Anda di halaman 1dari 8

Hubungan antara Kontrol Diri dengan Perilaku Agresi Verbal pada Siswa Kelas X SMK “X” Gresik

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU AGRESI VERBAL


PADA SISWA KELAS X SMK “X” GRESIK

Resty Rosalinda
Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, UNESA, email: restyrosalinda@mhs.unesa.ac.id

Yohana Wuri Satwika


Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, UNESA, email: yohanasatwika@unesa.ac.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kontrol diri dengan perilaku agresi verbal
pada siswa kelas X SMK “X” Gresik. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan
menggunakan sampel sebanyak 184 siswa kelas X SMK “X” Gresik. Instrumen yang digunakan adalah
skala kontrol diri dan skala perilaku agresi verbal. Sementara teknik analisis data yang digunakan adalah
korelasi product moment. Hasil analisis data menunjukkan nilai koefisien korelasi sebesar -0,438
dengan taraf signifikan 0,00 (p=0,00) yang menunjukkan adanya hubungan antara kontrol diri dengan
perilaku agresi verbal pada siswa kelas X SMK “X” Gresik. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat
keeratan hubungan berada pada kategori sedang. Memiliki arah hubungan negatif, artinya apabila
kontrol diri yang dimiliki tinggi maka perilaku agresi verbal siswa terebut rendah, begitu sebaliknya.
Hal ini sesuai dengan teori Krahe (2005) bahwa perilaku agresi dipengaruhi oleh faktor kepribadian,
salah satunya adalah kontrol diri. Ketika dorongan untuk berbuat menyimpang sedang dalam
puncaknya, kontrol diri dapat membantu individu dalam mereduksi agresi dengan melihat norma sosial
yang berlaku.
Kata Kunci: Kontrol Diri, Perilaku agresi verbal, dan siswa

Abstract
This study aims to determine the relationship between self control and verbal aggression behavior
among student grade X of SMK "X" Gresik. This research uses quantitative methods by using a sample
of 184 students in class X of SMK "X" Gresik. The instrument used in this research is the scale of self
control and scale of verbal aggression behavior. While the data analysis technique used is product
moment. The results of data analysis showed a correlation coefficient of -0.438 with a significant level
of 0.00 (p = 0.00) which indicates that there is relationship between self-control and verbal aggression
behavior among student grade X of SMK "X" Gresik. This shows that the closeness of the relationship is
in the medium category. It has a negative relationship direction, which means the higher self control,
the lower verbal aggression behavior. Otherwise, the lower self control, the higher verbal aggression
behavior. This is in accordance with Krahe's theory (2005) that the behavior of aggression is influenced
by personality factors, one of which is self-control. When the urge to deviate is at its peak, self-control
can help individuals reduce aggression by looking at the prevailing social norms.
Keywords: Self Control, verbal aggression behavior, and students

PENDAHULUAN meningkatkan kemampuan dan keahliannya agar dapat


Pendidikan merupakan suatu upaya untuk bersaing dan menyesuaikan diri di dunia global.
menjadikan individu berkembang baik dalam sikap Siswa SMK berada pada usia 16-18 yang berarti
maupun perilaku yang dimiliki (Merdekasari & Chaer, tergolong remaja. Banyak perubahan terjadi pada masa
2017). Sehingga pendidikan termasuk salah satu aspek remaja, termasuk fisik, kognitif, emosional, maupun
penting yang memiliki tujuan untuk mengembangkan sosial (Alwisol, 2009). Sarwono (2012), menjelaskan
kualitas sumber daya manusia terhadap potensi masing- bahwa remaja merupakan individu yang berada dalam
masing individu. Selain itu, pendidikan juga membentuk masa transisi antara anak-anak dan dewasa yang
individu untuk mempunyai sikap mandiri serta mampu menunjukkan perilaku sulit diatur, mudah terangsang
bertanggung jawab terhadap diri sendiri. perasaannya, lebih suka berkumpul dengan teman, dan
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan sebagainya. Rasa ingin tahu remaja juga berkembang,
salah satu tingkat pendidikan formal yang bertujuan mereka ingin mencoba hal baru, dan antusias dalam
untuk mempersiapkan siswanya dapat langsung melakukan berbagai hal. Remaja juga seharusnya
memasuki dunia kerja (Suprayogi, 2013). Memasuki era mempunyai kecerdasan dan kematangan emosi agar
teknologi seperti ini, individu dituntut untuk dapat dapat mengendalikan dirinya, karena pada masa ini

1
Volume 06. Nomor 02. (2019). Character: Jurnal Penelitian Psikologi

rentan sekali untuk ikut-ikutan teman sebaya sehingga pelajar. Ramdhani (2017), menuliskan perilaku agresi
mudah sekali terpengaruh. verbal lainnya juga terjadi di sebuah SMK di Pontianak
Menurut Desmita (2011), karakteristik tugas pada tanggal 7 November 2017, pertengkaran terjadi
perkembangan remaja (SMP/SMA) yaitu, mencapai dipicu karena ejekan lagi. Karena kesal, siswa yang
hubungan yang matang dengan teman sebaya, dapat diejek melampiaskan kemarahannya dengan memukuli
menerima dan belajar peran sosial (pria dan wanita), siswa lainnya.
menerima keadaan fisik dan menggunakannya secara Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada
efektif, mencapai kemandirian emosional, memilih dan siswa kelas X di SMK “X” Gresik menunjukkan bahwa
mempersiapkan karir sesuai dengan kemampuan, perilaku agresi verbal sering terjadi. Perilaku tersebut
mengembangkan sikap positif terhadap pernikahan, terkait dengan menjelekkan temannya, mengumpat,
mengembangkan ketrampilan intelektual dan konsep berkata kasar pada temannya bahkan gurunya. Selain itu,
yang diperlukan sebagai warga, mencapai perilaku yang memanggil temannya dengan nama yang tidak
bertanggung jawab secara sosial, memperoleh seharusnya. Misalnya memanggil dengan menghina fisik,
seperangkat nilai dan sistem etika sebagai pedoman nama hewan, nama orang tua. Pada saat jam pelajaran
dalam berperilaku. berlangsung ketika ditanya oleh seorang guru, terkadang
Secara ideal, remaja seharusnya memahami peran siswa berbicara dengan jawaban yang kasar dan tidak
dan fungsi sosial yang harus dijalaninya (Wibowo & sopan.
Nashori, 2017). Rermaja dalam menjalankan perannya Peneliti mengadakan wawancara sederhana dengan
secara sosial, mereka seharusnya telah mengetahui aturan tiga siswa pada hasil oservasi yang menunjukkan perilaku
dan norma masyarakat. Maka, remaja pun setidaknya agresi verbal. Siswa pertama berinisial WB (laki-laki),
mempunyai keterampilan sosial yang baik dalam mengutarakan bahwa saling ejek sudah menjadi
berhubungan dengan teman dan lingkungannya. Peran kebiasaan diantara teman-temannya. WB juga merasa
ideal yang dimaksudkan seperti remaja yang mampu lega ketika ia marah dan mengeluarkan kata-kata kotor.
menghindari adanya tekanan, ancaman, ataupun Terkadang masalah sepele dengan teman dapat membuat
penolakan tanpa menyakiti perasaan orang lain sehingga WB marah. Siswa kedua berinisial AT (laki-laki), AT
dapat menjalin hubungan sosial yang baik dengan memanggil teman-temannya dengan nama julukan,
lingkungannya. Selain itu, individu pada masa ini juga menurutnya hal tersebut menyenangkan dan biasa ia
akan memenuhi gejolak energinya, sehingga akan lakukan. Siswa ketiga berinisial V (laki-laki),
berusaha untuk menyalurkan kreativitasnya. Namun, mengutarakan bahwa ketika ada seseorang yang
sering kali ditemukan adanya kesenjangan antara peran membuatnya marah, ia seringkali langsung mengeluarkan
ideal remaja dengan apa yang selama ini terjadi di kata-kata kotor atau mengumpat kemudian memukul
kehidupan nyata (Wibowo & Nashori, 2017). Pada orang tersebut. V juga mengaku sudah biasa jika
kenyataannya peran ideal sulit untuk dipenuhi sehingga mengumpat atau berkata kotor dengan sesama teman.
remaja ini mengarahkan gejolak energinya pada hal yang Selain itu peneliti juga melakukan wawancara
cenderung negatif. Salah satu bentuk pengarahan gejolak terhadap guru BK di sekolah tersebut, dan hasilnya
negatif ini berupa perilaku agresi. diperoleh bahwa perilaku agresi verbal meningkat dari
Perilaku agresi verbal merupakan salah satu tahun-tahun sebelumnya. Dari kelas sepuluh hingga kelas
fenomena yang penting untuk diteliti, karena pada dua belas, kebanyakan yang berperilaku seperti itu adalah
dasarnya individu adalah makhluk sosial yang memiliki siswa kelas X. Menurut penuturan guru BK, kelas X yang
kebutuhan dasar untuk berinteraksi dengan orang lain. menonjol dalam berperilaku agresi verbal karena masih
Perilaku agresi verbal sering dianggap hal yang umum terbawa perilaku SMP, kurang mengetahui peraturan
dalam sebuah pertemanan, padahal perilaku agresi fisik sekolah sehingga masih dalam tahap penyesuaian diri.
bisa terjadi berawal dari agresi verbal (Chaq, Suharnan, Pada waktu tahun-tahun sebelumnya juga ada siswa yang
dan Rini, 2018). memakai kalung lalu diingatkan oleh gurunya secara
Perilaku agresi verbal yang dilakukan siswa SMK di baik-baik, tetapi ternyata malah anak tersebut
Indonesia sekarang mulai memprihatinkan, seperti yang memberontak dengan marah-marah. Dalam sekolah ini
banyak ditemukan oleh berbagai media. Sebagai contoh kelas X mempunyai empat jurusan, yaitu Teknik &
kasus, terjadi di Depok, Jawa Barat pada tanggal 11 Bisnis Sepeda Motor (TBSM), Teknik Komputer
November 2013 sekelompok siswa yang marah karena Jaringan (TKJ), Otomatisasi & Tata Kelola Perkantoran
sekolah mengeluarkan teman mereka yang dituding (OTKP), dan Akuntasi & Keuangan Lembaga (AKL).
terlibat tawuran. Sekelompok siswa tersebut melakukan Berdasarkan wawancara, dari keempat jurusan tersebut
pengancaman dan amukan kepada sekolah (Probel, kelas X TBSM dan TKJ yang paling menonjol diantara
2013). Perilaku agresi verbal yang dilakukan siswa ini semuanya.
adalah kemarahan dalam bentuk ancaman dan amukan Pada kenyataanya peran ideal sulit untuk dipenuhi,
yang berujung pada agresi fisik yaitu tawuran. Sedangkan sehingga remaja mengarahkan gejolak energinya pada
di Sukabumi tanggal 18 November 2017, seorang siswa perilaku agresi verbal seperti yang dijelaskan oleh
SMK Lodaya menjadi korban hingga meninggal peneliti di studi pendahuluan. Berkaitan dengan
diakibatkan dari tawuran antar 2 pelajar. Berawal dari terjadinya perilaku agresi, terdapat beberapa faktor
saling ejek hingga menyebabkan bentrokan terjadi internal dan eksternal. Faktor kepribadian meliputi
(Budiyanto, 2017). Perilaku agresi verbal yang terjadi iritabilitas, kerentanan emosional, pikiran yang kacau vs
adalah adanya saling ejek yang terlalu berlebihan antara 2

2
Hubungan antara Kontrol Diri dengan Perilaku Agresi Verbal pada Siswa Kelas X SMK “X” Gresik

perenungan, gaya atribusi permusuhan, harga diri, dan yaitu kontrol diri. Serta, menurut Hastuti (2018), peneliti
kontrol diri (Krahe, 2005). Sedangkan faktor eksternal menyarankan untuk melakukan riset-riset lanjutan untuk
meliputi adanya stimulus agresi, alkohol, temperatur, dan mendalami kontrol diri dan agresi.
stresor lingkungan lain. Tangney, Baumeister, dan Boone (2004) menyatakan
Salah satu faktor kepribadian yang mempengaruhi bahwa kontrol diri sebagai kemampuan individu dalam
munculnya perilaku agresi verbal yaitu kontrol diri. menentukan perilakunya dengan mempertimbangkan
Individu yang mempunyai kontrol diri tinggi pasti akan moral, nilai, dan aturan masyarakat sehingga
mampu untuk meregulasi atau mengendalikan emosi, mengesampingkan impuls dan respon spontan yang
kognitif, dan perilakunya. Beberapa teori kurang selama ini menjadi kebiasaan agar mengarah pada
menghiraukan peran faktor internal seperti pengendalian perilaku positif. Aspek-aspek kontrol diri menurut
diri (self control) dalam mempelajari agresi (Denson, Tangney, Baumeister, dan Boone (dalam Chaq,
DeWall, & Finkel, 2012). Menurut penelitian yang telah Suharnan, & Rini, 2018) antara lain Self-Discipline yaitu
dilakukan oleh Muslimah dan Nurhalimah (2012), locus aspek ini menekankan kemampuan individu dalam
of control mempunyai peran dalam dalam mempengaruhi mendisiplinkan diri sendiri, Deliberate/Nonimpulsive
dan menentukan pusat kendali individu. Hal ini berarti yaitu kecenderungan individu dalam melakukan sesuatu
bahwa dalam menghindari perilaku agresi memerlukan dengan tidak tergesa-gesa dan hati-hati, Healthy Habits
tanggung jawab pribadi dan keberanian dalam yaitu aspek ini merujuk pada bagaimana individu dapat
mengambil keputusan sehingga frustasi dapat diturunkan mengatur pola perilaku menjadi kebiasaan yang
(Denson, DeWall, & Finkel, 2012). menyehatkan dan positif bagi individu, Work Ethic yaitu
Gottfredson dan Hirschi (dalam Aroma & Suminar, penilaian individu terhadap regulasi diri mereka dalam
2012) menjelaskan bahwa individu yang mempunyai layanan etika kerja dan mampu memberikan perhatiannya
kontrol diri rendah cenderung senang untuk melakukan pada pekerjaan yang sedang dilakukan, dan Reliability
suatu hal yang beresiko (seperti perilaku agresi verbal), yaitu merujuk pada penilaian individu terhadap
menjadi impulsif, berpikiran sempit sehingga mudah kemampuannya dalam pelaksanaan rencana jangka
emosi. Hal ini dialami sebagian besar siswa SMK “X” panjang untuk pencapaian tertentu.
Gresik yang menandakan bahwa individu masih kurang Menurut Buss (dalam Krahe 2005) agresi merupakan
mampu mengatur stimulus yang dihadapi, fenomena sosial yang akrab, biasanya berupa respon
mempertimbangkan konsekuensi yang akan terjadi yang mengantarkan stimuli “beracun” kepada orang atau
sehingga tidak mampu menentukan tindakan yang sesuai. objek lain baik yang berbentuk fisik maupun verbal.
Maka dari itu, individu tersebut mempunyai Menurut Winarlin, Lasan, & Widada (2016), perilaku
kecenderungan yang tinggi untuk melakukan perilaku agresi verbal merupakan bentuk perilaku agresi yang
agresi verbal. menyakiti atau melukai perasaan orang lain, misalnya
Kontrol diri merupakan salah satu struktur menghina, mempermalukan, marah, membentak,
kepribadian manusia yang paling penting dan telah mengancam, dll. Buss mengelompokkan agresi manusia
dikaitkan dengan berbagai manfaat bagi individu dan dalam beberapa jenis. Menurut Buss perilaku agresi
hubungan sosialnya. Penelitian yang dilakukan oleh Sofia verbal antara lain agresi verbal aktif langsung, agresi
dan Cruz (2015), menemukan bahwa atlet dengan kontrol verbal pasif langsung, agresi verbal aktif tidak langsung,
diri yang tinggi terlihat lebih baik dalam mengendalikan agresi verbal pasif tidak langsung (dalam Dayakisni &
agresinya, baik itu agresi fisik maupun verbal, dan Hudaniah, 2009).
perasaan marah. Selain itu, atlet pria cenderung untuk Buss (dalam Dayakisni & Hudaniah, 2009)
lebih agresi dibanding perempuan. menjelaskan agresi verbal aktif langsung yaitu tindakan
Qutaiba dan Tamie (2010), melakukan penelitian agresi verbal yang dilakukan oleh individu dengan cara
yang menunjukkan bahwa aspek kognitif dan emosi berhadapan secara langsung dengan individu lain; Agresi
mempunyai pengaruh yang signifikan dalam verbal pasif langsung, yaitu tindakan agresi verbal yang
memprediksi kekerasan fisik, verbal, sikap permusuhan dilakukan oleh individu dengan cara berhadapan dengan
dan perasaan marah. Kontrol diri dengan rasa memiliki individu lain namun tidak terjadi kontak verbal secara
mempunyai korelasi yang positif. Penelitian ini langsung; Agresi verbal aktif tidak langsung, yaitu
menggunakan subjek remaja Arab. Kontrol diri dapat tindakan agresi verbal yang dilakukan oleh individu
meningkatkan rasa sosial mereka. Remaja dalam hal ini dengan cara tidak berhadapan secara langsung dengan
mempunyai kebutuhan untuk memiliki dalam individu lain yang menjadi targetnya; Agresi verbal pasif
hubungannya dengan orang lain. Didapatkan kesimpulan tidak langsung, yaitu tindakan agresi verbal yang
bahwa kontrol diri dan rasa memiliki mempunyai korelasi dilakukan oleh individu dengan cara tidak berhadapan
negatif dengan perilaku agresi. Sehingga apabila remaja dan tidak terjadi kontak verbal secara langsung dengan
Arab yang mempunyai kontrol diri dan rasa memiliki individu lain yang menjadi targetnya.
yang rendah maka kurang dalam pemenuhan Berdasarkan uraian fenomena yang dijelaskan
kesejahteraan subjektifnya. terdapat kesenjangan antara peran ideal dengan
Penelitian ini juga mengacu pada penelitian Guswani kenyataan yang ada, maka peneliti tertarik untuk
& Kawuryan (2011), menemukan bahwa mahasiswa yang melakukan penelitian dengan judul Hubungan Antara
matang emosinya akan mampu dalam mengatur luapan Kontrol Diri Dengan Perilaku Agresi Verbal Pada Siswa
emosi, hal itu termasuk faktor internal. Selain itu, kelas X SMK “X” Gresik.
penelitinya menyarankan untuk meneliti variabel lain

3
Volume 06. Nomor 02. (2019). Character: Jurnal Penelitian Psikologi

METODE A. Analisis Data


Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. 1. Hasil Uji Asumsi
Pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan yang a. Uji Normalitas
menekankan analisisnya pada data-data numerial (angka)
Uji normalitas mempunyai tujuan untuk melihat
yang diolah dengan metode statistika. Pada dasarnya,
pendekatan kuantitatif dilakukan dalam rangka pengujian apakah data tersebut berdistribusi normal atau tidak.
hipotesis dan menyandarkan kesimpulan hasilnya pada Uji normalitas ini dilakukan dengan bantuan SPSS
suatu probabilitas kesalahan penolakan hipotesis nihil versi 24.0 for windows memggunakan teknik statistik
(Azwar, 2016). Kolmogrov-Smirnov. Adapun kriteria normalitas data
Berdasarkan judul penelitian ini, maka jenis penelitian sebagai berikut:
kuantitatif dengan teknik korelasional. Teknik Tabel 4.2
korelasional adalah teknik statistik yang digunakan untuk
Ketentuan Distribusi Normalitas Data
mencari ada tidaknya hubungan antara dua variabel
(variabel X dan variabel Y), apabila ada seberapa erat Nilai Signifikansi Keterangan
hubungan serta berarti atau tidaknya hubungan itu Sig >0,05 Distribusi data normal
(Arikunto, 2006). Sig <0,05 Distribusi data tidak normal
Peneliti menggunakan sampel jenuh karena populasi
yang berjumlah 217, akan digunakan oleh peneliti Berikut merupakan hasil uji normalitas dengan
seluruhnya dengan alasan dua jurusan tersebut (TBSM menggunakan uji kolmogrov-smirnov untuk variabel
dan TKJ) yang menunjukkan perilaku agresi verbal perilaku agresi verbal dan kontril diri:
menonjol. 33 subjek akan digunakan peneliti untuk
Tabel 4.3
melakukan try out, sehingga jumlah subjek penelitian
menjadi 184. Hasil Uji Normalitas Data
Pengumpulan data menggunakan kuisioner skala Nilai
Variabel Keterangan
kontrol diri dibuat berdasarkan aspek-aspek kontrol diri Signifikansi
dari Tangney, Baumeister, dan Boone (dalam Chaq, Data berdistribusi
Kontrol Diri 0,200
normal
Suharnan, & Rini, 2018) yaitu self discipline,
Perilaku Data berdistribusi
deliberate/non impulsif, healthy habits, work ethic, dan Agresi verbal
0,098
normal
reliability. Sementara skala perilaku agresi verbal yang
dibuat berdasarkan teori dari perilaku agresi menurut Buss
(dalam Dayakisni & Hudaniah, 2009) yaitu perilaku Berdasarkan hasil uji normalitas dapat diketahui
agresi verbal aktif langsung, agresi verbal pasif langsung, bahwa nilai signifikansi dari variabel perilaku agresi
agresi verbal aktif tidak langsung, dan agresi verbal pasif verbal sebesar 0,098 sedangkan nilai signifikansi
tidak langsung. Teknik analisis data yang digunakan pada dari variabel kontrol diri sebesar 0,200. Sehingga
penelitian ini adalah uji korelasi “product moment”. dapat disimpulkan bahwa kedua variabel tersebut
(perilaku agresi verbal dan kontrol diri) mempunyai
HASIL DAN PEMBAHASAN sebaran data normal karena nilai signifikasinya lebih
Data penelitian yang telah didapatkan kemudian diolah dari 0,05.
dengan menggunakan descriptive statistics. Data statistik
b. Uji Linearitas
tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
Uji linieritas bertujuan untuk mengetahui status
Tabel 4.1 linieritas suatu data penelitian. Uji linieritas pada
Descriptive statistics penelitian ini menggunakan teknik statistik test for
Std. linearity. Uji linieritas ini dihitung dengan bantuan
Variabel N Min Max Mean
Deviation SPSS versi 24.0 for windows. Berikut ini adalah
Kontrol Diri 184 96 173 132.27 15.340 kriteria uji hubungan linieritas:
Perilaku
184 50 91 67.89 9.505 Tabel 4.4
Agresi Verbal
Ketentuan Distribusi Linearitas Data
Melalui hasil analisis statistik deskriptif yang telah Nilai Sig Keterangan
dilakukan, diketahui bahwa nilai untuk variabel perilaku Sig < 0,05 Linier
agresi verbal memiliki rata-rata sebesar 67,89 dengan Sig > 0,05 Non Linier
nilai maksimum sebesar 91 dan nilai minimum sebesar
50, sedangkan untuk variabel kontrol diri memiliki rata-
rata sebesar 132,27 dengan nilai maksimum sebesar 173 Adapun hasil uji linieritas kedua variabel
dan nilai minimum sebesar 96 Nilai standar deviasi yang penelitian sebagai berikut:
dimiliki setiap variabel yaitu variabel perilaku agresi Tabel 4.5
verbal sebesar 9,505, sementara variabel kontrol diri Hasil Uji Linearitas Data
sebesar 15,340.
Variabel Nilai Sig Ket
Perilaku Agresi Verbal * 0,00 Linier
Kontrol Diri

4
Hubungan antara Kontrol Diri dengan Perilaku Agresi Verbal pada Siswa Kelas X SMK “X” Gresik

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa Hasil analisis korelasi product moment
nilai signifikansi linearity dari perilaku agresi verbal menunjukkan bahwa besar hubungan antara kontrol
(variabel Y) dengan kontrol diri (variabel X) sebesar diri dengan perilaku agresi verbal mempunyai
0,00 yang berarti nilai probabilitas kurang dari 0,05 koefisien korelasi sebesar -0,438. Tanda negatif
(p<0,05). Dapat disimpulkan bahwa hubungan Y dan dalam hasil tersebut menandakan bahwa kedua
X adalah linier. variabel memiliki arah korelasi negatif, dimana
berarti semakin tinggi kontrol diri yang dimiliki
2. Hasil Uji Hipotesis maka semakin rendah perilaku agresi verbalnya, dan
Uji hipotesis dilakukan untuk memenuhi asumsi berlaku sebaliknya. Hal ini sesuaia dengan Sugiyono
parametrik. Teknik analisis data yang digunakan (2011) yang menjelaskan bahwa arah hubungan
untuk uji hipotesis ini adalah korelasi product ditunjukkan melalui tanda (+) dan (-). Tanda (+)
moment dengan bantuan SPSS 24.0 for windows. menunjukkan arah hubungan yang searah antar
Berdasarkan rumusan masalah “Adakah hubungan variabel, sementara tanda (-) menunjukkan arah yang
antara kontrol diri dengan perilaku agresi verbal berlawanan.
pada siswa kelas X SMK “X” Gresik?”, maka
hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut: PEMBAHASAN
Ho : Tidak ada hubungan antara kontrol diri Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
dengan perilaku agresi verbal pada siswa kelas X antara kontrol diri dengan perilaku agresi verbal pada
SMK “X” Gresik. siswa kelas X SMK “X” Gresik. Sebelum menguji
Ha: Ada hubungan antara kontrol diri dengan hipotesis, dalam penelitian ini memerlukan data
perilaku agresi verbal pada siswa kelas X SMK “X” berdistribusi normal dan hubungan kedua variabel harus
Gresik. linear. Berdasarkan hasil uji normalitas variabel kontrol
Kriteria penilaian tingkat keeratan hubungan diri sebesar 0,200, sementara variabel perilaku agresi
variabel X dan variabel Y pada analisis pearson verbal sebesar 0,098. Dari hasil tersebut memiliki
correlation sebagai berikut: signifikasi >0,05 sehingga dianggap data berdistirbusi
normal. Sedangkan hasil uji linearitas kedua variabel
Tabel 4.6
tersebut sebesar 0,00 yang berarti <0,05, maka dianggap
Tingkat Keeratan Hubungan
memiliki hubungan yang linier. Setelah dilakukan uji
Nilai Korelasi Keterangan asumsi, langkah selanjutnya adalah melakukan uji
<0,20 Sangat rendah hipotesis. Hasil pengujian hipotesis diperoleh dengan
0,20-0,40 Rendah menggunakan teknik corellation product moment melalui
0,40-0,60 Sedang bantuan program SPSS (Statistic Product and Service
0,60-0,80 Tinggi Solution) versi 24.0 for windows menunjukkan bahwa
0,80-1 Sangat tinggi terdapat hubungan yang signifikan antara variabel kontrol
diri dengan perilaku agresi verbal pada siswa kelas X
Hasil korelasi product moment dalam uji SMK “X” Gresik. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.7
hipotesis sebagai berikut: yang menunjukkan nilai signifikansi sebesar (p) 0,000
(sig < 0,005) yang artinya adanya hubungan yang
Tabel 4.7
signifikan antara kontrol diri dengan perilaku agresi
Hasil Uji Hipotesis verbal pada siswa kelas X SMK “X” Gresik.
Perilaku Nilai koefisien korelasi variabel kontrol diri dengan
Kontrol
Variabel Agresi perilaku agresi verbal sebesar -0,438 termasuk dalam
Diri
Verbal kategori sedang yang menunjukkan hubungan negatif.
Pearson Hubungan negatif yang dimaksud adalah semakin tinggi
1 -.438**
Kontrol Correlation kontrol diri yang dimiliki oleh siswa, maka semakin
Diri Sig. (2-tailed) .000 rendah perilaku agresi verbalnya, sebaliknya semakin
N 184 184 rendah kontrol diri yang dimiliki maka semakin tinggi
Pearson perilaku agresi verbalnya (Chaq, Suharnan, & Rini,
Perilaku -.438** 1 2018).
Correlation
Agresi Hasil penelitian ini didukung dengan hasil penelitian
Sig. (2-tailed) .000
Verbal yang dilakukan oleh Chaq, Suharnan, & Rini (2018),
N 184 184
menyatakan bahwa adanya hubungan negatif antara
kontrol diri dengan perilaku agresi verbal. Ketika
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat nilai individu tidak mampu dalam mengontrol aspek kognitif
signifikansi variabel kontrol diri dan variabel mengenai perilaku sesuai yang dimunculkan diberbagai
perilaku agresi verbal sebesar 0,00 yang artinya situasi dan cenderung untuk bersikap impulsif, maka
kedua variabel tersebut memiliki hubungan yang sedikit banyak akan menyalurkan responnya melalui
signifikan. Hipotesis yang berbunyi “terdapat perilaku agresi verbal yang dapat merugikan diri sendiri
hubungan antara kontrol diri dengan perilaku agresi dan orang lain. Penelitian ini sesuai juga dengan hasil
verbal pada siswa kelas X SMK “X” diterima. penelitian Sentana dan Kumala (2017) yang
menunjukkan adanya hubungan negatif antara kontrol

5
Volume 06. Nomor 02. (2019). Character: Jurnal Penelitian Psikologi

diri dan perilaku agresi pada remaja. Tinjauan antara iritabilitas. Saat individu menerima stimulus negatif,
agresi dan kontrol diri menunjukkan bahwa kontrol diri maka individu akan bereaksi kasar atau impulsif.
dapat mempunyai peran dalam mengurangi bahaya Contohnya, ketika individu mengerjakan tugas, alat
psikis, fisik, ekonomi, dan sosial yang terkait dengann tulisnya diambil oleh temannya. Sehingga ia cenderung
agresi tak terkontrol (Denson, DeWall, dan Finkel, 2012). untuk bereaksi impulsif seperti marah dan mengeluarkan
Hasil penelitian ini juga mendukung pendapat yang kata-kata kotor. Stresor lingkungan berupa kondisi di
diutarakan Krahe (2005) bahwa perilaku agresi dalam kelas yang panas, mudah memunculkan emosi
dipengaruhi oleh faktor kepribadian, salah satunya adalah yang berlebih pula.
kontrol diri. Remaja yang kontrol dirinya rendah Perilaku agresi verbal merupakan respon individu
cenderung untuk bertindak impulsif dan melakukan yang spontan dan individu cenderung tidak memikirkan
sesuatu tanpa memikirkan resiko yang akan terjadi. Hal resiko jangka panjang dari perilaku agresinya. Individu
itu akan membuat remaja tersebut mudah kehilangan yang berperilaku agresif cenderung mengejar kepuasan
kendali emosi, sehingga mudah melakukan perilaku yang sesaat. Sedangkan individu yang mempunyai kontrol diri
menyimpang dibanding dengan individu yang yang baik, ia akan memikirkan resiko dan tujuan jangka
mempunyai kontrol diri yang tinggi. Selain itu, mereka panjang yang akan ia hadapi. Pada dasarnya individu
cenderung sulit untuk mengendalikan pemikirannya dan tersebut meresponnya tidak secara spontan. Hal ini sesuai
kurang mampu dalam menyelesaikan masalah sehingga dengan pendapat Baumeister yang menyatakan bahwa
individu tersebut akan melawan permasalahan yang ada individu dapat merubah respon yang akan dimunculkan,
dan meluapkan kemarahan pada hal yang negatif, seperti sehingga mampu menekan perilaku agresi yang akan
munculnya perilaku agresi verbal. Munculnya perilaku muncul dengan perilaku yang sesuai (Baumeister, 2013).
agresi verbal yang tinggi mempunyai efek negatif, Kontrol diri sebagai proses yang menjadikan
diantaranya remaja tersebut kurang mampu dalam individu itu sendiri sebagai agen utama dalam
mengontrol dirinya, tidak mengetahui cara mengarahkan, memandu dan mengatur perilakunya ke
berkomunikasi yang baik dan sopan dengan orang lain. arah konsekuensi yang positif (Ghufron & Risnawita,
Hal tersebut membuatnya kesulitan dalam berinteraksi 2017). Dengan adanya kontrol diri individu tersebut
dengan orang lain sehingga dapat mengganggu proses memperhatikan cara-cara yang tepat untuk berperilaku
belajar-mengajar. dalam situasi mendesak maupun situasi yang bervariasi.
Kontrol diri juga terkait dengan kesuksesan individu Kontrol diri diperlukan guna membantu individu
dalam berbagai bidang kehidupan (Tangney, Baumeister, mengatasi kemampuannya yang terbatas dalam mengatasi
dan Boone, 2004). Berdasarkan hasil penelitian Tangney, berbagai hal yang merugikan yang mungkin terjadi yang
Baumeister, dan Boone (2004), menemukan bahwa berasal dari luar. Maka, dari itu kontrol diri perlu dimiliki
kontrol diri dengan skor yang tinggi dapat berhasil dalam oleh siswa.
peringkat kelas, mampu mengontrol pola makan dan Menurut Desmita (2011), salah satu tugas
penyalahgunaan alkohol, mudah menyesuaikan diri, perkembangan remaja adalah mencapai perilaku yang
mempunyai hubungan interpersonal yang baik, terhindar bertanggungjawab secara sosial. Hal ini remaja dalam
dari rasa tidak aman, dan mampu mengungkapkan emosi tahap pemaknaan nilai-nilai yang ada di masyarakat.
dengan tepat. Dalam hal menjalin hubungan, kontrol diri Keberhasilan dalam pemenuhan tugas perkembangan ini
dapat membantu individu untuk menahan diri agar tidak akan menjadikan remaja paham dan peka mengenai
mengatakan hal-hal yang menyakitkan pada orang lain aturan norma sosial yang berlaku, sehingga remaja akan
dan menolak godaan hal yang negatif. Sedangkan dapat mengendalikan pemuasan dorongan-dorongan dari
rendahnya kontrol diri dapat membuat kemarahan yang dalam dirinya agar tidak melanggar norma dan aturan
memuncak (Tangney, Baumeister, dan Boone, 2004). yang berlaku. Denson, DeWall, dan Finkel, (2012)
Nilai koefisien korelasi variabel penelitian ini menyatakan beberapa penelitian mengenai agresi
sebesar -0,438. Berdasarkan tingkat keeratan hubungan mengabaikan faktor internal dari dalam diri, padahal
berada pada kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa ketika dorongan untuk berbuat menyimpang sedang
kontrol diri memang memiliki hubungan yang cukup kuat dalam puncaknya, kontrol diri dapat membantu individu
dengan perilaku agresi verbal, sehingga kontrol diri dalam mereduksi agresi dengan melihat norma sosial
merupakan salah satu variabel yang tidak boleh diabaikan yang berlaku.
atau dipandang sebelah mata dalam membahas mengenai
fenomena agresi. Posisi tersebut dapat menunjukkan PENUTUP
kontrol diri dalam fungsinya untuk menghambat Simpulan
munculnya perilaku agresi. Variabel perilaku agresi Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh,
verbal sebesar 43,8% dipengaruhi oleh kontrol diri. variabel kontrol diri dengan perilaku agresi verbal adalah
Sedangkan 56,2% lainnya dipengaruhi oleh faktor lain p=0,00. Hal tersebut berarti signifikansinya kurang dari
yang dapat mempengaruhi variabel terikat (perilaku 0,05 (p0,00 < 0,05), sehingga menunjukkan hubungan
agresi verbal). Faktor lain tersebut berupa faktor internal yang signifikan antara kontrol diri dengan perilaku agresi
selain kontrol diri yaitu iritabilitas, kerentanan emosional, verbal pada siswa kelas X SMK “X” Gresik. Berdasarkan
pikiran kacau vs perenungan, gaya atribusi bermusuhan, hasil penelitian tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan
harga diri, serta faktor eksternal berupa alkohol, stimulus bahwa hipotesis dalam penelitian ini diterima sehingga
agresi, temperatur, stresor lingkungan lain (Krahe, 2005). dapat disimpulkan secara keseluruhan terdapat hubungan
Salah satu faktor yang ada di sekolah tersebut misalnya

6
Hubungan antara Kontrol Diri dengan Perilaku Agresi Verbal pada Siswa Kelas X SMK “X” Gresik

negatif antara kontrol diri dengan perilaku agresi verbal Dayakisni, T., & Hudaniah. (2009). Psikologi sosial.
pada siswa kelas X SMK “X” Gresik. Artinya semakin Malang: UMM Press.
tinggi kontrol diri siswa maka semakin rendah perilaku Denson, T. F., DeWall, N., & Finkel, E. J. (2012). Self-
agresi verbalnya. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah control and aggression. Current Directions in
kontrol diri siswa maka semakin tinggi perilaku agresi Psychological Science, 21(1), 20–25.
verbal siswa tersebut. Desmita. (2011). Psikologi perkembangan peserta didik.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Saran Ghufron, M. N., & Risnawita, R. (2017). Teori-teori
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, psikologi. Jogjakarta: A-Ruzz Media.
maka peneliti memberikan saran kepada beberapa pihak Guswani, A. M., & Kawuryan, F. (2011). Perilaku agresi
terkait yang dapat dijadikan bahan pertimbangan, yaitu pada mahasiswa ditinjau dari kematangan
sebagai berikut: emosi. Jurnal Psikologi Pitutur, 1(2), 86-92.
1. Bagi Peneliti Selanjutnya Hastuti, L. W. (2018). Kontrol diri dan agresi: Tinjauan
a. Peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih dalam meta- analisis. Buletin Psikologi, 26(1), 42-53.
mengenai faktor-faktor lain yang Krahe, B. (2005). Perilaku agresif: Buku panduan
mempengaruhi munculnya perilaku agresi psikologi sosial. (H. Prajitno S & Sri Mulyantini
verbal S, Terj.). Yogyakarta: Pustaka Belajar.
b. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat Merdekasari, A., & Chaer, M. T. (2017). Perbedaan
menggunakan skala yang lebih besar seperti perilaku agresi antara siswa laki-laki dan siswa
subjek yang digunakan lebih dari satu sekolah perempuan di SMPN 1 Kasreman Ngawi. Jurnal
agar dapat memperluas hasil penelitian Psikologi Pendidikan & Konseling, 3(1), 53-60.
2. Bagi Sekolah Muslimah, A. I., & Nurhalimah. (2012). Agresifitas
a. Kepada guru Bimbingan Konseling (BK) ditinjau dari locus of control internal pada siswa
disarankan untuk memberikan materi lebih Smk Negeri 1 Bekasi dan siswa di Smk Patriot 1
mengenai pentingnya kontrol diri, pembinaan Bekasi. Jurnal Soul, 5(2), 33-54.
perilaku-perilaku normatif, serta memberi Probel, A. (11 November 2013). Teman dikeluarkan,
pelatihan mengenai kontrol diri. siswa SMA di Depok Ngamuk. Tempo.Co.
b. Guru juga diharapkan tidak hanya melakukan Diunduh dari
bimbingan secara klasikal di dalam kelas, https://metro.tempo.co/read/528841/teman-
tetapi juga bisa menggunakan kegiatan diluar dikeluarkan-siswa-sma-di-depok-ngamuk
kelas. Selain itu, guru BK dapat menyarankan Qutaiba, A., & Tamie, R. (2010). Self control and a sense
atau membantu peserta didik untuk mengikuti of social belonging as moderators of the link
ekstrakurikuler yang dapat mengembangkan between poor subjective wellbeing and
kemampuannya sehingga tidak mengarah aggression among Arab Palestinian adolescents
pada hal yang negatif. in Israel Agbaria. Procedia Social and
Behavioral Sciences, 5, 1058–1069.
Ramdhani, J. (07 November 2017). Soal penganiayaan
DAFTAR PUSTAKA brutal, kemendikbud: dilakukan siswa karena
Alwisol. (2009). Psikologi kepribadian: Edisi revisi. ejekan. Detiknews. Diunduh dari
Malang: UMM Press. https://news.detik.com/berita/3717578/soal-
Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian: Suatu penganiayaan-brutal-kemendikbud-dilakukan-
pendekatan praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta. siswa-karena-ejekan
Aroma, I. S., & Suminar, D. R. (2012). Hubungan antara Sarwono, S. W. (2012). Psikologi remaja: Ed revisi.
tingkat kontrol diri dengan kecenderungan Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
perilaku kenakalan remaja. Jurnal Psikologi Sentana, M. A., & Kumala I. D. (2017). Agresivitas dan
Pendidikan dan Perkembangan, 1(2), 1-6. kontrol diri pada remaja di Banda Aceh. Jurnal
Azwar, S. (2016). Metode penelitian. Yogyakarta: Sains psikologi, 6(2), 51-55.
Pustaka Belajar. Sofia, R. M., & Cruz, J. F. A. (2015). Self-control as
Baumeister, R. F. (2013). Self-control, fluctuating mechanism for controlling aggression: A study
willpower, and forensic practice. The Journal of in the context of sport competition. Personality
Forensic Practice, 15(2), 85 – 96. and Individual Differences, 87, 302–306.
Budiyanto. (18 November 2017). Saling ejek sebabkan Suprayogi, S. (2013). Hubungan antara perilaku agresif
bentrok antar-pelajar SMK, satu orang tewas. siswa di kelas dengan hasil belajar siswa kelas
Kompas.com. diunduh dari XI kompetensi keahlian teknik kendaraan ringan
https://regional.kompas.com/read/2017/11/18/1425 di SMK Pembaharuan Purworejo. Skripsi
1831/saling-ejek-sebabkan-bentrok-antar-pelajar- diterbitkan. Universitas Negeri Yogyakarta,
smk-satu-orang-tewas Indonesia.
Chaq, M. C., Suharnan, & Rini, A. P. (2018). Tangney, J. P., Baumeister, R. F., & Boone, A. L. (2004).
Religiusitas, kontrol diri dan agresivitas verbal High self control predicts good adjustment, less
remaja. Jurnal Psikologi, 27(2), 20-29. pathology, better grades, and interpersonal
success. Journal of Personality, 72(2), 271-322.

7
Volume 06. Nomor 02. (2019). Character: Jurnal Penelitian Psikologi

Wibowo, N. E., & Nashori, H. F. (2017). Self regulation


and aggresive behavior on male adolescence.
Jurnal RAP UNP, 8(1), 48-59.

Anda mungkin juga menyukai