Anda di halaman 1dari 2

Nama : Dila Masriani

Kelas : XI F 5
Tugas : Seni Budaya

Kritik Seni Tari "Tari Bedhaya Ketawang"

A.DESKRIPSI

Tari Bedhaya Ketawang adalah tarian kebesaran yang hanya di pertunjukan ketika penobatan serta
peringatan kenaikan tahta raja di Kasunanan Surakarta. Tarian ini merupakan tarian sakral yang suci bagi
masyarakat dan Kasunanan Surakarta. Nama Tari Bedhaya Ketawang diambil dari kata bedhaya yang
berarti penari wanita di istana, dan ketawang yang berarti langit, yang identik sesuatu yang tinggi,
kemuliaan dan keluhuran.

Menurut sejarahnya, tarian ini berawal ketika Sultan Agung memerintah kesultanan Mataram tahun
1613 – 1645. Pada suatu saat Sultan Agung melakukan ritual semedi lalu beliau mendengar suara
senandung dari arah langit, Sultan agung pun terkesima dengan senandung tersebut. Lalu beliau
memanggil para pengawalnya dan mengutarakan apa yang terjadi. Dari kejadian itulah Sultan Agung
menciptakan tarian yang diberi nama bedhaya ketawang. Ada pula versi lain yang mengatakan bahwa
dalam pertapaannya Panembahan Senapati bertemu dan memadu kasih dengan Ratu Kencanasari atau
Kangjeng Ratu Kidul yang kemudian menjadi cikal bakal tarian ini.

Namun setelah perjanjian Giyanti pada tahun 1755, dilakukan pembagian harta warisan kesultanan
mataram kepada Pakubuwana III dan Hamengkubuwana I. Selain pembagian wilayah, dalam perjanjian
tersebut juga ada pembagian warisan budaya. Tari Bedhaya Ketawang akhirnya di berikan kepada
kasunanan Surakarta dan dalam perkembangannya tarian ini tetap dipertunjukan pada saat penobatan
dan upacara peringatan kenaikan tahta sunan Surakarta.

B.ANALISIS
Pada pertunjukannya, Tari Bedhaya Ketawang di iringi oleh iringan musik gending ketawang gedhe
dengan nada pelog. Instrumen yang di gunakan diantaranya adalah kethuk, kenong, gong, kendhang dan
kemanak. Dalam Tari Bedhaya Ketawang ini di bagi menjadi tiga babak (adegan). Di tengah tarian nada
gendhing berganti menjadi slendro selama 2x. Setelah itu nada gending kembali lagi ke nada pelog
hingga tarian berakhir.

Selain di iringi oleh musik gending, Tari Bedhaya Ketawang di iringi oleh tembang (lagu) yang
menggambarkan curahan hati kangjeng ratu kidul kepada sang raja. Pada bagian pertama tarian diiringi
dengan tembang Durma, kemudian di lanjutkan dengan Ratnamulya. Pada saat penari masuk kembali ke
dalem ageng prabasuyasa, instrument musik di tambahkan dengan gambang, rebab, gender dan suling
untuk menambah keselarasan suasana.

Dalam pertunjukannya, busana yang di gunakan penari dalam Tari Bedhaya Ketawang adalah busana
yang di gunakan oleh para pengantin perempuan jawa, yaitu Dodot Ageng atau biasa di sebut Basahan.
Pada bagian rambut menggunakan Gelung Bokor Mengkurep, yaitu gelungan yang ukurannya lebih
besar dari gelungan gaya Yogyakarta. Untuk aksesoris perhiasan yang di gunakan diantranya adalah
centhung, garudha mungkur, sisir jeram saajar, cundhuk mentul, dan tiba dhadha (rangkaian bunga yang
di kenakan pada gelungan, yang memanjang hingga dada bagian kanan).

C.INTERPRETASI

Tari Bedhaya Ketawang ini menggambarkan hubungan asmara Kangjeng Ratu Kidul dengan raja
mataram. Semua itu diwujudkan dalam gerak tarinya. Kata – kata yang terkandung dalam tembang
pengiring tarian ini menggambarkan curahan hati Kangjeng Ratu Kidul kepada sang raja. Tarian ini
biasanya di mainkan oleh sembilan penari wanita. Menurut kepercayaan masyarakat, setiap pertunjukan
Tari Bedhaya Ketawang ini dipercaya akan kehadiran kangjeng ratu kidul hadir dan ikut menari sebagai
penari kesepuluh.

Sebagai tarian sakral, ada beberapa syarat yang harus di miliki setiap penarinya. Syarat yang paling
utama yaitu para penari harus seorang gadis suci dan tidak sedang haid. Jika sedang haid maka penari
harus meminta ijin kepada Kangjeng Ratu Kidul lebih dahulu dengan melakukan caos dhahar di
panggung sanga buwana, keraton Surakarta. Hal ini di lakukan dengan berpuasa selama beberapa hari
menjelang pertunjukan. Kesucian para penari sangat penting, karena konon katanya, saat latihan
berlangsung, Kangjeng Ratu Kidul akan datang menghampiri para penari jika gerakannya masih salah.

E.EVALUASI

Pada awalnya Tari Bedhaya Ketawang dipertunjukkan selama dua setengah jam. Tetapi sejak zaman
Pakubuwana X diadakan pengurangan, hingga akhirnya menjadi berdurasi satu setengah jam. Tari
Bedhaya Ketawang ini tidak di tampilkan setiap saat, karena sebagai salah satu prosesi upacara keraton.
Tarian hanya di tampilkan pada saat penobatan dan peringatan kenaikan tahta raja di Kasunanan
Surakarta. Karena sifatnya yang sakral, untuk menyaksikan tarian ini tentunya ada beberapa syarat yang
harus di penuhi.

Anda mungkin juga menyukai