Anda di halaman 1dari 10

Nor Milsa Alisti

19130088 - PIPS B - FITK UIN Maulana Malik Ibrahim Malang


Contents Here
Sebagai tarian sakral, ada beberapa syarat yang harus
dimiliki oleh penarinya. Syarat utama adalah penarinya
harus seorang gadis suci dan tidak sedang haid. Busana
yang digunakan oleh para penari Bedhaya Ketawang

PROFIL BEDHAYA KETAWANG

Tari Bedaya Ketawang (Bahasa


adalah dodot ageng atau disebut juga basahan, yang
biasanya digunakan oleh pengantin perempuan Jawa.
Penari juga menggunakan gelung bokor mengkurep,
yaitu gelungan yang berukuran lebih besar

Jawa: Bedhaya Ketawang) adalah sebuah daripada gelungan gaya Yogyakarta. serta berbagai
aksesoris perhiasan yang terdiri atas centhung, garudha
tarian kebesaran yang hanya mungkur, sisir jeram saajar, cundhuk mentul, dan tiba
dhadha (rangkaian bunga melati yang dikenakan
dipertunjukkan ketika penobatan di gelungan yang memanjang hingga dada bagian
serta Tingalandalem Jumenengan Sunan kanan). Perangkat gamelan yang digunakan untuk
membawakan gending ini terdiri dari lima jenis,
Surakarta (upacara peringatan kenaikan yaitu kethuk, kenong, kendhang, gong,
dan kemanak, yang sangat mendominasi
tahta raja) Nama Bedhaya Ketawang keseluruhan irama gending. Bedhaya Ketawang
sendiri berasal dari kata bedhaya yang dibagi menjadi tiga adegan (babak). Di tengah-
tengah tarian, laras (nada) gending berganti
berarti penari wanita di istana. menjadi nada slendro selama dua kali, kemudian
nada gending kembali lagi ke laras pelog hingga
Sedangkan ketawang berarti langit, tarian berakhir. Pada bagian pertama tarian diiringi
identik dengan sesuatu yang tinggi, dengan tembang Durma, selanjutnya berganti
ke Retnamulya. Pada saat mengiringi jalannya
keluhuran, dan kemuliaan. Tari Bedhaya penari masuk kembali ke Dalem Ageng

Ketawang menjadi tarian sakral yang suci Prabasuyasa, alat gamelan yang dimainkan
ditambah dengan rebab, gender, gambang,
karena menyangkut Ketuhanan, di mana dan suling. keselarasan suasana.

segala sesuatu tidak akan terjadi tanpa


kehendak Tuhan Yang Maha Esa.
Setelah Perjanjian
Giyanti pada tahun 1755, Pakubuwana
iii bersama Hamengkubuwana I melakukan
Sejarah
.
pembagian harta warisan Kesultanan
Ada beberapa legenda yang mengungkapkan Mataram, yang sebagian menjadi
pembentukan tarian ini. Suatu ketika, Sultan Agung milik Kasunanan Surakarta dan sebagian
Hanyakrakusuma yang memerintah Kesultanan lainnya menjadi milik Kesultanan
Mataram dari tahun 1613-1645, sedang melakukan
Yogyakarta. Pada akhirnya Tari Bedhaya
laku ritual semadi. Konon, dalam keheningan sang
raja mendengar suara tetembangan (senandung) dari Ketawang menjadi milik istana Surakarta,
arah tawang atau langit. Sultan Agung merasa dan dalam perkembangannya sampai
terkesima dengan senandung tersebut. Begitu sekarang ini Tari Bedhaya Ketawang masih
selesai bertapa, Sultan Agung memanggil empat tetap dipertunjukkan saat penobatan dan
orang pengiringnya yaitu PanemPurbaya, Kyai upacara peringatan kenaikan takhta Sunan
Panjang Mas, Pangeran Karang Gayam II, dan Surakarta. Tetapi saat Tari Bedhaya
Tumenggung Alap-Alap.
Ketawang sejak masa pemerintahan Paku
Sultan Agung mengutarakan kesaksian batinnya
pada mereka. Karena terilhami oleh pengalaman
Buwana X sampai sekarang telah
gaib yang ia alami, Sultan Agung sendiri mengalami pergeseran, yakni peserta
menciptakan sebuah tarian yang kemudian diberi upacara, ketentuan para penarinya, dan
nama Bedhaya Ketawang. lama pementasan Bedhaya Ketawang.
Menurut versi yang lain, dikisahkan pula bahwa
dalam pertapaannya, Panembahan Senapati bertemu
dan bercinta dengan Ratu Kencanasari atau yang
dikenal juga dengan sebutan Kangjeng Ratu
Kidul yang kemudian menjadi cikal bahan bakal
tarian ini. Bedhaya Ketawang
Nilai Kearifan Lokal
Karena menyangkut kearifan lokalmaka erat kaitannya dengan makna dari Bedhaya Ketawang
Tari Bedhaya Ketawang sejalan dengan pemahaman
Bedhaya Ketawang merupakan suatu tarian mitos yang berlaku di ling-kungan tradisi Jawa,
yang berfungsi bukan hanya sebagai disakralkan merupakan pelestarian hubungan mistis
hiburan, karena tarian ini hanya ditarikan antara keturunan Panembahan Senopati sebagai Raja
untuk sesuatu yang khusus dan dalam Mataram baru yang pertama, dengan penguasa Laut
suasana yang sangat resmi. Tari Bedhaya Selatan, yaitu Kanjeng Ratu Kidul atau juga disebut
Ketawang menggambarkan hubungan Kanjeng Ratu Kencana Sari. Wujud kongkrit
asmara Kangjeng Ratu Kidul dengan raja- hubungan ini dalam kehidupan sehari-hari dinyatakan
raja Mataram. Semuanya diwujudkan dalam bahwa Kanjeng Ratu Kencana Sari bersama bala
gerak-gerik tangan serta seluruh bagian tentaranya akan selalu membantu dan dilanjutkan de-
tubuh, cara memegang sondher dan lain ngan saling menjalin percintaan.
sebagainya. Semua kata-kata yang
tercantum dalam tembang (lagu) yang
mengiringi tarian, menunjukkan gambaran Mitos yang diaktualisasikan ke dalam ritus kerajaan
curahan asmara Kangjeng Ratu Nilai dengan mengambi! bentuk Tari Bedhaya Ketawang
Kidul kepada sang raja. Makna kearifan dengan jumlah penari sembilan orang, yang diadakan
guna kepentingan kosmis raja, istana, dan
Lokal pemerintahannya. Seperti pengertian yang berlaku umum
di Asia Tenggara mengenai kesejahteraan antara
Menurut kepercayaan masyarakat, setiap Tari mikrokosmos dan makrokosmos berusaha mencari
Bedhaya Ketawang ini dipertunjukkan maka keselarasan kehidupan dengan makrokosmos atau jagad
dipercaya Kangjeng Ratu Kidul akan hadir raya. Keseimbangan ini untuk mencapai kesejahteraan
dalam upacara dan ikut menari sebagai penari dan kemakmuran kerajaan untuk mencapai kesejahteraan
kesepuluh. Tari Bedhaya Ketawang ini dan kemakmuran kerajaan. Tari Bedhaya Ketawang di
dibawakan oleh sembilan penari. Dalam Surakarta dalam tradisi setempat dipercaya sebagai karya
mitologi Jawa, sembilan penari Bedhaya Sultan Agung dengan Kanjeng Ratu Kidul Kencana Sari.
Ketawang menggambarkan sembilan arah mata Para penari yang dipilih untuk menarikan Bedhaya
angin yang dikuasai oleh sembilan dewa yang Ketawang ialah para putri nayaka wolu (delapan pejabat
disebut dengan Nawasanga. istana) dan seorang putri patih Mataram, sebagai
pimpinan atau sebagai penari batak dalam bedhaya.
Nilai Kearifan Lokal
Tari Bedhaya Ketawang sejak masa
pemerintahan Paku Buwana X sampai
sekarang telah mengalami pergeseran, yakni
peserta upacara, ketentuan para penarinya, dan
lama pementasan Bedhaya Ketawang.
 Nilai kearifan lokal dalam tarian ini dapat dilihat dari Pergeseran makna dari Tari Bedhaya Ketawang
asal kata nama tarian ini, berasal dari kata bedhaya meliputi pergeseran makna kebesaran,
berarti penari wanita di istana Sedangkan ketawang pergeseran makna kekhusukan dan pergeseran
berasal dari kata yang berarti langit, identik dengan makna ritual. Beralihnya perhatian di bidang-
mendhung atau awan tempatnya di atas, sesuatu yang di bidang seni budaya (termasuk tari Bedhaya
atas dinamakan tinggi makna simbolisnya yaitu luhur. Ketawang) bertujuan mempertahankan
Tari Bedhaya Ketawang menjadi tari suguhan yang kewibawaan raja sebagai kelas penguasa
sakral, sakral berarti suci yang menyangkut Ketuhanan, terhadap rak-yat yang dikuasainya. Dengan
penari Bedhaya Ketawang harus masih perawan dan demikian tari Bedhaya Ketawang dapat
keadaan suci, dikatakan sakral karena Tari Bedhaya dikatakan sebagai sarana legitimasi kekuasaan.
Ketawang disucikan, merupakan tari magis-religius, Oleh karenanya tari dengan nilai sakral ini
dipagelarkan sewaktu jumenengan dan hanya boleh Bedhaya Ketawang adalah salah satu bentuk
ditarikan di dalam keraton. Sakral memiliki simbol seni tari tradisional yang harus hidup dan
bahwa segala sesuatu yang menyangkut dengan Tuhan berkembang untuk kelesta-riannya, maka hal
harus dalam kadaan yang suci serta segala sesuatu tidak tersebut dapat dilakukan agar tari Bedhaya
akan terjadi tanpa kehendak Tuhan Yang Maha Esa. Ketawang tidak punah.
.
 Jumlah sembilan penari Bedhaya Ketawang adalah
simbol makrokosmos (jagad raya) yang ditandai dengan
sembilan arah mata angin dan mikrokosmos merupakan
simbol alam semesta dengan segala isinya. Tari Bedhaya
Ketawang secara keseluruhan memiliki nilai filosofis
yang berkesadaran tinggi mengenai asas dasar filsafah
Bedhaya Ketawang
hidup, sehingga mencerminkan kemampuan
menciptakan pemahaman sangkan paraning dumadi
serta manunggaling kawula Gusti dan sebagai simbol
kesuburan yaitu menyatunya Lingga-Yoni.
Link Video Tarian Bedhaya Ketawang
https://www.youtube.com/watch?v=Ah6tIWDnMKs
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai