Anda di halaman 1dari 10

A.

Latar Belakang

Remaja merupakan masa yang paling banyak mendapatkan

masalah, dimana seorang individu sedang mencari identitas diri, mereka

cenderung labil, suka ikut-ikutan dan mencoba sesuatu tanpa peduli hal

tersebut benar atau salah. Masa remaja cenderung memiliki emosi yang

mudah meninggi, murung, merajuk, ledakan amarah, menangis dan

sensitif. Remaja lebih melibatkan kelompok teman sebaya dibandingkan

dengan orang tua. Mereka lebih banyak melakukan kegiatan diluar rumah

seperti sekolah, ekskul, dan bermain dengan teman. Hal ini menunjukkan

bahwa peran teman sebaya dan kelompok itu besar pengaruhnya daripada

peran keluarga (Herawati & Adrian, 2022).

Peran teman sebaya sangat mempengaruhi perilaku remaja dengan

lingkungannya, salah satu perilaku yang menjadi permasalahan saat ini

adalah perilaku menyakiti antar teman sebaya, seperti perilaku

penggunaan kata-kata makian dalam berkomunikasi, dimana pemakaian

kata-kata makian dianggap sebagai kata-kata yang wajar digunakan untuk

mengekspresikan kemarahan, kejengkelan, dan kebencian. Kata-kata yang

merupakan makian merupakan masuk sebuah perilaku agresi. Perilaku

agresi adalah perilaku yang secara sengaja bermaksud untuk melukai

secara sik, verbal serta menghancurkan harta benda orang lain. Agresi sik
contohnya adalah memukul, menendang, atau melukai secara sik. Agresi

verbal contohnya adalah mengumpat, mengejek, dan meremehkan. Agresi

yang merusak harta benda orang lain contohnya adalah merusak jam,

sepeda atau benda milik orang lain (Aridhona et al., 2022).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Saputra, 2018)

menyebutkan bahwa perilaku agresi disebabkan oleh faktor tertentu, salah

satunya adalah perceraian orang tua. Remaja yang berasal dari keluarga

bercerai ternyata lebih agresif bila dibandingkan dengan remaja yang

berasal dari keluarga utuh. Siswa yang orang tuanya bercerai memiliki

kebahagiaan yang kurang. Hal ini akan mendorong siswa untuk mencari

hal lain yang dapat membuat dirinya bahagia, termasuk dengan cara

melukai orang lain secara sengaja (Aridhona et al., 2022).

Perilaku agresi verbal merupakan sebuah perilaku yang dilakukan

dengan tujuan menyakiti orang lain dengan kata-kata yang mengadung

agresi. Perilaku agresi verbal juga merupakan bentuk perilaku agresif yang

bertujuan untuk menyakiti orang lain dengan verbal seperti makian,

ejekan, umpatan, celaan, tnah, ancaman dan sebagainya. Perilaku agresi

verbal sebagai tindakan yang bertujuan merugikan seseorang dengan kata-

kata secara agresi (Arga et al., 2023).


Menurut (Tola, 2018) faktor yang mempengaruhi perilaku agresi

verbal ialah faktor biologis yaitu setiap anak terlahir dengan tingkah laku

dan emosi yang berbeda namun dapat diubah dengan pola asuh yang

diterapkan oleh orang tua. Selain itu penyakit yang di derita juga dapat

mempengaruhi perilaku agresi seseorang. Faktor keluarga yaitu

berhubungan dengan pola asuh yang diterapkan orang tua kepada anak.

Misalnya orang tua yang selalu menekan anak untuk bersikap sesuai

dengan kemauannya maka tidak menutup kemungkinan anak ini memiliki

perilaku agresif yang cenderung menetap karena gejolak dari tekanan-

tekanan yang diberikan oleh orang tua. Faktor sekolah yaitu kebanyakan

anak menunjukkan perilaku yang berbeda saat sebelum dan sesudah

masuk sekolah. Kebanyakan anak cenderung menunjukkan perilaku

agresinya saat sudah masuk sekolah karena merasa keluar dari lingkungan

keluarga dan dapat bebas melakukan hal yang ingin dilakukan. Faktor

budaya yaitu yang dimaksud budaya disini bukan adat namun seperti suatu

kebiasaan yang dibuat. Misalnya kebisaan anak menonton televisi yang

menayangkan perilaku kekerasan seperti lm kartun atau robot yang

menayangkan adegan kekerasan, dengan begitu anak cenderung meniru

tayangan tersebut. Hal negatif dari media tersebut dapat mempengaruhi

perilaku anak (Arga et al., 2023).


Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang

melakukan perilaku agresi verbal ada tiga yaitu faktor sosial seperti

frustasi, tekanan dari orang tua dan lingkungan, provokasi, agresi yang

dipindahkan, pemaparan terhadap kekerasan di media, keterangsangan

yang meningkat, dan keterangsangan seksual. Faktor pribadi seperti pola

perilaku, persepsi, narsisme, dan ancaman ego. Faktor situasional seperti

suhu udara yang tinggi, obat-batan, dan keramaian yang memicu

munculnya perilaku agresivitas verbal. Beberapa faktor yang

mempengaruhi perilaku agresi verbal diantaranya frustasi, pikiran,

kepribadian, keluarga, proses sosialisasi, pola asuh, dan lingkungan luar

(Khaira, 2022).

Faktor yang mempengaruhi seseorang berperilaku agresi verbal

ialah faktor bawaan biologis, frustasi dan belajar melakukan tindakan

agresi itu sendiri. Berdasarkan beberapa faktor yang telah di paparkan

maka dapat disimpulkan bahwa ada berbagai macam faktor yang

mempengaruhi perilaku agresi verbal yaitu faktor internal yang lahir dari

diri sendiri atau bawaan, kemudian faktor eksternal meliputi sosial,

keluarga, situasional, budaya, dan sekolah. Selain faktor yang terkait

dengan perilaku agresi, ada beberapa aspek perilaku agresi verbal


diataranya agresi verbal aktif langsung yaitu perilaku agresi verbal yang

dilakukan secara langsung pada pihak sasaran (Herawati & Adrian, 2022).

Agresi verbal pasif langsung yaitu perilaku agresi verbal yang

diakukan langsung dengan tujuan yang dialihkan. Agresi verbal aktif tidak

langsung yaitu perilaku agresi verbal yang dilakukan secara tidak

langsung namun tujuannya langsung ke pihak sasaran. Agresi verbal pasif

tidak langsung yaitu perilku agresi verbal yang dilakukan secara tidak

langsung kepada sasaran dengan kontak verbal. Berdasarkan hasil

penelitian terdahulu, perilaku agresi tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi

disebabkan oleh faktor tertentu. Remaja yang berasal dari keluarga

bercerai lebih agresif dibandingkan dengan remaja dari keluarga utuh.

Ditinjau dari segi dimensi agresivitas, remaja yang berasal dari keluarga

bercerai juga lebih agresif secara sik maupun verbal (Chaq et al., 2019).

Banyak permasalahan yang dialami oleh siswa dalam komunikasi

interpersonal. Berdasarkan beberapa penelitian tersebut menunjukkan

bahwa komunikasi interpersonal siswa masih rendah.Penelitian mengenai

komunikasi interpersonal oleh (Yeti, 2017) menunjukkan 23,75%

kemampuan komunikasi siswa berada pada kategori sangat rendah, 35%

kategori rendah, 18,75% kategori sedang, 12,5% kategori tinggi, dan 10%

kategori sangat tinggi. Penelitian lain-nya oleh (Astianingrum, Y. 2013)


memperlihatkan 30% siswa memiliki kemampuan komunikasi

interpersonal dalam kategori rendah. Selanjutnya hasil penelitian oleh

(Astuti, D. A. 2013) bahwa 62% siswa memiliki keterampilan komunikasi

interpersonal hanya berada pada kategori cukup (Nora, 2022).

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara

sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan latihan

dalam rangka membantu siswa mengembangkan potensi yang dimilikinya.

Setiap siswa berbeda kemampuannya dalam berkomunikasi, tidak semua

siswa melakukan komunikasi interpersonal dengan baik, hal ini tampak

dalam bentuk perilaku, seperti rendah diri, berkelahi, melanggar tata tertib

sekolah, tidak melaksanakan tugas sekolah, membolos, sering terlambat ke

sekolah, menentang guru, bahkan tidak segan-segan melakukan kekerasan

fisik kepada guru sampai meninggal (Dewi et al., 2014). Apabila

komunikasi interpersonal antar siswa kurang baik, maka kondisi belajar di

kelas menjadi acuh tak acuh antar siswa, tidak kondusif, dan adanya

ketidaknyamanan antar siswa di sekolah sehingga siswa tidak aktif dalam

melakukan kegiatan belajar mengajar (Dewi et al., 2014).

Komunikasi interpersonal yang tidak baik akan menimbulkan

dampak buruk dalam banyak hal bukan hanya di sekolah tetapi di

masyakat juga (Mataputun & Saud, 2020). Komunikasi interpersonal yang


dilakukan siswa di sekolah dapat memberikan dukungan, keterbukaan,

kerja sama, saling menghargai dan kesetaraan antar siswa dengan dan

siswa dengan guru sehingga mempermudah dalam proses pembelajaran di

sekolah (Mataputun & Saud, 2020; K. K. S. Dewi et al., 2014).

Komunikasi interpersonal berkaitan dengan social attitude. Siswa yang

memiliki keterampilan komunikasi interpersonal baik maka social attitude

siswa tersebut juga baik. Komunikasi interpersonal siswa dipengaruhi oleh

social attitude. Masih banyak siswa yang kurang memiliki sikap sosial

yang baik dalam berkomunikasi, sehingga dalam berinteraksi siswa

cenderung untuk menarik diri dalam pergaulan, berusaha sekecil mungkin

dalam berkomunikasi, dan hanya akan berbicara apabila terdesak saja

(Sahputra., 2016). Berdasarkan latar belakang yang telah di uraiakan di

atas maka peneliti memilih melaksanakan sebuah penelitian dengan judul

“Pengaruh Komunikasi Interpersonal teman sebaya terhadap perilaku

agresi verbal remaja di SMP Negeri 5 Kota Jambi Dulu.

B. Pembatasan Masalah

Penelitian ini akan di batasi pembahasannya mengengenai

pengaruh komunikasi Interpersonal teman sebaya terhadap perilaku agresi

verbal remaja di SMP Negeri 5 Kota Jambi dulu.


C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan maka rumusan masalah

yang di dapat kan dari penelitian ini adalah :

1. Apakah terdapat pengaruh komunikasi Interpersonal teman sebaya

terhadap perilaku agresi verbal remaja di SMP Negeri 5 Kota

Jambi dulu ?

2. Bagaimana pengaruh komunikasi Interpersonal teman sebaya

terhadap perilaku agresi verbal remaja di SMP Negeri 5 Kota

Jambi dulu ?

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh komunikasi

Interpersonal teman sebaya terhadap perilaku agresi verbal remaja

di SMP Negeri 5 Kota Jambi dulu

2. Untuk mengetahui secara langsung mengenai pengaruh

komunikasi Interpersonal teman sebaya terhadap perilaku agresi

verbal remaja di SMP Negeri 5 Kota Jambi dulu

E. Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis
Hasil penelitian di harapkan mampu memberikan kontribusi

wawasan mengenai ilmu pada bidang Pendidikan terutama

komunikasi interpersonal pada lingkungan sekolah.

2. Secara praktis

Hasil penelitian di harapkan mampu memberikan informasi dan

pedoman terhadap siswa dan guru agar lebih komunikatif dalam

pengendalian perilaku agresi verbal yang di miliki oleh remaja

SMP.

F. Hipotesis dan Pertanyaan Penelitian

1. Hipotesis

H0 : Terdapat pengaruh komunikasi Interpersonal teman sebaya

terhadap perilaku agresi verbal remaja di SMP Negeri 5 Kota

Jambi dulu

H1 : Tidak terdapat pengaruh komunikasi Interpersonal teman

sebaya terhadap perilaku agresi verbal remaja di SMP Negeri 5

Kota Jambi dulu

G. Definisi Operasional

1. Agresi Verbal
Agresi verbal adalah sebuah perilaku yang dilakukan dengan

tujuan menyakiti orang lain dengan kata-kata yang mengadung

agresi.

2. Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal sebagai pertemuan dua orang atau lebih

yang terjadi secara spontan dan tidak terstruktu yang di lakukan

dengan teman sebaya.

H. Kerangka Konseptual

Komunikasi
Interpersonal

REMAJA

Agresi Verbal

Anda mungkin juga menyukai