Jalan Setelah dilakukan 1. Ajarkannafasteratur
tindakan keperawatan
Nafas 2. Berikan O2 3Lt/mnt
selama 1×24 jam
Pernafasan pasien 3. Kolaborasi pemberian obat
dapat kembali normal
Bronchodilator ventolin dan therapy
dengan kriteria hasil :
RR = 28 x/mnt pengurangan secret
4. Ajarkan Batuk Efektif
2. Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Mempertahankan tirah baring selama
tindakan keperawatan fase akut
selama 1×24 jam, 2. Berikan tindakan nonfarmakologis
nyeri pasien untuk menghilangkan sakit, dengan
berkurang atau hilang teknik distraksi dan relaksasi
dengan kriteria hasil :
Skala nyeri 0-1
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No Hari/Tgl/jam Dx Implementasi Paraf
1 Senin, Berikan Oksigen 2-3lt/mnt
20-01-20 Memonitoring tetesan infuse 20 tetes per menit
10.00 I Kolaborasi dengan pemberian therapy
10.30 bronchodilator nebulaizer
10.40 Memberikan obat Ambroxol tablet, ceftriaxone
1 gram IV dan Ranitidin 50mg IV
R : Pasien kooperatif mau di lakukan tindakan
RR 26 x/mnt
12.30 II - Mengkaji skala nyeri
12.35 - Memberikan posisi nyaman
13.00 R : Skala nyeri 3-4
- Pasien terlihat tenang dan nyaman
A. EVALUASI
No Tanggal/jam Dx Catatan Perkembangan Paraf
1 Senin, I S : Pasien mengatakan sesak nafas sudah 2 hari
20-01-20 O: Pasien terlihat menggunakan otot bantu
13.00 pernafasan, RR = 28x/mnt
A : Masalah belum teratasi
P : Berikan O2 3ltr/mnt
- Monitoring tetesan infuse 20 tetes per menit
Kolaborasi pemberian obat Bronchodilator
Nebulaizer
II S : Pasien mengatakan nyeri dada
O : Pasien terlihat kadang memegangi dada
- Skala nyeri 3-4
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
Kaji skala nyeri
- Memberikan posisi yang nyaman
2 Kamis, I S : Pasien mengatakan sesak nafas berkurang
26-01-20 O : Pasien terlihat tenang,
13.30 - RR = 26 x/mnt
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi
II S : Pasien mengatakan nyeri dada berkurang
O : Pasien terlihat kadang memegangi dada
- Skala nyeri 2
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
Kaji skala nyeri
Memberikan posisi yang nyaman
3 Jum'at, I S : Pasien mengatakan tidak sesak nafas
27-01-20 O : RR 20 x/mnt
13.00 - Skala nyeri 0
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
ASKEP 2
LAPORAN PENDAHULUAN
FEBRIS
A. Definisi
Febris (demam) adalah kenaikan suhu tubuh di atas variasi sirkadian yang normal sebagai
akibat dari perubahan pada pusat termoregulasi yang terletak dalam hipotalamus anterior.
Suhu tubuh normal dapat dipertahankan, ada perubahan suhu lingkungan, karena adanya
kemampuan pada pusat termoregulasi untuk mengatur keseimbangan antara panas yang
diproduksi oleh jaringan, khususnya oleh otot dan hati, dengan panas yang hilang. Dalam
keadaan febris, keseimbangan tersebut bergeser hingga terjadi peningkatan suhu dalam
tubuh. (Ngastiyah, 2005)
B. Etiologi
Penyebab febris selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan
atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu sentral
(misalnya : perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapaiketepatan diagnosis
penyebab demam antara lain: ketelitian pengambilan riwayat penyakit pasien, pelaksanaan
pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit, danevaluasi pemeriksaan laboratorium,
serta penunjang lain secara tepat dan holistic.
C. Patofisiologi
Demam adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh (respon imun) anak terhadap infeksi
atau zatasing yang masuk ke dalam tubuhnya. Bila ada infeksi atau zat asing masuk ke
tubuh akan merangsang sistem pertahanan tubuh dengan dilepaskannya pirogen.Pirogen
adalah zat penyebab demam, ada yang berasal dari dalam tubuh (pirogen endogen) dan
luar tubuh (pirogen eksogen) yang bisa berasal dari infeksi oleh mikroorganisme atau
merupakan reaksi imunologik terhadap benda asing (noninfeksi).
Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima (reseptor) yang terdapat pada
tubuh untuk disampaikan ke pusat pengatur panas di hipotalamus. Dalam hipotalamus
pirogen ini akan dirangsang pelepasan asam arakidonat serta mengakibatkan peningkatan
produksi prostaglandin (PGEZ). Ini akan menimbulkan reaksi menaikkan suhu tubuh
dengan cara menyempitkan pembuluh darah tepi dan menghambat sekresi kelenjar
keringat. Pengeluaran panas menurun, terjadilah ketidak seimbangan pembentukan
dan pengeluaran panas. Inilah yang menimbulkan demam pada anak. Suhu yang tinggi ini
akan merangsang aktivitas “tentara” tubuh (sel makrofag dan sel limfosit T) untuk
memerangi zat asing tersebut dengan meningkatkan proteolisis yang menghasilkan asam
aminoyang berperan dalam pembentukan antibodi atau sistem kekebalan tubuh. Sedangkan
sifat-sifat demam dapat berupa menggigil atau krisis/flush. Menggigil. Bila pengaturan
termostat dengan mendadak diubah dari tingkat normal ke nilai yang lebih tinggi dari
normal sebagai akibat dari kerusakan jaringan,zat pirogen atau dehidrasi. Suhu tubuh
biasanya memerlukan beberapa jam untuk mencapai suhu baru. Krisis/flush. Bila faktor
yang menyebabkan suhu tinggi dengan mendadak disingkirkan, termostat hipotalamus
dengan mendadak berada pada nilai rendah, mungkin malahan kembali ke tingkat normal.
(Corwin, 2000)
D. Manifestasi Klinis
1. Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,8 C-40C)
2. Kulit kemerahan
3. Hangat pada sentuhan
4. Peningkatan frekuensi pernapasan
5. Menggigil
6. Dehidrasi
7. Kehilangan nafsu makan
(Nurarif & Kusuma, 2013)
E. PemeriksaanPenunjang
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan Febris adalah pemeriksaan laboratorium, yang
terdiri dari Pemeriksaan DarahLengkap. Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa
penyebabdemam berasaldarimana, apakah terdapat infeksi atau karna penyebab lain.
Pada kebanyakan kasus demam, bisa mengarah ke demam thypoid dengan jumlah
leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan kadang-kadang
terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Jika leukosit
tinggi maka dapat dilakukan pemeriksaan lanjutan seperti widal atau IgG IgM untuk
pemeriksaan demam dengue
A. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Sdr. W DENGAN FEBRIS AWAL
KEPERAWATAN RAWAT INAP
1. Skrining Dekubitus
Resiko Dekubitus (Northon) Skala Nilai Kategori Score
f. Kondisi fisik umum 1-4 4 16 - 20 = Ringan
g. Kesadaran 1-4 4 12 - 15 = Sedang
h. Aktivitas 1-4 3 ˂12 = Berat
i. Mobilitas 1-4 3
j. Inkontinensia 1-4 4
Total Skor 18 Ringan
4. Skrining Gizi
Pasien tidak yakin terjadi penurunan berat badan, nafsu makan cukup baik.
BB awal sebelum sakit : 60 kg
BB setelah sakit : 58 kg
7. Riwayat Penyakit
Dahulu : Pasien mengatakan pernah riwayat maag.
Sekarang : Pasien mengatakan demam sudah 3 hari, mual dan muntah 3-5x sehari, nafsu
makan berkurang
Keluarga : Pasien mengatakan bahwa di dalam keluarganya tidak ada yang mempunyai
riwayat penyakit keturunan.
8. Psikologi Spiritual
Keluarga mengatakan bahwa pasien taat beribadah sesuai dengan agama / kepercayaan.
9. Sosial Ekonomi
Pasien mengatakan bahwa ketika sakit beli obat ke warung, jika tidak sembuh baru pergi
ke tempat pelayanan kesehatan terdekat. Keluarga mengatakan bahwa pasien
berhubunganbaik dengan keluarga, tetangga dan saudara. Pasien tinggal bersama dengan
kedua orang tuanya di rumah.
TTV
TD : 120/80 mmHg
N : 86x/menit
S : 38,1 ˚C
RR : 20x/menit
Saturasi oksigen : 99%
Pengobatan
RL : 20 tetes/menit
Ceftriaxone : 2 x 1 gr/iv
Ranitidin : 2 x 1 amp/iv
Ondansetron : 3 x 1 amp/iv
Paracetamol : 3 x 500mg/oral
Sucralfatsyr : 3 x 15ml/oral
Antrain : 2 x 1 amp/iv
E. ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
1. DS : demam sudah 3 hari Proses perjalanan Hipertermi
DO : Pasien tampak gelisah, mukosa penyakit
bibir kering, kulit teraba hangat
S = 38,1˚C
G. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Kep Tujuan Intervensi
1. Hipertermi Setelah dilakukan 5. Berikan kompres hangat basah
tindakan keperawatan
6. Monitoring tetesan infuse 20 tetes
selama 1×24 jam suhu
badan pasien dapat per menit
kembali normal
7. Kolaborasi pemberian obat
dengan kriteria hasil :
TD = 36˚C - 37,5˚C antipiretik dan antibiotik
2. Nyeri akut Setelah dilakukan 3. Mempertahankan tirah baring selama
tindakan keperawatan fase akut
selama 3×24 jam, 4. Berikan tindakan nonfarmakologis
nyeri pasien untuk menghilangkan sakit kepala,
berkurang atau hilang dengan teknik distraksi dan relaksasi
dengan kriteria hasil : 5. Kolaborasi dalam pemberian
Skala nyeri 0-1 analgesik
H. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No Hari/Tgl/jam Dx Implementasi Paraf
1 Rabu, Memberikan kompres hangat basah
18-03-2020 I Memonitoring tetesan infuse 20 tetes per menit
10.00 Memberikan obat paracetamol tablet dan
10.30 ceftriaxone 1 gram IV
10.40 R : Pasien kooperatif mau di lakukan kompres
hangat
12.30 II - Mengkaji skala nyeri
12.35 - Memberikan posisi nyaman
13.00 - Memberikan obat ranitidine 1 amp,
ondansetron 1 amp, dan antrain 1 amp/drip
R : Skala nyeri 3-4
- Pasien terlihat tenang dan nyaman